Musik selain sebagai alat hiburan, terapi dan pengobatan, propaganda dalam berpolitik,
musik juga berfungsi sebagai alat stimulus (dorongan) ilahiah yang dapat meningkatkan kecintaan
seseorang hamba atau anak manusia kepada budaya, kehidupan dan kepada Tuhan. Secara
fungsional musik mampu mengendalikan dan mempengaruhi jiwa pendengarnya, sehingga kualitas
musik sangat berpengaruh, bahwa semakin baik kualitas musik yang disajikan atau diciptakan
maka semakin baik pula kualitas penikmat. Apalagi dalam konteks musik ritual atau musik untuk
iringan tari ritual. Kualitas musik sangat penting dan krusial keberadaannya. Seseorang yang
berkesenian baik musik atau tari ritual sepenuhnya berorientasi kepada yang Maha Tinggi yaitu
Sang Khalik. Bagi masyarakat adat biasanya semua hal atau perilaku seni budaya berorientasi dan
dipersembahkan kepada dewa, roh - roh suci, dan leluhur. Pulau Borneo sebagai salah satu paru-
paru dunia mempunyai salah satu suku yang unik yaitu suku Paser. Suku Paser memiliki tanah
Ulayat yang akan dijadikan ibukota Nusantara. Selain itu suku Paser kaya akan upacara ritual salah
satunya adalah beliant. Upacara ritual beliant dipimpin oleh seorang pemimpin adat yang disebut
Mulung. Mulung dalam memimpin upacara adat beliant selalu diiringi dengan musik ritual, salah
satu instrumen yang sangat krusial adalah petep. Petep adalah semacam gendang kecil yang dipukul
dengan stik rotan secara vertikal dengan kedua tangan. Seorang mulung mendendangkan syair atau
merapal mantra didedikasikan dan berorientasi kepada Sang Khalik. Oleh sebab itu sajian musik
khususnya petep, baik pola atau ritmik harus berkualitas dalam satu rangkaian interaksi musikal,
atau interlocking viguration agar jalannya ritual belian semakin khusyuk dan sakral.
Apart from being a means of entertainment, therapy and treatment, propaganda in politics,
music also functions as a divine stimulus tool that can increase the love of a servant or human
child for culture, life and for God. Functionally, music is able to control and influence the
listener's soul, so the quality of music is very influential, that the better the quality of the music
presented or created, the better the quality of the audience. Especially in the context of ritual
music or music for ritual dance accompaniment. The quality of music is very important and
crucial to its existence. Someone who performs either music or ritual dance is fully oriented
towards the Most High, namely the Creator. For indigenous peoples, usually all things or
cultural arts are oriented and offered to gods, holy spirits, and ancestors. Borneo Island as one
of the lungs of the world has a unique tribe, namely the Paser tribe. The Paser tribe owns Ulayat
land which will be used as the capital of the Nusantara. In addition, the Paser tribe is rich in
ritual ceremonies, one of which is beliant. The beliant ritual ceremony is led by a traditional
leader called Mulung. Mulung in leading the traditional beliant ceremony is always
accompanied by ritual music, one of the most crucial instruments is the petep. Petep is a kind of
small drum that is hit with a rattan stick vertically with both hands. A mulung chants a poem or
recites a mantra dedicated and oriented to the Creator. Therefore the presentation of music,
especially petep, both pattern and rhythm must be of quality in a series of musical interactions,
or interlocking viguration so that the ritual of belian becomes more solemn and sacred.
Tulisan ini membahas fenomena musikal yang terkait dengan adat tradisi Paser yaitu ritual
beliant. Dalam upacara ritual beliant kedudukan musik amat penting keberadaannya, beliant dan
musik tidak dapat dipisahkan. Akan tetapi kajian tentang musik sendiri baik tekstual maupun
kontekstual masih sangat minim di Suku Paser sendiri. Dalam kesempatan kali ini penulis jiwanya
terusik untuk menulis pola dan ritmik alat perkusi tradisional Paser, yang sangat unik menggelitik.
Alat musik tersebut adalah Petep. Selain dengan nama Petep suku Paser atau masyarakat Paser
mengenal alat musik tersebut dengan berbagai nama yaitu: tung, petep, lumba, tepetep, gendeng.
