Anda di halaman 1dari 29

TUGAS ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

ASUHAN BBL, NEONATUS, BAYI DAN BALITA DI KOMUNITAS

OLEH :
KELOMPOK IV

1. NOORITA NIM PO. 530324014 389

2. SANDRA E. ADULANU NIM PO. 530324014 390

3. STEFANIA L. ASA NIM PO. 530324014 391

4. THERESIA B. GHARI NIM PO. 530324014 392

5. TRESIA R. KADUNGA NIM PO. 530324014 393

6. TRI HARTUTI ABDULLAH NIM PO. 530324014 394

7. TRI SANDHYA F. ASYARI NIM PO. 530324014 395

8. WIDIATI ZULKARNAIN NIM PO. 530324014 396

9. YENIANTY LAPIKOLY NIM PO. 530324014 397


10. YESI N. TARIGAN NIM PO. 530324014 398

11. YOHANA F. GITA OLA NIM PO. 530324014 399


12. YULIANA N. YENI NIM PO. 530324014 400

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


JURUSAN KEBIDANAN ANGKATAN XVI
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “ASUHAN BBL,
NEONATUS, BAYI DAN BALITA DI KOMUNITAS KEBIDANAN” dapat terselesaikan
dengan lancar. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami serta mengetahui kegiatan pencatatan dan
pelaporan dalam imunisasi.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya lebih baik. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Kupang, Oktober 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Asuhan BBL Dan Neonatus Di Komunitas..........................................................................6
B. Asuhan Kesehatan Bayi Balita Di Komunitas Berkaitan Dengan Program
Pemerintah.................................................................................................................................10
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.............................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas dalam rangka memberikan pelayanan
kesehatan kompehensif bagi bayi lahir dimulai sejak janin dalam kandungan sampai dengan
bayi berumur 28 hari di puskesmas dan jaringannya maka setiap tenaga kesehatan harus
mematuhi standar pelayanan yang sudah ditetapkan. Standar yang dijadikan acuan antara
lain: Standar pelayanan kebidanan atau SPK, pedoman asuhan persalinan normal( APN) dan
pelayanan neonatal esensial dasar.
Penyebab utama kematian neonatal adalah tetanus neonatorum, bayi berat lahir rendah
dan asfiksia. Upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian neonatus diutamakan pada
pemeliharaan kehamilan sebaik mungkin, pertolongan persalinan yang bersih.
Perawatan bayi baru lahir yang adekuat termasuk perawatan tali pusat yang higenis.
Selain itu dilakukan pulaupaya deteksi dini neonatus resiko tinggi agar segera dapat
diberikan pelayanan yang diperlukan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asuhan BBL dan Neonatus di Komunitas ?
2. Bagaimana asuhan kesehatan Bayi Balita di Komunitas berkaitan dengan program
pemerintah ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memberikan asuhan BBL dan Neonatus di Komunitas
2. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kesehatan Bayi Balita di Komunitas berkaitan
dengan program pemerintah.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Asuhan BBL Dan Neonatus Di Komunitas


1. SPM
a) Standar Peralatan
1) Bak instrument
a. Gunting steril/ DTT untuk memotong tali pust
b. 2 klem steril/ DTT
c. Benang steril/ DTT ( atau klem _ untuk mengikat tali pusat, sarung tangan
bersih / DTT
2) Sarung tangan bersih
3) Bola karet penghisap atau penghisap DeLee yang di DTT
4) Gunting (biasa,perban)
5) Medikamentosa :
a. Spuit ukuran 1cc
b. Vitamin K 1 ampul
c. Salep mata oxytetrasiklin 1%
d. Vaksin hepatitis B (HB0)
6) Tempat periksa
7) Alat Pelindung Diri :
a. Celemek
b. Masker
c. Sepatu boot
d. Kacamata google
8) Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan kehangatan
9) Kain bersih
10) Air bersih, sabun, dan handuk kering
11) Tempat kain kotor
12) Tempat sampah
13) Tempat plasenta
14) Stetoskop
15) Jam dengan jarum detik
16) Termometer
17) Timbangan bayi
18) Pengukur panjang bayi
19) Metline (pita cm)
20) Format pencatatan (buku KIA, formulir BBL, formulir MTBM, partograf,
formulir register kohor bayi)

b) Standar Tempat
Memiliki pencahayaan yang cukup (baik melalui jendela, lampu ataupun sumber
cahaya lainnya). Ruangan harus hangat dan terhalang dari tiupan angin secara
langsung, selain itu harus tersedia meja atau permukaan yang bersih dan mudah
dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan.

