Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya,


terselesaikanlah makalah berjudul “Identifikasi Indikator Alam Dari Tumbuh-Tumbuhan”
ini dengan sebaik- baiknya.
Makalah fisika ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia
Pangan, yaitu Identifikasi Indikator Alam Dari Tumbuh-Tumbuhan pada semester 2,
tahun ajaran 2018. Melalui penugasan ini diharapkan para mahasiswa dapat memahami
tentang identifikasi indikator alam dari tumbuh-tumbuhan. Dan dapat lebih mengenal zat-
zat yang ada pada tumbuhan yang ada di alam sekitar.
Kepada semua teman, saya ucapkan selamat membaca dan manfaatkanlah
makalah ini dengan sebaik- baiknya. Saya menyadari bahwa makalah fisika ini masih
banyak kekurangan.
Semoga makalah ini dapat menjadikan frame of think (kerangka pikir) dalam
mengambil suatu putusan pembelajaran, pisau pemilah dalam pemecahan masalah. Kritik
dan saran perbaikan sangat diharapkan demi kelengkapan dan penyempurnaan tugas ini.

Bengkulu, Juli 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………1

DAFTAR ISI ................................................................................................................2

BAB I

A. LATAR BELAKANG ………………….........................................................3


B. RUMUSAN MASALAH …………………………………………………….3
C. BATASAN MASALAH ……………………………………………………..4
D. TUJUAN ……………………………………………………………………..4

BAB II

KAJIAN TEORI ……………………………………………………………………..5

BAB III

A. ZAT WARNA ALAMI....................…………………………………….…...5


B. TINGKAT KECERMATAN DAN KEAKURATAN EKSTRAK KUBIS
UNGU…......................................................…………………………………7
C. TINGKAT KECERMATAN DAN KEAKURATAN PENGGUNAAN
EKSTRAK KAYU SECANG SEBAGAI INDIKATOR PADA TITRASI
ASAM BASA...……………………………………………………………....9
D. APLIKASI INDIKATOR ALAMI PADA TITRASI ASAM
BASA...….................................................…………………………………..11

BAB IV

A. KESIMPULAN ……………………………………………………………16

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………17

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari akan ditemukan senyawa dalam tiga keadaan


yaitu asam, basa, dan netral. Ketika mencicipi rasa jeruk maka akan terasa asam
karena jeruk mengandung asam. Sedangkan ketika mencicipi sampo maka akan
terasa pahit karena sampo mengandung basa. Namun sangat tidak baik apabila
untuk mengenali sifat asam atau basa dengan mencicipinya karena mungkin saja
zat tersebut mengandung racun atau zat yang berbahaya. Sifat asam dan basa suatu
zat dapat diketahui menggunakan sebuah indikator. Indikator yang dibahas disini
menggunakan indikator alami, yang mana indikator alami menggunakan bahan
dari tumbuh-tumbuhan untuk mengetahui zat-zat yang terkandung di dalamnya.

Berbagai macam tumbuhan di Indonesia dapat menghasilkan zat warna


alami yang dapat digunakan sebagai indikator alami titrasi asam basa khususnya
kubis ungu (Brassica oleracea), ubi ungu (Ipomea batatas), bit merah (Beta
vulgaris), bunga sepatu (Hibiscus rosasinensis), bunga rosela (Hibiscus sabdarifa)
dan lain-lain. Dari kandungan zat warna pada tumbuh-tumbuhan tersebut dapat
berfungsi sebagai indikator alami jika memberikan perubahan warna yang
mencolok pada kondisi asam dan basa, mempunyai tingkat kecermatan dan
keakuratan yang tinggi jika diaplikasikan pada titrasi asam basa. Dan dalam
pembahasan makalah ini akan membahas tentang identifikasi indikator alam dari
tumbuh-tumbuhan.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa yang dimaksud dalam zat warna alami?
2) Bagaimana terjadinya tingkat kecermatan dan keakuratan ekstrak kubis ungu?
3) Bagaimana tingkatan kecermatan dan keakuratan penggunaan ekstrak kayu
secang sebagai indikator pada titrasi asam basa ?
4) Apa saja yang termasuk aplikasi indikator alami pada titrasi asam basa?

