PENDAHULUAN
Suku Anak Dalam merupakan kelompok orang atau masyarakat yang tinggal di tengah
hutan dan hidupnya sangat bergantung pada alam. Mereka ini bermukim di kawasan Taman
Nasional Bukit Dua Belas, di Desa Bukit Suban, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.
Menurut Kresbinol Labobar (2019: 80), suku adalah suatu kelompok sosial yang ada di suatu
daerah dengan ciri tertentu. Terdapat beberapa sebutan untuk Suku Anak Dalam di antaranya
adalah orang rimbo (orang yang dihutan) dan “sanak” yang artinya saudara. Menurut Budhi
Vrihaspathi Jauhari, dkk (2012:15), pengertian “anak” ada hubunganya dengan istilah
“peranakan” yang dalam bahasa Melayu Palembang lama berarti “rakyat”, sedangkan “dalam”
artinya “pedalaman” jadi kata “anak dalam” berarti “rakyat pedalaman”. Berdasarkan penjelasan
di atas maka arti Suku Anak Dalam adalah masyarakat yang tinggal atau bermukim di pedalaman
hutan demikian Suku Anak Dalam yang ada di bukit dua belas.
Keberlangsungan hidup Suku Anak Dalam bergantung pada hasil hutan yaitu
mengumpulkan makanan berupa umbi-umbian, berburu hewan hutan, meramu rotan, gambir dan
sebagainya. Selanjutnya tempat tinggal Suku Anak Dalam ini terbuat dari rangkaian anak-anak
kayu tanpa dinding, atap terbuat dari terpal atau dedaunan, ukuran kurang lebih 2,5 meter persegi
yang disebut dengan Umah Sudung. Mereka tidak selamanya menetap dirumah sudung ini
karena tradisi mereka adalah berpindah tempat disebut juga dengan melangun tradisi berpindah
tempat ini mereka lakukan ketika salah satu anggota keluarga mereka ada yang meninggal,
menurut kepercayaan mereka, orang yang meninggal akan mendatangkan kesialan bagi
keluarganya. Oleh karena itu mereka harus meninggalkan tempat mereka yang lama dan mencari
tempat mereka yang baru. Begitu kehidupan Suku Anak Dalam yang tinggal di pedalaman hutan,
masih memegang erat hukum adatnya yaitu mematuhi setiap aturan-aturan yang telah mereka
sepakati untuk dijalankan dalam kehidupan mereka. Karena itulah hutan segala-galanya untuk
tempat hidup dan berkembang bagi Suku Anak Dalam. (Observasi langsung, Desa Bukit Suban
23 Maret 2022).
Animisme yaitu percaya pada roh dan kekuatan alam. Sedangkan Dinamisme yaitu percaya pada
suatu benda diyakini memiliki kekuatan gaib. Suku Anak Dalam merupakan masyarakat
prasejarah sebagaimana dikemukan Yanti Heriawati, bahwa mereka hidup dalam wilayah
budaya mistis, yaitu alam pikiran manusia masih berada dalam kungkungan kekuatan-kekuatan
gaib, dewa-dewa, dan roh nenek moyang, terutama mitos tentang kekuatan alam yang
melingkupinya (Yanti Heriawati, 2016:59). Kenyataan yang demikian tampak dalam kehidupan
Suku Anak Dalam yaitu masih kental kepercayaan mereka pada roh atau dewa-dewa, dan juga
sangat mempercayai pengobatan dengan cara tradisional yaitu berobat kedukun (malim) tanpa
Dilihat dari pelaksanaan ritual pengobatan Suku Anak Dalam yang tinggal di pedalaman
ini tampak bahwa hutan dan isinya bagian dari kehidupan mereka. Seperti yang terlihat pada
pengobatan yang dilakukan oleh Suku Anak Dalam di pedalaman hutan, ritual pengobatan ini
diawali dengan peramu yang mempersiapkan bunga yang diambil di dalam hutan. Adapun bunga-
bunga hutangyang digunakan oleh Suku Anak Dalam untuk ritual pengobatan yaitu seperti bunga
tabu pungguk, bunga antoi, dan bunga cempaka hutan. Masing-masing bunga tersebut digunakan
sebagai syarat untuk masing-masing dewa yang dipercayai oleh Suku Anak Dalam. Seperti
halnya bunga antoi digunakan sebagai syarat dengan dewa langit, bunga cempaka hutan
digunakan untuk syarat kepada dewa gunung dan yang terakhir yaitu bunga tabu pungguk ini
digunakan untuk syarat dengan dewa elang. Untuk ritual pengebotan Suku Anak Dalam bungo
tabu pungguk menjadi bunga yang dipercaya sebagai syarat untuk melaksanakan ritual
pengobatan.
