PENDAHULUAN
misalnya, di dalam tingkatan upacara panca yadnya yaitu salah satunya dewa
yadnya, baik dari tingkat nista atau kecil, madya atau sedang dan utama atau
besar tidak luput dari perbedaan dan keunikan. Salah satunya adalah Ngusaba
pelaksanaan Upacara Ngusaba Kedasa di Pura Ulun Danu Batur, Desa Batur,
hari. Puncak dari Ngusaba Kedasa ini adalah pada saat purnama sasih kadasa,
1
2
rangkian upacara panyineban ini ada suatu upacara yaitu Bhakti Papranian
nasehat suci dari Ida Batari yang berstana di Pura Ulun Danu Batur kepada
krama Desa Batur yang disampaikan oleh orang suci atau terpilih, tradisi ini
tradisi ini belum banyak orang mengetahui secara mendalam apa maksud dari
pelaksanaan tradisi tersebut. Mengingat fungsi dari tradisi Matiti Suara sangat
penting sebagai pelengkap dalam mepuput wali pada saat upacara ngusaba
kedasa, maka haruslah tradisi ini dilaksanakan. Tradisi ini jika tidak
dalam bentuk karya ilmiah dengan judul “Upacara Matiti Suara Dalam
Upacara Bhakti Papranian Ngusaba Kedasa Di Pura Ulun Danu Batur, Desa
Kabupaten Bangli ?
2. Apa fungsi upacara Matiti Suara dalam Bhakti Pepranian Ngusaba Kedasa di
Suatu penelitian yang ilmiah sudah tentu dilandasi dengan tujuan yang
ingin dicapai. Tujuan yang jelas dapat menentukan medote-metode yang efektif
untuk mencapai tujuan yang diharapkan, agar dalam pelaksanaan kegiatan dapat
terarah dengan baik dan sasaran dapat dicapai. Tujuan penelitian dikategorikan
menjadi dua yaitu, tujuan secara umum dan tujuan secara khusus.
berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada adalah sebagai
upacara yadnya yang dilakukan khususnya dalam upacara Matiti Suara Bhakti
Papranian Ngusaba Kedasa di Pura Ulun Danu Batur, Desa Batur, Kecamatan
1. Untuk mengetahui fungsi dari tradisi Matiti Suara dalam upacara Bhakti
yang bermanfaat dan berdaya guna baik bagi dirinya maupun orang lain. Di
bawah ini, dikemukakan manfaat penelitian ini yang terbagi menjadi dua yaitu
sebagai berikut :
Upacara Bhakti Papranian Ngusaba Kedasa Di Pura Ulun Danu Batur, Desa
2. Untuk mengetahui fungsi yang terkandung di dalam tradisi Matiti Suara Dalam
Upacara Bhakti Papranian Ngusaba Kedasa Di Pura Ulun Danu Batur, Desa
oleh masyarakat.
dapat dipakai sebagai bahan perbandingan dan kajian selanjutnya bagi yang
memerlukan.
5
penelitian ini.
yang akan di bahas dan agar lebih mudah memahami permasalahan, maka akan
pengertian yang harus dimengerti terlebih dahulu dalam suatu penelitian ilmiah.
Konsep akan dapat digunakan sebagai teori dasar dalam menjawab dan
upakara yang telah mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam agama
berdasarkan ajaran dharma dan sesuai dengan adat setempat (Badudu, 1996 :
1595).
hubungannya dengan gerakan, kegiatan atau dalam kata lain, upacara adalah
“banten/bebanten”.
