Anda di halaman 1dari 4

1.

Waktu dan Tempat pelaksanaan


Karya wisata ini dilaksanakan setelah Ujian Akhir Sekolah pada tanggal 13 – 17
Desember 2019. Penulis berada di Pulau Dewata Bali selama 5 hari dan mengamati
objek wisata selama 3 hari di pulau Dewata Bali.
2. Pemberangkatan : Pemberangkatan pada hari Jum’at, tanggal 13 Desember 2019
pukul 08.30 WIB. Sebelum pemberangkatan siswa-siswi berkumpul di SMA N 1
Kebumen pukul 07.00 WIB. Sebelumnya siswa – siswi diberi pengarahan oleh Waka
Kesiswaan Bpk. Ahmad Makmur Santoso, lalu rombongan sebanyak 7 bus memulai
perjalanan study tour ke Bali.
Perjalanan menuju Bali berlangsung dengan ceria, semua siswa menikmati
kegiatanya selama dalam perjalanan, keceriaan tergambar jelas karena ini
adalah pengalaman pertama kami pergi ke pulau bali dan juga karena kami
belum merasakan lelah. Dalam perjalanan sebagian ada yang bernyanyi
bersama, ada yang membaca novel, bermain dengan ponselnya dan ada pula
yang hanya mengisi dengan beristirahat.
Pada sekitar pukul 12 siang, rombongan berhenti di Solo dan makan siang.
Kemudian melanjutkan perjalanan menuju Bali. Pada pukul 02.00 WIB kami
tiba di pelabuhan Gilimanuk dan menyeberang ke Pulau Bali, dan sekitar
pukul 03.00 WITA kami tiba di Bali dengan selamat. Semua siswa terlihat
sangat ceria dan tak sabar untuk melakukan perjalanan di pulau bali tersebut.

Identifikasi adat istiadat masyarakat bali :


1. MEISABAN : Meisaban merupakan adat istiadat Bali yang selalu melekat
pada kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Setiap selesai memasak untuk
sarapan di pagi hari, sebelum makan mereka melakukan ritual meisaban ini.
Meisaban dapat diartikan sebagai bentuk rasa terima kasih atas segala nikmat
yang telah dikaruniakan Tuhannya. Selain itu juga dipercaya sebagai bentuk
sajian atas bhuta kala agar tidak mengganggu.

2. KARMA PHALA : Karma phala juga merupakan adat istiadat Bali berupa
hukum alam yang sangat dipercayai. Karma phala dapat diartikan sebagai
bentuk kebaikan yang telah dilakukan kemudian dibalas dengan kebaikan
yang serupa. Begitu pula dengan keburukan apabila melakukannya.

3. KEBIASAAN SOPAN : Masyarakat Bali juga menerapkan kebiasaan sopan


kepada sesama dan terlebih kepada orang yang lebih tua pada kehidupan sehari-
harinya. Hal ini diyakini sebagai salah satu wujud adat istiadat Bali yang harus
dilakukan.
Kebiasaan sopan tersebut menyangkut etika yang baik seperti ketika berbicara
pada orang tua tidak boleh meninggikan suara. Ataupun pada saat
memberikan sesuatu pada orang lain harus menggunakan tangan kanan. Dan
masih banyak etika baik lainnya.

4. KASTA : Kasta adalah sebuah adat istiadat Bali yang digunakan sebagai
pendataan masyarakat Bali berdasarkan keturunan, ras dan tahta. Digolongkan
dari posisi paling atas yaitu Brahmana, Ksatria, Weisya dan Sudra. Pulau Bali
lebih didominasi oleh Sudra ( masyarakat biasa). Jika berbicara pada yang
lebih tinggi tahtanya harus menggunakan bahasa yang halus dan sopan.