Ritual pengobatan tersebut dilaksanakan jauh di tengah hutan yang telah ditentukan oleh
dukun atau malim. Untuk pelaksanaan pengobatan tersebut dukun akan meminta peramu untuk
mencarikan obat-obatan yang diperlukan. Setelah mendapatkan obat tersebut Pramu akan
membuat Sesudong yang nantinya akan digunakan untuk ritual pengobatan. Setelah Sesudong
selesai dibuat, selanjutnya Gerakan tersebut dilakukan dalam waktu tertetu secara berulang dan
di rambut penari diletakan bunga oleh sang malim. Setelah bunga itu dimasukkan dalam bejana
berisi air. Gerakan yang dilakukan perempuan tersebut menirukan burung elang seperti
mengibaskan sayap dengan menggunakan kain panjang menyerupai sayap burung elang.
diyakini untuk kesembuhan orang yang terkena penyakit. Selanjutnya malim akan mengusap
ramuan atau meminumkan tanaman obat seperti daun ampelas kucing pada orang yang
mengalami sakit yang tak kunjung sembuh. Maka ritual pengobatan berarti sudah selesai
Ritual pengobatan Suku Anak Dalam, dilakukan secara turun temurun yang dilaksanakan
oleh kelompok mereka namun tidak diizinkan kelompok luar yang bukan suku mereka untuk
menyaksikan. Hal ini mereka percayai bahwa dewa- dewa tidak akan datang jika ada pihak lain
yang ikut diritual tersebut. Pelaksanaan ritual pengobatan ini masih sangat sederhana dari
gerakan mengayun tangan, posisi kaki berbentuk tidak lurus atau menekuk serta kepala
dimiringkan mengikut alunan gerakan tangan. Gerakan tersebut diulang-ulang sampai berakhir
penampilan (Observasi langsung, Taman Nasinonal Bukit Dua Belas, 23Maret 2022).
Berdasarkan penelitian awal (Observasi langsung, Taman Nasinonal Bukit Dua Belas, 23
Maret 2022) peneliti melihat kostum yang digunakan pada saat diadakanya ritual pengobatan
menggunakan kain sarung yang diikatkan ke badan untuk menutupi bagian dada hingga bagian
lutut. kemudian kain panjang digunakan sebagai kain selendang yang dipasangkan di bagian
badan sehingga menyerupai sayap. Sedangkan untuk laki- laki menggunakan cawat/ “cawot”
atau “kancut” yaitu kain yang hanya untuk menutupi organ vitalnya. Dapat Dilihat dari ritual
pengobatan dari dua lokasi yang berbeda jenis kelamin atau dengan kata lain perempuan maupun
laki-laki baik perorangan maupun kelompok, bahkan tua atau muda diperbolehkan untuk
melaksanakan gerakan memanggil dewa-dewa selagi mereka mampu, asalkan mereka tetap satu
garis keturunan. Selanjutnya pelaksanaan ritual pengobatan ini tidak diiringi oleh alat musik,
namun ritual pegobatan ini hanya mengikuti bunyi bunyian dari alam yang ada di dalam hutan
seperti bunyi angin, bunyi burung berkicau dan bunyi-bunyian yang terdapat di dalam hutan.
