NIM : 213030302347
Karungut adalah sebuah kesenian tradisional dari Kalimantan Tengah. Seni ini berupa sastra
lisan atau juga disebut pantun yang dilagukan. Karungut merupakan karya yang dijunjung
masyarakat Dayak sebagai sastra besar klasik dan merupakan semacam pantun atau
gurindam. Karungut juga memiliki arti dan makna yang dalam untuk ritual dan untuk
untuk menidurkan anaknya. Karungut juga dapat ditemui di tempat hajatan perkawinan
maupun khitanan, untuk menyambut tamu penting, untuk kampanye, pilkada dan lain-lain.
kepercayaan suku Dayak di Kalimantan Tengah, pada zaman dahulu manusia diturunkan dari
langit bersamaan palangka bulau (tetek tatum). Palangka bulau adalah alat untuk menurunkan
manusia dari langit ke bumi oleh Ranying Hatalla langit atau dewa para petinggi suku dayak.
Karungut merupkan kesenian tradisional yang komunikatif, karena pesan yang disampaikan
dalam bentuk pantun dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh yang mendengarkan. Bahasa
yang digunakan didalam karungut adalah bagasa sangiang atau bahasa Dayak Ngaju yang
Dalam pertunjukkannya, Karungut biasanya diiringi oleh alat musik tradisional Dayak Ngaju
yaitu Sape, Kecapi, Gendang, Gong, dan Suling. Dengan alunan nada yang keluar dari alat
musik tersebut dan syair yang dinyanyikan dapat menyejukkan hati pendengarnya. Karungut
sangat familiar di masyarakat sepanjang jalur sungai Kapuas, Kahayan, Rungan Manuhing,
Katingan, dan sebagian sungai Barito. Sedangkan karakter yang mendominasi keseluruhan
syair karungut meliputi karakter cinta lingkungan, nilai budaya, dan potensi diri.
Bagi masyarakat Dayak Ngaju,Kesenian karungut tidak hanya berbicara tentang lirik yang
indah dan eloknya petikan kecapu yang dimainkan pangarungutu.Akan tetapi juga lebih dari
itu, karungut digunakan untunk mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan juga kebajikan kepada
pendengarnya. Tak hanya untuk acara besar , karungut juga dapat dilantunkan sendiri. Ketika
pengarungut ingin melepaskan penat setelah bekerja ataupun menghabiskan waktu, mereka
dapat melantun kan karungut dengan iringan kecapi. Selain itu, liriknya pun dapat diciptakan
sendiri secara spontan selama tidak menyimpang dari aturan yang telah ada dalam aturan
masyarakat Dayak Ngaju. Biasanya, lirik dalam karungut itu sendiri memiliki pola yang
mirip dengan pantun dan paling sedikit terdiri dari satu bait.Para pelantun karungut dapat
menciptakan lirik yang bercerita tentang apapun, mulai dari berbicara curahan hati, cinta,
nasihat, hingga kisah seseorang yang dianggap legenda oleh masyarakat Dayak.
Asal mula Karungut adalah juga dari Kendayu. Kendayu adalah puji-pujian/kidung dalam
agama Hindu Kaharingan, oleh karena itu kadang-kadang orang mengatakan karungut itu
kendayu. Dalam sebuah karungut yang lebih mirip dengan tembang macapat dalam
2. Media pengajaran
bekerja
Karungut perlu dilestarikan sebagai warisan budaya nasional, sebagai upaya untuk
melestarikan bahasa Dayak (terutama Dayak Ngaju) karena hingga saat ini Karungut pasti
dituturkan dengan menggunakan bahasa dayak Dayak Ngaju/Bahasa Sangiang, baik oleh
orang Dayak Ngaju sendiri ataupun orang di luar dayak Ngaju yang telah menguasai