Petep, sendiri adalah warisan budaya Paser dari zaman animisme dinamisme. Apabila kita analisa
dari segi visual, pola dan ritmiknya, pola adalah rangkaian beberapa ritmik yang dimainkan
bersama membentuk jalinan musikal yang disebut interlocking Viguration. Pola sendiri terjalin
dari beberapa ritmik petep. Ritme adalah satuan terkecil bunyi petep yang diolah berdasar timbre
atau tone color, diatur dalam irama yang selaras dan Harmoni. Oleh sebab itu penulis merasa pola
permainan Petep ini perlu di dokumentasikan dalam wujud tulisan agar menjadi penyemangat bagi
pecinta budaya untuk melakukan hal yang sama. Walau tulisan ini sangat sederhana, paling tidak
dalam lingkup kecil bisa menjadi acuan generasi muda untuk mempelajari musik paser khususnya
Petep.
A. Latar Belakang
Di pulau Borneo tepatnya di Provinsi Kalimantan Timur bagian Selatan, hidup salah satu
suku yang masih menjunjung tinggi adat istiadat peninggalan leluhur yaitu suku Paser. Secara
administratif suku Paser mendiami 3 wilayah yaitu Kota Madya Balikpapan, Kabupaten Penajam
Paser Utara, dan Kabupaten Paser. Suku Paser berbagi ke dalam beberapa subetnis diantaranya
1. Paser Pematang
2. Pasar Modang
3. Paser Balik
4. Paser Telake
5. Paser Muluy
6. Paser Adang
7. Paser Tiong Jalin
8. Paser Tikas
9. Paser Pemuken / Pamukan
10. Paser Migi
11. Paser luwangan/komam
12. Paser pembasi
Menurut beberapa hasil survei, suku Paser terbagi ke dalam 6 sub etnis. Ke-12 sub etnis suku
di atas adalah sub suku yang akrab di dengar di masyarakat Paser seperti, yang telah dikemukakan
diatas. Suku Paser mendiami tiga wilayah administratif yaitu Kota Madya Balikpapan, Kabupaten
Penajam Paser Utara dan Kabupaten Paser. Dalam tulisan ini penulis akan lebih fokus ke wilayah
teritorial suku Paser di Penajam Paser Utara. Walau dalam objek penelitian juga harus observasi
ke daerah lain suku Paser. Hal itu semata-mata dilakukan untuk memperoleh data yang akurat dan
Kredibel. Sejauh ini tidak ada batasan untuk perilaku budaya yang membatasi daerah tertentu,
contoh seorang Mulung yang berdomisili di daerah tertentu hanya boleh melakukan aktivitas
budaya beliant sesuai daerah tempat ia berdomisili. Karena, pada dasarnya Paser adalah salah satu
entitas yang tidak dapat dipisahkan.
1. Sejarah terbentuknya Kabupaten Penajam Paser Utara
Kabupaten Penajam Paser Utara terbentuk secara yuridis formal, berdasarkan
undang-undang Nomor 7 Tahun 2002 tentang terbentuknya Kabupaten Penajam Paser
Utara. Terdiri dari empat kecamatan yaitu Kecamatan Waru, Kecamatan Babulu,
Kecamatan sepaku, dan Kecamatan Penajam. Kecamatan Penajam adalah letak Ibukota
Penajam Paser Utara, batas wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara adalah sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Paser, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai
Barat, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara, serta Kotamadya
Balikpapan titik sebelah timur berbatasan dengan selat Makassar.
" Sedu, Barune, Kalka, Saladung, Solot " Paser (Pasir) yang artinya "
Terperinci satu persatu hanya yang terpenting saja diawali dari Melayu, Sedu, Barune,
Kalka, Seludung, dan Paser. Masing-masing pendapat tentang sejarah suku Paser di atas bukan
untuk pembuktian mana yang paling benar, akan tetapi pendapat tersebut hanya untuk
membuktikan bahwa suku Paser sudah aktif sejak dahulu kala.Bahwa dengan adanya suku Paser
yang sudah aktif melakukan interaksi sosial secara otomatis, mereka melakukan aktivitas atau
berperilaku yang merupakan embrio produk kebudayaan. Dengan adanya petep juga merupakan
pengendapan tata norma perilaku, yang kemudian mengkristal menjadi local genius masyarakat
Paser. Akan tetapi kajian secara komprehensif tentang petep belum pernah dilakukan baik
penotasian atau audiovisual.
B. Rumusan Masalah
Dari beberapa kronologis fakta di atas dapat di ajukan rumusan masalah yaitu,
pendokumentasian petep harus dilakukan dalam bentuk tulisan untuk melengkapi literatur budaya
Paser. Penotasian notasi petep perluu dilakukan untuk menunjang proses pembelajaran musik
tradisional Paser, mengingat saat ini minim sekali tulisan yang biasa menjadi acuan pembelajaran
musik tradisional Paser.
C. Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk memperkaya litelatur khasanah budaya Paser, dalam upaya
memperkokoh jati diri budaya Paser, sekaligus sebagai upaya konservasi budaya Paser agar tetap
lestari dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Dalam harapan besar, upaya kecil yang saya lakukan dapat menjadi filterasi terhadap
budaya asing yang masuk ke Indonesia khususnya Paser, belum tentu budaya tersebut cocok
untuk kita aplikasikan dalam kehidupan kita. Alih-alih mengikuti modernisasi tapi berujung
generasi yang tercerabut dengan akar budaya bangsa.
D. Mengenal Bagian-Bagian Instrumen Petep
1) Membran
2) Krangkau
3) Bajik
4) Resonator lengan
5) Daro/ simpai
E. METODE
Metode yang digunakan Dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif yang bertujuan untuk
mengumpulkan data secara rinci dan aktual. Melalui metode ini akan dijelaskan mengenai
gejala/fenomena yang telah ada di lapangan dengan mengenali masalah dan kenyataan praktek
yang masih berlaku, penelitian ini juga berisi data pola praktik musik yang berlaku di lapangan
tujuannya, agar dapat menggambarkan secara sistematis suatu fakta tertentu secara aktual dan teliti
sesuai dengan hasil observasi lapangan dengan kondisi alamiah dan ilmiah.
PEMBAHASAN
A. Petep
Sering sekali saya berdiskusi dengan kawan-kawan pecinta seni budaya Paser tentang Apa
saja alat musik tradisional paser. Rata-rata kawan-kawan secara spontan menjawab
gambus, jawaban itu tentunya sangat benar karena gambus juga alat musik tradisional Paser
yang mudah ditemui dan sangat familiar. Walaupun gambus ada di mana-mana hampir
setiap daerah di Indonesia ada, tetapi gambus paser mempunyai ciri khas yang unik dari
cara memainkan, organologi dan bentuk fisik Serta magom atau pijakan wilayah nada.
Lepas dari gambus paser yang cukup familiar di sini saya akan membahas salah satu alat
musik paser yang sangat unik baik secara organologi, akustika, pola ritmik serta teknik
memainkannya alat itu adalah petep.
Petep adalah alat musik tradisional paser yang menggunakan membran atau kulit
yang disenggangkan di atas rusontor, sumber bunyi untuk mengekspresikan rasa musiknya.
Apabila disejajarkan dengan pengklasifikasian musik barat petep termasuk alat musik
membranofon, yaitu alat musik perkusi yang menggunakan membran atau kulit sebagai
sumber bunyinya. Bagi suku Paser petep dikenal dengan berbagai nama diantaranya
gendeng, lumba’, tung, dan petep sendiri. Kawan-kawan atau saudara Paser ruangan
wilayah komam lebih suka menyebut dengan petep, saudara-saudara Paser Adang wilayah
Long Ikis khususnya Long Gelang Tewe brewe lebih senang menyebut lumba’, sedangkan
kawan-kawan yang di Long Kali bawah sampai Penajam lebih sering menyebut petep.
● Di antara nama-nama tersebut rupanya hampir semua daerah lebih dominan menyebut
dengan petep atau tepetep, bahkan saudara-saudara Serumpun baik Dayak keah
manyaan menyebutnya tepetep. Hal ini merujuk dari teknik dan pola yang dihasilkan
yang dapat seolah-olah tidak dapat di sela. Hal ini Senada dengan perumpamaan atau
kata untuk mensifati orang yang sering bicara tidak dapat disela disebut tepetep.
● Penyebutan istilah lain dengan gendheng juga cukup populer bagi suku Paser yang ada
di daerah Muara komam atau paser Selatan. Hal ini terbukti dengan salah satu karya
sastra yang cukup populer di kalangan masyarakat Paser yaitu salembo. Dalam salah
satu salembo, paser gendeng pernah dijadikan jargon atau penciptaan salembo yang
kurang lebih berbunyi sebagai berikut
Ada gendeng terbuat dari payau, tidak ada benang atau tali dari kulit tumbuhan yang
dapat menahan sehingga perahu sampai hanyut ke tengah ranta. Karya sastra di atas
adalah salah satu salembo yang menyiratkan akan hasrat yang tinggi tapi tidak
dibarengi dengan kemampuan membaca situasi, jadi semua hanyut lepas tanpa hasil
atau jadi angin semata.