Demikianlah untuk melihat ritual pengobatan pada Suku Anak Dalam yang tinggal dipedalaman
Gerakan ritual pengobatan tersebut dijadikan pijakan tari baru oleh Suku Anak Dalam
pembinaan yang berada di Desa Bukit Suban diberi nama Tari Elang. Hal ini disampaikan oleh
ibu Erna selaku pengasuh Tari Elang bahwasanya Tari Elang yang diciptakan tersebut memiliki
unsur kebaharuan seperti penambahan gerakan, penambahan iringan musik, serta kostum yang
telah dikreasikan (wawancara, Taman Nasinonal Bukit Dua Belas, 14 Mei 2022). Tari Elang ini
sering ditampilkan Dinas Pariwisata yang dibawa oleh Pak Sawal pada acara penyambutan
tamu-tamu kehormatan pada tahun 2016. Selain itu, tarian tersebut pernah diikut sertakan pada
Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FL2SN) pada tahun 2019, dan untuk penyambutan Wakil
Rektor Universitas Jambi dalam acara silaturahmi Pertukaran Mahasiswa Mardeka (PMM) pada
tahun 2022.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin mengkaji lebih jauh mengenai
perubahan rupa baik secara bentuk, sifat, fungsi, pada Tari Elang Suku Anak Dalam dengan
judul “Transformasi Gerak Ritual Pengobatan Suku Anak Dalam Ke Tari Elang Suku Anak
Dalam Pembinaan di Desa Bukit Suban Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun”
Berdasarkan latar belakang masalah seperti dijelaskan ada beberapa hal yang menarik
1 Bagaimana struktur gerak ritual pengobatan Suku Anak Dalam di pedalaman hutan
2 Bagaimana transformasi gerak ritual pengobatan Suku Anak Dalam dan fungsinya ke
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan
2 Mengetahui transformasi bentuk dan fungsi gerak ritual pengobatan Suku Anak Dalam
ke Tari Elang Suku Anak Dalam pembinaan yang bermukim di Desa Bukit Suban
mencakup aspek teoritis dan aspek praktis. Berikut dijelaskan beberapa manfaat yang dimaksud
seperti demikian.
seni yaitu seni tari dari gerak ritual pengobatan ke Tari Elang.
2 Sebagai pengetahuan tentang bentuk dan struktur Tari Elang Suku Anak Dalam di
1 Bagi penulis, sebagai salah satu media latih untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan si penulis.
2 Bagi peneliti dan mahasiswa, sebagai data dasar dan tolak ukur bagi penelitian
selanjutnya.
3 Memberikan informasi tentang transformasi Fungsi Tari Elang Suku Anak Dalam di
Tinjauan kepustakaan adalah bagian yang sangat penting dalam penulisan sebuah
penelitian, karena bagian ini mengungkapkan teori-teori serta yang berhubugan dengan masalah
yang akan diteliti. Selain itu tinjauan pustaka juga sebagai referensi untuk objek yang sama
dengan masalah yang berbeda dan sebagai acuan untuk objek yang berbeda dengan masalah yang
sama. Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan tentang Tari Elang, ada beberapa tulisan
yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan penelitian ini. Terdiri atas penelitian
relevan, landasan teori, dan kerangka konsep yang akan dijelaskan sebagai berikut:
Berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan, tidak ada yang menulis dengan objek
transformasi Tari Elang Suku Anak Dalam di Bukit Dua Belas, Kecamatan Air Hitam,
Kabupaten Sarolangun. Adapun penelitian sebelumnya berkaitan dengan fungsi Tari dan strukrur
transformasi Tari Elang Suku Anak Dalam pada masyarakat Desa Bukit Dua Belas, Kecamatan
Nur Desmawati, tesis berjudul “ Transformasi Deo Kayangan Menjadi Tari Mambang
Deo-Deo Kayangan Di Pekanbaru” Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia (Isi) Surakarta
pada tahun 2017. Deo Kayangan merupakan ritual pengobatan penyakit yang disebabkan oleh
kekuatan gaib. Ritual ini ada di Kelurahan Tebing Tinggi Okura, Kecamatan Rumbai Pesisir,
Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Hasil analisis menunjukkan bahwa tari Mambang Deo-Deo
Kayangan mengadopsi pola gerakan dari aktivitas Deo Kayangan. Semua gerakan diformulasi
menjadi bentuk baru dan diwujudkan menjadi tari Mambang Deo-Deo Kayangan. Transformasi
dari bentuk Deo Kayangan menjadi tari Mambang Deo- Deo Kayangan disebabkan atas faktor