c) Standar Pelayanan BBL dan Neonatus


1. Selalu mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan bersih/ DTT sebelum
menangani bayi baru lahir
2. Memastikan bahwa suhu ruangan hangat ( ruangan harus hangat untuk mencegah
hipotermi pada bayi baru lahir )
3. Segera setelah lahir, nilai keadaan bayi, letakkan di perut ibu, dan segera
keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat setelah bayi kering, selimuti
bayi termasuk bagian kepalanya dengan handuk baru yang bersih dan hangat>
riset membuktikan bahwa 90% bayi baru lahirmengalami perubahan dari
kehidupan intrauterine menjadi ekstrauterine dengan pengeringan dan stimulasi.
Penghisapan lender rutin tidak perlu perlu dan mungkin membahayakan )
4. Segera menilai bayi utnuk memastikan bahwa bayi bernafas/ menangis sebelum
menit pertama nilai APGAR, jika bayi tidak menangis atau tidak bernafas
spontan, hisap mulut dan hidung bayi secara hati-hati menggunakanbola karet
pengisap atau penghisap DeLee yang di DTT
5. Jika bayi mengalami kesulitan memulai pernafassan walaupun sudah dilakukan
pengeringan, stimulasi atau penghisapan lender dengan hati-hati, mulai lalukan
resusitasi bayi baru lahir untuk menanganii asfiksia ( lihat standar 24 )
6. Jika bayi menangis/ bernafas, lakukan pemeriksaan APGAR pada menit pertama
setelah lahir
7. Minta ibu memegang bayinya. Tali pusat diklem di dua tempat menggunakan
klem steril/ DTT
8. Pasang benang/ klem tali pusat
9. Bayi harus tetap diselimui dengan baik, anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan
segera mulai menyusui. ( riset menunjukkna pemberian ASI dini penting untuk
keberhasilan awal pemberian ASI. Kontak kulit ibu dan bayi juga merupakan cara
yang baik untuk menjaga pengaturan suhu tubuh bayi pada saat lahir. Pastikan,
jika bayi tidak didekap oleh ibunya, selimut ibayi dengan handuk yang bersih dan
hangat. Tutupi kepala bayi dengan baik untuk mencegah kehilangan panas )
10. Sesudah 5 menit lakukan penilaian terhadap keadaan bayi secara umum dengan
menggunakan skor APGAR
Skor 0 1 2
APGAR
Warna Biru/ pucat Tubuh merah jambu, Seluruh tubuh kemerahan
ekstremitas kebiruan
DJJ Tidak ada <100 x/ menit >100 x/ menit
Refleks Tdak ada Menyeringai Bersin, batu, menarik kaki
Aktivitas Tidak ada/ Sedikit fleksi Gerak aktif
lemas
Pernapasan Tidak ada Lemah dan tidak teratur/ Menangis kuat, pernafasan
menangis lemah kuat dan teratur

