Anda di halaman 1dari 30

INSTRUMENTASI PETEP ALAT PERKUSI TRADISIONAL PASER

Sebuah Tinjauan Musikal Antara Pola dan Ritmik

Dwi Totok Sudianto

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan


Provinsi Kalimantan Timur
2023
ABSTRAK

Musik selain sebagai alat hiburan, terapi dan pengobatan, propaganda dalam berpolitik,
musik juga berfungsi sebagai alat stimulus (dorongan) ilahiah yang dapat meningkatkan kecintaan
seseorang hamba atau anak manusia kepada budaya, kehidupan dan kepada Tuhan. Secara
fungsional musik mampu mengendalikan dan mempengaruhi jiwa pendengarnya, sehingga kualitas
musik sangat berpengaruh, bahwa semakin baik kualitas musik yang disajikan atau diciptakan
maka semakin baik pula kualitas penikmat. Apalagi dalam konteks musik ritual atau musik untuk
iringan tari ritual. Kualitas musik sangat penting dan krusial keberadaannya. Seseorang yang
berkesenian baik musik atau tari ritual sepenuhnya berorientasi kepada yang Maha Tinggi yaitu
Sang Khalik. Bagi masyarakat adat biasanya semua hal atau perilaku seni budaya berorientasi dan
dipersembahkan kepada dewa, roh - roh suci, dan leluhur. Pulau Borneo sebagai salah satu paru-
paru dunia mempunyai salah satu suku yang unik yaitu suku Paser. Suku Paser memiliki tanah
Ulayat yang akan dijadikan ibukota Nusantara. Selain itu suku Paser kaya akan upacara ritual salah
satunya adalah beliant. Upacara ritual beliant dipimpin oleh seorang pemimpin adat yang disebut
Mulung. Mulung dalam memimpin upacara adat beliant selalu diiringi dengan musik ritual, salah
satu instrumen yang sangat krusial adalah petep. Petep adalah semacam gendang kecil yang dipukul
dengan stik rotan secara vertikal dengan kedua tangan. Seorang mulung mendendangkan syair atau
merapal mantra didedikasikan dan berorientasi kepada Sang Khalik. Oleh sebab itu sajian musik
khususnya petep, baik pola atau ritmik harus berkualitas dalam satu rangkaian interaksi musikal,
atau interlocking viguration agar jalannya ritual belian semakin khusyuk dan sakral.

Kata Kunci: Paser, Petep, Pola, Ritmik


Abstract

Apart from being a means of entertainment, therapy and treatment, propaganda in politics,
music also functions as a divine stimulus tool that can increase the love of a servant or human
child for culture, life and for God. Functionally, music is able to control and influence the
listener's soul, so the quality of music is very influential, that the better the quality of the music
presented or created, the better the quality of the audience. Especially in the context of ritual
music or music for ritual dance accompaniment. The quality of music is very important and
crucial to its existence. Someone who performs either music or ritual dance is fully oriented
towards the Most High, namely the Creator. For indigenous peoples, usually all things or
cultural arts are oriented and offered to gods, holy spirits, and ancestors. Borneo Island as one
of the lungs of the world has a unique tribe, namely the Paser tribe. The Paser tribe owns Ulayat
land which will be used as the capital of the Nusantara. In addition, the Paser tribe is rich in
ritual ceremonies, one of which is beliant. The beliant ritual ceremony is led by a traditional
leader called Mulung. Mulung in leading the traditional beliant ceremony is always
accompanied by ritual music, one of the most crucial instruments is the petep. Petep is a kind of
small drum that is hit with a rattan stick vertically with both hands. A mulung chants a poem or
recites a mantra dedicated and oriented to the Creator. Therefore the presentation of music,
especially petep, both pattern and rhythm must be of quality in a series of musical interactions,
or interlocking viguration so that the ritual of belian becomes more solemn and sacred.

Keywords : Paser, Petep, Patterns, Rythmic


Pengantar

Tulisan ini membahas fenomena musikal yang terkait dengan adat tradisi Paser yaitu ritual
beliant. Dalam upacara ritual beliant kedudukan musik amat penting keberadaannya, beliant dan
musik tidak dapat dipisahkan. Akan tetapi kajian tentang musik sendiri baik tekstual maupun
kontekstual masih sangat minim di Suku Paser sendiri. Dalam kesempatan kali ini penulis jiwanya
terusik untuk menulis pola dan ritmik alat perkusi tradisional Paser, yang sangat unik menggelitik.
Alat musik tersebut adalah Petep. Selain dengan nama Petep suku Paser atau masyarakat Paser
mengenal alat musik tersebut dengan berbagai nama yaitu: tung, petep, lumba, tepetep, gendeng.
Petep, sendiri adalah warisan budaya Paser dari zaman animisme dinamisme. Apabila kita analisa
dari segi visual, pola dan ritmiknya, pola adalah rangkaian beberapa ritmik yang dimainkan
bersama membentuk jalinan musikal yang disebut interlocking Viguration. Pola sendiri terjalin
dari beberapa ritmik petep. Ritme adalah satuan terkecil bunyi petep yang diolah berdasar timbre
atau tone color, diatur dalam irama yang selaras dan Harmoni. Oleh sebab itu penulis merasa pola
permainan Petep ini perlu di dokumentasikan dalam wujud tulisan agar menjadi penyemangat bagi
pecinta budaya untuk melakukan hal yang sama. Walau tulisan ini sangat sederhana, paling tidak
dalam lingkup kecil bisa menjadi acuan generasi muda untuk mempelajari musik paser khususnya
Petep.
A. Latar Belakang

Di pulau Borneo tepatnya di Provinsi Kalimantan Timur bagian Selatan, hidup salah satu
suku yang masih menjunjung tinggi adat istiadat peninggalan leluhur yaitu suku Paser. Secara
administratif suku Paser mendiami 3 wilayah yaitu Kota Madya Balikpapan, Kabupaten Penajam
Paser Utara, dan Kabupaten Paser. Suku Paser berbagi ke dalam beberapa subetnis diantaranya

1. Paser Pematang
2. Pasar Modang
3. Paser Balik
4. Paser Telake
5. Paser Muluy
6. Paser Adang
7. Paser Tiong Jalin
8. Paser Tikas
9. Paser Pemuken / Pamukan
10. Paser Migi
11. Paser luwangan/komam
12. Paser pembasi

13. Paser bukit buramato

Menurut beberapa hasil survei, suku Paser terbagi ke dalam 6 sub etnis. Ke-12 sub etnis suku
di atas adalah sub suku yang akrab di dengar di masyarakat Paser seperti, yang telah dikemukakan
diatas. Suku Paser mendiami tiga wilayah administratif yaitu Kota Madya Balikpapan, Kabupaten
Penajam Paser Utara dan Kabupaten Paser. Dalam tulisan ini penulis akan lebih fokus ke wilayah
teritorial suku Paser di Penajam Paser Utara. Walau dalam objek penelitian juga harus observasi
ke daerah lain suku Paser. Hal itu semata-mata dilakukan untuk memperoleh data yang akurat dan
Kredibel. Sejauh ini tidak ada batasan untuk perilaku budaya yang membatasi daerah tertentu,
contoh seorang Mulung yang berdomisili di daerah tertentu hanya boleh melakukan aktivitas
budaya beliant sesuai daerah tempat ia berdomisili. Karena, pada dasarnya Paser adalah salah satu
entitas yang tidak dapat dipisahkan.
1. Sejarah terbentuknya Kabupaten Penajam Paser Utara
Kabupaten Penajam Paser Utara terbentuk secara yuridis formal, berdasarkan
undang-undang Nomor 7 Tahun 2002 tentang terbentuknya Kabupaten Penajam Paser
Utara. Terdiri dari empat kecamatan yaitu Kecamatan Waru, Kecamatan Babulu,
Kecamatan sepaku, dan Kecamatan Penajam. Kecamatan Penajam adalah letak Ibukota
Penajam Paser Utara, batas wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara adalah sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Paser, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai
Barat, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara, serta Kotamadya
Balikpapan titik sebelah timur berbatasan dengan selat Makassar.