internal dan faktor eksternal. Adapun faktorinternal yaitu latar belakang, kreativitas dan motivasi,
kepribadian seorang Wan Harun Ismail, selaku pelaku seni yang mentransformasikan bentuk
Deo kayangan tersebut merupakan salah satu dari beberapa faktor internal. Faktor eksternal
yang terjadi. Penelitian ini dapat dijadikan referensi karena mengkaji permasalahan yang sama
Universitas Negeri Semarang, Fakultas Bahasa Dan Seni, Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari,
Dan Musik. Hasil penelitianya adalah bahwa Tari Trayutama mempunyai sebuah struktur yang
khas. Pada dasarnya bentuk Tari Trayutama merupakan serentetan dan serangkaian dari tataran
gerak tari yang dimulai dari tataran satuan yang terkecil hingga satuan yang terbesar dari sebuah
tari yang saling berkaitan, satuan terkecil dalam tari yaitu unsur gerak yang secara langsung
berada dalam satuan yang lebih besar yaitu motif gerak, kemudian terikat oleh bagian yang lebih
besar lagi yaitu frase gerak, kemudian terikat dalam satuan yang lebih besar yaitu kalimat gerak,
dan yang terbesar adalah gugus gerak. Komponen-komponen tersebut harus saling mengait dan
saling memiliki karena struktur itu sendiri adalah susunan bagian-bagian dalam dimensi linier,
komponen- komponen dalam Tari Trayutama terdiri dari bagian terkecil hingga terbesar, bagian-
bagian tersebut mempunyai sistem tata hubungan yang runtut, saling terkait dan saling
melengkapi untuk mewujudkan sebuah struktur gerak tari Trayutama. Penelitian ini dapat
dijadikan referensi dan rujukan walaupun tidak mengkaji objek yang sama namun permasalahan
Anton Prabowo, skripsi berjudul “ Kajian Perubahan Bentuk Tari Topeng Saujana Dari
Pertunjukan Kemasan Ritual Menjadi Kemasan Hiburan”, 2018. Institut Seni Indonesia
Yogyakarta, Fakultas Seni Pertunjukan, Jurusan Tari. Tari Topeng Saujana adalah komposisi tari
kelompok tentang delapan karakter serangga yang dianggap sebagai musuh petani. Tari Topeng
Saujana yang semula berfungsi sebagai media ritual “gunung sayur” kemudian berfungsi sebagai
sebuah seni pertunjukan hiburan. Perubahan fungsi seni ini ditujukan untuk menjaga keutuhan
kearifan lokal sebagai karya seni tanpa berbenturan dengan kepentingan agama. Seni pertunjukan
hiburan dipandang cukup penting agar seni pertunjukan yang ada tetap terjaga keberadaannya.
Perubahan kemasan seni budaya berdampak positif terhadap pengembangan dan pelestarian
identitas budaya lokal. Beberapa faktor perubahan topeng saujana adalah faktor sosial, ekonomi,
agama, pariwisata dan pendidikan. Perubahan tersebut membuat beberapa unsur topeng saujana
juga berubah menjadi lebih menarik. Unsur tersebut adalah gerak, urutan penyajian, pola lantai,
musik iringan, rias dan busana, durasi pementasan dan jumlah penari. Selain mengalami
perubahan bentuk kemasan, Tari Topeng Saujana juga mengalami perubahan fungsi dari sarana
upacara menjadi sarana hiburan dan wisata. Penelitian ini dapat dijadikan referensi karena
mengkaji permasalahan yang sama yaitu tentang perubahan bentuk dan fungsi.
Landasan teori yang akan dikemukan mengacu pada rumusan masalah, yaitu bagaimana
struktur Tari Elang Suku Anak Dalam pembinaan dan gerak ritual pengobatan Suku Anak Dalam
di pedalaman hutan kawasan Bukit Dua Belas yang ditampilkan di Bukit Dua Belas, Kecamatan
Air Hitam, Kabupaten Sarolangun dan Bagaimana transformasi brntuk dan fungsi gerak ritual
pengobatan ke Tari Elang di Desa Bukit Dua Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten
Menurut Jackquline Smith terjemahan Ben Suharto (1985: 72) menjelaskan bahwa struktur
adalah suatu wujud yang terdiri dari bentuk dan elemen pembentuk yang saling berkaitan sesuai
dengan fungsinya dan tidak dapat terpisahkan dalam suatu kesatuan bentuk yang utuh. Dalam
hal ini peneliti akan melihat struktur atau susunan yang membangun Tari Elang , mulai dari
musik iringan, kostum, pola lantai, dan gerak awal Tari Elang dilaksanakan hingga proses ritual
pengobatan Suku Anak Dalam di pedalaman hutan kawasan bukit dua belas, Kecamatan Air
Hitam, Kabupaten Sarolangun.