Selain dari pada Rusa dan Kijang, kulit sapi adalah juga bahan yang paling bagus
untuk membuat petep hewan dengan nama ilmiah Bos Taurus dan masuk dalam famili
Bovidae, ini adalah hewan yang sangat mudah dijumpai. Sapi sudah dipelihara manusia
untuk memenuhi kebutuhan sejak zaman dahulu, masyarakat nusantara khususnya
Indonesia umumnya menggunakan sapi untuk membantu pekerjaan sawah dan kadang
baru dasawarsa terakhir ini sapi di ternak untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan
diambil daging dan susunya.
Dari empat jenis rotan tersebut paling bagus untuk alat musik adalah uwee Awang.
b. Teknik menimbulkan suara atau tone color yang bagus pada petep
Untuk dapat menghasilkan suara yang bagus pada petep tentunya harus secara sadar
mengerti secara motorik bunyi apa yang diinginkan. Kepekaan sensorik dan motorik harus
dipahami secara reflek, karena kebiasaan terlatih hal ini yang disebut kepekaan musikal,
tangan harus mempunyai Sensor motorik praktis dalam menghasilkan bunyi. Berikut saya
paparkan bagaimana cara menghasilkan bunyi yang bagus pada petep walaupun belum secara
komprehensif setidaknya dapat membantu.
● Hal pertama adalah mengenal suara-suara yang ada pada instrumen petep pertama adalah
bunyi
a. Tung
b. trung
c. degdeng
d. dreg
e. treg
f. teg
1. Bunyi trung
Teknik menghasilkan bunyi dung kurang lebih sama dengan teknik untuk
menghasilkan bunyi tung, yaitu dengan satu tangan bagian tidak kidal dengan
menggunakan bunyi tangan kanan. Bagi yang kidal adalah sebaliknya caranya dipukul
dengan intensitas kuat di bagian tengah membran kemudian diangkat untuk menghasilkan
gaung atau Drone yang membedakan secara spesifik stik atau pemukul. Untuk
menghasilkan bunyi dung bagian ujung stik diberi karet sampai membentuk benjolan agar
menambah kesan berat atau antep.
Bunyi drung dihasilkan dengan teknik yang sama untuk membunyikan bunyi trung
bedanya adalah stick pemukul diberi karet hingga bentuk benjolan.
t = tung
𝑡 𝑟 = trung
d = deng
𝑑𝑟 = dreg
Sistem visual bunyi di atas adalah lambang yang akan kita gunakan untuk
mempelajari petep atau tradisional Paser.
Adapun pembagian tangan kanan atau tangan kiri bisa dilakukan dengan faktor kebiasaan
dan tingkat kenyamanan masing-masing. Sistem ini bukanlah sistem yang baku hanya bertujuan
untuk mempermudah semata. Apabila di lain kesempatan ada penulis yang bisa menuliskan lebih
fleksibel dan efisien saya sangat berterima kasih.
8. Mengenal ritmik dan pola pada permainan Petep perkusi tradisional Petep Paser
Sebelum kita belajar memainkan petep terlebih dahulu akan kita pahami Apa itu
ritme/ritmik serta pola. Ritme adalah Satuan terkecil yang akan membentuk kalimat lagu pada
pola permainan petep atau bisa juga dinamakan ide musikal petep. Contoh ritme satu atau
pembawa. Ritme dua atau paningkah dan ritme tiga penerus ide musikal atau bahasa pasernya
ngerame/ngerasuk. Sedangkan pola adalah satuan dari beberapa ritmik atau Suku suara yang
digabungkan sehingga membentuk jalinan pola musik yang dinamakan pola. Untuk
menimbulkan atau menghasilkan pola perlu permainan yang kompak dalam satuan Irama dan
tempo. Dalam bahasa musikal ini dikenal dengan istilah interlocking figuration atau istilah
lokal adalah imbal-imbalan.
Dalam tulisan ini akan kita kenal atau kita pelajari beberapa pola petep yang lazim
digunakan untuk tari tradisional dan upacara beliant yang biasa digunakan, artinya bukan
menyeluruh pola dikarenakan keterbatasan suatu hal waktu dan tempat akan tetapi setidaknya
sudah cukup untuk mewakili pola permainan yang lazim digunakan untuk di tanah ulayat suku
Paser. Baik untuk kepentingan hiburan atau ritual, selain ritmik dan pola kita juga mengenal
adanya Irama. Irama adalah suatu kalimat lagu yang dimainkan dalam tempo tertentu dan sudah
merujuk lagu.
