Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TENTANG
TARI KINYAH MANDAU
SUKU DAYAK

Disusun Oleh:
Hermin Inga, S.H

SMP NEGERI 10 TARAKAN


KATA PENGANTAR

Kami bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena Makalah tentang Tari Kinyah Mandau Suku Dayak ini berhasil diselesaikan.
Makalah ini disusun berdasarkan data-data yang didapat dari berbagai sumber.
Pendekatan dan penyajian makalah ini pada dasarnya membahas mengenai tarian suku
dayak, khususnya pada daerah di Indonesia.

Kami sebagai penulis telah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin.
Akan tetapi, kami sadar bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
semua kritik dan saran demi perbaikan makalah ini akan kami terima dengan
senang hati.

Akhir kata, kami ucapakan terima kasih kepada seluruh narasumber dan pihak
yang berbagi pengalaman tentang kesenian tarian ini sehingga mata pelajaran seni
budaya dapat lebih sempurna lagi dengan adanya pembuatan karya tulis ini, sehingga
karya tulis ini dapat terwujud.

Tarakan, Mei 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di daerah Kalimantan Tengah seni bela diri bukan hanya untuk melindungi diri dari
sesuatu yang membahayakan diri kira. Tetapi juga menjadi ajang untuk mempertunjukan
tarian adat yang memiliki gerakan-gerakan yang indah dan cenderung berbeda dengan tarian
tradisional dari daerah-daerah lain. Tarian ini biasa masyarakat kenal juga dengan mana
Tari Kinyah Mandau.
Persebaran suku dayak hampir merata di daerah Kalimantan. Karena persebaran
wilayah yang luas dan dengan kondisi alam yang berbeda-beda, membuat suku dayak
memiliki kekayaan budaya yang berlimpah dan tidak terhitung jumlahnya.
Kekayaan budaya dari suku dayak hampir menyebar luas di seluruh wilayah
kalimantan. Salah satu kekayaan yang dapat kita ketahui adalah kekayaan budaya yang
berasal dari provinsi Kalimantan Tengah.
Tari Kinyah Mandau merupakan salah satu tarian yang berasal dari suku Dayak
yang menampilkan unsur bela diri, seni teatrikal, dan seni perang dengan memadukan
beberapa unsur tersebut dan membuat gerakan-gerakan yang indah. Tarian ini sangat
terkenal, hampir senua suku Dayak di Kalimantan memiliki tarian jenis ini. Terutama
Kalimantan Tengah, disini tarian tersebut biasa dikenal dengan Tari Kinyah Mandau.
Nama Tari Kinyah Mandau berasal dari kata kinyah yang memiliki arti tarian perang
dan menggunakan mandau sebagai senjata pamungkasnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Sejarah Tari Kinyah Mandau?
2. Apa Asal usul Tari Kinyah Mandau?
3. Bagaimana akhir masa pemburuan kepala?
4. Bagaimana Kinyah pada masa sekarang?
5. Bagaimana Pergelaran Tarian Kinyah Mandau?
6. Seperti apa Busana Tarian Kinyah Mandau?
7. Bagaimana pengiring Tarian Kinyah Mandau?
C. TUJUAN
Agar kita dapat mengetahui apa itu Tarian Kinyah Mandau, dengan mempelajarinya
maka wawasan kita mengenai tari dari kalimantan tengah ini bertambah sehingga kita bisa
dapat melestarikan serta menjaga budaya yang ada di indonesia ini walaupun kita sedang
berada pada era globalisasi kita tetap mempelajarinya.