2. Sekilas sejarah asal usul Suku Paser


Suku Paser adalah salah satu suku tua di pulau Borneo, suku ini sudah ada sejak
zaman prasejarah. Berbagai versi tentang asal-usul Suku Paser banyak berkembang di
masyarakat. Setidaknya untuk memberi sedikit gambaran, agar kronologi tulisan ini dapat
terarah, teratur dan dapat dipahami, kita telusuri kilas balik asal-usul sejarah Paser yang
berkembang di masyarakat, berdasar sastra lisan, pendapat para tokoh dan berdasar literatur
yang pernah tertulis.
a. Berdasar sastra-lisan
Suku Paser sudah ada sejak zaman animisme dinamisme atau zaman
prasejarah yang disebut suku merawong atau Kerawong, yang kemudian abad
pertama Masehi mendirikan struktur organisasi sosial masyarakat suku lembuyut.
Kemudian berubah menjadi suku saing puak, mendirikan kerajaan yang berpusat di
Regant Tatau Datai Danum. Konon kerajaan ini berdiri awal pertama masehi di
daerah kepala telake yang masuk Dua Kecamatan Longkali dan Long ikis

3. Sejarah suku Paser berdasarkan pendapat para tokoh


a. Berdasarkan pendapat Aji Jamil A.W. dari lempesu. Aji Jamil merupakan seorang
tokoh adat Paser Pematang dzuriat asli Putri Petung. Paser atau Suku Paser sudah
ada mendiami kepala sungai kandilo dan kepala Sungai telake, sejak zaman
prasejarah atau animisme dinamisme berdasar wawancara dengan Aji Jamil Aw dari
lempesu tahun 2018.
b. Berdasar pendapat Bapak Soedirman (ketua Lembaga Adat Paser periode 2016-
2019) saat ini, beliau adalah ketua tertinggi Lembaga Adat Paser Borneo. Bapak
Sudirman menuturkan bahwasannya abad pertama masehi, suku Paser sudah mulai
eksis dengan kerajaan Regant Tatau Datai Danum. Kerajaan lambakan yang
berpusat kepala sungai telake dengan leluhurnya suku merawong.
c. Pendapat bapak Paidah Riansyah
Paidah riansyah menuturkan paser terdiri dari dua kata, pa-yang artinya terang ser-
yang artinya semangat. Apabila digabungkan dua suku kata ini memiliki arti
semangat yang menyala-nyala. Suku Paser bermula dari sebuah peradaban purba
Bansu Tatau Datay Danum yang artinya, masyarakat yang hidup di tepi sungai dan
pantai. Peradaban ini menurunkan suku Merawong atau lembuyut, dan suku Saing
puak. Suku ini merupakan nenek moyang suku paser yang sekarang. Peradaban di
atas, diperkirakan terletak di daerah kepala sungai telake.( berdasar diskusi pribadi.)
dengan bapak Paidah Riansyah

4. Sejarah suku Paser berdasar literatur yang sudah ada


a. Berdasarkan hasil penelitian Lembaga Adat Paser dan Universitas Lambung Mangkurat
tahun 2005 disimpulkan, mengacu pada persebaran bangsa-bangsa Austronesia, dapat
ditarik kesimpulan atau analogi, masyarakat Paser adalah salah satu suku tua di pulau
Borneo yang hidup di kepala sungai kandilo dan sungai telake. Dengan situs gua
Loyang daerah hunian dan gua tengkorak yang digunakan sebagai kuburan mereka (
catatan kaki kerjasama Pemerintah Kabupaten Paser lembaga adat pasir dan Universitas
Lambung Mangkurat Tanah Grogot, 2005 halaman 24) .
b. H. M. Yusuf dalam tulisannya yang berjudul Adat dan budaya Paser, menulis
bahwasanya masyarakat paser sudah eksis sejak zaman -prasejarah atau zaman sebelum
abad masehi. Menurut kisah masyarakat pada zaman dahulu daerah Paser masih
bernama Regant Tatau Datai Danum yaitu zaman animisme dinamisme catatan kaki (
h. M. Yusuf, adat dan budaya paser (Tanah Grogot 1999) halaman 15).
c. Sejarah asal muasal suku Paser. Buku ini salah satu tulisan dari Aji Abdul Rasyid A.W
seorang budayawan dari Lempesu kelahiran 1920. Beliau merupakan keturunan ke-13
Putri Petung dan Pangeran Abu Mansyur Indrajaya. Tulisan ini mengisahkan
bahwasanya masyarakat Paser sudah membentuk koloni atau struktur masyarakat sejak
500 - SM yang disebut Punsu Datai Danum yang mendiami tiga Hulu Sungai yaitu
1) Mato Danum Kapuas artinya mata air yang mengalir ke arah barat
2) Mato Danum Mahakam. Mahkam atau Mahakam artinya mata air yang
mengalir ke arah matahari terbit atau ke Timur
3) Mato Danum Barito mata air yang mengalir ke arah selatan
4) Selain sungai-sungai besar ini, di area Tenggara, pulau Borneo mengalir dua
mata air yang sama-sama ke timur yaitu sungai Uwee, (nama awal sungai
kandilo) dan sungai panjang bungoo nama awal sungai telake. Bahkan Pada
masa ini masyarakat Paser dalam berinteraksi menggunakan bahasa sendiri
yaitu bahasa Banau Tatau (catatan kaki Aji Abdul Rasyid sejarah awal mula
Pasar lempesu 1982 hal 2.)
d. Berbagai macam tulisan atau manuskrip Nusantara dari tulisan orang dari Eropa, suku
Paser adalah salah satu suku yang sudah eksis dan mengembangkan sistem kerajaan,
buku-buku yang memuat tulisan tentang Paser diantaranya Negarakertagama karya
Mpu Prapanca antara Pupuh Suwadana PRTNWITALA menjelaskan negeri-negeri
yang sudah eksis di nusantara yang berbunyi

" Lwir nin Nusa pranusa Pramuka sakahawat ksini ri Malayu” ,

" Sedu, Barune, Kalka, Saladung, Solot " Paser (Pasir) yang artinya "