Pengertian transformasi berasal dari dua kata dasar, ”Trans dan form”. Trans berarti
melintas atau melampaui, form berarti bentuk. Transformasi mengandung makna perubahan dari
bentuk yang satu ke bentuk yang lain yang melampaui perubahan rupa fisik yang menghasilkan
unsur kebaruan (Sumaryono, 2003:49). Perubahan dari bentuk gerak ritual pengobatan ke Tari
Berdasarkan penjelasan di atas dari untuk melihat sebuah transformasi, tentu sebelumya
harus mengetahui bentuk ritual pengobatan itu sendiri, sehingga dapat diidentifikasi bahwa
adanya aspek- aspek yang membedakan gerak ritual pengobatan Suku Anak Dalam yang tinggal
di pedalaman hutan Kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas ke Tari Elang Suku Anak
Dalam pembinaan .
Mengkaji tentang kata fungsi peneliti menggunakan teori fungsi yang berfokus pada kata
“sumbangan” sebagaimana yang disampaikan oleh Mahdi Bahar dalam Menyiasati Musik Dalam
Budaya, bahwa sumbangan (contribution) yang dimaksud ialah sebagai pengertian dari hakikat
berdampak mengendalikan atau memelihara sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain dimaksud ialah
nilai ideal, sebagai lawan dari faktual atau yang real. Kerangka pemikiran ini merupakan
Berdasarkan pemikiran ini dapat dikatakan bahwa fungsi yang ditawarkan oleh Radcllife-
Brown adalah sumbangan. Sumbangan yang dimaksud disini adalah yang tampak dan yang tidak
tampak. Teori ini digunakan dalam penelitian ini di sebabkan karena ritual pengobatan yang
menggunakan gerakan ritual pengobatan memberikan sumbangan atau kontribusi terhadap Suku
Anak Dalam yang tinggal dipedalaman hutan, dimana Tari Elang yang difungsikan memberikan
kontribusi dari aspek ritual pengobatan dan kontribusi dari aspek memenuhi kebutuhan bagi
masyarakat. Kemudian fungsi (function) adalah alasan dibalik digunakannya gerak ritual
pengobatan Suku Anak Dalam ke Tari Elang. Demikian dapat dikatan bahwa Tari Elang dapat
berguna bagi masyarakat dan juga dapat berfungsi sesuai dengan keinginan dari masyarakat itu
sendiri.
Berkaitan dengan Tari Elang sebagai objek penelitian diperlukan beberapa pengertian atau
konsep yang terkait dan saling berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Sehubung dengan
itu untuk memperluas ataupun memperjelas landasan teori dan dasar kerja, maka diperlukan
Menurut Kresbinol Labobar (2019: 80) Suku adalah suatu kelompok sosial yang ada disuatu
daerah dengan ciri tertentu. Suku Anak Dalam merupakan kelompok orang atau masyarakat
yang tinggal di tengah hutan dan sangat bergantung pada alam, terdapat di Taman Nasional
Bukit Dua Belas. Menurut Budhi Vrihaspathi Jauhari, dkk (2012:15), pengertian “anak” ada
hubunganya dengan istilah “peranakan” yang dalam bahasa melayu Palembang lama berarti
“rakyat”, sedangkan “dalam” artinya “pedalaman” jadi “anak dalam” berarti“rakyat pedalaman”.