3
C. BATASAN MASALAH
Masalah ini hanya dibatasi oleh pembahasan identifikasi indikator alam dari
tumbuh-tumbuhan

D. TUJUAN
- Untuk memberikan informasi lebih dalam mengenai identifikasi indikator
alam dari tumbuh-tumbuhan.
- Untuk dapat mengidentifikasi senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuh-
tumbuhan.

4
BAB II
KAJIAN TEORI
Indikator adalah suatu zat penunjuk yang dapat membedakan larutan, asam atau
basa, atau netral melampirkan beberapa indikator dan perubahannya pada trayek pH
tertentu, kegunaan indikator ini adalah untuk mengetahui berapa kira-kira pH suatu
larutan. Dalam laboratorium kimia, indikator asam-basa yang biasa digunakan adalah
indikator buatan dan indikator alami.
Indikator alami yaitu indikator yang berasal dari bahan-bahan alami, dimana cara
memperolehnya yaitu dengan cara mengekstrak. Prinsip indikator adalah bahan yang
memberikan warna berbeda pada zat yang bersifat asam dan basa. Indikator alami yang
biasa dipakai dalam pengujian asam basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok,
berupa bunga-bungaan,umbi-umbian, dan kulit buah.
Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium
atau pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus yang terdiri dari
lakmus merah dan lakmus biru, kertas lakmus kertas yang diberi senyawa kimia sehingga
akan menunjukkan warna yang berbeda setelah dimasukkan pada larutan asan maupun
basa. Warna kertas lakmus akan berubah sesuai dengan larutannya. Perubahan warna
yang mampu dihasilkan oleh kertas lakmus sebenarnya disebabkan karena adanya orchein
(ekstrak lichenes) yang berwarna biru di dalam kertas lakmus
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air
akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Asam adalah suatu zat yang
dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima
pasangan elektron bebas dari suatu basa. Contoh asam adalah asam asetat
Basa adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam. Secara kimia, asam dan basa
saling berlawanan. Basa yang larut dalam air disebut alkali. Secara umum, basa memiliki
sifat seperti rasanya pahit, licin seperti sabun, nilai pH lebih dari air suling, mengubah
warna lakmus merah menjadi biru.

5
BAB III

PEMBAHASAN

A. Zat Warna Alami


Zat warna alami (natural dyes) adalah zat warna yang diperoleh dari alam
khususnya dari tumbuh-tumbuhan secara langsung maupun tidak langsung. Setiap
tanaman dapat sebagai sumber zat warna alam karena mangandung pigmen.
Potensi ini ditentukan oleh intensitas warna yang dihasilkan dan sangat tergantung
kepekaannya dalam fungsinya sebagai indikator titrasi asam basa. Beberapa
contoh zat warna yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Zat Warna Alami(Varnacol, 2010)

Warna Sumber Utama Senyawa Zat Warna


Merah keunguan Kubis ungu (Brassica Antosianin
oleracea), ubi ungu (Ipomea
batatas), bunga
rosela(Hibiscus sabdariffa),
bunga sepatu (Hibiscus
rosasinensis)
Merah Umbi bit Merah (Beta Betalain
Vulgaris)
Orange Biji Kesumba kling (Bixa Biksin
ollerana)
Orange Kayu secang(Caesalpinia Brazilin
sappan)

Berdasarkan tabel 2. Menunjukkan bahwa tumbuhan penghasil zat warna


mengandung senyawa-senyawa berwarna. Senyawa zat warna yang paling
dominan penggunaanya sebagai indikator titrasi asam basa adalah antosianin
karena zat tersebut paling banyak diperoleh dari bunga-bunga berwarna.
Antosianin mempunyai sifat larut dalam air membentuk zat warna. Dalam suasana

6
asam berwarna merah dan lebih stabil. Dalam suasana basa berwarna biru. (Siti
Marwati, 2010).