D. MANFAAT
Makalah ini bermanfaat bagi siapa saja yang membaca. Semoga bisa mengambil
manfaat dari makalah Tari Kinyah Mandau ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    SEJARAH TARI KINYAH MANDAU


Tari ini bermula dari sebuah kebiasaan suku Dayak di zaman dulu yang dinamakan
kinyah, yang termasuk ke dalam tarian perang, sebagai rencana dalam memburu dan
membunuh kepala para musuh. Di zaman itu para pemuda Suku Dayak diwajibkan berburu
manusia untuk bermacam-macam alasan yang berbeda di setiap bagian sukunya. Sebagai
rencana fisik dalam berburu ini, lalu dilakukan tarian perang ini atau kinyah.
Mayoritas bagian suku dayak memiliki tari perang ini. Di masa lalu tari ini
dipergelarkan di kampung untuk mengamati dan menilai pemuda mana sih yang siap untuk
dilepaskan ke hutan untuk melakukan berburu kepala siapa pun yang ditemui olehnya.
Tari Kinyah Mandau adalah tarian tradisional yang berasal dari Kalimantan Tengah.
Tarian ini merupakan tarian suku Dayak yang menampilkan unsur seni bela diri, seni
perang, dan seni teater. Tarian ini sangat terkenal bahkan hampir semua suku Dayak di
Kalimantan memiliki jenis tarian ini. Khususnya di Kalimantan Tengah, biasa disebut
dengan Tari Kinyah Mandau. Nama Tari Kinyah Mandau sendiri diambil dari kata kinyah
yang berarti tarian perang dan menggunakan mandau sebagai senjata. Tari Kinyah Mandau
berasal dari tradisi suku Dayak zaman dahulu yang disebut kinyah, yaitu tarian perang
dalam persiapan untuk membunuh dan memburu kepala musuh. Pada masa itu pemuda
Dayak harus pergi berburu kepala dengan alasan yang berbeda di setiap sub suku. Sebagai
persiapan fisik dalam berburu maka lakukan kinyah atau tarian perang ini. Hampir semua
sub suku Dayak memiliki tarian perang ini. Dahulu tarian ini dilakukan di desa untuk
melihat dan juga mengamati pemuda mana yang siap dilepasliarkan ke hutan untuk
memburu kepala siapapun yang ditemuinya. Namun ada aturan dalam tradisi berburu kepala
ini, yaitu tidak diperbolehkan membunuh dari desa itu sendiri. Saat itu ada tiga istilah yang
sangat ditakuti, pertama hapini, yaitu saling membunuh, kedua hakayau, yaitu saling
memenggal kepala dan ketiga hajipen, yaitu diperbudak. Hukum rimba sangat lazim pada
waktu itu, yang berkuasa adalah penguasa. Setiap anak suku Dayak yang berhasil
mendapatkan kepala manusia akan diberi tato di betisnya untuk menunjukkan bahwa anak
ini telah dewasa.
Namun tradisi pengayauan atau headhunting ini berakhir pada saat perjanjian damai
Tumbang Anoi. Saat kesepakatan damai ini terjadi, para pemimpin sub suku Dayak bertemu
dan berdamai. Setelah kesepakatan selesai maka setiap sub suku Dayak akan menunjukkan
gerakan kinyahnya masing-masing dan juga setiap sub suku Dayak yang hadir dapat
melihatnya. Sejak saat itu sekat rahasia yang mencurigakan di antara sub-suku Dayak
diruntuhkan. Saat perjanjian damai, Sub suku Oot Danum memperlihatkan gerakan
kinyahnya. Karena sub suku Oot Danum sangat terkenal dengan gerakan dan teknik
berbahaya dalam membunuh musuh-musuhnya. Gerakan dalam kinyah ini bervariasi karena
setiap sub suku Dayak memiliki jurus atau jurus rahasianya masing-masing. Konon jika
mengajarkan perpindahan ke suku lain akan dianggap khianat dan akan dihukum mati.
Namun, setelah perjanjian damai, peraturan tersebut tidak berlaku lagi. Karena setelah
perjanjian itu, semua sub suku Dayak bersatu dan tidak ada kecurigaan rahasia di antara sub
suku. Dalam pertunjukannya, tarian ini tidak hanya dibawakan oleh laki-laki, tetapi juga
oleh perempuan. Setiap penari dilengkapi dengan senjata berupa mandau dan talawang atau
tameng, namun ada juga yang menggunakan sumpit sebagai senjatanya.

