KISTA OVARIUM
Oleh :
Muhammad Aris
G3A021078
2021/2022
I. DEFINISI KASUS
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang
membentuk seperti kantong.Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat
bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005: 273)
Kista adalah tumor jinak yang paling sering ditemui. Bentuknya kistik atau padat, berisi
cairan kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan,
nanah, ataupun bahan-bahan lainnya.
Kista termasuk tumor jinak ataupun ganas yang terbungkus selaput semacam jaringan.
Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak dapat
menyebar ke bagian tubuh lain. Itulah sebabnya tumor jinak relatif mudah diangkat dengan
jalan pembedahan, dan tidak membahayakan kesehatan penderitanya.
Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non-neoplastik dan neoplastik.
Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3
bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung
pada ukuran dan sifatnya.
Selain pada ovarium kista juga dapat tumbuh di vagina dan di daerah vulva (bagian luar
alat kelamin perempuan). Kista yang tumbuh di daerah vagina, antara lain inklusi, duktus
gartner, endometriosis, dan adenosis. Sedangkan kista yang tumbuh di daerah vulva, antara
lain pada kelenjar bartholini, kelenjar sebasea serta inklusi epidermal.
II. KLASIFIKASI
Kista folikel berkembang pada wanita muda, sebagian akibat folikel de graft yang
matang karena tidak dapat menyerap cairan setelah ovulsi. Kista ini bisanya
asimptomotik kecuali jika robek, dimana kasus ini terdapat nyeri pada panggul. Jika kista
tidak robek, bisanya meyusut setelah 2-3 siklus menstrusi.
b. Kista corpus luteum
Terjadi setelah ovulasi dan karena peningkatan sekresi dari progesteron akibat
dari peningkatan cairan di korpus luteum ditandai dengan nyeri, tendenderness pada
ovari, keterlambatan menstuasi dan siklus menstuasi yang tidak teratur atau terlalu
panjang. Rupture dapat mengakibatkan haemoraghe intraperitoneal. Biasanya kista
corpus luteum hilang selama 1-2 siklus menstruasi.
Terjadi ketika endokrin tidak seimbang sebagai akibat dari estrogen yang terlalu
tinggi, testosteron dan LH serta penurunan sekresi FSH. Tanda dan gejala terdiri dari
obesitas, hirsurism (kelebihan rambut di badan) mens tidak teratur, infertilitas.
Biasanya bersama dangan mola hydatidosa. Kista ini berkembang akibat lamanya
stimulasi ovarium dari human chorionik gonadotropine (HCG). ( Lowdermik,dkk.
2005:273 ).
Berasal dari pembungkus ovarium yang tumbuh menjadi kista. Kista ini juga
dapat menyerang ovarium kanan atau kiri. Gejala yang timbul biasanya akibat penekanan
pada bagian tubuh sekitar seperti vesika urinaria sehingga dapat menyebabkan
inkontinensia atau retensi. Jarang terjadi tapi mudah menjadi ganas terutama pada usia di
atas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.
b. Kista coklat (endometrioma)
Terjadi karena lapisan di dalam rahim tidak terletak di dalam rahim tapi melekat
pada dinding luar indung telur. Akibatnya, setiap kali haid, lapisan ini akan menghasilkan
darah terus menerus yang akan tertimbun di dalam ovarium dan menjadi kista. Kista ini
dapat terjadi pada satu ovarium. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama ketika
haid atau bersenggama.
c. Kista dermoid
Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan
sebagian lagi padat. Dapat terjadi perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma
epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis.
Gambaran klinis adalah nyeri mendadak diperut bagian bawah karena torsi tangkai kista.
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di luar
rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap
bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.
e. Kista hemorhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga menimbulkan
nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.
g. Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan melepaskan sel
telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan. Ovarium akan membesar karena
bertumpuknya kista ini. Untuk kista polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi
harus dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan
rasa sakit.
III. ETIOLOGI
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya
akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler
merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena
pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan
yang normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel
telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada
beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan cairan yang
nantinya akan menjadi kista. Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang
keluar akibat dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa
kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi. Kista jenis
ini disebut dengan kista Demoid.
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa faktor pemicu yaitu :
1) Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya :
Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
Zat tambahan pada makanan
Kurang olah raga
Merokok dan konsumsi alcohol
Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
Sering stress
Zat polutan
2) Faktor genetik
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang
disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang
bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentuatau karena radiasi,
protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala, atau hanya sedikit nyeri
yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan
menimpulkan nyeri yang tajam. Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah akibat
pertumbuhan aktivitas hormon atau komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan
kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat
bervariasi dan tidak spesifik.
a) Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
Nyeri saat bersenggama.
Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan lebih lama, mungkin
lebih pendek, atau mungkin tidak keluar darah menstruasi pada siklus biasa atau
siklus menstruasi tidak teratur.
Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil
Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung
bawah dan paha.
Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
Rasa ingin muntah
b) Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
Gangguan haid
Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri
spontan dan sakit diperut.
Nyeri saat bersenggma
c) Pada stadium lanjut :
Asites
Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus
dan hati)
Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
Gangguan buang air besar dan kecil.
Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada akibat penyebaran
penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak nafas.
VI. KOMPLIKASI
Menurut Manuaba ( 1998:417 ) komplikasi dari kista ovarium yaitu :
1. Perdarahan intra tumor
Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan
tindakan yang cepat.
2. Perputaran tangkai
Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen.
3. Infeksi pada tumor
Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu aktifitas sehari-
hari.
4. Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah kedalam
rungan abdomen.
5. Keganasan kista ovarium
Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun.