Sekeliling atau menunjuk segala dan Cara berarti Gerak atau Aktifitas.
manusia dalam upaya menghubungkan diri dengan Hyang Widhi Wasa / Tuhan
Upacara adalah sistem aktivitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata
oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan
berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang
bersangkutan
Titi Suara berasal dari dua kata yaitu “titi” dan “suara” menurut kamus
Bahasa Bali – Indonesia “titi” artinya jembatan dan “suara” artinya bunyi atau
Pada Ngusabha Kadasa Di Pura Ulun Danu Batur menjelaskan Matiti Suara
suara artinya bunyi. Matiti Suara artinya daging titian bunyi karya sastra seni tari
budaya. Pewarah atau petuah sane patut anggen dasar swadarmaning Dharma
Agama dan Dharama Negara kepada krama Desa Pakraman Batur miwah umat
Hindu sedharma. Jadi, titi suara merupakan sebuah penyampaian suara atau
7
sabda dari sesuhuunan yang berstana di Pura Ulun Danu Batur kepada krama
Suara adalah suatu kegiatan yang sudah dilaksanakan sejak jaman dahulu oleh
krama Desa Batur, yang dimana upacara tersebut merupakan pemberian petuah
dari sesuhunan yang berstana di Pura Ulun Danu Batur, Desa Batur, Kecamatan
Menurut Ida Pandita Mpu Jaya Winanda, dalam buku “Makna Filosofis
Upacara dan Upakara” (2004 : 25) dijelaskan Bhakti adalah berarti cinta kasih
yang tulus. Istilah bhakti digunakan untuk menyatakan cinta kepada Ida
atau dihormati.
makhluk (sarwa prani) dan alam semesta ini agar tercapainya keseimbangan dan
alam ini menjadi semakin stabil serta suci nirmala (Taksu : 40). Jadi, Bhakti
menyatakan cinta atau Bhakti kepada Ida Sesuhunan yang berstana di Pura Ulun
Dalam buku kamus Bali – Indonesia kata “Ngusaba” berasal dari kata
“usaba” yang artinya upacara keselamatan desa. Kata “usaba” memperoleh bunyi
yang bersemayam di Kahyangan dan bersifat gaib. Purnama Kedasa sejak dulu
dikenal sebagai inti dari semua Purnama. Jadi berdasarkan penjelasan di atas
Pura Ulun Danu Batur berdasarkan etimologi berasal dari kata “Ulun”
atau “Ulu” artinya ujung, kepala, penguasa, yang patut dimuliakan. “Danu”
artinya danau. “Ulun Danu” berartiujung danau atau kepala, penguasa danau yang
dimuliakan. Kata Batur yang ada hubungan dengan di atas mempunyai empat
pengertian, yaitu : Batur dalam arti nama gunung, nama danau, nama pura dan
nama salah satu desa “bintang danu”, yang dimaksud desa “bintang danu” ialah
desa-desa yang mengelilingi danau batur. Ada enam desa bintang danu yaitu :
Desa Songan, Abang, Truyan, Buahan, Kedisan dan Batur (Muterini, 1989 : 23).
Jadi yang dimaksud dengan Pura Ulun Danu Batur merupakan pura
gunung Batur dengan proyeksi gugusan desa “bintang danu” sebagai tempat suci
9
LANDASAN TEORI
Yadnya berasal dari Bahasa Sansekerta dari akar kata “Yaj” yang
secara tulus ikhlas dalam rangka memuja Hyang Widhi (Suparta, 2002). Pada
dasarnya Yadnya adalah penyangga dunia dan alam semesta, karena alam dan
hal ini korban yang dimaksud adalah korban yang berdasarkan pengabdian
dan cinta kasih, sebab pelaksanaan yadnya bagi umat Hindu adalah salah satu
10
11
4. Bhuta Yadnya; adalah segala suatu pengorbanan yang ditunjukan kepada Bhuta
kala dan segala makhluk ciptaan Tuhan yang lebih rendah dari manusia;
5. Manusa Yadnya, adalah segala sesuatu pengorbanan yang ditunjukan untuk
pemeliharaan umat manusia mulai dari dalam kandungan sampai akhir hidup
manusia. yang merupakan serangkaian upacara dari hidup manusia, sejak dalam
kandungan sampai meninggal.