Terperinci satu persatu hanya yang terpenting saja diawali dari Melayu, Sedu, Barune,
Kalka, Seludung, dan Paser. Masing-masing pendapat tentang sejarah suku Paser di atas bukan
untuk pembuktian mana yang paling benar, akan tetapi pendapat tersebut hanya untuk
membuktikan bahwa suku Paser sudah aktif sejak dahulu kala.Bahwa dengan adanya suku Paser
yang sudah aktif melakukan interaksi sosial secara otomatis, mereka melakukan aktivitas atau
berperilaku yang merupakan embrio produk kebudayaan. Dengan adanya petep juga merupakan
pengendapan tata norma perilaku, yang kemudian mengkristal menjadi local genius masyarakat
Paser. Akan tetapi kajian secara komprehensif tentang petep belum pernah dilakukan baik
penotasian atau audiovisual.
B. Rumusan Masalah

Dari beberapa kronologis fakta di atas dapat di ajukan rumusan masalah yaitu,
pendokumentasian petep harus dilakukan dalam bentuk tulisan untuk melengkapi literatur budaya
Paser. Penotasian notasi petep perluu dilakukan untuk menunjang proses pembelajaran musik
tradisional Paser, mengingat saat ini minim sekali tulisan yang biasa menjadi acuan pembelajaran
musik tradisional Paser.

C. Tujuan

Tulisan ini bertujuan untuk memperkaya litelatur khasanah budaya Paser, dalam upaya
memperkokoh jati diri budaya Paser, sekaligus sebagai upaya konservasi budaya Paser agar tetap
lestari dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Dalam harapan besar, upaya kecil yang saya lakukan dapat menjadi filterasi terhadap
budaya asing yang masuk ke Indonesia khususnya Paser, belum tentu budaya tersebut cocok
untuk kita aplikasikan dalam kehidupan kita. Alih-alih mengikuti modernisasi tapi berujung
generasi yang tercerabut dengan akar budaya bangsa.
D. Mengenal Bagian-Bagian Instrumen Petep

1) Membran
2) Krangkau
3) Bajik
4) Resonator lengan
5) Daro/ simpai

E. METODE

Metode yang digunakan Dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif yang bertujuan untuk
mengumpulkan data secara rinci dan aktual. Melalui metode ini akan dijelaskan mengenai
gejala/fenomena yang telah ada di lapangan dengan mengenali masalah dan kenyataan praktek
yang masih berlaku, penelitian ini juga berisi data pola praktik musik yang berlaku di lapangan
tujuannya, agar dapat menggambarkan secara sistematis suatu fakta tertentu secara aktual dan teliti
sesuai dengan hasil observasi lapangan dengan kondisi alamiah dan ilmiah.
PEMBAHASAN

INSTRUMEN PETEP ALAT PRESI TRADISIONAL PASER

A. Petep

Apa itu petep?

Sering sekali saya berdiskusi dengan kawan-kawan pecinta seni budaya Paser tentang Apa
saja alat musik tradisional paser. Rata-rata kawan-kawan secara spontan menjawab
gambus, jawaban itu tentunya sangat benar karena gambus juga alat musik tradisional Paser
yang mudah ditemui dan sangat familiar. Walaupun gambus ada di mana-mana hampir
setiap daerah di Indonesia ada, tetapi gambus paser mempunyai ciri khas yang unik dari
cara memainkan, organologi dan bentuk fisik Serta magom atau pijakan wilayah nada.
Lepas dari gambus paser yang cukup familiar di sini saya akan membahas salah satu alat
musik paser yang sangat unik baik secara organologi, akustika, pola ritmik serta teknik
memainkannya alat itu adalah petep.

Petep adalah alat musik tradisional paser yang menggunakan membran atau kulit
yang disenggangkan di atas rusontor, sumber bunyi untuk mengekspresikan rasa musiknya.
Apabila disejajarkan dengan pengklasifikasian musik barat petep termasuk alat musik
membranofon, yaitu alat musik perkusi yang menggunakan membran atau kulit sebagai
sumber bunyinya. Bagi suku Paser petep dikenal dengan berbagai nama diantaranya
gendeng, lumba’, tung, dan petep sendiri. Kawan-kawan atau saudara Paser ruangan
wilayah komam lebih suka menyebut dengan petep, saudara-saudara Paser Adang wilayah
Long Ikis khususnya Long Gelang Tewe brewe lebih senang menyebut lumba’, sedangkan
kawan-kawan yang di Long Kali bawah sampai Penajam lebih sering menyebut petep.

● Di antara nama-nama tersebut rupanya hampir semua daerah lebih dominan menyebut
dengan petep atau tepetep, bahkan saudara-saudara Serumpun baik Dayak keah
manyaan menyebutnya tepetep. Hal ini merujuk dari teknik dan pola yang dihasilkan
yang dapat seolah-olah tidak dapat di sela. Hal ini Senada dengan perumpamaan atau
kata untuk mensifati orang yang sering bicara tidak dapat disela disebut tepetep.
● Penyebutan istilah lain dengan gendheng juga cukup populer bagi suku Paser yang ada
di daerah Muara komam atau paser Selatan. Hal ini terbukti dengan salah satu karya
sastra yang cukup populer di kalangan masyarakat Paser yaitu salembo. Dalam salah
satu salembo, paser gendeng pernah dijadikan jargon atau penciptaan salembo yang
kurang lebih berbunyi sebagai berikut

" Gendeng Upak Payau”

Belok kale Laure Nenteng

Bidung laping Tenga Santau

Ada gendeng terbuat dari payau, tidak ada benang atau tali dari kulit tumbuhan yang
dapat menahan sehingga perahu sampai hanyut ke tengah ranta. Karya sastra di atas
adalah salah satu salembo yang menyiratkan akan hasrat yang tinggi tapi tidak
dibarengi dengan kemampuan membaca situasi, jadi semua hanyut lepas tanpa hasil
atau jadi angin semata.

● Penamaan petep dengan istilah tung


Penamaan istilah petep dengan tung merupakan sebuah fenomena
anomatopia yaitu penamaan alat musik atau benda berdasarkan suaranya. Contoh
bel sepeda yang berbunyi kring kring kring dan akhirnya ada sebagian orang
menamakan bersepeda kering-kring. Begitu juga alat musik petep, karena bunyinya
tung tung tung Sebagian besar masyarakat Pasir menamakannya dengan tung.
● Dalam pelaksanaan beliant ada istilah lumba’ adalah nama yang lebih halus untuk
menyebut. Istilah lumba’ hanya dituturkan dalam upacara beliant lebih halusnya
adalah tung dara lumba. Adapun maksud dan tujuannya saya belum dapat
menjelaskan dengan rinci dikarenakan ada istilah pemali atau tabu menyebut hal
tersebut tanpa pengeras, penduduk, atau sesajen.

a. Mengenal jenis bahan yang bagus untuk membuat petep.