1.5.3.2 Ritual
Ritual merupakan suatu bentuk upacara yang berhubungan dengan beberapa kepercayaan,
atau agama dengan ditandai oleh sifat khusus yang menimbulkan rasa hormat yang luhur dalam
arti merupakan suatu pengalaman yang suci dan sakral ( Y. Sumandiyo Hadi, 2007: 98). Sesuai
dengan penjelasan tersebut, bahwa gerak ritual pengobatan merupakan sebuah kegiatan yang
dilakukan dengan tujuan sakral yang diyakini tentang kepercayaan Suku Anak Dalam
1.5.3.3 Tari
Defenisi menurut seodarsono (2004: 17) dalam buku yang berjudul tari- tarian indonesia,
tari adalah ekpresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. Dari
penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa penelitian Tari Elang juga merupakan suatu tarian yang
Tari Elang merupakan tari Suku Anak Dalam yang berpijak dari gerakan meniru sayap
burung elang saat memanggil dewa pada ritual pengobatan Suku Anak Dalam, dikembangkan
dalam bentuk kebaharuan seperti gerak, musik, kostum dan pola lantai. Tari Elang diadakan saat
1.5.3.5 Transformasi
Pengertian transformasi berasal dari dua kata dasar, ”Trans dan form”. Trans berarti
melintas atau melampaui, form berarti bentuk. Transformasi mengandung makna perpindahan
dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain yang melampaui perubahan rupa fisik yang
Elang pembinaan menghasilka unsur kebaharuan, yakni kebaruan bentuk, fungsi juga berbeda.
1.5.3.6 Struktur
Menurut Jackquline Smith terjemahan Ben Suharto (1985: 72) menjelaskan bahwa struktur
adalah suatu wujud yang terdidri dari bentuk dan elemen pembentuk yang saling berkaitan
sesuai dengan fungsinya dan tidak dapat terpisahakan dalam suatu kesatuan bentuk yang utuh.
Dalam hal ini peneliti akan melihat struktur atau susunan yang membangun Tari Elang dan gerak
ritual pengobatan Suku Anak Dalam, di pedalaman hutan kawasan bukit dua belas, Kecamatan
1.5.3.7 Desa
Kata “ Desa” berasal dari bahasa sanskerta yakni “deshi” yang artinya tanah kelahiran.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Desa diartikan sebagai satu kesatuan wilayah
yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai system pemerintahan sendiri. Dari
penjelasan diatas bahwa Tari Elang ini berasal dari Suku Anak Dalam yang bermukim
dikawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas yang berada di Desa Bukit Suban, Kecamatan Air
Hitam, Kabupaten Sarolangun, yang mana desa tersebut merupakan tempat tumbuh dan
berkembang tari ini. Kerangka konsep tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
Bagan 1.1 Kerangka Konsep
Tari Elang
Transformasi
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, menurut Bodgan dan
Taylor dalam Moleong (1989:4) metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriftif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
Subjek penelitian adalah orang yang dijadikan sumber informasi oleh penelitian untuk
riset yang dilakukan. Dalam hal ini subjek penelitin yang dimaksud dalam penelitian tersebut
mengumpulkan orang atau tokoh yang Mengetahui tentang Tari Elang sebagai berikut:
1. Bapak Tarib (69 tahun) mantan tumenggung pemimpin Suku Anak Dalam.
2. Ibu Erna Yulianti (39 tahun)sebagai guru Suku Anak Dalam danpengasuh Tari Elang
4. Bapak Mujito (51tahun) merupakan mantan kepala desa Bukit Suban selaku informan
Tari Elang
7. M. Ramli ( tahun) merupakan kepala desa bukit suban sekaligus informan Tari Elang.
Pada penelitian Tari Elang sumber data yang peneliti gunakan ada dua data primer dan
data skunder.
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpulan data (Sugiyono 2017:255). Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari
tangan pertama oleh peneliti yang didapatkan setelah melakukan penelitian secara langsung.
Dalam penelitian ini peneliti tidak terlibat langsung dalam Tari Elang ini. Peneliti hanya
wawancara dengan tokoh masyarakat, pelaku seni dan informan lainnya. Dalam wawancara
ini peneliti mengambil dokumentasi foto dari informan tersebut untuk dijadikanbukti.
Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan atau tersedia untuk peneliti
dari pihak lain seperti jurnal dan skripsi ( Sugiyono, 2011 : 225). Sumber data sekunder pada
penelitian Tari Elang ini yaitu berupa buku, situs, atau dokumen lainya yang berhubungan
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik
1.6.4.1 Observasi
sosial antara peneliti dan informan dalam suatu latar penelitian (pengamatan objek penelitian
di lapangan). Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat semua peristiwa.