bagian dari Panca Yadnya yaitu Dewa Yadnya yang merupakan upacara yang
berhubungan dengan kesehatan fisik. Inti dari teori ini adalah segala aktivitas
Dalam hal ini, seorang peneliti jangan hanya meneliti wujud dari
yang bersifat abstark. Bentuk struktur sosial dapat dideskripsikan dalam dua
keadaan. Seorang ahli ilmu sosial dapat mendeskripsikan bentuk dari suatu
manusia, dan pranata-pranata sosial menjadi mantap juga. Dalam hal ini,
1. Fungsional dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebuadayaan pada tingkat
abstraksi pertama mengenai pengaruh atau efeknya terhadap adat, tingkah laku
manusia dan pranata sosial yang lain dalam masyarakat
2. Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan pada tingkat
abstraksi kedua mengenai pengaruh efeknya terhadap kebutuhan suatu adat atau
pranata lain untuk mencapai maksudnya seperti yg dikonsepsikan oleh warga
bersangkutan.
3. Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan pada tingkat
abstraksi ketiga mengenai pengaruh efeknya terhadap kebutuhan mutlak untuk
berlangsungnya secara terintegrasi dari suatu sistem sosial tertentu. Kaberry
(dalam Soetomo, 1995:82)
Bertitik tolak dari penjelasan fungsi di atas, teori fungsional struktural dalam
penelitian ini akan digunakan untuk mengetahui fungsi dari upacara tersebut dalam
definisi fungsional, fungsi dari Titi Suara yang ada dalam Bhakti Prapranian bagi
Teori ini dipelopori oleh Herbert Blumer (1969) yang individu yang berbikir,
dilakukan melalui gerak, bahasa, rasa empati, empati dan melahirkan tingkah laku
adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri manusia, yakni komunikasi atau
penukaran simbol yang diberi makna. Dalam konteks ini, makna dikontruksikan
dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah suatu medium netral yang
Interaksi Simbolik menurut Efendi (1982 : 325) adalah suatu paham yang
menyatakan hakikat terjadinya interaksi sosial antara individu dan individu dengan
karena komunikasi suatu kesatuan pemikiran dimana sebelumnya pada diri masing-
Deddy mulyana dalam Kerni (2011 : 19) menjadi tiga langkah utama :
sistem simbol yang sangat luas. Kata-kata membuat seluruh simbol yang lain
dalam mengukapkan bentuk dari pelaksanaan tradisi Matiti Suara yang ada
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir yang baik akan
menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti. Pertautan
Oleh karena itu setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan kepada
kerangka berpikir.
Ngusaba kedasa.
UPACARA
Bhakti Papranian
MATITI SUARA
: Saling terhubung
: Saling berkaitan
Dalam penelitian ini Upacara Matiti Suara merupakan suatu upacara yang
Danu Batur. Upacara Matiti Suara juga berfungsi sebagai pelengkap pemuput
upacara Wali atau masyarakat desa Batur sering menyebutkan dengan nama Bhakti
selalu berusaha mengandalkan kemampuan diri agar kehidupan yang sejahtera dapat
terwujud.
2.5 Hipotesis
16
sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan definisi tersebut, maka
penelitian.
Berkaitan dengan itu, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumusakan
sebagai berikut :
melalui seorang Jro Keraman atau Jro Guru sebagai perantara yang
METODE PENELITIAN
pendekatan yang datanya tersaji dalam bentuk kata-kata ataupun kalimat, dimana
keseluruhan data yang diperoleh diolah dan disajikan dalam bentuk naratif bukan
dalam bentuk statistik, sehingga akan dapat menjawab permasalahan yang diteliti
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
berbagai sumber datanya dikumpulkan secara langsung dari lingkungan nyata dalam
yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan dalam bentuk angka-
angka (Moleong, 2002 : 6). Dalam penelitian ini, peneliti akan berpartisipasi aktif
dalam proses penelitian yaitu sebagai pengumpul data, penganalisa data, dan sebagai
17
18
Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosial budaya
yaitu akan disajikan data atau keterangan yang mendeskripsikan upacara Matiti
tertentu. Tempat dapat secara terbuka maupun tertutup (Endraswara, 2013 : 205).