B.     ASAL USUL TARI KINYAH MANDAU


Pada masa itu berbagai istilah yang ditakuti oleh masyarakat sekitar salah tiganya
adalah hakayau (saling memotong kepala), hapini (saling bunuh),
dan hajipen (memperbudak). Teori rimba di kala itu sangat berlaku yakni yang paling
kuatlah yang berkuasa. Siapapun pemuda pria dari Suku Dayak yang berhasil memperoleh
kepala manusia akan dikasih tato di betisnya yang menandakan bahwa pemuda ini sudah
tumbuh dewasa.
Suku dayak ngaju zama dahulu memiliki alasan lain untuk
melakukan hakayau atau mengayau. Mereka melakukan mengayau untuk keperluan acara
adat “Tiwah”. Tiwah atau upacara membersihkan tulang belulang untuk diantar ke surga
bagi kepercayaan mereka.
Kepala manusia yang sudah didapatkan akan digantung di tempat pusat acara
tiwahnya, kemudia dikuburkan didekat sandung atau juga rumah kecil tempat menaruh
tulang belulang leluhur yang ditiwahkan dan jika orang yang dibunuh memiliki budak maka
budak tersebut harus dibunuh juga.

Suku Dayak pada jaman dahulu terkenal sebagai suku yang kejam. Pada masa itu
hukum rimba berlaku bagi tiap anggota suku. Pada masa itu terdapat tiga istilah yang
ditakuti. Ketiganya adalah Hapini, Hakayau, Hajipen.
Dari ketiga tradisi inilah asal mula Tarian Kinyah Mandau berawal. Masyarakat
pada jaman dahulu harus membunuh dan membawa pulang kepala musuhnya. Setiap anak
laki – laki yang berhasil melakukannya akan mendapat penghargaan berupa tato di bagian
betisnya. Coretan pada betis itu menunjukkan bahwa anak yang bersangkutan telah dewasa.
Terdapat alasan selain sebagai bentuk penghargaan. Membawa pulang kepala manusia
menurut sub suku lain yakni sebagai pelengkap ritual. Upacara Tiwah, upacara ini
merupakan ritual membersihkan tulang – tulang para leluhur untuk dibawa ke surga.
Beruntungnya sekarang ini tiap sub suku Dayak telah berdamai. Perjanjian damai Tumbang
Anoi. Perdamaian itu disepakati oleh tiap – tiap sub suku Dayak. Setelah perdamaian
dilakukan setiap sub suku Dayak menampilakn tarian Kinyahnya. Dengan dipertontonkan
tarian Kinya dari tiap sub suku sekat diantara mereka telah hilang. Karena dalam tarian
Kinyah tiap sub suku akan menunjukkan gerakan atau jurus rahasia masing – masing. Jurus
rahasia sangat dilarang untuk diajarkan ke sub suku lain. Jika ketahuan maka akan dihukum
mati. Dalam Tari Kinyah Mandau tidak hanya dilakukan laki – laki. Tetapi perempuan juga
mendapat kesempatan. Perlengkapan dalam perangnya berupa Mandau dan Talawang.
Mandau merupakan senjata tajam dan Talawang berupa perisai. Namun ada juga yang
menggunakan sumpit sebagai senjata. Pakaian yang digunakan berupa pakaian khas suku
Dayak dan ikat kepala dengan hiasan bulu burung Enggang. Tubuh para penarinya juga
dihiasi tato khas suku Dayak yang sangat filosofis. Tarian yang berasal dari ritual sebelum
perang ini telah menjadi tarian adat suku Dayak. Tarian Kinyah Mandau juga telah
dimodifikasi dengan ditambahi variasi gerakan agar semakin indah. Dan juga dibumbui aksi
treatikal penarinya yang membuat tarian ini semakin mengagumkan. Tarian ini sering
ditemui di acara – acara kebudayaan di Kalimantan Tengah. Dalam acara penyambutan
tamu besar juga sering ditampilkan.