Kakanjar lenggur atau orang lebih akrab dengan menyebut titik guntur adalah sebuah irama
yang ada dalam tari tradisional, atau tari rakyat Paser yang bernama gintur. sebagian
masyarakat Paser Kuwangan mengenalnya dengan nama Tu'ung Gintur. Masyarakat umum
kalimantan Timur atau dayak benuaq mengenalnya dengan tari gantar. Tari gantar atau gintur
adalah tari persahabatan suku paser walaupun hanya sebagian sub suku yang mengenalnya
● Paser Telake mengenalnya dengan tuyo tolang singkir dengan menggunakan irama
tenton.
● Paser Adang juga mengenalnya dengan Tolang singkir dengan irama titik tenton.
● Masyarakat Paser Luangan mengenalnya dengan nama beliant bukit.
Sedangkan nama kakanjar lunggur sendiri dahulu konon tercipta di daerah Luhur
Kecamatan Batu Kajang. Berdasar wawancara Bapak Sudirman 61 tahun dan Abangda Fredisel
52 tahun. Tarian ini sekarang masuk di tarikan oleh penari-penari pemula atau anak-anak
tingkat SD di Kabupaten PPU sebagai basic tari tradisional. Selain dari Ronggeng, walaupun
Tari kakanjar, Gantar, gintur, atau giring-giring universal terdapat di sebagian Kalimantan
Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Namun suku Paser juga mempunyai
sajian ini secara khusus dengan Irama musik yang khas dan cengkok-cengkok khusus.
̅̅̅̅ 53
55 ̅̅̅̅23 55
̅̅̅̅ 52
̅̅̅̅12 55
̅̅̅̅ 51
̅̅̅̅13 5̅551
̅̅̅̅12
̅̅̅̅ ̅65
66 ̅̅̅35 66
̅̅̅̅ 6323 ̅̅
55̅̅ ̅53
̅̅̅23 5̅552
̅̅̅̅12
.2̅.2̅22 berhenti
.𝑑̅D dD dD dD – ritmik
Pola I
𝑑̅D dD dD 𝑑̅D dD dD 𝑑̅ D dD dD 𝑑̅ D dD dD
̅̅̅̅.𝐷𝑑
d𝑑𝐷 ̅̅̅̅Dd ̅̅̅̅ .𝑑̅ D
d𝑑𝐷 Ritmik
Pola
̅̅̅̅ .𝐷𝑑
d𝑑𝐷 ̅̅̅̅ d𝑑𝐷
̅̅̅̅ .𝑑̅ D ̅̅̅̅ .𝐷𝑑
d𝑑𝐷 ̅̅̅̅ d𝑑𝐷
̅̅̅̅ .𝑑̅ D ̅̅̅̅ .𝐷𝑑
d𝑑𝐷 ̅̅̅̅ d𝑑𝐷
̅̅̅̅ .𝑑̅ D
Ritmik
.𝑑̅̅̅̅̅̅
𝐷𝑑 .𝑑̅ ̅̅̅̅
𝐷𝑑 .𝑑̅ ̅̅̅̅
𝐷𝑑 .𝑑̅ D
Pola I
.𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ 𝑑̅ D .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ 𝑑̅ D .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ 𝑑̅ D
.𝑑̅ ̅̅̅̅
𝐷𝑑 .𝑑̅ ̅̅̅̅
𝐷𝑑 .𝑑̅ ̅̅̅̅
𝐷𝑑 𝑑̅ D
Keterangan dalam sajian pola di atas hanya menggunakan dua bunyi yaitu nada kelentangen
tidak menggunakan nada 4 karena mengacu musik pentas seni
d = Deng D = Dung
Pola jerambut adalah pola yang biasa untuk tuyo nyengka berdiri sebagai tanan. Ataupun
juga dalam ritual beliant biasanya mulung akan memberi kode tertentu untuk para pemusik
memainkan Irama tersebut. Kode tersebut hanya dipahami sang mulung atau pemimpin ritual adat
beliant, kode tersebut berupa karya sastra tradisional Paser yang disebut beloak dilantunkan dengan
cengkok nada tertentu setelah mulung selesai beloak pukulan awal akan dimulai dari tung Tino
Berikut adalah contoh beloak.
.𝑑̅ ̅̅̅̅
𝑑𝑑 𝐷.̅̅̅̅̅
𝑑 ̅̅̅̅
𝑑𝑑 d.