Penelitian ini berusaha mengungkapkan fungsi dari upacara Matiti Suara dalam
Bhakti Papranian di Pura Ulun Danu Batur, Desa Batur, Kecamatan Kintamani
Kabupaten Bangli.
Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di Pura Ulun Danu Batur, Desa
Sanur.
Pemilihan lokasi ini dipilih karena keunikan dalam prosesi upacara Matiti
Suara dalam Bhakti Papranian Ngusaba Kedasa di pura Ulun Danu Batur. Upacara
ini mempergunakan orang-orang terpilih yaitu hanya seorang Jro guru atau keraman
3.3.1 Populasi
bahwa populasi adalah semua subjek atau objek sasaran penelitian. Wujud subjek itu
wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan selanjutnya
disimpulkan.
merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah atau tempat serta
2003 : 11). Dalam suatu penelitian, biasanya peneliti membatasi penelitiannya karena
penelitian ini adalah masyarakat Desa Pakraman Batur Selatan yang terbagi menjadi
sebelas banjar yaitu Banjar Batur Selatan, Banjar Batur Selatan Asri, Banjar
Bugbugan, Banjar Kerta Buana, Banjar Kerta Budi, Banjar Masem Budi Karya,
20
Banjar Masem Dwi Tirta, Banjar Taksu, Banjar Tandang Buana Sari, Banjar Yeh
Mampeh Tegal Sari. Secara keseluruhan jumlah penduduk Desa Batur Selatan adalah
6889 jiwa yang terdiri dari 3483 orang laki-laki dan 3406 orang perempuan.
populasi maka tidak mungkin peneliti akan mewawancarai setiap orang, maka dalam
3.3.2 Sample
sebagaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dengan
demikian yang dimaksud dengan sample adalah sebagain kecil jumlah populasi yang
diambil sebagai contoh dari jumlah keseluruhan baik wilayah maupun orang.
memungkinkan untuk memeliti seluruh populasi yang ada melainkan cukup dengan
berdasarkan pada kondisi populasi, dengan demikian, dalam penelitian ini peneliti
dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang yang dianggap mengetahui dengan apa
yang diharapkan atau mungkin sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti
menjelajahi objek atau situasi soasial yang diteliti. Atas dasar pertimbangan itu, maka
21
orang tersebut diantaranya yang dapat dijadikan informan antara lain : Kepala desa
Batur Selatan, Bendesa atau kelian desa, kelian banjar, pemangku pura Ulun Danu
Batur, Jro Baris, dan Tukang Banten. Hal ini sangat mendasar karena orang-orang
tersebutlah yang mengetahui mengenai pelaksaaan dan fungsi yang terkandung dalam
berdasarkan fungsi dan sifatnya data dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Data
dilihat dari segi jenis dan sifatnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu : data kualitatif
adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain. Data kualitatif merupakan data menunjukan keadaan atau sifat sedangkan
pada filsafat positivesme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sample
tertentu (Sugiyono 2014 : 8). Jadi data kuantitatif adalah data yang berupa angka.
22
Sesuai bentuknya, data kuantitatif dapat diperoleh dari analisis dengan menggunakan
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Kriteria
dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang
sebenarnya terjadi sebagaimana adanya. Bukan data yang sekedar terlihat, terucap,
tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap tersebut
(Sugiarto, 2015 : 9), penelitian kualitatif pada umumnya dipandu oleh fakta-fakta
kualitatif yang berhubungan dengan tradisi matiti suara dalam bhakti papranian,
Sumber data dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yakni sumber data
Data primier adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan oleh
seseorang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan dan yang memerlukan.