11. Jika kondisi bayi stabil, lakukan pemeriksaan bayi setelah plasenta lahri dan
kondisi ibu stabil
12. Periksa tanda vital bayi. Ukur suhunya dengan menggunakan thermometer yang
diletakkan di ketiak ( janganmemasukkan thermometer dalam anus bayi, hal ini
merupakan prosedur yang tidak perlu dan dapat membahayakan bayi ). Bila suhu
bayi <36 C atau jika tubuh atau kaki bayi teraba dingin, maka segera lakukan
penghangatan tubuh bayi seperti pada “ penangaan hipotermi”. Amati suhu bayi
setiap jam sampai suhunya normal dan stabil
13. Periksa bayi dari kepala sampai ujung kaki untuk mencari kemungkinan adanya
kelainan. Periksa anus dan daerah kemaluan. Lakukan pemeriksaan ini dengan
cepat agar bayi tidak kedinginan. Ibu hendaknya menyaksika pemeriksaan
tersebut
14. Timbang bayi dan ukur panjangnya. Lakukan dengan cepat agar bayi tidak
mengalami hipotermi
15. Tetap selimuti bayi pada saat ditimbang, meletakkan bayi pada timbangan yang
dingin akan menyebabkan kehilangan panas. Berat yang tercatat kemudian dpat
disesuaikan dengan mengurangi jumlah berat handuk/ kain tersebut
16. Setelah memeriksa dan mengukur bayi, selimuti dengan baik, pastikan bahwa
kepala bayi tertutup dan berikan bayi kembali untuk dipeluk ibu. Hal in
merupakan cara yang sangat baik untuk mencegah hipotermi
17. Cuci tangan lagi dengan sabun, air, dan handuk yang bersih. Dalam waktu satu
jam setelah kelahiran, berikan salep/ obat tetes mata pada mata bayi baru lahir,
untuk mencegah oftalmia neonatorum : salep mata tetrasikilin 1%, lautan perak
1%, atau eritromisin 1%. Biarkan obatnya tetap di mata bayi, jangan dibersihkan
salep/ obat tets mata yang berada di sekitar mata
18. Jika bayi belum diberi ASI, bantu ibu untuk mulai menyusui. ( riset menunjukkna
bahwa memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama ketelah kelahiran
adalah penting untuk keberhasilan awal pemberian ASI. Kolostrum, ASI pertama,
penting karena mengandung zat kekebalan untukpencegahan infeksi dan penyakit
pada bayi baru lahir. Pemberian ASI dini akan mencegah/ menangani
hipoglikemia pada bayi baru lahir
19. Hindari pemberian susu formula pada bayi baru lahir, hal ini tidak perlu dan
mungkin membahayakan
20. Tunggu 6 jam, atau lebih, setelah kelahiran bayi, sebelum memandikannya,
tunggu lebih lama jika bayi mengalami kesulitan mempertahankan suhu tbuhny
atau mengalami asfiksia pada saat lahir : periksa suhu tubhbayi sebelum
memandikannya, suhu tubuh bayi baru lahir harus antara 36-37 C. Gunakan air
hangat untuk memandikan bayi dan pastikan ruangan hangat. Memandikan bayi
dengan cepat dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih, hangat, dan kering
untuk mencegah kehilangan panas tubuh yang berlebihan
21. Kenakan baju yang bersih dan selimuti bayi dengan handuk/ kain yang hangat dan
bersih
22. Periksa apakah bayi baru lahir mengeluarkan urine dan meconium dalam 24 jam
pertama kehidupannya., catat waktu pengeluaran urine dan meconium. Mintalah
ibu memperhatikannya bila persalinan berlangsung di rumah. Bila dalam 24 jam
bayi tiak mengeluarkan urine dan meconium, segera rujuk ke rumah sakit
23. Lakukan pencatatan semua temuan dan perawatan yang diberikan dengan cermat
dan lengkap dalam partograf, Karu Ibu dan Kartu Bayi
24. Rujuk segera ke puskesmas atau rumah sakit yang tepat jika ditemukan kelainan
dari normal

2. Jadwal Kunjungan Neonatus


Pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali yaitu:
a) Kunjungan neonatal 1 (KN 1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir.
b) Kunjungan neonatal 2 (KN 2) pada hari ke-3 sampai dengan 7 hari.
c) Kunjungan neonatal 3 (KN 3) pada hari ke-8 sampai dengan 28 hari.

B. Asuhan Kesehatan Bayi Balita Di Komunitas Berkaitan Dengan Program Pemerintah


1. SPM
a) Standar Peralatan
1) Tempat periksa bayi
2) Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan kehangatan.
3) Air bersih, sabun, dan handuk kering
4) Sarung tangan bersih
5) Kain bersih
6) Stetoskop
7) Jam dengan jarum detik
8) Termometer
9) Timbangan bayi
10) Pengukur panjang bayi
11) Pengukur lingkar kepala

b) Standar Tempat Pelayanan


1) Mempunyai lokasi tersendiri yang telah disetujui oleh pemerintah daerah
setempat (tata kota), tidak berbaur dengan kegiatan umum lainnya seperti pusat
perbelanjaan, tempat hiburan, sejenisnya.
2) Tidak berdekatan dengan lokasi bentuk pelayanan sejenisnya dan juga agar sesuai
dengan fungsi sosialnya yang salah satu fungsinya adalah mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.