1) Bahan kayu yang paling bagus untuk membuat petep adalah kayu perasi, nyaro atau
nangka. Kayu perasi dan nyaro mempunyai daya tahan yang luar biasa terhadap cuaca,
tahan dari kumbang yang akan memakan atau melubangi untuk dibuat rumah. Kedua
kayu ini merupakan kayu berminyak yang lebih harumnya seperti minyak wangi kayu
putih. Orang Paser pada masa dahulu sering meletakkan bolongan kayu ini ke dalam
persediaan beras mereka agar tidak diserang kutu beras.
Kayu nangka juga mempunyai kualitas unggul dikarenakan selain kuat mempunyai
warna kuning alami. Kayu ini mempunyai serat yang tidak teratur sehingga akan
memberikan keuntungan ketika dilubangi, untuk resonator bunyi menjadi cepat dan
mudah (Wawancara Sudirman usia 61 tahun).

2) Menentukan bahan kulit yang bagus untuk petep


Pada zaman dahulu orang Paser membuat petep atau gendeng dari kulit payau, kulit
ini selain mudah didapat juga merupakan kulit yang kuat karena tebal dan ulet. Kulit
payau digunakan karena pada zaman dahulu satwa ini masih banyak dijumpai sebagai
hewan buruan utama. Selain payau Kijang juga merupakan bahan yang bagus untuk
membuat petep, yang mempunyai struktur kulit yang tidak terlalu tebal namun ulet, jadi
cocok untuk karakter petep paningkah.
Catatan kaki peningkah adalah pola permainan petep yang mengembangkan ide
musikal dari petep utama atau petep pembawa. Karakter suara dari petep peningkah
adalah melengking dan stem suara yang tinggi diatas dari suara petep pembawa.
Hewan-hewan tersebut dalam nama latin masuk ke dalam rumpun arnidae dengan
spesifikasi
● cernus timorensi ( rusa Timor)
● cernus unicolor ( rusa sambar)
● dan genus munhalus kijang atau masyarakat pasir sering menamakan telaus.
Berdasarkan (sumber https//, d.m.wikipedia, rg wiki)

Selain dari pada Rusa dan Kijang, kulit sapi adalah juga bahan yang paling bagus
untuk membuat petep hewan dengan nama ilmiah Bos Taurus dan masuk dalam famili
Bovidae, ini adalah hewan yang sangat mudah dijumpai. Sapi sudah dipelihara manusia
untuk memenuhi kebutuhan sejak zaman dahulu, masyarakat nusantara khususnya
Indonesia umumnya menggunakan sapi untuk membantu pekerjaan sawah dan kadang
baru dasawarsa terakhir ini sapi di ternak untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan
diambil daging dan susunya.

3) Bahan ketiga untuk membuat petep adalah rotan


Rotan atau bahasa Pasernya adalah awee sifatnya sangat penting dalam unsur tali-
temali untuk memasang upak petep atau kulit petep. Sebagai sumber bunyi ,selama ini
saya juga belum pernah menjumpai teknik menegangkan tali petep dengan yang lain
contoh kulit ataupun nilon. Sistem tali-temali dengan menggunakan rotan nampaknya
lebih berkarakter dan estetis, sedangkan jenis rotan yang paling bagus adalah jenis
uwee. Awang untuk memperoleh hasil yang maksimal disarankan saat memasang kulit
petep dengan menggunakan rotan basah karena bersamaan dengan rotan mengering.
Karakter rotan akan mencengkram lebih kuat yang berimbas pada kulit yang
mengencang dan menghasilkan bunyi yang nyaring. Setidaknya ada beberapa jenis
rotan yang ada di Paser menyebut sebagian
● Uwee semambu
● Uwee liwo atau rotan merah
● Uwee kotak
● Owee awang
● Uwei awoy
● Tenduan
● Soko
● Sitbatu
● Danon
● Ngeno
● Nyayas
● Jua juasari

Dari empat jenis rotan tersebut paling bagus untuk alat musik adalah uwee Awang.

b. Teknik menimbulkan suara atau tone color yang bagus pada petep

Untuk dapat menghasilkan suara yang bagus pada petep tentunya harus secara sadar
mengerti secara motorik bunyi apa yang diinginkan. Kepekaan sensorik dan motorik harus
dipahami secara reflek, karena kebiasaan terlatih hal ini yang disebut kepekaan musikal,
tangan harus mempunyai Sensor motorik praktis dalam menghasilkan bunyi. Berikut saya
paparkan bagaimana cara menghasilkan bunyi yang bagus pada petep walaupun belum secara
komprehensif setidaknya dapat membantu.

● Hal pertama adalah mengenal suara-suara yang ada pada instrumen petep pertama adalah
bunyi
a. Tung
b. trung
c. degdeng
d. dreg
e. treg
f. teg

Bunyi di atas banyak simbol untuk memudahkan pembelajaran, apabila ada


hambatan dipersilahkan bagi para pencinta budaya Paser untuk membuat karya tulis serupa
guna melengkapi literasi budaya paser di PPU dan daerah Paser. Bunyi tung akan dihasilkan
maksimal dengan teknik memukul membran petep satu tangan dengan intensitas yang kuat,
kemudian diangkat stik atau pemukul ke udara yang bertujuan untuk mendapatkan gaung
suara atau bunyi tung yang diinginkan. Baiknya bunyi ini dilakukan dengan tangan kanan
bagi tidak kidal, apabila ada pemain kidal dipersilakan menyesuaikan dengan tingkat
kenyamanan masing-masing. Sejauh ini belum ada aturan yang pasti tentang penggunaan
wajib tangan kanan atau kiri terhadap bunyi yang diinginkan.

1. Bunyi trung

Teknik membunyikan bunyi trung adalah dilakukan dengan menggunakan kedua


tangan dengan memukul bergantian secara cepat selang seperempat detik dengan intensitas
kuat, lalu diangkat stik atau pemukul ke udara guna menghasilkan suara gaung double tung
yang apabila bunyi itu ditangkap audio menjadi trung. Adapun kecepatan waktu adalah
relatif berdasarkan tempo yang diinginkan dalam pemain pola petep.

2. Menghasilkan bunyi deng


Bunyi deng dihasilkan dengan memukul resonator atau membran dengan kuat
kemudian ditahan di atas membran sesaat, apabila memukul dengan tangan kanan
diusahakan tangan kiri menahan. Apabila ada pemain petep bertangan kidal
dipersilakan menggunakan teknik sebaliknya.
3. Menghasilkan bunyi dreg

Teknik membunyikan/menghasilkan bunyi dreg adalah dengan menggunakan dua


tangan yaitu memukul petep dengan waktu yang hampir bersamaan dalam jeda peluang
lebih seperempat detik. Berdasarkan pola atau nama yang dibutuhkan dengan intensitas
kuat menekan kemudian setelah dikira-kira dreg dihasilkan langsung tangan diangkat. Pola
dreg ini biasanya digunakan dalam ritme petep nama sekesek atau tung Irama cepat.

4. Menghasilkan bunyi dung

Teknik menghasilkan bunyi dung kurang lebih sama dengan teknik untuk
menghasilkan bunyi tung, yaitu dengan satu tangan bagian tidak kidal dengan
menggunakan bunyi tangan kanan. Bagi yang kidal adalah sebaliknya caranya dipukul
dengan intensitas kuat di bagian tengah membran kemudian diangkat untuk menghasilkan
gaung atau Drone yang membedakan secara spesifik stik atau pemukul. Untuk
menghasilkan bunyi dung bagian ujung stik diberi karet sampai membentuk benjolan agar
menambah kesan berat atau antep.

