Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………1
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
A. KESIMPULAN ……………………………………………………………16
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa yang dimaksud dalam zat warna alami?
2) Bagaimana terjadinya tingkat kecermatan dan keakuratan ekstrak kubis ungu?
3) Bagaimana tingkatan kecermatan dan keakuratan penggunaan ekstrak kayu
secang sebagai indikator pada titrasi asam basa ?
4) Apa saja yang termasuk aplikasi indikator alami pada titrasi asam basa?
3
C. BATASAN MASALAH
Masalah ini hanya dibatasi oleh pembahasan identifikasi indikator alam dari
tumbuh-tumbuhan
D. TUJUAN
- Untuk memberikan informasi lebih dalam mengenai identifikasi indikator
alam dari tumbuh-tumbuhan.
- Untuk dapat mengidentifikasi senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuh-
tumbuhan.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
Indikator adalah suatu zat penunjuk yang dapat membedakan larutan, asam atau
basa, atau netral melampirkan beberapa indikator dan perubahannya pada trayek pH
tertentu, kegunaan indikator ini adalah untuk mengetahui berapa kira-kira pH suatu
larutan. Dalam laboratorium kimia, indikator asam-basa yang biasa digunakan adalah
indikator buatan dan indikator alami.
Indikator alami yaitu indikator yang berasal dari bahan-bahan alami, dimana cara
memperolehnya yaitu dengan cara mengekstrak. Prinsip indikator adalah bahan yang
memberikan warna berbeda pada zat yang bersifat asam dan basa. Indikator alami yang
biasa dipakai dalam pengujian asam basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok,
berupa bunga-bungaan,umbi-umbian, dan kulit buah.
Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium
atau pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus yang terdiri dari
lakmus merah dan lakmus biru, kertas lakmus kertas yang diberi senyawa kimia sehingga
akan menunjukkan warna yang berbeda setelah dimasukkan pada larutan asan maupun
basa. Warna kertas lakmus akan berubah sesuai dengan larutannya. Perubahan warna
yang mampu dihasilkan oleh kertas lakmus sebenarnya disebabkan karena adanya orchein
(ekstrak lichenes) yang berwarna biru di dalam kertas lakmus
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air
akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Asam adalah suatu zat yang
dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima
pasangan elektron bebas dari suatu basa. Contoh asam adalah asam asetat
Basa adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam. Secara kimia, asam dan basa
saling berlawanan. Basa yang larut dalam air disebut alkali. Secara umum, basa memiliki
sifat seperti rasanya pahit, licin seperti sabun, nilai pH lebih dari air suling, mengubah
warna lakmus merah menjadi biru.
5
BAB III
PEMBAHASAN
6
asam berwarna merah dan lebih stabil. Dalam suasana basa berwarna biru. (Siti
Marwati, 2010).
Selain antosianin, warna merah juga dihasilkan dari senyawa betalain yang
mengandung nitrogen dan larut dalam air. Betalain terdiri dari senyawa betasantin
dan betasianin. Betasantin bersifat larut dalam air membentuk larutan berwarna
merah. Stabil dalam larutan panas (60 oC), cahaya dan udara terbuka. Senyawa
tersebut lebih stabil pada kondisi pH 3,5-5,0. (Varnacol, 2010). Pigmen betasantin
berwarna kuning dan betasianin berwarna ungu.
Warna orange dapat dihasilkan dari senyawa biksin yang terdapat pada biji
kesumba kling. Senyawa biksin sedikit larut dalam minyak atau pelarut-pelarut
organik seperti metanol. Senyawa biksin terdiri dari Cis-biksin dan Cis-norbiksin.
Cis-norbiksin larut dalam air khusunya pada kondisi basa. Larutan norbiksin
dapat terendapkan pada kondisi asam tetapi struktur cis-norbiksin paling stabil
pada pH 3.
Warna orange juga dapat dihasilkan dari kayu secang yang mengandung
senyawa brazilin. Brazilin membentuk warna kekuningan pada larutan asam dan
berwarna merah tua pada larutan basa (Kellar, E. 1999). Brazilin akan cepat
membentuk warna merah jika terkena sinar matahari dan perubahan secara lambat
karena pengaruh cahaya. Oleh karena itu brazilin harus disimpan dalam tempat
gelap. Brazilin yang terdapat pada kayu secang dapat digunakan sebagai zat warna
alami yang memberi warna merah dan bersifat mudah larut dalam air panas.
7
B. Tingkat Kecermatan dan Keakuratan Ekstrak Kubis Ungu
8
standar deviasi mendekati nol yang berarti data setiap pengulangan percobaan
hampir sama. Jika ditinjau secara teoritis maka kurva titrasi asam kuat dan basa
kuat(Jim Clark, 2006) dapat dilihat pada gambar 2.
Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 2 maka pada titrasi asam kuat dan basa
kuat titik ekuivalen terjadi pada pH 7. Pada penggunaan indikator kubis ungu titik
ekuivalen terjadi pada pH rata-rata 7,28. Jika ditinjau dari harga persen recoveri
penggunaan indikator kubis ungu adalah sebesar 0,28 % atau mendekati 0 %
sehingga dapat dikatakan penggunaan indikator kubis ungu sebagai indikator
alami titrasi asam kuat dan basa kuat cukup akurat.
9
dipilih karena ekstrak kayu secang dalam air mempunyai trayek pH di daerah
basa yaitu 7,8-8,6 (merah muda-orange sangat lemah) dan dalam etanol
mempunyai trayek pH 7,8-8,6 (orange- merah muda). Bila asam asetat
(CH3COOH) direaksikan dengan natrium hidroksida (NaOH) terbentuk natrium
asetat (CH3COONa) dan air menurut persamaan reaksi:
Tabel 7. Data volum titran dan pH system pada titrasi asam asetat dengan
natrium hidroksida
10
untuk mencapai titik ekivalen sebanyak 5,52 ml dan titik ekivalen dicapai pada
pH 9.82.
Ekstraksi dengan cara perendaman dengan air panas dan didiamkan selama
satu malam. Ekstraksi ini dapat diterapkan untuk ekstraksi bunga rosella sebagai
indikator alami asam basa (Izonfuo, 2006). Ekstraksi zat warna pada bunga mawar
dapat dilakukan dengan cara merendam sejumlah bunga mawar segar ke dalam 20
mL metanol selama 15 menit(Kokil, 2006). Ekstraksi zat warna pada bunga pukul
empat dapat dilakukan dengan mendinginkan bunga pukul empat sampai suhu
-20oC untuk mengurangi proses oksidasi pada saat penghalusan (Shishir, 2008).
Proses ektraksi disesuaikan dengan karakter bunga yang akan diesktrak dan zat
warna yang terkandung di dalam bunga tersebut.
11
Hasil ektraksi bunga-bunga berwarna yang digunakan sebagai indikator
alami biasanya mengandung antosianin dan flavanoid yang dapat berubah warna
pada tiap perubahan pH tertentu. Hal inilah yang dapat dijadikan sebagai dasar
penggunaan beberapa bunga berwana dapat digunakan sebagai indikator alami
titrasi asam basa.
Langkah awal aplikasi berbagai bunga berwarna sebagai indikator alami dapat
dilakukan dengan penentuan karakter indikator tersebut antara lain berupa trayek
pH, kecermatan dan keakuratannya jika diaplikasikan pada titrasi asam basa.
Titrasi asam basa yang dilakukan antara asam kuat-basa kuat, asam lemah- basa
kuat, asam kuat-basa lemah dan asam lemah-basa lemah.
a. Aplikasi ekstrak beberapa bunga berwarna pada titrasi asam kuat-basa kuat
Pada titrasi asam kuat-basa kuat (HCl/NaOH) dapat dilihat pada aplikasi
ekstrak bunga pukul empat, bunga kana dan bunga mawar. Pada aplikasi
ekstak bunga pukul empat sebagai indikator alami pada titrasi asam kuat-basa
kuat terjadi perubahan warna hijau menjadi tak berwarna(range pH 4-8). Untuk
bunga mawar terjadi perubahan warna kuning kehijauan menjadi tak berwarna,
perubahan warna terjadi pada pH 4,94 begitu pula untuk aplikasi bunga
kana(Kokil, 2006), (Shisir, 2006).
Jika ditinjau dari kecermatan dan keakuratannya pada titrasi asam kuat- basa
kuat, secara umum ekstrak beberapa bunga berwarna mempunyai kecermatan
yang relatif tinggi atau mempunya keterulangan yang bagus. Hal ini ditunjukkan
oleh besarnya standar deviasi berkisar antara 0,01-0,20 untuk setiap percobaan.
Jika ditinjau dari keakuratannya, pada bunga pukul empat hasil yang
diperoleh sesuai dengan pada penggunaan indikator pp untuk titrasi asam kuat-
basa kuat. Aplikasi bunga kana dan bunga mawar mempunyai selisih 0,1-0,3
terhadap hasil yang diperoleh jika menggunakan indikator mo pada titrasi asam
kuat-basa kuat.
13
yang relatif tinggi atau mempunya keterulangan yang bagus. Hal ini ditunjukkan
oleh besarnya standar deviasi berkisar antara 0,01-0,20 untuk setiap percobaan.
Jika ditinjau dari keakuratannya, pada bunga pukul empat hasil yang diperoleh
selisih antara 0,1-0,3 terhadap penggunaan inikator pp untuk titrasi asam
kuat-basa lemah. Aplikasi bunga mawar mempunyai selisih 0,1-0,3 terhadap
hasil yang diperoleh jika menggunakan indikator mo pada titrasi asam kuat-basa
kuat. Aplikasi bunga kana, hasil yang diperoleh sesuai dengan hasil yang
diperoleh jika menggunakan indikator mo.
c. Aplikasi ekstrak beberapa bunga berwarna pada titrasi asam lemah-basa lemah
(CH3COOH/NaOH) dapat dilihat pada aplikasi ekstrak bunga pukul empat,
bunga kana dan bunga mawar. Aplikasi ekstak bunga pukul empat sebagai
indikator alami pada titrasi asam kuat-basa kuat terjadi perubahan warna hijau
menjadi tak berwarna(range pH 5-9). Untuk bunga mawar terjadi
perubahan warna hijau menjadi tak berwarna, perubahan warna terjadi pada pH
4,9. Pada bunga kana terjadi perubahan warna dari tak berwarna menjadi pink
pada pH 4,5 - 9 (Kokil, 2006), (Shisir, 2006).