Cara ini bertujuan untuk mengetahui kebenaran atau fakta yang ada di lapangan (Moleong,
2010: 125-126). Observasi didalam penelitian ini adalah observasi secara langsung
Observasilangsung pada tarian Suku Anak Dalam Bukit Dua Belas Kecamatan Air Hitam.
1.6.4.2 Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi terkait data atau
permasalahan yang sedang diteliti yaitu tentang Tari Elang di Desa Bukit Suban, Kecamatan
Air Hitam, Kabupaten Sarolangun. Peneliti melakukan wawancara secara langsung Wawancara
dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan oleh peneliti, pertanyaan itu berupa banyak
penari, tempat menari, sejarah tari, dan ritual pengobatan. Untuk mempermudah proses
wawancara peneliti menggunakan buku catatan dan pena, serta menggunakan alat perekam
suara seperti handphone. Sedangkan wawancara tidak terstrukur, narasumber tidak mengetahui
Pertanyaan tidak terstruktur yang penulis lakukan yaitu, ingin mengetahui pandangan
narasumber akan tari ini seberapa besar rasa memiliki masyarakat terhadap Tari Elang Suku
Anak Dalam.
Wawancara dilakukan dengan beberapa narasumber tentang Tari Elang dalam gerak ritual
pengobatan :
1. Bapak Tarib yang merupakan mantan tumenggung (pemimpin Suku Anak Dalam).
digunakan untuk ritual pengobatan sekarang menjadi Tari Elang Suku Anak Dalam
pembinaan.
2. Ibu Erna Yulianti sebagai guru Suku Anak Dalam dan pengasuh Tari Elang Suku Anak
Dalam. Dari ibu Erna Yulianti peneliti mendapatkan informasi tentang Tari Elang.
kesempatan ini peneliti menanyakan bagaimana ritual pengobatan Suku Anak Dalam
4. Bapak Mujito merupakan mantan kepala desa Bukit Suban selaku informan tentang
Tari Elang.
5. Sarinteng merupakan selaku Suku Anak Dalam pada gerakan ritual pegobatan
6. Ibu Susi merupakan tokoh masyarakat sekaligus seniman yang berpropesi sebagai
guru.
1.6.4.3 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan,
gambar atau karya monumental dari sesorang, Sugiono dalam buku (Dr. umar sidiq 2019;72).
Sama halnya dengan penelitian gerak ritual pengobatan dan Tari Elang Suku Anak Dalam,
dokumentasi dilakukan untuk mengabadikan gerak-gerak dan gerak ritual pengobatan yang
dilaksanakan Suku Anak Dalam. Hal ini dilakukan dengan cara pengambilan video dan foto Tari
1.6.5.1Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada guna untuk mengkaji
kebenaran data. Peneliti menggabungkan data tentang Tari Elang dari berbagai sumber untuk
data yang diperoleh melalui beberapa sumber, kemudian data tersebut dideskripsikan sehingga
Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982). Adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, dicari tema, polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan gambar yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila diperlukan ( Dr. umar sidiq
2019: 80). Dalam hal ini reduksi data diperlukan untuk mempermudah peneliti memilih data
pokok dan data tidak pokok terkait Tari Elang Suku Anak Dalam.
Pada penyajian data ini, peneliti memasukan hasil reduksi data kedalam laporan hasil
penelitian. Proses penyajian data ini dilakukan secara naratif dan dibantu dengan data, agar
mudah dibaca dan dipahami. Sehigga Tari Elang dapatdengan mudah dipahami.
1.6.6.3 Vertifikasi
Verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung tahap pengumpulan
berikutnya (Sugiyono, 2010: 455). Tetapi apabila data yang telah dikumpulkan sesuai dan
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan
Dimulai dari reduksi data, penyajian data dan diakhiri dengan menarik kesimpulan data
yang telah disajikan. Setelah melakukan penyimpulan data, data kemudian diteliti kembali
dengan cara meninjau kembali catatan lapangan dan menguji dengan memanfaatkan teknik