5. Menghasilkan bunyi drung

Bunyi drung dihasilkan dengan teknik yang sama untuk membunyikan bunyi trung
bedanya adalah stick pemukul diberi karet hingga bentuk benjolan.

6. Mengenal sistem lambang atau penafsiran


Lambang bunyi petep (berdasarkan wawancara dengan Dato Sowak usia 7 tahun).
Untuk memenuhi standar nasional pembelajaran musik tradisi Nusantara perlu dilakukan
sistem notasi dan transkripsi musik tradisional atau Nusantara. Notasi dan transkripsi musik
nusantara ini adalah bukan sesuatu yang baku, melainkan hanya simbol untuk memudahkan
pendokumentasian dan teknik pembelajaran musik petep.
Dalam kebiasaan dunia ilmiah di etnomusikologi dikenal dengan istilah arbitres.
Arbitres adalah suatu yang baru kemudian kata sepakati untuk memperjelas suatu sistem.
Arbitres dalam konteks ini adalah sistem lambang yang kita pakai untuk penafsiran petep
agar mudah diingat atau dipahami. Berikut saya paparkan bunyi simbol yang akan kita
gunakan.

t = tung

𝑡 𝑟 = trung

d = deng

𝑑𝑟 = dreg

D = dung = hanya berlaku untuk drung petep penengka

𝐷𝑟 = hanya berlaku untuk drung petep penengka

Sistem visual bunyi di atas adalah lambang yang akan kita gunakan untuk
mempelajari petep atau tradisional Paser.

7. Mengenal tanda harga pada sistem penafsiran petep


● O tanpa garis. Nilainya empat satu sebelum satu bunyi
● OO satu ketukan isi dua bunyi
● OOO satu ketukan isi tiga bagian up atau naik diisi dua nada
● OOOO satu ketukan berisi 4 pukulan atau nada masing-masing bagian down dan up diisi
dua pukulan
● OOO satu ketukan isi dua tiga nada dengan bagian down diisi dua nada

Adapun pembagian tangan kanan atau tangan kiri bisa dilakukan dengan faktor kebiasaan
dan tingkat kenyamanan masing-masing. Sistem ini bukanlah sistem yang baku hanya bertujuan
untuk mempermudah semata. Apabila di lain kesempatan ada penulis yang bisa menuliskan lebih
fleksibel dan efisien saya sangat berterima kasih.

8. Mengenal ritmik dan pola pada permainan Petep perkusi tradisional Petep Paser
Sebelum kita belajar memainkan petep terlebih dahulu akan kita pahami Apa itu
ritme/ritmik serta pola. Ritme adalah Satuan terkecil yang akan membentuk kalimat lagu pada
pola permainan petep atau bisa juga dinamakan ide musikal petep. Contoh ritme satu atau
pembawa. Ritme dua atau paningkah dan ritme tiga penerus ide musikal atau bahasa pasernya
ngerame/ngerasuk. Sedangkan pola adalah satuan dari beberapa ritmik atau Suku suara yang
digabungkan sehingga membentuk jalinan pola musik yang dinamakan pola. Untuk
menimbulkan atau menghasilkan pola perlu permainan yang kompak dalam satuan Irama dan
tempo. Dalam bahasa musikal ini dikenal dengan istilah interlocking figuration atau istilah
lokal adalah imbal-imbalan.

Dalam tulisan ini akan kita kenal atau kita pelajari beberapa pola petep yang lazim
digunakan untuk tari tradisional dan upacara beliant yang biasa digunakan, artinya bukan
menyeluruh pola dikarenakan keterbatasan suatu hal waktu dan tempat akan tetapi setidaknya
sudah cukup untuk mewakili pola permainan yang lazim digunakan untuk di tanah ulayat suku
Paser. Baik untuk kepentingan hiburan atau ritual, selain ritmik dan pola kita juga mengenal
adanya Irama. Irama adalah suatu kalimat lagu yang dimainkan dalam tempo tertentu dan sudah
merujuk lagu.

Kakanjar lenggur atau orang lebih akrab dengan menyebut titik guntur adalah sebuah irama
yang ada dalam tari tradisional, atau tari rakyat Paser yang bernama gintur. sebagian
masyarakat Paser Kuwangan mengenalnya dengan nama Tu'ung Gintur. Masyarakat umum
kalimantan Timur atau dayak benuaq mengenalnya dengan tari gantar. Tari gantar atau gintur
adalah tari persahabatan suku paser walaupun hanya sebagian sub suku yang mengenalnya

● Paser Telake mengenalnya dengan tuyo tolang singkir dengan menggunakan irama
tenton.
● Paser Adang juga mengenalnya dengan Tolang singkir dengan irama titik tenton.
● Masyarakat Paser Luangan mengenalnya dengan nama beliant bukit.

Sedangkan nama kakanjar lunggur sendiri dahulu konon tercipta di daerah Luhur
Kecamatan Batu Kajang. Berdasar wawancara Bapak Sudirman 61 tahun dan Abangda Fredisel
52 tahun. Tarian ini sekarang masuk di tarikan oleh penari-penari pemula atau anak-anak
tingkat SD di Kabupaten PPU sebagai basic tari tradisional. Selain dari Ronggeng, walaupun
Tari kakanjar, Gantar, gintur, atau giring-giring universal terdapat di sebagian Kalimantan
Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Namun suku Paser juga mempunyai
sajian ini secara khusus dengan Irama musik yang khas dan cengkok-cengkok khusus.

1. Notasi petep dan pada titik Tingkir atau Tu'ung gintur

Pola titik kelentangen atau gelegondang kayu

̅̅̅̅ 53
55 ̅̅̅̅23 55
̅̅̅̅ 52
̅̅̅̅12 55
̅̅̅̅ 51
̅̅̅̅13 5̅551
̅̅̅̅12

̅̅̅̅ ̅65
66 ̅̅̅35 66
̅̅̅̅ 6323 ̅̅
55̅̅ ̅53
̅̅̅23 5̅552
̅̅̅̅12

.2̅.2̅22 berhenti

Notasi Petep moit/ pembawa

.𝑑̅D dD dD dD – ritmik

Pola I

𝑑̅D dD dD 𝑑̅D dD dD 𝑑̅ D dD dD 𝑑̅ D dD dD

Notasi Petep Panengkah

̅̅̅̅.𝐷𝑑
d𝑑𝐷 ̅̅̅̅Dd ̅̅̅̅ .𝑑̅ D
d𝑑𝐷 Ritmik

Pola

̅̅̅̅ .𝐷𝑑
d𝑑𝐷 ̅̅̅̅ d𝑑𝐷
̅̅̅̅ .𝑑̅ D ̅̅̅̅ .𝐷𝑑
d𝑑𝐷 ̅̅̅̅ d𝑑𝐷
̅̅̅̅ .𝑑̅ D ̅̅̅̅ .𝐷𝑑
d𝑑𝐷 ̅̅̅̅ d𝑑𝐷
̅̅̅̅ .𝑑̅ D

