PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
tarian ini bukanlah penyakit biasa, melainkan penyakit yang susah untuk
disembuhkan dengan obat-obatan biasa. Ritual Belian biasa dilakukan untuk
menghormati sang leluhur dan roh-roh leluhur, serta bisa juga menjadi ritual hasil
panen yang biasa dilakukan sebagai rasa berterima kasih dan rasa syukur kepada
leluhur atas berhasilnya panen dan mendapatkan hasil panen yang melimpah.
Dalam setiap penyelenggaraan tari Belian, tidak semerta-merta ditarikan.
Namun, Mulung (dukun) terlebih dahulu membacakan mantranya. Hal ini dilakukan
oleh Mulung pada saat kegiatan tari berlangsung. Biasanya mantra ini dibacakan
sekitar 10-15 menit. Mantra yanng dibacakan tidak sama, melainkan berbeda sesuai
dengan fungsinya. Mantra dan tarian dilakukan bersamaan dengan harapan apa yang
diinginkan dari penyelenggaraan ini dapat dikabulkan oleh Roh-roh yang menjadi
kepercayaan mereka.
Di zaman melenial tari Belian sudah mulai terkikis di kalangan remaja.
Kebanyakan anak muda telah tidak mengenal ritual tari Belian. Berdasarkan
prapenelitian, banyak remaja tidak ingin meneruskan tradisi tersebut, tidak
mengetahui tarian tersebut, dan punahnya tradisi tarian ini disebabkan masuknya
budaya asing ke dalam negeri yang membuat generasi muda bersikap tak acuh.
Ditambah lagi dengan perkembangan dan kemajuan pendidikan yang mengubah
pola pikir generasi muda. Jhon Kehoe (2012) dalam bukunya yaitu “Mind Power”
mengatakan bahwa pikiran menciptakan realitas, maksudnya adalah semakin
berkembangnya pola pikir seseorang maka makin berkembang pula pikiran realistis
tersebut, contohnya adalah tradisi tari Belian ini. Jika dahulu tarian ini digunakan
sebagai media pengobatan, maka seiring berkembangnya pola pikir alangkah lebih
baiknya menggunakan jasa dokter dan obat-obatan sebagai metode penyembuhan
suatu penyakit.
Tari Belian mengandung kearifan lokal sebagai budaya warisan leluhur yang
masih tersisa di beberapa desa pedalaman, seperti di Desa Longgelang, Desa Damit,
Desa Paser Belengkong, Desa Luan, Desa Mendik, Desan Tualan, Desa Toyu, Desa
Pias, dan Desa Munggu. Walaupun tak sesering dahulu, tetapi ritual ini sesekali
dilakukan apabila seseorang yang memiliki penyakit tidak dapat disembuhkan
2
dengan bantuan dokter dan obat serta dilakukan di beberapa ritual adat. Sayangnya
tarian ini sudah mulai jarang dipergunakan untuk hal-hal tersebut seiring dengan
perkembangan zaman.
Terkikisnya tarian ini disebabkan adanya pertentangan yang terjadi antara
agama dan budaya. Dianggap bertentangan dengan agama dikarenakan banyak
orang yang menganggap bahwa tarian ini melenceng dari agama. Lebih jelas lagi
hal ini di sebut-sebut lebih mempercayai tahayul dibandingkan percaya pada Tuhan
yang Maha Esa. Adanya pertentangan ini membuat banyak kontra yang terjadi
sehingga perlahan-lahan tradisi ini akhirnya mulai memudar dan menghilang dari
budaya setempat.
Kesenjangan yang lainnya, yaitu dari bidang medis, karena pengobatan
sekarang sudah modern dan mengikuti perkembangan zaman sehingga jarang
dibutuhkannya pengobatan tradisional seperti tari Belian ini. Adapun sebagian
masyarakat menganggap pengobatan dengan tari Belian dianggap menakutkan dan
menyulitkan karena banyaknya pantangan yang ada. Ditambah lagi dengan
kurangnya dukungan dari pemerintah untuk mengenalkan tradisi ini membuat tradisi
tari Belian menjadi hilang dari peradaban dan menyebabkan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang tradisi tari belian ini. Seharusnya pemerintah menjadikan tarian
ini sebagai simbol ciri khas dari daerah Kabupaten Paser, sehingga masyarakat baik
pendatang maupun orang asli di Kabupaten Paser mengetahui tentang keberadaan
tari Belian di Kabupaten Paser.
Menurunya eksistensi tari Belian di Kabupaten Paser yang seharusnya
diperkenalkan lebih luas, namun seiring dengan berkembangnya zaman mulai
hilang di kalangan masyarakat lokal khususnya para Remaja. Hal inilah yang
memotivasi kami sebagai peneliti untuk memfokuskan penelitian terhadap
eksistensi ritual tari Belian di kalangan remaja Kabupaten Paser, agar tradisi
tersebut dapat mulai dikenal oleh remaja, masyarakat, bahkan masyarakat dari luar
daaerah atau pun wisatawan mancanegara.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalahnya sebagai berikut.