Antosianin dapat membentuk senyawa-senyawa turunannya yaitu


antosianidin, sianidin, pelargonidin, petunidin, malvidin dan delfinidin.
Antosianidin adalalah senyawa flavanoid secara struktur termasuk kelompok
flavon. Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin. Nama ini berasal dari
bahasa Yunani yaitu antho berarti bunga, dan kyanos berarti biru. Senyawa ini
tergolong pigmen dan pembentuk warna pada tanaman yang ditentukan oleh pH
dari lingkungannya. Senyawa paling umum adalah antosianidin, sianidin yang
terjadi sekitar 80 % dari pigmen daun tumbuhan, 69 % dari buah-buahan dan 50
% dari bunga (Diyar Salahudin Ali, 2009).

Selain antosianin, warna merah juga dihasilkan dari senyawa betalain yang
mengandung nitrogen dan larut dalam air. Betalain terdiri dari senyawa betasantin
dan betasianin. Betasantin bersifat larut dalam air membentuk larutan berwarna
merah. Stabil dalam larutan panas (60 oC), cahaya dan udara terbuka. Senyawa
tersebut lebih stabil pada kondisi pH 3,5-5,0. (Varnacol, 2010). Pigmen betasantin
berwarna kuning dan betasianin berwarna ungu.

Warna orange dapat dihasilkan dari senyawa biksin yang terdapat pada biji
kesumba kling. Senyawa biksin sedikit larut dalam minyak atau pelarut-pelarut
organik seperti metanol. Senyawa biksin terdiri dari Cis-biksin dan Cis-norbiksin.
Cis-norbiksin larut dalam air khusunya pada kondisi basa. Larutan norbiksin
dapat terendapkan pada kondisi asam tetapi struktur cis-norbiksin paling stabil
pada pH 3.

Warna orange juga dapat dihasilkan dari kayu secang yang mengandung
senyawa brazilin. Brazilin membentuk warna kekuningan pada larutan asam dan
berwarna merah tua pada larutan basa (Kellar, E. 1999). Brazilin akan cepat
membentuk warna merah jika terkena sinar matahari dan perubahan secara lambat
karena pengaruh cahaya. Oleh karena itu brazilin harus disimpan dalam tempat
gelap. Brazilin yang terdapat pada kayu secang dapat digunakan sebagai zat warna
alami yang memberi warna merah dan bersifat mudah larut dalam air panas.

7
B. Tingkat Kecermatan dan Keakuratan Ekstrak Kubis Ungu

Kecermatan ditentukan dari nilai derajad deviasinya. Suatu pengulangan


percobaan dikatakan mempunyai tingkat kecermatan yang tinggi jika tidak ada
perbedaan satu sama lain yang signifikan atau dengan kata lain mempunyai
derajat deviasi mendekati nol. Ketepatan suatu pengukuran adalah besar
kecilnya penyimpangan yang diberikan oleh hasil pengukuran itu dari
harga yang sesungguhnya. Untuk mengetahui ketepatan/keakuratan hasil
pengukuran dihitung menggunakan persen recoveri yaitu nilai selisih hasil
pengukuran dengan hasil sesungguhnya dibandingkan dengan nilai hasil
pengukuran yang dinyakan dalam persen (Day dan Underwood, 2002). Dalam
kajian ini ditinjau tingkat kecermatan dan keakuratan penggunaan ekstrak kubis
ungu sebagai indikator asam basa yang diaplikasikan pada titrasi asam kuat dan
basa kuat.