A. PENGKAJIAN
Menurut Doenges ( 2000.997 ) hal - hal yang terus terkaji pada klien dengan post operasi
laparatomi adalah :
1. Data biografi klien
2. Aktivitas/Istirahat
Kelemahan atau keletihan. perubahan pola istirahat dan jam kebisaan tidur, adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misal : nyeri, ansietas, keterbatasan, partisipasi
dalam hobi dan latihan.
3. Sirkulasi
Palpitasi, nyeri dada, perubahan pada TD
4. Integritas ego
Faktor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan dalam penampilan
insisi pembedahan, perasaan tidak berdaya, putus asa,depresi,menarik diri.
5. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi misal:darah pada feces,nyeri pada defekasi, perubahan
eliminasi urinarius misalnya: nyeri, perubahan pada bising usus.
6. Makanan/cairan
Anoreksia, mual / muntah.intoleransi makanan, perubahan pada berat badan penurunan
BB, perubahan pada kelembaban / turgor kulit, edema.
7. Neurosensori
Pusing
8. Nyeri / kenyamanan
Tidak ada nyeri atau ada nyeri / derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri berat/skala nyeri ( dihubungkan dengan proses penyakit ).
9. Pernapasan
Merokok, pemajanan abses
10. Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama, berlebihan, demam,
ruam kulit / ulserasi.
11. Seksualitas
Perubahan pada tingkat kepuasan
12. Interaksi social
Ketidak adekuatan / kelemahan system pendukung, riwayat perkawinan, masalah tentang
fungsi / tanggung jawab peran.
13. Penyuluhan / pembelajaran
Riwayat penyakit pada kelurga, riwayat pengobatan, pengobatan sebelumnya atau
operasi.
1) Inspeksi
Kepala : Rambut rontok, mudah tercabut, warna rambut.
Mata : Konjungtiva tampak anemis, icterus pada sclera
Leher : Tampak adanya pembesaran kelenjar limfe dan bendungan vena
jugularis.
Payudara : Kesimetrisan bentuk, adanya massa.
Dada : Kesimetrisan, ekspansi dada, tarikan dinding dada pada inspirasi,
frekuensi pernafasan.
Perut : Terdapat luka operasi, bentuk, warna kulit, pelebaran vena-vena
abdomen
Genitalia : Sekret, keputihan, peradangan, perdarahan, lesi.
Ekstremitas : Oedem, atrofi, hipertrofi, tonus dan kekuatan otot.
2) Palpasi
Leher : Pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar submandibularis.
Ketiak : Pembesaran kelenjar limfe aksiler dan nyeri tekan.
Payudara : Teraba massa abnormal, nyeri tekan.
Abdomen : Teraba massa, ukuran dan konsistensi massa, nyeri tekan,
perabaan hepar, ginjal dan hati.
3) Perkusi
Abdomen : Hipertympani, tympani, redup, pekak, batas-batas hepar.
Refleks : Fisiologis dan patologis
4) Auskultasi
Abdomen meliputi peristaltik usus, bising usus, aorta abdominalis arteri renalis dan
arteri iliaca.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Preoperasi
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses penyakit
(penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang abdomen.
2) Gangguan eliminasi urinarius, perubahan/retensi berhubungan dengan adanya edema
pada jaringan lokal.
3) Cemas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahan
b. Post operasi
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan luka post operasi, insisi pada
abdomen
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif dan pembedahan, kerusakan
jaringan, perawatan luka operasi yang kurang adekuat.
3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas (nyeri paska pembedahan)
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit (jaringan,
perubahan sirkulasi).
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Preoperasi
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses penyakit
(penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang abdomen.
Intervensi :
2. Kaji tingkat nyeri (lokasi, karakteristik nyeri, intensitas nyeri (0-10), lamanya nyeri)
Rasional : Mengidentifikasi kebutuhan dan memilih intervensi lebih lanjut
3. Observasi TTV
Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
4. Ajarkan tehnik relaksasi
Rasional : Tehnik relaksasi akan membantu otot-otot berelaksasi sehingg persepsi
nyeri akan berkurang
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri (lokasi, karakteristik nyeri, intensitas nyeri (0-10), lamanya nyeri)
Rasional : Mengidentifikasi kebutuhan dan memilih intervensi lebih lanjut
2. Kaji faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Rasional : Dapat membantu perawat dalam memberikan intervensi berikutnya
3. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
4. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Rasional : Merilekskan otot-otot, mengalihkan perhatian dan sensasi nyeri,
menurunkan ketidaknyamanan
5. Kolaborasi untuk pemberian obat analgetik
Rasional : Analgetik bersifat menghilangkan atau mengurangi nyeri.
Intervensi :
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi bedah post op,
pengangkatan bedah kulit (jaringan, perubahan sirkulasi).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pemenuhan masalah
kerusakan kulit dapat teratasi, penyembuhan luka sesuai waktu
Kriteria Hasil :
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
Tidak terdapat jaringan parut
TTV dalam batas normal
Intervensi :
1. Kaji luka, warna kulit, bau serta jumlah dan tipe cairan luka
Rasional : Mengidentifikasi keadaan dan tingkat keparahan luka
2. Pantau peningkatan suhu tubuh
Rasional : Suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasi sebagai adanya proses
peradangan
3. Berikan perawatan luka dengan teknik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan
steril
Rasional : Teknik aseptik membantu proses penyembuhan luka dan mencegah
terjadinya infeksi
4. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
Rasional : Antibiotik berguna untuk mencegah terjadinya infeksi
DAFTAR PUSTAKA