Pola 3 Menggulung atau variasi

Ritmik

.𝑑̅̅̅̅̅̅
𝐷𝑑 .𝑑̅ ̅̅̅̅
𝐷𝑑 .𝑑̅ ̅̅̅̅
𝐷𝑑 .𝑑̅ D

Pola I

.𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ 𝑑̅ D .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ 𝑑̅ D .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ 𝑑̅ D
.𝑑̅ ̅̅̅̅
𝐷𝑑 .𝑑̅ ̅̅̅̅
𝐷𝑑 .𝑑̅ ̅̅̅̅
𝐷𝑑 𝑑̅ D

Keterangan dalam sajian pola di atas hanya menggunakan dua bunyi yaitu nada kelentangen
tidak menggunakan nada 4 karena mengacu musik pentas seni

d = Deng D = Dung

2. Pola Petep Irama Perambut atau Jerambut Telake

Pola jerambut adalah pola yang biasa untuk tuyo nyengka berdiri sebagai tanan. Ataupun
juga dalam ritual beliant biasanya mulung akan memberi kode tertentu untuk para pemusik
memainkan Irama tersebut. Kode tersebut hanya dipahami sang mulung atau pemimpin ritual adat
beliant, kode tersebut berupa karya sastra tradisional Paser yang disebut beloak dilantunkan dengan
cengkok nada tertentu setelah mulung selesai beloak pukulan awal akan dimulai dari tung Tino
Berikut adalah contoh beloak.

Ya po singgung Latu Layung

Layung Latu botuk umo

tasik Bungo tabek Lalung

ungo nalau pelulo

dilanjutkan dengan pukulan tung Tino/ petep.

.𝑑̅ ̅̅̅̅
𝑑𝑑 𝐷.̅̅̅̅̅
𝑑 ̅̅̅̅
𝑑𝑑 d.

Berikut pola titik kelentangennya :

Pola titik kelentangen

.2̅ ̅̅
23̅̅ ̅13 ̅̅̅̅ ̅52
̅̅̅2 .33 ̅̅̅ ̅13
̅̅̅2 .2̅ ̅23
̅̅̅ ̅̅
13 ̅̅̅̅ ̅52
̅̅2 .33 ̅̅̅ ̅13
̅̅̅2

.2̅ ̅̅
23̅̅ ̅13 ̅̅̅̅ ̅53
̅̅̅2 .33 ̅̅̅ ̅13
̅̅̅2 ̅̅̅̅ ̅̅
.15 61̅̅ ̅51
̅̅̅ ̅̅
66̅̅ ̅̅̅̅̅̅̅
3565 ̅̅ ̅̅2
13

Petep Pemoit/ Ritmik I


.𝑑̅ ̅̅̅̅
𝐷𝑑 ̅̅̅̅
𝐷𝑑 D ̅̅̅̅
𝑑𝐷 𝑑̅ ̅̅̅̅
𝐷𝑑D

Pola

.𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ D 𝑑𝐷
̅̅̅̅ 𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ D .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ D 𝑑𝐷
̅̅̅̅ 𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅D

.𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ D 𝑑𝐷
̅̅̅̅ 𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ D .𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅ D 𝑑𝐷
̅̅̅̅ 𝑑̅ 𝐷𝑑
̅̅̅̅D

Petep panengka / Ritmik 1

̅̅̅̅̅
.𝑑. ̅̅̅̅̅
𝐷 𝑑. 𝐷 ̅̅̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷𝑑 D ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷 𝑑. 𝐷 𝑑̅̅̅̅̅
𝐷𝑑 D

Pola 2

̅̅̅̅̅
.𝑑. ̅̅̅̅̅
𝐷 𝑑. 𝐷 ̅̅̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷𝑑 D ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷 𝑑. 𝐷 𝑑̅̅̅̅̅
𝐷𝑑 D ̅̅̅̅̅
.𝑑. ̅̅̅̅̅
𝐷 𝑑. 𝐷 ̅̅̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷𝑑 D ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷 𝑑. 𝐷 𝑑̅ ̅̅̅̅
𝐷𝑑 D

̅̅̅̅̅
.𝑑. ̅̅̅̅̅
𝐷 𝑑. 𝐷 ̅̅̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷𝑑 D ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷 𝑑. 𝐷 𝑑̅̅̅̅̅
𝐷𝑑 D ̅̅̅̅̅
.𝑑. ̅̅̅̅̅
𝐷 𝑑. 𝐷 ̅̅̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷𝑑 D ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
𝑑. 𝐷 𝑑. 𝐷 𝑑̅ ̅̅̅̅
𝐷𝑑 D

Khusus dalam Pola perambut atau jerambut Hanya dua pola yang digunakan yaitu pemoit
dan peningkah, boleh berpasangan atau dalam satu ansambel misal ada 6 petep. salah satu harus
menjadi penengkah dipilih petep yang paling melengking atau nada tinggi.

3. Pola Titik Gong

.6̅ .̅3 ̅55


̅̅̅ ̅66 ̅̅̅̅ ̅̅
̅̅̅ 6.3 55̅̅ ̅66
̅̅̅ 2 .6̅ .̅3 ̅55
̅̅̅ ̅66 ̅̅̅̅ ̅55
̅̅̅ 6.3 ̅̅̅ ̅66
̅̅̅ 2

Sengaja untuk Irama Gong saya tulis 4 birama saja karena untuk mempermudah
pendokumentasian dalam bentuk notasi. Notasi di atas merupakan notasi Tabuhan Gong bukan
kelentangen dikarenakan untuk beliant Paser Adang Gong memainkan melodi dan kelentangen
merupakan penerus ide musikal. Apabila dalam ansambel atau satu Perangkat musik beliant tidak
ada Gong secara otomatis kelentangen menggantikan peran Gong.
4. Pola dan Ritme tabuhan Petep Irama Jerambut Adang.

Ritme

̅̅̅
. 𝑑 ̅̅̅ ̅̅̅̅𝑟 ̅̅̅̅
. 𝐷.𝐷 𝑑𝑑 ̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝑑 . 𝐷.𝐷𝐷 𝑑𝑑 𝐷𝑟

Pola

̅̅̅
. 𝑑 ̅̅̅ ̅̅̅̅𝑟 𝐷 ̅̅̅̅
. 𝐷.𝐷 𝑑𝑑 ̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝑑 . 𝐷.𝐷𝐷 𝑑𝑑 𝐷𝑟 ̅̅̅
. 𝑑 ̅̅̅ ̅̅̅̅𝑟 𝐷 ̅̅̅̅
. 𝐷.𝐷 𝑑𝑑 ̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝑑 . 𝐷.𝐷𝐷 𝑑𝑑 𝐷𝑟

̅̅̅
. 𝑑 ̅̅̅ ̅̅̅̅𝑟 𝐷 ̅̅̅̅
. 𝐷.𝐷 𝑑𝑑 ̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝑑 . 𝐷.𝐷𝐷 𝑑𝑑 𝐷𝑟 ̅̅̅
. 𝑑 ̅̅̅ ̅̅̅̅𝑟 𝐷 ̅̅̅̅
. 𝐷.𝐷 𝑑𝑑 ̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝑑 . 𝐷.𝐷𝐷 𝑑𝑑 𝐷𝑟

Keterangan

𝐷𝑟 = merupakan simbol bunyi drung dengan teknik menabuh dengan hampir bersamaan
antara tangan kanan dan tangan kiri, apabila mengacu pada sistem Musik Barat disebut stakato.
Dalam pola jerambut Adang ini, pola petep disajikan dengan teknik Tuti atau pukulan nampak
secara bersama-sama mengutamakan kekompakan. Kalau ada pukulan peningkah, tidak dilarang
Selama masih jalur Harmoni tidak mengubah esensi Irama pokok. Berdasar wawancara dan
observasi beliant bandan di kediaman Bapak Suwis Santoso.