Berdasarkan penelititian Yustina Dewi Nuritasari(2010) yang telah


menguji tingkat kecermatan dan keakuratan penggunaan ekstrak kubis ungu
sebagai indikator alami titrasi asam basa dengan melakukan titrasi NaOH yang
sebanyak 10 mL yang dititrasi dengan HCl 0,1 M dan menggunakan indikator
ektrak kubis ungu, penol ptalein(pp) dan metal jingga(mo) sebagai pembanding
serta dilakukan pengualangan percobaan sebanyak 5 kali ulangan. Data yang
diperoleh berupa volume HCl dan pH pada titik ekivalen seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Data Titrasi 10 mL NaOH dengan HCl 0,1 M


Ulangan ke Indikator pp Indikator mo Indikator kubis ungu
VHCl(mL) pH VHCl(mL) pH VHCl(mL) pH
1 8,20 10,60 9,50 6,80 9,00 7,40
2 8,00 10,50 9,60 7,30 8,80 7,20
3 8,00 10,60 9,20 7,10 8,80 7,20
4 8,00 10,70 9,30 6,40 8,90 7,40
5 9,10 10,00 9,40 6,10 8,90 7,20
Rata-rata 8,26 10,48 9,40 6,74 8,88 7,28
Standar Deviasi 0,48 0,16 0,08
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pengulangan percobaan sebanyak 5
kaliterlihat bahwa peggunaan eketrak kubis ungu cukup cermat yang ditinjau dari

8
standar deviasi mendekati nol yang berarti data setiap pengulangan percobaan
hampir sama. Jika ditinjau secara teoritis maka kurva titrasi asam kuat dan basa
kuat(Jim Clark, 2006) dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Titik Ekivalen Titrasi Asam Kuat vs Basa Kuat


Gambar 2 menunjukkan tidak ada perubahan warna pada titik ekivalen.
Jika menggunakan indikator pp maka titrasi dilakukan sampai berbah menjadi
tidak berwarna. Jika menggunakan indikator mo maka titrasi dilakukan samapai
muncul warna jingga. Jika larutan berubah menjadi merah maka jauh dari titik
ekuvalen yang berarti titrasi kurang tepat.

Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 2 maka pada titrasi asam kuat dan basa
kuat titik ekuivalen terjadi pada pH 7. Pada penggunaan indikator kubis ungu titik
ekuivalen terjadi pada pH rata-rata 7,28. Jika ditinjau dari harga persen recoveri
penggunaan indikator kubis ungu adalah sebesar 0,28 % atau mendekati 0 %
sehingga dapat dikatakan penggunaan indikator kubis ungu sebagai indikator
alami titrasi asam kuat dan basa kuat cukup akurat.

C. Tingkat Kecermatan dan Keakuratan Penggunaan Ekstrak Kayu Secang


sebagai Indikator pada Titrasi Asam Basa

Uji ketepatan dan keakuratan diketahui dengan cara membandingkan volum


titran pada titrasi asam basa dengan indikator kayu secang dan indicator sintetis
yaitu indikator pp. Ekstrak kayu secang diujicoba untuk indikator pada titrasi
asam asetat (asam lemah) dengan NaOH (basa kuat). Pasangan asam basa ini

9
dipilih karena ekstrak kayu secang dalam air mempunyai trayek pH di daerah
basa yaitu 7,8-8,6 (merah muda-orange sangat lemah) dan dalam etanol
mempunyai trayek pH 7,8-8,6 (orange- merah muda). Bila asam asetat
(CH3COOH) direaksikan dengan natrium hidroksida (NaOH) terbentuk natrium
asetat (CH3COONa) dan air menurut persamaan reaksi:

CH3COOH (aq) + NaOH (aq) → CH3COONa (aq) + H2O (aq)

Berdasarkan reaksi tersebut, pada saat ekivalen akan terbentuk garam


basa, CH3COONa sehingga sistem bersifat basa lemah (pH lebih besar dari 7
tetapi kurang dari 10). Data volum titran dan pH sistem dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Data volum titran dan pH system pada titrasi asam asetat dengan
natrium hidroksida