Jika ditinjau dari kecermatan dan keakuratannya pada titrasi asam lemah-
basa kuat, secara umum ekstrak beberapa bunga berwarna mempunyai
kecermatan yang relatif tinggi atau mempunya keterulangan yang bagus. Hal
ini ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi berkisar antara 0,01-0,20 untuk
setiap percobaan. Jika ditinjau dari keakuratannya, pada bunga pukul empat
hasil yang diperoleh selisih antara 0,2-0,3 terhadap penggunaan inikator metil
merah untuk titrasi asam lemah-basa kuat. Penggunaan bunga mawar sesuai
dengan hasil yang diperoleh jika menggunakan indikator metil merah pada
titrasi asam lemah-basa kuat. Begitu pula untuk bunga kana.
d. Aplikasi ekstrak beberapa bunga berwarna pada titrasi asam lemah-basa lemah
(CH3COOH/NH4OH) dapat dilihat pada aplikasi ekstrak bunga pukul
empat, bunga kana dan bunga mawar. Pada aplikasi ekstak bunga pukul empat
sebagai indikator alami pada titrasi asam lemah-basa lemah terjadi perubahan
warna hijau menjadi tak berwarna(range pH 4-8). Untuk bunga mawar terjadi
perubahan warna hijau menjadi tak berwarna, perubahan warna terjadi pada
14
pH 4,94. Pada bunga kana terjadi perubahan warna dari orange menjadi biru
pada pH 4,5-7(Kokil, 2006), (Shisir, 2006).
Jika ditinjau dari kecermatan dan keakuratannya pada titrasi asam lemah- basa
lemah, secara umum ekstrak beberapa bunga berwarna mempunyai kecermatan
yang relatif tinggi atau mempunya keterulangan yang bagus. Hal ini ditunjukkan
oleh besarnya standar deviasi berkisar antara 0,01-0,20 untuk setiap percobaan.
Jika ditinjau dari keakuratannya, pada bunga pukul empat hasil yang diperoleh
sesuai dengan hasil yang diperoleh pada penggunaan campuran indikator
metil orange dan bromkresol hijau (1:2) untuk titrasi asam lemah-basa lemah.
Begitu pula untuk bunga mawar. Penggunaan bunga kana, hasil yang
diperoleh mempunyai selisih 0,1 terhadap hasil yang diperoleh jika menggunakan
indikator campuran metil orange dan bromkresol hijau (1:2).
15
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang terdapat dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa:
- Indikator alami titrasi asam basa dapat diperoleh dengan cara ekstraksi
senyawa dari tumbuh-tumbuhan penghasil zat warna. Senyawa-senyawa zat
warna alami antara lain antosianin, betalain, biksin dan brasilin.
- Kubis ungu dapat digunakan sebagai indikator alami titrasi asam basa dengan
tingkat kecermatan serta keakuratannya relatif tinggi khususnya pada titrasi
asam kuat basa kuat.
- Indikator alami ekstrak kayu secang cermat sebagai indikator asam basa meskipun
kecermatannya lebih rendah dari indikator pp (0,053). Metode titrasi dengan indikator
ekstraks kayu secang memiliki keakuratan rendah dibanding metode titrasi
dengan indikator pp.
- Beberapa indikator alami tersebut cukup cermat dengan standar deviasi
antara 0,01-0,20 untuk setiap titrasi asam basa. Masing-masing ekstrak bunga
berwarna mempunyai tingkat keakuratan tertentu jika dibandingkan dengan
indikator komersial misalnya pp, mo, campuran metil orange dan
bromkresol hijau pada setiap titrasi asam basa.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/WahidArdani/identifikasi-asam-basa-dengan-indikator-alami
akses tanggal 30 Juni 2018
Regina Tutik Padmaningrum, Siti Marwati, dan Antuni Wiyarsi. 2012. Karakter Ekstrak Zat
Warna Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L) Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA FMIPA
UNY. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA
FMIPA UNY. 2 Juni 2012.
Siti Marwati, (2010). Aplikasi Beberapa Ekstrak Bunga Berwarna sebagai Indikator Alami
pada Titrasi Asam Basa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian Pendidikan dan
Penerapan MIPA FMIPA UNY.
Siti Marwati, (2011). Kestabilan warna Ekstrak Kubis Ungu (Brassica oleracea) sebagai
Indikator Alami Titrasi Asam Basa, Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan dan Penerapan MIPA FMIPA UNY. 11 Mei 2011.
17