5. Pola ngrekesek Paser Telake

Pola titik kelentangen sekesek

.2312.̅532 .2312.̅532 .2312.̅532 .2312.̅532

Ritme Petep
.𝑑𝑟 D𝑑𝑟 D.̅̅̅̅
𝑑𝑟 Dd

Pola Petep
.𝑑𝑟 D𝑑𝑟 D.̅̅̅̅
𝑑𝑟 Dd .𝑑𝑟 D𝑑 𝑟 D.̅̅̅̅
𝑑 𝑟 Dd
.𝑑𝑟 D𝑑𝑟 D.̅̅̅̅
𝑑𝑟 Dd .𝑑𝑟 D𝑑 𝑟 D.̅̅̅̅
𝑑 𝑟 Dd
Disajikan dalam tempo cepat motif
D = Dung
𝑑𝑟 = drung
Motif ngrekesek biasanya disajikan untuk nyembula, membuka Beliant setelah selesai sera
seron. Dalam tari arang juwata, biasa dimainkan untuk membuka tarian dan menutup sajian
mengantar penari ke luar tempat persembahan. Disajikan secara Tuty atau serempak. Panengka
bukan suatu keharusan.

e. Pola titik ngrekesek kalang atau ngrekesek II

Pola titik klentangen


.̅6̅̅
65̅̅633 .̅6̅56
̅̅̅622 .̅1̅16
̅̅̅155 .̅1̅16
̅̅̅133 .
.̅116
̅̅̅̅155 .̅116
̅̅̅̅133 .̅665633 .̅656622

Ritme Petep
̅̅̅̅̅ ̅ 𝑡𝑟 t
. 𝑡 𝑟 𝑡𝑡𝑡

Pola Petep
̅̅̅̅̅ ̅ 𝑡𝑟 t
. 𝑡 𝑟 𝑡𝑡𝑡 ̅̅̅̅̅ ̅ 𝑡𝑟 t
. 𝑡 𝑟 𝑡𝑡𝑡
̅̅̅̅̅ ̅ 𝑡𝑟 t
. 𝑡 𝑟 𝑡𝑡𝑡 `.̅̅̅̅̅ ̅ 𝑡𝑟 t
𝑡 𝑟 𝑡𝑡𝑡

Dalam ngrekesek II atau ngrekesek cepat pola disajikan serempak atau Tuty
t = tung t atau 𝑡 𝑟 hanya digunakan pada petep diameter kecil
𝑡 𝑟 = trung notasi dengan lambang

f. Rekesek Paser Adang

Pola Tabuhan Gong


Disini saya sengaja memakai Gong sebagai instrumen kolotomik dikarenakan, gong paser Adang
sangat dominan dalam beliant.
Pola titik tabuhan gong
.̅6̅̅̅̅̅
3.̅656̅̅̅̅3.̅52

Ritme Petep
̅̅̅̅̅
. . 𝑡̅𝑟 ̅̅̅̅̅
𝑡. 𝑡̅𝑟 t𝑡 𝑟 ̅̅̅̅̅
𝑡. 𝑡̅𝑟 t

Untuk pola sajiannya sama, akan tetapi motif modifikasi atau pengulangan tergantung kebutuhan
yaitu, menyesuaikan durasi yang ditentukan Mulung.

g. Titik perambut atau jerambut Paser Adang

Pola titik lentangen


.̅6.̅3̅55
̅̅̅66 ̅̅̅̅̅55
̅̅̅̅6.3 ̅̅̅66
̅̅̅̅2

Ritmik Petep
̅̅̅
. 𝑑.̅̅̅̅̅ 𝐷𝐷̅̅̅̅
𝐷𝑟 ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝑑𝑑 𝑑𝑟 .D𝐷𝐷 𝑑𝑑 D

Pola tabuhan petep


̅̅̅
. 𝑑.̅̅̅̅̅
𝐷 𝑟 𝐷𝐷 𝑑𝑟 dd.D DDdd D.d. 𝐷𝑟 DD𝑑 𝑟 dd.DDDddD

Keterangan
d = deng
𝑑𝑟 = drung /dreg
D = Dung

h. Titik petep/lumba’ untuk tari Arang Juwata. Irama/titik tenton.

Titik irama kelentangen


̅̅̅̅̅̅̅
̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
111 666 ̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
333 ̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
555 ̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
222 ̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
333 ̅̅̅̅ 2
111
̅̅̅̅̅̅̅
̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
133 ̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
222 ̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅̅
333 5111 ̅̅̅ ̅̅̅̅̅
̅̅̅̅ ̅23 ̅̅̅̅ 132
532
Pola dan ritmik petep
̅̅̅̅̅̅̅
̅̅̅̅̅
𝑡 2 𝑡𝑡 ̅̅̅̅
̅ ̅̅̅̅
𝑡𝑡𝑡 ̅ ̅̅̅̅
𝑡𝑡𝑡 ̅ ̅̅̅̅
𝑡𝑡𝑡 ̅ 𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡 𝑡 𝑟
𝑡𝑡𝑡
Pola atau ritmik petep irama tenton, dimainkan Tuty atau serempak dengan pola. Titi lentangan,
modulasi atau pengulangan di perarahkan menyesuaikan kebutuhan berdasarkan wawancara
dengan bapak Suwus Santoso 52 tahun, dan Dato Sowok 71 tahun.

i. Titik petep irama jombu tutung

Pola titik/ gong irama jombu tutung


̅̅̅̅ ̅̅̅̅ 3.6
. 6 55 ̅̅̅̅̅ 56
̅̅̅̅ 66 2 5.5 ̅̅̅̅ 36 ̅̅̅̅ 2
̅̅̅̅ 2 55

Pola ritmik petep


̅̅̅̅ ̅ ̅̅̅̅̅̅̅
. 𝑡 𝑟 𝑡𝑡 ̅ 𝑡𝑡
𝑡 𝑟 𝑡𝑡 ̅ ̅̅̅̅̅̅̅
̅ tr 𝑡̅𝑟 𝑡𝑡 ̅ 𝑡𝑟
̅ 𝑡𝑡
𝑡 𝑟 𝑡𝑡

Keterangan
t = tung
𝑡 𝑟 = trung
Khusus pola jombu tutung ini disajikan dengan irama 5/4 atau dalam satu birama berisi 5 pukulan
nada modifikasi atau pengulangan tergantung kebutuhan.

j. Pola petep irama Blengko Mayang untuk tuyo atau tari babas.