Ulangan Indikator pp Indikator Ekstraks Kayu Secang


V NaOH (ml) pH V NaOH (ml) pH
ke-
1 4.8 9.2 5.6 9.9
2 4.9 9.3 5.5 9.8
3 4.8 9.2 5.5 9.8
4 4.8 9.2 5.4 9.7
5 4.9 9.3 5.6 9.9
6 4.8 9.2 5.5 9.8
7 4.9 9.3 5.5 9.8
8 4.9 9.3 5.6 9.9
9 4.9 9.3 5.5 9.8
10 4.8 9,2 5.5 9.8
Rerata 4.85 9.25 5.52 9.82
SD 0.05 0.053 0.063 0.063
3
Pada titrasi asam lemah-basa kuat dengan indikator fenolptalein yang
mempunyai trayek pH 8,3-10,0 sehingga pada awal titrasi system tidak berwarna
dan pada akhir titrasi system berwarna merah muda. Volume larutan NaOH
0,1 M yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen sebanyak 4,85 ml dan
titik ekivalen dicapai pada pH 9.25. Pada titrasi asam lemah-basa kuat dengan
indikator ekstrak kayu yang mempunyai trayek pH 7,8-8,6 digunakan dalam
titrasi ini sehingga pada awal titrasi system berwarna kuning dan pada akhir
titrasi system berwarna orange. Volume larutan NaOH 0,1 M yang diperlukan

10
untuk mencapai titik ekivalen sebanyak 5,52 ml dan titik ekivalen dicapai pada
pH 9.82.

Untuk mengetahui ketepatan dan keakuratan hasil pengukuran dihitung


dengan standar deviasi (SD). Standar deviasi (SD), yaitu akar jumlah kuadrat
deviasi masing-masing hasil penetapan terhadap mean dibagi dengan derajat
kebebasannya (degrees of freedom) (Achmad Mursyidin dan Abdul Rohman,
2008: 14-15). Nilai standar deviasi (SD) volum titran maupun pH sebesar 0,063
sehingga disimpulkan bahwa indikator alami ekstrak kayu secang cermat
sebagai indikator asam basa meskipun kecermatannya lebih rendah dari indikator
pp (0,053). Keakuratan suatu metode diketahui dari galat relative (%) bila data
hasil pengukuran dengan metode tersebut dibandingkan dengan data hasil
pengukuran dengan metode yang dianggap benar. Pada penelitian ini, metode
titrasi dengan indikator pp dianggap benar dibandingkan dengan indikator kayu
secang. Galat relative sebesar (0,01/0,053) x 100% = 18,86 %. Berdasar nilai galat
relative (besar) tersebut maka disimpulkan bahwa metode titrasi dengan indikator
ekstraks kayu secang memiliki keakuratan rendah.

D. Aplikasi Indikator Alami pada Titrasi Asam Basa


Aplikasi indikator alami berupa bunga berwarna diawali dengan proses
ekstraksi dari bunga-bunga tersebut. Proses ekstraksi yang dilakukan dengan
berbagai metode. Bahan pengekstrak beberapa bunga berwarna ini dapat
menggunakan air panas, n-heksana, metanol, campuran metanol-HCl dan
campuran etanol-air(Rastra Bayu Kotama, 2008). Proses ekstraksi dapat dilakukan
dengan cara maserasi atau perendaman.

Ekstraksi dengan cara perendaman dengan air panas dan didiamkan selama
satu malam. Ekstraksi ini dapat diterapkan untuk ekstraksi bunga rosella sebagai
indikator alami asam basa (Izonfuo, 2006). Ekstraksi zat warna pada bunga mawar
dapat dilakukan dengan cara merendam sejumlah bunga mawar segar ke dalam 20
mL metanol selama 15 menit(Kokil, 2006). Ekstraksi zat warna pada bunga pukul
empat dapat dilakukan dengan mendinginkan bunga pukul empat sampai suhu
-20oC untuk mengurangi proses oksidasi pada saat penghalusan (Shishir, 2008).
Proses ektraksi disesuaikan dengan karakter bunga yang akan diesktrak dan zat
warna yang terkandung di dalam bunga tersebut.
11
Hasil ektraksi bunga-bunga berwarna yang digunakan sebagai indikator
alami biasanya mengandung antosianin dan flavanoid yang dapat berubah warna
pada tiap perubahan pH tertentu. Hal inilah yang dapat dijadikan sebagai dasar
penggunaan beberapa bunga berwana dapat digunakan sebagai indikator alami
titrasi asam basa.