C.    AKHIR MASA PEMBURUAN KEPALA


Tradisi pemburuan kepala ini berakhir pada saat setelah perjanjian damai Tumbang
Anoi yang terjadi sekitar tahun 1894. Proses terjadinya perjanjian damai ini, para pemimpin
dari berbagai belahan suku dayak bertemu dan melakukan perjanjian perdamaian bersama.
Yang membuat suku dayak terpecah belah pada saat itu adalah karena ada rasa
curiga antar suku. Maka dari itu setelah perjanjian selesai setiap suku harus menunjukan
gerakan anyarnya dalam memburu kepala musuh dan setiap sub suku lain dapat melihatnya,
agar tidak ada lagi rasa curiga antar suku. Sejak saat itu sekat rahasia, curiga antara sub
suku dayak sempurna di tutuhkan.
Ketika perjanjian damai ini suku dayak Oot Danum membawakan gerakan anyar
memburu kepalanya, karena masyarakat mengenal suku ini memiliki teknik berbahaya
untuk membunuh musuhnya.
Peristiwa Tumbang Anoi ini kemudian mengeinspirasi lahirnya sebuah tari kreasi
yang bernama tari Panhkalima Tumbang Anoi, yang secara singkat menyampaikan pesan
perdamaian dan persatuan yang membuat masyarakat maju dan sejahtera.
D.    KINYAH PADA MASA SEKARANG
Seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan jaman tradisi ini sempurna
ditinggalkan, namun jurus anyar yang digunakan untuk berperang atau kinyahnya masih
menjadi tradisi suku dayak dan kemudian dikembangkan menjadi tarian adat suku dayak. Di
adaptasi dari kinyah sebelumnya yang sarat akan kekrasan dengan serangan yang
membahayakan, tarian ini di ubah menjadi sarana kesenian dan hiburan bagi masyarakat.
Dalam perkembangannya, gerakan pada tarian ini dimodifikasi sedemikian rupa
dengan berbagai variasi gerakan tari dan unsur teatrikal yang menggambarkan jiwa dan
semnagat keberanian suku dayak pada zaman dahulu. Dengan gerakan yang gesit seakan
ingin memburu musuh, mejadikan tarian ini terlihat sangat mengagumkan jika dipentaskan.
Penari Tari Kinyah Mandau tidak hanya lelaki tetapi juga perempuan. Setiap penari
dilengkapi senjata berupa mandau dan talawang (perisai).
Tarian ini dapat ditemukan di berbagai acara kebudayaan di Kalimantan tengah
seperti untuk menyambut tamu besar dan acara festival budaya. Tari ini juga tekenal sampai
keluar negeri loh, luar biasa bukan. Kita sebagai masyarakat harus melestarikan Tari Kinyah
Mandau ini dengan sebaik mungkin agar tidak diklaim oleh negara lain yang tidak
bertanggung jawab.

E.     PERGELARAN TARIAN
Sebagai fungsi seni pertunjukan bagi masyarakat dalam peregelarannya tarian ini
tidak hanya dimainkan oleh laki-laki saja, namun juga boleh dimainkan oleh perempuan.
Para penari menggunakan properti berupa senjata yaitu Mandau dan talawang (perisai),
tetapi ada juga yang memakai sumpit yang dijadikan sebagai senjata.

F.     BUSANA TARIAN
Busana yang dipakai dalam pergelaran tari ini yaitu pakaian khas dari suku dayak
serta ikat kepala yang berhiaskan bulu burung enggang. Dan para tubuh penari pun dihiasi
dengan tato yang khas suku dayak yang mempunyai arti yang berbeda disetiap gambarnya.

