Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Nadiya Erza Rahmadanty

NIM : 213030302347

DOSEN PENGAMPU : Drs. Albertus Purwaka, M.A

Kebudayaan Seni Musik Karungut

Karungut adalah sebuah kesenian tradisional dari Kalimantan Tengah. Seni ini berupa sastra

lisan atau juga disebut pantun yang dilagukan. Karungut merupakan karya yang dijunjung

masyarakat Dayak sebagai sastra besar klasik dan merupakan semacam pantun atau

gurindam. Karungut juga memiliki arti dan makna yang dalam untuk ritual dan untuk

menyampaikan segala sesuatu sesuai dengan keperluannya. Dahulu karungut dinyanyikan

untuk menidurkan anaknya. Karungut juga dapat ditemui di tempat hajatan perkawinan

maupun khitanan, untuk menyambut tamu penting, untuk kampanye, pilkada dan lain-lain.

Pelantun karungut mengisahkan syair-syair kebijakan dengan meramu bermacam legenda,

nasihat, teguran, dan peringatan mengenai kehidupan sehari-hari. Adapun menurut

kepercayaan suku Dayak di Kalimantan Tengah, pada zaman dahulu manusia diturunkan dari

langit bersamaan palangka bulau (tetek tatum). Palangka bulau adalah alat untuk menurunkan

manusia dari langit ke bumi oleh Ranying Hatalla langit atau dewa para petinggi suku dayak.

Karungut merupkan kesenian tradisional yang komunikatif, karena pesan yang disampaikan

dalam bentuk pantun dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh yang mendengarkan. Bahasa

yang digunakan didalam karungut adalah bagasa sangiang atau bahasa Dayak Ngaju yang

sangat tinggi nilai sastranya.

Dalam pertunjukkannya, Karungut biasanya diiringi oleh alat musik tradisional Dayak Ngaju

yaitu Sape, Kecapi, Gendang, Gong, dan Suling. Dengan alunan nada yang keluar dari alat

musik tersebut dan syair yang dinyanyikan dapat menyejukkan hati pendengarnya. Karungut
sangat familiar di masyarakat sepanjang jalur sungai Kapuas, Kahayan, Rungan Manuhing,

Katingan, dan sebagian sungai Barito. Sedangkan karakter yang mendominasi keseluruhan

syair karungut meliputi karakter cinta lingkungan, nilai budaya, dan potensi diri.

Bagi masyarakat Dayak Ngaju,Kesenian karungut tidak hanya berbicara tentang lirik yang

indah dan eloknya petikan kecapu yang dimainkan pangarungutu.Akan tetapi juga lebih dari

itu, karungut digunakan untunk mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan juga kebajikan kepada

pendengarnya. Tak hanya untuk acara besar , karungut juga dapat dilantunkan sendiri. Ketika

pengarungut ingin melepaskan penat setelah bekerja ataupun menghabiskan waktu, mereka

dapat melantun kan karungut dengan iringan kecapi. Selain itu, liriknya pun dapat diciptakan

sendiri secara spontan selama tidak menyimpang dari aturan yang telah ada dalam aturan

masyarakat Dayak Ngaju. Biasanya, lirik dalam karungut itu sendiri memiliki pola yang

mirip dengan pantun dan paling sedikit terdiri dari satu bait.Para pelantun karungut dapat

menciptakan lirik yang bercerita tentang apapun, mulai dari berbicara curahan hati, cinta,

nasihat, hingga kisah seseorang yang dianggap legenda oleh masyarakat Dayak.

Asal mula Karungut adalah juga dari Kendayu. Kendayu adalah puji-pujian/kidung dalam

agama Hindu Kaharingan, oleh karena itu kadang-kadang orang mengatakan karungut itu

kendayu. Dalam sebuah karungut yang lebih mirip dengan tembang macapat dalam

masyarkat jawa yang mengandung pesan-pesan leluhur.

Karungut memiliki beberapa fungsi, yaitu :

1. Media ekspresi estetik pangarungut dan masyarkatnta

2. Media pengajaran

3. Media bagi seorang ibu untuk menidurkan anaknya


4. Media untuk menghibur diri, member semangat, mengurangi kebosanan dan lelah saat

bekerja

5. Media untuk membangkitkan semangat kebersamaan

6. Media hiburan saat pesta/perayaan

7. Media untuk menyampaikan pesan pembangunan.

Karungut perlu dilestarikan sebagai warisan budaya nasional, sebagai upaya untuk

melestarikan bahasa Dayak (terutama Dayak Ngaju) karena hingga saat ini Karungut pasti

dituturkan dengan menggunakan bahasa dayak Dayak Ngaju/Bahasa Sangiang, baik oleh

orang Dayak Ngaju sendiri ataupun orang di luar dayak Ngaju yang telah menguasai

kebudayaan dan bahasa Dayak Ngaju dengan baik

Anda mungkin juga menyukai