Setelah proses ekstraksi, ekstrak bunga berwarna yang akan digunakan


sebagai indikator alami pada titrasi asam basa sebaiknya disimpan di dalam botol
gelap karena ekstrak dari bunga berwarna dapat rusak jika terkena sinar matahari.
Untuk bunga pukul empat menunjukkan ketahanan terhadap cahaya matahari
hanya berlangsung selama 6 jam(Rasta Bayu Kotama, 2008). Selain indikator
alami tidak tahan terhadap matahari, ekstrak bunga berwarna jika disimpan terlalu
lama dapat menimbulkan bau tidak sedap dan berubah warnanya (Regina
Tutik, 2007).

Langkah awal aplikasi berbagai bunga berwarna sebagai indikator alami dapat
dilakukan dengan penentuan karakter indikator tersebut antara lain berupa trayek
pH, kecermatan dan keakuratannya jika diaplikasikan pada titrasi asam basa.
Titrasi asam basa yang dilakukan antara asam kuat-basa kuat, asam lemah- basa
kuat, asam kuat-basa lemah dan asam lemah-basa lemah.

Trayek pH ditentukan dengan membuat sederetan larutan buffer pada pH


tertentu kemudian ditambah 2-3 tetes indikator alami dan diamati perubahan
warnanya tiap perubahan pH tertentu. Sebagai contoh trayek pH bunga pukul
empat adalah pH 1,40-3,40 dan pH 10,25-12,25(Rastya Bayu Kotama, 2008).
Trayek pH untuk bunga Kana adalah pH 4-9( Shisir, 2008). Trayek pH untuk
bunga mawar adalah pH 4,99-5,15dan pH6,54-8,47(Kokil, 2006). Trayek pH ini
yang dapat digunakan untuk dasar pemilihan indikator jika akan diterapkan pada
titrasi asam basa.

Untuk mengetahui tingkat kecermatan dan keakuratannya maka dilakukan


pengulangan percobaan minimal 3 kali ulangan dan hasil yang diperoleh
dibandingkan dengan hasil titrasi menggunakan indikator yang telah ada misalnya
dengan indikator pp, mo, metil merah dan lain-lain. Uji kecermatan dilakukan
dengan melihat standar deviasi dari hasil pencatatan volume titrand atau dari hasil
perhitungan konsentrasi titrant yang diperoleh dari proses titrasi berulang-ulang.
12
Uji ketepatan dilakukan dengan membandingkan hasil titrasi antara penggunaan
indikator alami dengan indikator komersial misanya pp, mo, metil merah dan lain-
lain. Ketepatan pengukuran merupakan besar kecilnya penyimpangan yang
diberikan oleh hasil pengukuran itu terhadap hasil yang sesungguhnya.

a. Aplikasi ekstrak beberapa bunga berwarna pada titrasi asam kuat-basa kuat
Pada titrasi asam kuat-basa kuat (HCl/NaOH) dapat dilihat pada aplikasi
ekstrak bunga pukul empat, bunga kana dan bunga mawar. Pada aplikasi
ekstak bunga pukul empat sebagai indikator alami pada titrasi asam kuat-basa
kuat terjadi perubahan warna hijau menjadi tak berwarna(range pH 4-8). Untuk
bunga mawar terjadi perubahan warna kuning kehijauan menjadi tak berwarna,
perubahan warna terjadi pada pH 4,94 begitu pula untuk aplikasi bunga
kana(Kokil, 2006), (Shisir, 2006).