G.    PENGIRING TARIAN
Dalam pergelarannya, tari ini diringi oleh musik tradisional dayak. Dengan iringan
musik yang bermelodi tinggi dan gerakan yang lincah dari para penarinya akan
menghasilkan tarian yang sangat memukau dan para penonton pun terbawa suasana akan
semangat perang yang dipergelarkan tari ini.
Seiring berjalannya waktu, meskipun adat istiadat mengayau sudah ditinggalkan,
berbeda dengan kinyah yang masih menjadi adat istiadat suku dayak dan berkembang
menjadi sebuah tarian adat suku dayak. Meskipun tidak untuk perang, kinyah ini menjadi
sebuah fasilitas kesenian dan budaya bagi masyarakat disana.
Untuk ikut melestarikan adat istiadatnya. Di Kalimantan Tengah tari ini lebih
populer dengan sebutan Tari Kinyah Mandau. Diolah dari kinyah yang awalnya penuh
dengan kekerasan dengan serangan yang sangat berbahaya. Tari ini diganti menjadi fasilitas
kesenian dan kebudayaan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
-          Tari ini bermula dari sebuah kebiasaan suku Dayak di zaman dulu yang dinamakan
kinyah, yang termasuk ke dalam tarian perang, sebagai rencana dalam memburu dan
membunuh kepala para musuh. Di zaman itu para pemuda Suku Dayak diwajibkan berburu
manusia untuk bermacam-macam alasan yang berbeda di setiap bagian sukunya. Sebagai
rencana fisik dalam berburu ini, lalu dilakukan tarian perang ini atau kinyah.
-          Pada masa itu berbagai istilah yang ditakuti oleh masyarakat sekitar salah tiganya
adalah hakayau (saling memotong kepala), hapini (saling bunuh),
dan hajipen (memperbudak).
-          Tradisi pemburuan kepala ini berakhir pada saat setelah perjanjian damai Tumbang Anoi
yang terjadi sekitar tahun 1894. Proses terjadinya perjanjian damai ini, para pemimpin dari
berbagai belahan suku dayak bertemu dan melakukan perjanjian perdamaian bersama.
-          Seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan jaman tradisi ini sempurna
ditinggalkan, namun jurus anyar yang digunakan untuk berperang atau kinyahnya masih
menjadi tradisi suku dayak dan kemudian dikembangkan menjadi tarian adat suku dayak. Di
adaptasi dari kinyah sebelumnya yang sarat akan kekrasan dengan serangan yang
membahayakan, tarian ini di ubah menjadi sarana kesenian dan hiburan bagi masyarakat.
-          Sebagai fungsi seni pertunjukan bagi masyarakat dalam peregelarannya tarian ini tidak
hanya dimainkan oleh laki-laki saja, namun juga boleh dimainkan oleh perempuan. Para
penari menggunakan properti berupa senjata yaitu Mandau dan talawang (perisai), tetapi
ada juga yang memakai sumpit yang dijadikan sebagai senjata.
-          Busana yang dipakai dalam pergelaran tari ini yaitu pakaian khas dari suku dayak serta
ikat kepala yang berhiaskan bulu burung enggang. Dan para tubuh penari pun dihiasi
dengan tato yang khas suku dayak yang mempunyai arti yang berbeda disetiap gambarnya.
-          Dalam pergelarannya, tari ini diringi oleh musik tradisional dayak. Dengan iringan
musik yang bermelodi tinggi dan gerakan yang lincah dari para penarinya akan
menghasilkan tarian yang sangat memukau dan para penonton pun terbawa suasana akan
semangat perang yang dipergelarkan tari ini.
B.     SARAN
Saran dari kami untuk tari tradisional ini agar lebih dikembangkan kembali, karena
alangkah baiknya jika tari tradisional ini lebih menonjol lagi di negara kita indonesia dan
diadakannya festival-festival tari tradisional. Boleh juga diadakannya latihan-latihan atau
kursus tari tradisional untuk kalangan-kalangan remaja khususnya untuk mengharumkan
negara kita.
DAFTAR PUSTAKA
https://seringjalan.com/asal-usul-dan-sejarah-tari-kinyah-mandau/
https://ilmuseni.com/seni-pertunjukan/wodkw
seni-tari/tari-kinyah-mandau
https://docplayer.info/71662904-Makalah-tari-tradisional-indonesia-seni-budaya.html

Anda mungkin juga menyukai