.2̅ ̅̅
23̅̅ ̅13 ̅̅̅̅ ̅52
̅̅̅2 .33 ̅̅̅ ̅13
̅̅̅2 .2̅ ̅23
̅̅̅ ̅̅
13 ̅̅̅̅ ̅52
̅̅2 .33 ̅̅̅ ̅13
̅̅̅2
.2̅ ̅̅
23̅̅ ̅13 ̅̅̅̅ ̅53
̅̅̅2 .33 ̅̅̅ ̅13
̅̅̅2 ̅̅̅̅ ̅̅
.15 61̅̅ ̅51
̅̅̅ ̅̅
66̅̅ ̅̅̅̅̅̅̅
3565 ̅̅ ̅̅2
13
Pola
.𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ D 𝑑𝐷
̅̅̅̅ 𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ D .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ D 𝑑𝐷
̅̅̅̅ 𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅D
.𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ D 𝑑𝐷
̅̅̅̅ 𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ D .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ D 𝑑𝐷
̅̅̅̅ 𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅D
̅̅̅̅̅
.𝑑. ̅̅̅̅̅
𝐷 𝑑. 𝐷 ̅̅̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷𝑑 D ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷 𝑑. 𝐷 𝑑̅̅̅̅̅
𝐷𝑑 D
Pola 2
̅̅̅̅̅
.𝑑. ̅̅̅̅̅
𝐷 𝑑. 𝐷 ̅̅̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷𝑑 D ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷 𝑑. 𝐷 𝑑̅̅̅̅̅
𝐷𝑑 D ̅̅̅̅̅
.𝑑. ̅̅̅̅̅
𝐷 𝑑. 𝐷 ̅̅̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷𝑑 D ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷 𝑑. 𝐷 𝑑̅ ̅̅̅̅
𝐷𝑑 D
̅̅̅̅̅
.𝑑. ̅̅̅̅̅
𝐷 𝑑. 𝐷 ̅̅̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷𝑑 D ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷 𝑑. 𝐷 𝑑̅̅̅̅̅
𝐷𝑑 D ̅̅̅̅̅
.𝑑. ̅̅̅̅̅
𝐷 𝑑. 𝐷 ̅̅̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷𝑑 D ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷 𝑑. 𝐷 𝑑̅ ̅̅̅̅
𝐷𝑑 D
Khusus dalam Pola perambut atau jerambut Hanya dua pola yang digunakan yaitu pemoit
dan peningkah, boleh berpasangan atau dalam satu ansambel misal ada 6 petep. salah satu harus
menjadi penengkah dipilih petep yang paling melengking atau nada tinggi.
Sengaja untuk Irama Gong saya tulis 4 birama saja karena untuk mempermudah
pendokumentasian dalam bentuk notasi. Notasi di atas merupakan notasi Tabuhan Gong bukan
kelentangen dikarenakan untuk beliant Paser Adang Gong memainkan melodi dan kelentangen
merupakan penerus ide musikal. Apabila dalam ansambel atau satu Perangkat musik beliant tidak
ada Gong secara otomatis kelentangen menggantikan peran Gong.
4. Pola dan Ritme tabuhan Petep Irama Jerambut Adang.
Ritme
̅̅̅
. 𝑑 ̅̅̅ ̅̅̅̅𝑟 ̅̅̅̅
. 𝐷.𝐷 𝑑𝑑 ̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝑑 . 𝐷.𝐷𝐷 𝑑𝑑 𝐷𝑟
Pola
̅̅̅
. 𝑑 ̅̅̅ ̅̅̅̅𝑟 𝐷 ̅̅̅̅
. 𝐷.𝐷 𝑑𝑑 ̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝑑 . 𝐷.𝐷𝐷 𝑑𝑑 𝐷𝑟 ̅̅̅
. 𝑑 ̅̅̅ ̅̅̅̅𝑟 𝐷 ̅̅̅̅
. 𝐷.𝐷 𝑑𝑑 ̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝑑 . 𝐷.𝐷𝐷 𝑑𝑑 𝐷𝑟
̅̅̅
. 𝑑 ̅̅̅ ̅̅̅̅𝑟 𝐷 ̅̅̅̅
. 𝐷.𝐷 𝑑𝑑 ̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝑑 . 𝐷.𝐷𝐷 𝑑𝑑 𝐷𝑟 ̅̅̅
. 𝑑 ̅̅̅ ̅̅̅̅𝑟 𝐷 ̅̅̅̅
. 𝐷.𝐷 𝑑𝑑 ̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝑑 . 𝐷.𝐷𝐷 𝑑𝑑 𝐷𝑟
Keterangan
𝐷𝑟 = merupakan simbol bunyi drung dengan teknik menabuh dengan hampir bersamaan
antara tangan kanan dan tangan kiri, apabila mengacu pada sistem Musik Barat disebut stakato.