c) Standar Tata Ruang


1) Setiap ruang periksa mempunyai luas 2x3 meter
2) Setiap bangunan pelayanan, minimal mempunyai ruang periksa, ruang
administrasi/kegiatan lain sesuai kebutuhan, ruang tunggu dan kamar mandi/ WC,
masing-masing 1 buah.
3) Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan.
4) Lebih bagus jika ada ruangan khusus rooming in / rawat gabung, dan ruang
laktasi.

d) Standar Pelayanan Pada Bayi


1) Pengertian Bayi
Menurut Soetjiningsih (2004), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun,
dengan pembagian masa neonatal, yaitu usia 0 – 28 hari. Masa neonatal dini yaitu
usia 0 – 7 hari Masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari. Masa pasca neonatal
yaitu usia 29 hari – 1 tahun.Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai
umur 1 tahun, namun tidak ada batasan yang pasti.Pada masa ini manusia sangat
lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian.Kematian bayi
dibagi menjadi dua, kematian neonatal (kematian di 27 hari pertama hidup), dan
post-natal (setelah 27 hari).
2) Pengertian Pelayanan Pada Bayi
Pengertian pelayanan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pelayanan
adalah menolong menyediakan segala apa yang diperlukan orang lain seperti tamu
atau pembeli.
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standart yang
di berikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29
hari sampai dengan 12 bulan setelah bayi lahir.
3) Tujuan Kunjungan Bayi
a. Untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar.
b. Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat
mendapat pertolongan
c. Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan
pertumbuhan,imunisasi,serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi
tumbuh kembang.
4) Tujuan Bidan Memberikan Kunjungan
a. Mengidentifikasi gejala penyakit.
b. Menawarkan tindakan skrining metabolik.
c. Memberikan KIE kepada orang tua.
d. Mengkaji riwayat atau masalah pada pemenuhan nutrisi bayi, perhatian, usaha
menangis, BAB, BAK dll.
e. Melakukan pemriksaan fisik, memberikan penyuluhan dan anticipatory
guidance pada orang tua.
f. Membuat kunjungan dalam 6-8 minggu untuk imunisasi dan check-up serta
harus melakukan pengkajian fisik kembali jika ditemukan kondisi emergency
yang memerluakan perawatan dari dokter spesialis anak

e) Standar Pelayanan Pada Balita


1) Pengertian Balita
Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi dengan
rentang usia dimulai dari dua sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan
perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai
usia prasekolah.
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada
orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan
lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya.Masa
tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak
akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
2) Pengertian pelayanan pada Balita
Pelayanan pada balita adalah pelayanan yang diberikan pada balita sehat
dan sakit yang sesuai diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan standar.
3) Kegiatan yang dilakukan pada kunjungan balita
a. Pemeriksaan fisik anak dilakukan termasuk penimbangan berat badan
b. Penyuluhan atau nasihat pada ibu tentang pemeliharaan kesehatan anak dan
perbaikan gizi serta hubungan psikososial antar anak, ibu, dan keluarga. Ibu
diminte memperhatikan tumbuh kembang anak, pola makan, dan tidur serta
perkembangan perilaku sosial anak
c. Penjelasan tentang keluarga berencana untuk mengatur jarak kehamilan
4) Jenis-jenis pelayanan pada Balita
a. Buku KIA/KMS
Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS minimal 8 kali KMS (kartu
menuju sehatr) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat
digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak.Oleh karenanya
KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap
kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk
bidan dan dokter.Manfaat KMS adalah :
1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita
secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan makanan pendamping ASI.
2. Sebagai media edukasi bagi orang tua belita tentang kesehatan anak
3. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
b. Vitamin A 2 Kali Setahun
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat
dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan
tubuh,jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan
infeksi lain. Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang
dilaksanakan oleh departemen kesehatansetiap 6 bulan yaitu bulan februari
dan agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target
pemberian 80% dari seluruh balita.
Kapsul vitamin A biru (100.000 IU) diberikan pada bayi berusia 6-11
bulan satu kali dalam satu tahun.Kapsul vitamin A merah (200.000) diberikan
kepada balita kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia (mata
kering).halini dapat terjadi karena sarapan vitamin A pada mata mengalami
pengurangan sehingga terjadi kekeringan pada selaput lendir atau konjungtiva
dan selaput bening (kornea mata).balita akan terlindungi dari kekurangan
vitamin A terutama bagi balita dari keluarga menengah bawah.
c. Pelayanan MTBS
MTBS adalah suatu pendekatan yang terintegrasi atau terpatu dalam
tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan
(balita) secara menyeluruh.MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan
tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS
merupakan upaya pelayanan kesehatan yang ditunjukan untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan pelayanan kesehatan di
unit rawat jalan kesehatan dasar (puskesmas dan jaringan termasuk pustu,
polindes, poskesdes, dll)
Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap
untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian
bayi dan balita di indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya
preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa
konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan
masalah yang sering terjadi pada balita.Badan kesehatan dunia WHO telah
mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara
berkembang dalam upaya menurunkan angka kematian, kesakitan, dan
kecacatan pada bayi dan balita.
Kegitan MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan ,
yaitu :
1. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksanan
kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat
pula memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah terlatih)
2. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak
program kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS)
3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di
rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit
(meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan)
4. Konseling pada keluarga balita tentang pemberian makanan bergizi
pada bayi dan balita, pemberian makanan bayi, mengatur makanan
anak usia 1-5 tahun, pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan
balita, peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan
pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal
identitasnya sebagai laki-laki atau perempuan.