1. Bagaimana pengertian eksistensi ritual tari Belian di kalangan remaja Kabupaten
Paser?
2. Bagaimana eksistensi ritual tari Belian di kalangan remaja Kabupaten Paser?
3. Bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan eksistensi tari Belian mulai
berkurang di Kabupaten Paser?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian eksistensi ritual tari Belian dikalangan Kabupaten Paser.
2. Mengetahui eksistensi ritual tari Belian dikalangan Kabupaten Paser.
3. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan eksistensi tari Belian mulai
berkurang di Kabupaten Paser.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang akan diperoleh setelah melakukan penelitian adalah
sebagai berikut.
1. Pemerintah Daerah
Sebagai bahan dan gambaran bagi pemerintah tentang kebudayaan yang harus
dilestarikan guna memperkenalkan, mempertahankan, serta mendukung
eksistensi tari Belian kepada masyarakat terutama remaja di Kabupaten Paser.
2. Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi yang berguna kepada
masyarakat tentang tari Belian sebagai bentuk mempertahankan eksistensi
kebudayaan yang ada di Kabupaten Paser.
3. Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi nilai yang positif untuk memberikan
informasi kebudayaan bagi siswa dan siswi di Kabupaten Paser.
4
4. Peneliti
Peneliti berharap hasil penelitian ini menjadi ruang belajar yang sarat nilai positif
dan sangat membantu dalam meningkatkan kapasitas serta pengalaman yang
diperoleh oleh peneliti berkaitan dengan kondisi kebudayaan yang ada dalam
masyarakat terutama dengan bidang spiritual.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kabupaten Paser
Kabupaten Paser merupakan wilayah Provinsi Kalimantan Timur yang
terletak paling Selatan. Letak Kabupaten ini terletak pada ketinggian yang
berkisar antara 0-500 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kabupaten Paser
adalah 11.603,94 km2, terdiri dari 10 Kecamatan, 5 Kelurahan, dan 139 Desa.
Dua suku terbesar yang berada di kabupaten Paser yaitu suku Dayak Paser
dan suku Bugis. Menurut artikel dari Wibisono (2022), suku Dayak Paser
merupakan suku yang mendiami sepanjang Tenggara di Kalimantan Timur.
Bahasa daerah yang digunakan adalah Bahasa Paser, budaya daerah seperti lagu
daerah dan tarian yang beragam juga dapat ditemui di Kabupaten Paser. Salah
satu lagu daerah yang paling terkenal yaitu lagu “Paser Buen Kesong”, salah satu
tarian yang terdapat di pedalaman paser adalah tari Belian.
B. Tari Belian
Tari merupakan gerak tubuh yang berfungsi untuk menggambarkan suatu
ekspresi dan makna tersirat yang ingin disampaikan lewat suatu seni tari. Dikutip
dari jurnal Khutniah dan Iryanti (2012), Tari merupakan ekspresi jiwa manusia
yang diungkapkan dengan gerak ritmis yang indah. Tari tradisional terbagi
menjadi 3, yaitu tari primitif, tari klasik, tari daerah, tari adat, dan tari rakyat.
Salah satu tari adat adalah tari Belian dari Kalimantan Timur. Tari Belian
merupakan salah satu tarian tradisional suku Dayak di Kalimantan Timur. Ritual
Belian bagian dari prosesi penghormatan dan pengobatan yang lebih
mengedepankan unsur tradisional. Ritual ini dipimpin oleh Mulung atau Dukun
Kampung. Saat ritual ini berlangsung Sang Mulung menyanyi dan membacakan
mantra-mantra untuk memanggil roh-roh leluhur.
6
Dikutip dari jurnal Dewi (2020), Kostum yang digunakan adalah robet ketau
atau kain rok yang warnanya bervariasi seperti merah, hijau, dan kuning serta
mengenakan lewung atau ikat kepala yang dilengkapi dengan bulu burung
enggang. Pemelian laki-laki tidak menggunakan baju melainkan pemelian laki-
laki menggunakan kain rok dan untaian kalung yang bernama gerangik. Untaian
kalung tersebut biasa diselempangkan dari bahu bagian kiri hingga bahu bagian
kanan. Alat musik yang digunakan adalah alat musik yang menyerupai gamelan,
yaitu bonang kelentangan yang terbuat dari logam dan alat musik yang sumber
bunyinya berasal dari kulit binatang yang sudah dikeringkan.
7
mulai pudar karena telah tergantikan oleh ilmu pertanian dan pengobatan
modern.
D. Eksistensi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) eksistensi adalah
keberadaan. Keberadaan atau eksistensi berasal dari kata bahasa latin existere
yang artinya muncul, ada, timbul memiliki keberadaan aktual. Menurut Sjafirah
dan Prasasti (2016), eksistensi didefinisikan sebagai suatu keberadan.