Dalam pola jerambut Adang ini, pola petep disajikan dengan teknik Tuti atau pukulan nampak
secara bersama-sama mengutamakan kekompakan. Kalau ada pukulan peningkah, tidak dilarang
Selama masih jalur Harmoni tidak mengubah esensi Irama pokok. Berdasar wawancara dan
observasi beliant bandan di kediaman Bapak Suwis Santoso.
Ritme Petep
.𝑑𝑟 D𝑑𝑟 D.̅̅̅̅
𝑑𝑟 Dd
Pola Petep
.𝑑𝑟 D𝑑𝑟 D.̅̅̅̅
𝑑𝑟 Dd .𝑑𝑟 D𝑑 𝑟 D.̅̅̅̅
𝑑 𝑟 Dd
.𝑑𝑟 D𝑑𝑟 D.̅̅̅̅
𝑑𝑟 Dd .𝑑𝑟 D𝑑 𝑟 D.̅̅̅̅
𝑑 𝑟 Dd
Disajikan dalam tempo cepat motif
D = Dung
𝑑𝑟 = drung
Motif ngrekesek biasanya disajikan untuk nyembula, membuka Beliant setelah selesai sera
seron. Dalam tari arang juwata, biasa dimainkan untuk membuka tarian dan menutup sajian
mengantar penari ke luar tempat persembahan. Disajikan secara Tuty atau serempak. Panengka
bukan suatu keharusan.
Ritme Petep
̅̅̅̅̅ ̅ 𝑡𝑟 t
. 𝑡 𝑟 𝑡𝑡𝑡
Pola Petep
̅̅̅̅̅ ̅ 𝑡𝑟 t
. 𝑡 𝑟 𝑡𝑡𝑡 ̅̅̅̅̅ ̅ 𝑡𝑟 t
. 𝑡 𝑟 𝑡𝑡𝑡
̅̅̅̅̅ ̅ 𝑡𝑟 t
. 𝑡 𝑟 𝑡𝑡𝑡 `.̅̅̅̅̅ ̅ 𝑡𝑟 t
𝑡 𝑟 𝑡𝑡𝑡
Dalam ngrekesek II atau ngrekesek cepat pola disajikan serempak atau Tuty
t = tung t atau 𝑡 𝑟 hanya digunakan pada petep diameter kecil
𝑡 𝑟 = trung notasi dengan lambang
Ritme Petep
̅̅̅̅̅
. . 𝑡̅𝑟 ̅̅̅̅̅
𝑡. 𝑡̅𝑟 t𝑡 𝑟 ̅̅̅̅̅
𝑡. 𝑡̅𝑟 t
Untuk pola sajiannya sama, akan tetapi motif modifikasi atau pengulangan tergantung kebutuhan
yaitu, menyesuaikan durasi yang ditentukan Mulung.
Ritmik Petep
̅̅̅
. 𝑑.̅̅̅̅̅ 𝐷𝐷̅̅̅̅
𝐷𝑟 ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝑑𝑑 𝑑𝑟 .D𝐷𝐷 𝑑𝑑 D
Keterangan
d = deng
𝑑𝑟 = drung /dreg
D = Dung
Keterangan
t = tung
𝑡 𝑟 = trung
Khusus pola jombu tutung ini disajikan dengan irama 5/4 atau dalam satu birama berisi 5 pukulan
nada modifikasi atau pengulangan tergantung kebutuhan.
j. Pola petep irama Blengko Mayang untuk tuyo atau tari babas.
Ritmik
. 𝑡 𝑟 tttt𝑡 𝑟 tt . 𝑡 𝑟 tttt𝑡 𝑟 tt
. 𝑡 𝑟 tttt𝑡 𝑟 tt . 𝑡 𝑟 tttt𝑡 𝑟 tt
Keterangan
t = tung
𝑡 𝑟 = trung
Pola titik petep atau lentangen yang disajikan dalam ketukan 4/5 modulasi tergantung kebutuhan.