Jika ditinjau dari kecermatan dan keakuratannya pada titrasi asam kuat- basa
kuat, secara umum ekstrak beberapa bunga berwarna mempunyai kecermatan
yang relatif tinggi atau mempunya keterulangan yang bagus. Hal ini ditunjukkan
oleh besarnya standar deviasi berkisar antara 0,01-0,20 untuk setiap percobaan.
Jika ditinjau dari keakuratannya, pada bunga pukul empat hasil yang
diperoleh sesuai dengan pada penggunaan indikator pp untuk titrasi asam kuat-
basa kuat. Aplikasi bunga kana dan bunga mawar mempunyai selisih 0,1-0,3
terhadap hasil yang diperoleh jika menggunakan indikator mo pada titrasi asam
kuat-basa kuat.

b. Aplikasi ekstrak beberapa bunga berwarna pada titrasi asam kuat-basa


lemah
Titrasi pada asam kuat-basa lemah (HCl/NH4OH) dapat dilihat pada aplikasi
ekstrak bunga pukul empat, bunga kana dan bunga mawar. Aplikasi ekstak
bunga pukul empat sebagai indikator alami pada titrasi asam kuat-basa kuat
terjadi perubahan warna hijau menjadi tak berwarna(range pH 4-8). Untuk bunga
mawar terjadi perubahan warna hijau menjadi tak berwarna, perubahan warna
terjadi pada pH 4,94.Pada bunga kana terjadi perubahan warna dari tak
berwarna menjadi pink pada pH3,5-8 (Kokil, 2006), (Shisir, 2006).
Jika ditinjau dari kecermatan dan keakuratannya pada titrasi asam kuat- basa
lemah, secara umum ekstrak beberapa bunga berwarna mempunyai kecermatan

13
yang relatif tinggi atau mempunya keterulangan yang bagus. Hal ini ditunjukkan
oleh besarnya standar deviasi berkisar antara 0,01-0,20 untuk setiap percobaan.
Jika ditinjau dari keakuratannya, pada bunga pukul empat hasil yang diperoleh
selisih antara 0,1-0,3 terhadap penggunaan inikator pp untuk titrasi asam
kuat-basa lemah. Aplikasi bunga mawar mempunyai selisih 0,1-0,3 terhadap
hasil yang diperoleh jika menggunakan indikator mo pada titrasi asam kuat-basa
kuat. Aplikasi bunga kana, hasil yang diperoleh sesuai dengan hasil yang
diperoleh jika menggunakan indikator mo.

c. Aplikasi ekstrak beberapa bunga berwarna pada titrasi asam lemah-basa lemah
(CH3COOH/NaOH) dapat dilihat pada aplikasi ekstrak bunga pukul empat,
bunga kana dan bunga mawar. Aplikasi ekstak bunga pukul empat sebagai
indikator alami pada titrasi asam kuat-basa kuat terjadi perubahan warna hijau
menjadi tak berwarna(range pH 5-9). Untuk bunga mawar terjadi
perubahan warna hijau menjadi tak berwarna, perubahan warna terjadi pada pH
4,9. Pada bunga kana terjadi perubahan warna dari tak berwarna menjadi pink
pada pH 4,5 - 9 (Kokil, 2006), (Shisir, 2006).
Jika ditinjau dari kecermatan dan keakuratannya pada titrasi asam lemah-
basa kuat, secara umum ekstrak beberapa bunga berwarna mempunyai
kecermatan yang relatif tinggi atau mempunya keterulangan yang bagus. Hal
ini ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi berkisar antara 0,01-0,20 untuk
setiap percobaan. Jika ditinjau dari keakuratannya, pada bunga pukul empat
hasil yang diperoleh selisih antara 0,2-0,3 terhadap penggunaan inikator metil
merah untuk titrasi asam lemah-basa kuat. Penggunaan bunga mawar sesuai
dengan hasil yang diperoleh jika menggunakan indikator metil merah pada
titrasi asam lemah-basa kuat. Begitu pula untuk bunga kana.