Pola titik lentangen


.̅6 ̅̅
35̅̅ ̅35
̅̅̅ ̅22
̅̅̅ 2 .̅5 ̅23
̅̅̅ ̅23
̅̅̅ ̅̅
11̅̅ 1
̅̅̅̅ 13
.̅1.̅156 ̅̅̅̅ 3 ̅̅̅̅ 35
.̅6 35 ̅̅̅̅ 22
̅̅̅̅ 2

Ritmik
. 𝑡 𝑟 tttt𝑡 𝑟 tt . 𝑡 𝑟 tttt𝑡 𝑟 tt
. 𝑡 𝑟 tttt𝑡 𝑟 tt . 𝑡 𝑟 tttt𝑡 𝑟 tt

Keterangan
t = tung
𝑡 𝑟 = trung

Pola titik petep atau lentangen yang disajikan dalam ketukan 4/5 modulasi tergantung kebutuhan.

k. Pola titik babas Paser Adang


63 ̅̅
̅̅̅̅ ̅̅ ̅22
65 63 ̅65
̅̅̅ 2 ̅̅̅̅ ̅̅̅ ̅22
̅̅̅ 2 ̅15
̅̅̅ ̅16
̅̅̅ ̅33 63 ̅̅
̅̅̅ 3 ̅̅̅̅ ̅̅ ̅22
65 ̅̅̅ 2

Ritme petep
𝑡̅𝑟 t 𝑡𝑡
̅̅̅̅𝑟 𝑡𝑡
̅t

Pola Petep
𝑡̅𝑟 t ̅̅̅̅ ̅t
𝑡𝑡 𝑟 𝑡𝑡 𝑡̅𝑟 t ̅̅̅̅ ̅t
𝑡𝑡 𝑟 𝑡𝑡 𝑡̅𝑟 t ̅̅̅̅ ̅t
𝑡𝑡 𝑟 𝑡𝑡 𝑡̅𝑟 t ̅̅̅̅ ̅t
𝑡𝑡 𝑟 𝑡𝑡

Keterangan
𝑡 𝑟 = trung
t = tung
Khusus untuk titik babas paser Adang disajikan dengan ketukan 4/4 modulasi
menyesuaikan kebutuhan. Ritmik dan pola petep di atas hanya merupakan bagian titik yang biasa
digunakan di tanah ulayat suku Paser. Apabila diteliti lebih lanjut, masih banyak lagi ragam dan
gayanya. Namun setidaknya pola di atas sudah dapat mewakili dikarenakan sudah diambil contoh
dari dua Sub etnis yaitu sub etnis Paser Adang dan Paser Telake, kedua sub etnis tersebut masih
eksis hingga sekarang. Merawat dan menyajikan tarian tradisional dan upacara ritual beliant.
Kesimpulan

Dari urutan fakta di atas dapat disimpulkan bahwa petep merupakan alat perkusi tradisional
Paser yang sudah ada sejak zaman animisme dinamisme, yaitu sejak zaman ketika orang
Paser/Suku Paser sudah hidup berserikat, berkumpul. Konon sejak berdiri kerajaan Regant Tatau
sekitar permukaan pertama tahun masehi, ketika bertamu sering dilaksanakan pada masa kerajaan
Padang. Upacara ritual Paser mengalami puncak keemasan, Petep menjadi Alat utama untuk
mengiringi upacara ritual beliant.
Selama ini petep belum pernah dikaji secara komprehensif maka dari itu
,pendokumentasian dalam tulisan perlu dilakukan sebagai upaya konsekuensi untuk mendukung
pembelajaran musik tradisional Paser khususnya petep. Penotasian penting adanya. Seiring waktu,
berjalan variasi petep juga berkembang pola dan gaya. Perkembangan ini dipengaruhi juga oleh
faktor virtuasitas. Contoh pola Paser Adang sedikit berbeda dengan pola Paser Telake akan tetapi,
perbedaan itu masih dalam satu frame. Perkembangan gaya biasanya dipengaruhi oleh faktor
teritorial juga. Contoh Sepan, sedikit berbeda dengan Kecamatan Waru, Babulu, Long Kali.
Faktor virtuositas juga berpengaruh terhadap perkembangan variasi petep. Virtuositas
adalah faktor atau kemampuan seseorang empu Power Of Low public figure dan dijadikan
penonton, contoh pada permainan petep Mulung Suwis di Sepan dan pola Datuk Sowok di
Penajam Paser Utara bagian depan Selatan belaru Babulu.

Penutup

Sekian tulisan saya tentang petep dalam kajian musikal. Penulis menyadari tulisan ini
masih jauh dari kata sempurna dan belum maksimal, kritik dan saran sangat penulis butuhkan
demi tulisan saya berikutnya. Menuju generasi Paser Gemilang menyelami kekayaan leluhur.

“Ena Koroi Kate Jadi Pengoson


Ena Luwai Kate Jadi Tali
Rongin Roe Rompai Rempayon”

• Alat Musik
• Narasumber

Narasumber 1. bapak Sudirman usia 51 tahun

Narasumber 2. Datok Sowok

• Praktek Petep
DAFTAR PUSTAKA
Mpu prapanca satguru sabda langit lV

Narsidah Ilam 2017. "Tari ronggeng paser sebagai Identitas masyarakat suku paser di kabupaten
Paser kalimantan Timur" Di tulis oleh Narsidah Ilam di jurusan Tari Fakultas Seni
pertunjukan Institut seni Indonesia yogyakarta tahun 2017.

Victor T. King KALIMANTAN TEMPO DOELOE. New York Oxford University Press, 1996

Harpansyah.IM. Mengenal pertanian orang Paser. Baras Jiring 21 Juni 2003

Sugihastuti, teori dan apresiasi sastra. Pustaka Pelajar Juli 2002

M.C Ricklefs, Monash University. Gadjah Mada University Press anggota IKAPI

Dt. Iskandar Zulkarnaen, Pustaka Spirit anggota IKAPI, Oktober 2012

Khazanah Seni Tradisi Kalimantan Timur, Dewan kesenian daerah Kalimantan Timur 2020

Tahun 1998 Banjar Masin, di terbitkan pemerintah manuskrip sejarah adat Paser 1978

Kumpulan naskah kesenian tradisional Kaltim, Taman Budaya Kalimantan Timur Samarinda

Sejarah Masyarakat Paser di tanah Pasir, Kerjasama Pemerintah Kabupaten Pasir dan Universitas
Lambung Mangkurat Banjarmasin 2005

Dr. Sri Hastanto, S. Kar. Deputi Bidang Seni dan Film Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata
2005

H.M Yusuf. Adat dan budaya paser, Bumi Daya Taka 1 Oktober 1999

M.Irfan Iqbal Etal, Budaya dan sejarah kerajaan Paser. Atas kerjasama PT.BHP KENDILO COAL
INDONESIA dan BINA LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA, Petangis Desember 2000

Tuanku Luckman Sinar Basarahah-II, SH, Yayasan keultanan Seredang-Medan 1990

Anda mungkin juga menyukai