Data primier juga disebut data asli ( Iqbal, 2002 : 167). Menurut Azwar (2004 : 36)
data primier diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan teknik pengambilan
23
Penelitian upacara matiti suara data primernya adalah informasi dari para
informan-informan baik itu Jro Gede Batur, Jro Balian, Jro Guru, Jro Baris dan dari
para penduduk setempat yang nantinya dapat digunakan menjadi sumber data yang
akurat.
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono,
2009 : 137). Data sekunder akan melengkapi sajian data primer. Data sekunder adalah
data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari
Pada penelitian ini peneliti tidak hanya mencari informasi dari nara sumber
akan tetapi juga mencari dengan mengunakan buku maupun dokumen yang ada
berbagai sumber dan berbagai cara, karena tujuan utama dari penelitian adalah
pada suatu seminas, diskusi, di jalan dan lain-lain (Sugiyono, 2010 : 193).
24
dilakukan pada kondisi yang alamiah, sumber data primer dan teknik pengumpulan
3.5.1 Observasi
menyatakan bahwa observasi adalah cara pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian dan data-data penelitian tersebut dapat diamati oleh
secara sistematis. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih jelas tentang
tradisi Matiti suara dalam bhakti papranian di Pura Ulun Danu Batur.
3.5.2 Wawancara
tetapi juga apabila ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Gambar diantaranya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumentasi yang
berbentuk karya seni misalnya berupa patung, gambar, film dan lain-lain.
ketika proses upacara berlangsung, selain itu peneliti mencatat hasil wawancara dari
berbagai sumber dan merekam suara serta gambar ketika proses berlangsung.
3.5.3 Dokumen
25
wawancara dalam sebuah penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi atau
wawancara, akan lebih dipercaya jika didukung oleh berupa foto-foto serta rekaman
yang diambil ketika proses upacara Matiti Suara berlangsung, selain itu peneliti
mencatat hasil wawancara dari berbagai sumber dan merekam suara serta gambar
Menurut Bogdan dan Biklen (dalam moleong, 2007 : 248), metode analisis
data adalah upaya yang dilakukan dengan bekerja dengan data, mengoganinasiskan
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah di lapangan. Ini berarti analisis
lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. analisis data dalam
pengumplan data.
Dalam reduksi data yang dilakukan peneliti dimulai dengan menulis data
lapangan secara terus-menerus dalam jumlah yang banyak. Kemudian tulisan tersebut
direduksi, dirangkum sesuai dengan hal-hal yang pokok untuk mencari tema atau
26
polanya. Pada dasarnya, bahwa laporan lapangan sebagai bahan mentah diluangkan,
secara sistimatis, sehingga mudah dikendalikan. Dengan demikan data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik
seperti komputer mini atau dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.
(display) data. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan,
urian singkat atau bagan hubungan antar kategori. Penyajian data akan memudahkan
untuk memahami apa yang terjadi, mer berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
yang dikemukan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti
-bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses untuk
mendapatkan bukti-bukti yang kuat dalam arti konsisten dengan kondisi yang
DAFTAR PUSTAKA
Moleong, M.A.J. Lexy. 2007. Metode penelitian Kwanlitatif. Edisi revisi. Jakarta : Pt.
Rineka Cipta.
Muterini Putra, I Gst. Mas 1989. Peranan Pura Ulun Danu Batur Bagi Umat Hindu.
Yayasan Dharma Sarathi.
Pip, Jones. 2010. Pengantar teori teori sosial. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
28
Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2003. Teori Sosiologi Modern, Edisi ke-6.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Soetomo, Drs. 1995. Masalah sosial dan pembangunan. Jakarta : Pustaka Jaya.
Wijayananda, Ida Pandita Mpu Jaya. 2004. Makna filosofi Upacara dan Upakara.
Surabaya : Paramita
https://www.balipuspanews.com/purnama-kedasa-dan-landep-air-suci-kehidupan-hingga-
tajamkan-pikiran.html (di akses pada tanggal 29 november 2019)