5. NGEJOT : Ngejot merupakan kebiasaan masyarakat Bali yang sering


dilakukan hampir setiap hari. Yaitu berupa saling memberi makanan dan
minuman pada sesama. Hal ini dilakukan agar ikatan sosial mereka tetap
harmonis dan damai. Adat istiadat Bali yang satu ini biasanya dilaksanakan
pada upacara keagamaan.
Pada Pernikahan :
1. UPACARA NGEKEB :Upacara ngekeb merupakan suatu cara untuk
mempersiapkan calon mempelai wanita dari masa remajanya menjadi seorang
istri dan ibu rumah tangga. Persiapan tersebut diawali dengan seorang
pengantin wanita mensucikan dirinya menggunakan air yang tercampur
dengan bunga 7 rupa dan menggunakan air merang untuk membersihkan
rambutnya.
Kemudian dilanjutkan dengan luluran yang terbuat dari daun merak, bunga
kenanga, kunyit dan beras yang dihaluskan. Setelah pembersihan diri
dilakukan, lalu sang pengantin wanita meminta restu dari Tuhan yang Maha
Esa agar diberi ketenangan dan keharmonisan ketika sudah berkeluarga nanti.
Selain itu juga agar diberikan keturunan yang baik.
Setelah semua ritual di atas selesai, kemudian sang wanita masuk ke dalam
kamar pengantin yang sudah disediakan dan menggunakan kain kuning yang
melambangkan bahwa wanita tersebut sudah siap melepas masa lajangnya.

2. MUNGKAH LAWANG: Tahap yang kedua yaitu mungkah lawang atau


buka pintu. Hal ini dilakukan oleh seseorang yang diutus pihak keluarga untuk
mengetuk pintu kamar sang pengantin wanita sembari dinyanyikan lagu Bali
oleh seorang Malat (penyair). Yang berisi sebuah pesan bahwa sang mempelai
pria sudah datang menjemput sang wanita dan meminta agar dibukakan
pintunya.
3. UPACARA MESEGEHAGUNG : Upacara mesegehagung merupakan sebuah
ungkapan selamat datang kepada sang pengantin wanita di rumah mempelai pria.
Upacara ini dilakukan setelah kedua sang pengantin tiba di rumah pihak keluarga
mempelai pria.
Kemudian sang wanita ditunjukkan sebuah kamar oleh pihak keluarga dari
mempelai pria untuk tempat ganti selembar kain kuning yang dipakainya dan
ditukarkan dengan uang kepeng satakan yang diikat dengan tali benang Bali.
Biasanya jumlah uang kepeng tersebut bernilai dua ratus kepeng.

4. MADENGEN-DENGEN : Medengen-dengen merupakan adat istiadat Bali


dalam acara pernikahan yang memiliki tujuan untuk membersihkan diri kedua
calon pengantin dari hal yang negatif. Upacara ini dipimpin oleh seorang
pemangku adat istiadat atau biasa disebut dengan Balian.
5. MEWIDHI WIDANA : Mewidhi widana merupakan adat istiadat Bali
dengan memakai baju khas pengantin yang dilakukan setelah semua tahapan
sebelumnya selesai. Upacara ini adalah tahapan terakhir dari adat pernikahan
Bali yang bertujuan untuk menyempurnakan acara pernikahan adat Bali
dengan dipimpin oleh seorang Sulingguh atau Ida Peranda. Setelah itu,
keduanya menuju tempat pemujaan yang disebut merajan, untuk meminta izin
dan doa restu dari yang Maha Kuasa. Dengan dipimpin oleh pemangku
merajan.
Upacara Adat :
NGABEN : Upacara ngaben merupakan adat istiadat Bali yang sering dilakukan
ketika ada seorang yang meninggal dunia. Upacara ini sangat penting bagi
masyarakat Bali yang beragama Hindu. Karena dengan pengabenan dipercaya dapat
membebaskan arwah orang yang meninggal dunia dari ikatan duniawinya menuju
surga.
Upacara ngaben biasa dilakukan di hari-hari baik yang telah dianjurkan oleh
sang pendeta melalui kalender Bali atau dengan melalui konsultasi terlebih
dahulu.
Sebelum upacara ini dimulai, pihak keluarga dari orang yang meninggal
menyiapkan bade dan lembu yang nantinya akan digunakan sebagai tempat
pengantar jasad orang yang meninggal tersebut dengan cara mengaraknya
ramai-ramai disertai suara gambelan dan kidung.
Hal tersebut dilakukan agar sang roh bingung dan tidak kembali lagi kepada
pihak keluarga untuk mengganggunya.
Ketika sampai di tempat upacara, jasad tersebut ditaruh pada punggung
lembu. kemudian sang pendeta membacakan mantra-mantra dan menyalakan
api untuk membakarnya. Lalu abu jasadnya dibuang ke sungai atau laut
terdekat. Setelah upacara selesai, pihak keluarga pergi ke pura keluarga untuk
berdoa.
Upacara ini membutuhkan banyak biaya dan tenaga. Jadi pada saat ini,
masyarakat Bali sering melakukan adat istiadat ini secara massal agar dapat
saling meringankan beban yang ditanggung.

Anda mungkin juga menyukai