Ritme petep
𝑡̅𝑟 t 𝑡𝑡
̅̅̅̅𝑟 𝑡𝑡
̅t
Pola Petep
𝑡̅𝑟 t ̅̅̅̅ ̅t
𝑡𝑡 𝑟 𝑡𝑡 𝑡̅𝑟 t ̅̅̅̅ ̅t
𝑡𝑡 𝑟 𝑡𝑡 𝑡̅𝑟 t ̅̅̅̅ ̅t
𝑡𝑡 𝑟 𝑡𝑡 𝑡̅𝑟 t ̅̅̅̅ ̅t
𝑡𝑡 𝑟 𝑡𝑡
Keterangan
𝑡 𝑟 = trung
t = tung
Khusus untuk titik babas paser Adang disajikan dengan ketukan 4/4 modulasi
menyesuaikan kebutuhan. Ritmik dan pola petep di atas hanya merupakan bagian titik yang biasa
digunakan di tanah ulayat suku Paser. Apabila diteliti lebih lanjut, masih banyak lagi ragam dan
gayanya. Namun setidaknya pola di atas sudah dapat mewakili dikarenakan sudah diambil contoh
dari dua Sub etnis yaitu sub etnis Paser Adang dan Paser Telake, kedua sub etnis tersebut masih
eksis hingga sekarang. Merawat dan menyajikan tarian tradisional dan upacara ritual beliant.
Kesimpulan
Dari urutan fakta di atas dapat disimpulkan bahwa petep merupakan alat perkusi tradisional
Paser yang sudah ada sejak zaman animisme dinamisme, yaitu sejak zaman ketika orang
Paser/Suku Paser sudah hidup berserikat, berkumpul. Konon sejak berdiri kerajaan Regant Tatau
sekitar permukaan pertama tahun masehi, ketika bertamu sering dilaksanakan pada masa kerajaan
Padang. Upacara ritual Paser mengalami puncak keemasan, Petep menjadi Alat utama untuk
mengiringi upacara ritual beliant.
Selama ini petep belum pernah dikaji secara komprehensif maka dari itu
,pendokumentasian dalam tulisan perlu dilakukan sebagai upaya konsekuensi untuk mendukung
pembelajaran musik tradisional Paser khususnya petep. Penotasian penting adanya. Seiring waktu,
berjalan variasi petep juga berkembang pola dan gaya. Perkembangan ini dipengaruhi juga oleh
faktor virtuasitas. Contoh pola Paser Adang sedikit berbeda dengan pola Paser Telake akan tetapi,
perbedaan itu masih dalam satu frame. Perkembangan gaya biasanya dipengaruhi oleh faktor
teritorial juga. Contoh Sepan, sedikit berbeda dengan Kecamatan Waru, Babulu, Long Kali.
Faktor virtuositas juga berpengaruh terhadap perkembangan variasi petep. Virtuositas
adalah faktor atau kemampuan seseorang empu Power Of Low public figure dan dijadikan
penonton, contoh pada permainan petep Mulung Suwis di Sepan dan pola Datuk Sowok di
Penajam Paser Utara bagian depan Selatan belaru Babulu.
Penutup
Sekian tulisan saya tentang petep dalam kajian musikal. Penulis menyadari tulisan ini
masih jauh dari kata sempurna dan belum maksimal, kritik dan saran sangat penulis butuhkan
demi tulisan saya berikutnya. Menuju generasi Paser Gemilang menyelami kekayaan leluhur.
• Alat Musik
• Narasumber
• Praktek Petep
DAFTAR PUSTAKA
Mpu prapanca satguru sabda langit lV
Narsidah Ilam 2017. "Tari ronggeng paser sebagai Identitas masyarakat suku paser di kabupaten
Paser kalimantan Timur" Di tulis oleh Narsidah Ilam di jurusan Tari Fakultas Seni
pertunjukan Institut seni Indonesia yogyakarta tahun 2017.
Victor T. King KALIMANTAN TEMPO DOELOE. New York Oxford University Press, 1996
M.C Ricklefs, Monash University. Gadjah Mada University Press anggota IKAPI
Khazanah Seni Tradisi Kalimantan Timur, Dewan kesenian daerah Kalimantan Timur 2020
Tahun 1998 Banjar Masin, di terbitkan pemerintah manuskrip sejarah adat Paser 1978
Kumpulan naskah kesenian tradisional Kaltim, Taman Budaya Kalimantan Timur Samarinda
Sejarah Masyarakat Paser di tanah Pasir, Kerjasama Pemerintah Kabupaten Pasir dan Universitas
Lambung Mangkurat Banjarmasin 2005
Dr. Sri Hastanto, S. Kar. Deputi Bidang Seni dan Film Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata
2005
H.M Yusuf. Adat dan budaya paser, Bumi Daya Taka 1 Oktober 1999
M.Irfan Iqbal Etal, Budaya dan sejarah kerajaan Paser. Atas kerjasama PT.BHP KENDILO COAL
INDONESIA dan BINA LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA, Petangis Desember 2000