Keberadaan yang dimaksud ini ialah terdapatnya pengaruh akan ada atau tidak
adanya sesuatu. Eksistensi ini harus “diberikan” seseorang kepada orang lain,
sebab dengan adanya respon dari orang lain akan membuktikan bahwasanya
keberadaan atau seseorang itu diakui.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini kami akan menggunakan jenis penelitian kualitatif.
Pemilihan pendekatan ini dikarenakan data yang dipeoleh berupa deskripsi
kata, frase, dan kalimat mengenai eksistensi tari belian di kabupaten Paser.
Sehingga dengan menggunakan pendekatan ini, hasil penelitian akan mudah
dipahami.
B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang akan menjadi subjek penelitian adalah seluruh
pelajar ditingkat SLTA di Kabupaten Paser yang berjumlah 15. Sampel
penelitian ini merupakan pelajar dari 15 sekolah di Kabupaten Paser yang
diambil masing-masing secara acak berjumlah 10 siswa.
C. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang akan menjadi objek adalah eksistensi ritual tari
belian di kalangan remaja kabupaten Paser.
9
2. Wawancara
Instrumen wawancara digunakan untuk mewawancarai para ketua adat
serta pelajar untuk mengetahui eksistensi Tari Belian. Dalam penelitian ini
yang terlibat meliputi:
a. Ketua Lembaga Adat Paser (LAP)
b. Tokoh Adat
c. Masyarakat
d. Pelajar
3. Kuesioner
Instrumen kuesioner digunakan untuk mendapatkan data dari siswa. Data
yang diharapkan berupa eksistensi tari Belian di kalangan pelajar.
4. Dokumentasi
Instrumen dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan berbagai
dokumen yang dibutuhkan oleh peneliti untuk melengkapi data dalam
penelitian ini.
NO Indikator Pengamatan
.
1. Peneliti dapat mengamati persembahan musik.
10
2. Peneliti dapat mengamati pemasangan atribut.
3. Peneliti dapat mengamati pembacaan mantra.
4. Peneliti dapat mengamati gerakan tari.
5. Peneliti dapat mengamati prilaku pemimpin tarian.
b. Melakukan pengamatan
NO Pengamatan
.
1. Peneliti mengamati persembahan musik diawal pada ritual tari
Belian.
2. Peneliti mengamati pemasangan atribut ke dirinya sendiri yang
dilakukan oleh mulung.
3. Peneliti mengamati pembacaan mantra yang dilakukan oleh
mulung. .
4. Peneliti mengamati gerakan tari yang dibawakan oleh mulung.
5. Peneliti dapat mengamati prilaku mulung.
2. Wawancara
Melalui teknik wawancara prosedur analisis datanya sebagai berikut.
a. Membuat indikator pertanyaan.
NO Indikator Wawancara
.
1. Ketua Adat Paser;
-Peneliti dapat menanyakan tentang keberadaan tari Belian
11
2. Tokoh Adat;
- Siapa tokoh yang pertama kali menemukan tari Belian?
3. Masyarakat;
-Apa kepercayaan masyarakat terhadap tari Belian?
4. Pelajar;
-Peneliti dapat menanyakan pengetahuan mereka tentang eksistensi
tari Belian
b. Membuat daftar pertanyaan.
NO Wawancara
.
1. Ketua Lembaga Adat Paser;
-Peneliti menayakan bagaimana eksistensi ritual tari belian ini di
masa sekarang?
2. Tokoh Adat;
- Peneliti menanyakan apakah faktor-faktor yang menyebabkan
eksistensi tari Belian mulai berkurang di Kabupaten Paser?
3. Masyarakat;
-Peneliti menanyakan apakah anda sering melihat pelaksaan ritual
tari belian?
4. Pelajar;
- Peneliti menanyakan apakah kamu mengetahui ritual tari belian?
c. Melakukan wawancara
d. Menyimpulkan
3. Kuesioner
Melalui teknik ini prosedur analisis datanya sebagai berikut.
a. Menyiapkan indikator kuesioner.
12
b. Membuat kuesioner.
c. Menyebarkan kuesioner.
d. Melakukan analisis hasil kuesioner.
e. Menyimpulkan
4. Dokumentasi
Melalui teknik dokumentasi prosedur analisis datanya sebagia berikut.
a. Membuat daftar pertanyaan
b. Melakukan wawancara
c. Menyimpulkan
DAFTAR PUSTAKA
13
Wibisono, S. 2022. “Fakta Menarik tentang Kabupaten Paser yang Patut
Diketahui”. Dalam https://kaltim.idntimes.com/travel/destination/sri-wibisono/fakta-
menarik-tentang-kabupaten-paser-yang-patut-diketahui
14