d. Aplikasi ekstrak beberapa bunga berwarna pada titrasi asam lemah-basa lemah
(CH3COOH/NH4OH) dapat dilihat pada aplikasi ekstrak bunga pukul
empat, bunga kana dan bunga mawar. Pada aplikasi ekstak bunga pukul empat
sebagai indikator alami pada titrasi asam lemah-basa lemah terjadi perubahan
warna hijau menjadi tak berwarna(range pH 4-8). Untuk bunga mawar terjadi
perubahan warna hijau menjadi tak berwarna, perubahan warna terjadi pada

14
pH 4,94. Pada bunga kana terjadi perubahan warna dari orange menjadi biru
pada pH 4,5-7(Kokil, 2006), (Shisir, 2006).

Jika ditinjau dari kecermatan dan keakuratannya pada titrasi asam lemah- basa
lemah, secara umum ekstrak beberapa bunga berwarna mempunyai kecermatan
yang relatif tinggi atau mempunya keterulangan yang bagus. Hal ini ditunjukkan
oleh besarnya standar deviasi berkisar antara 0,01-0,20 untuk setiap percobaan.
Jika ditinjau dari keakuratannya, pada bunga pukul empat hasil yang diperoleh
sesuai dengan hasil yang diperoleh pada penggunaan campuran indikator
metil orange dan bromkresol hijau (1:2) untuk titrasi asam lemah-basa lemah.
Begitu pula untuk bunga mawar. Penggunaan bunga kana, hasil yang
diperoleh mempunyai selisih 0,1 terhadap hasil yang diperoleh jika menggunakan
indikator campuran metil orange dan bromkresol hijau (1:2).

15
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang terdapat dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa:

- Indikator alami titrasi asam basa dapat diperoleh dengan cara ekstraksi
senyawa dari tumbuh-tumbuhan penghasil zat warna. Senyawa-senyawa zat
warna alami antara lain antosianin, betalain, biksin dan brasilin.
- Kubis ungu dapat digunakan sebagai indikator alami titrasi asam basa dengan
tingkat kecermatan serta keakuratannya relatif tinggi khususnya pada titrasi
asam kuat basa kuat.
- Indikator alami ekstrak kayu secang cermat sebagai indikator asam basa meskipun
kecermatannya lebih rendah dari indikator pp (0,053). Metode titrasi dengan indikator
ekstraks kayu secang memiliki keakuratan rendah dibanding metode titrasi
dengan indikator pp.
- Beberapa indikator alami tersebut cukup cermat dengan standar deviasi
antara 0,01-0,20 untuk setiap titrasi asam basa. Masing-masing ekstrak bunga
berwarna mempunyai tingkat keakuratan tertentu jika dibandingkan dengan
indikator komersial misalnya pp, mo, campuran metil orange dan
bromkresol hijau pada setiap titrasi asam basa.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.uny.ac.id/17406/ akses tanggal 30 Juni 2018

https://www.slideshare.net/WahidArdani/identifikasi-asam-basa-dengan-indikator-alami
akses tanggal 30 Juni 2018

Regina Tutik Padmaningrum, Siti Marwati, dan Antuni Wiyarsi. 2012. Karakter Ekstrak Zat
Warna Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L) Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA FMIPA
UNY. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA
FMIPA UNY. 2 Juni 2012.

Siti Marwati, (2010). Aplikasi Beberapa Ekstrak Bunga Berwarna sebagai Indikator Alami
pada Titrasi Asam Basa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian Pendidikan dan
Penerapan MIPA FMIPA UNY.

Siti Marwati, (2011). Kestabilan warna Ekstrak Kubis Ungu (Brassica oleracea) sebagai
Indikator Alami Titrasi Asam Basa, Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan dan Penerapan MIPA FMIPA UNY. 11 Mei 2011.

17

Anda mungkin juga menyukai