2. Jadwal Kunjungan
1) Jadwal Kunjungan Bayi
Pada bayi 1 – 11 bulan, deteksi dini dilakukan saat umur 3 bulan, 6 bulan dan 9 bulan
2) Jadwal kunjungan pada balita
a) Anak berumur sampai 5 bulan diperiksa setiap bulan
b) pemeriksaan dilakukan setiap 2 bulan sampai anak berumur 12 bulan
c) Pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan sampai anak berumur 24 bulan
d) Permeriksaan dilakukan satu kali dalam satu tahun

3. Pemantauan Pertumbuhan Dan Perkembangan / Deteksi Dini


a) Pengertian
SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang) adalah
pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui
kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada
masa 5tahun pertama kehidupan .Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara
keluarga, masyarakat dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).
Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara
komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan,
diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak
dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi
profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional (kesehatan,
pendidikan dan sosial).
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun
agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.Setiap anak perlu mendapat
stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak
pra sekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah tumbuh kembang
anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga
mempunyai “waktu” dalam membuat rencana tindakan/intervensi yang tepat,
terutama ketika harus melibatkan ibu/keluarga. Bila penyimpangan terlambat
diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak.
Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu pada anak
yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai dengan
umurnya.Penyimpangan perkembangan bisa terjadi pada salah satu atau lebih
kemampuan anak yaitu kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta
sosialisasi dan kemandirian anak.

b) Sasaran
1) Sasaran langsung
Semua anak umur 0 sampai 6 tahun yang ada di wilayah kerja Puskesmas
2) Sasaran tidak langsung
a. Tenaga kesehatan yang bekerja di lini terdepan (dokter, bidan perawat, ahli
gizi, penyuluh kesehatan masyarakat, dan sebagainya).
b. Tenaga pendidik, petugas lapangan KB, petugas sosial yang terkait dengan
pembinaan tumbuh kembang anak.
c. Petugas sector swasta dan profesi lainnya.

c) Tujuan SDIDTK
1) Tujuan Umum
Agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak pra sekolah umur 5-6 tahun
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya
sehingga berguna bagi nusa dan bangsa serta mampu bersaing di era global
melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini.1
2) Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya kegiatan stimulasi tumbuh kembang pada semua balita dan
anak pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas.
b. Terselenggaranya kegiatan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang pada
semua balita dan anak pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas.
c. Terselenggaranya intervensi dini pada semua balita dan anak pra sekolah
dengan penyimpangan tumbuh kembang.
d. Terselenggaranya rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak bisa ditangani di
Puskesmas.

d) Jenis Skrining
1) Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
a. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
1. Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi
anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk.
2. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal DDTK.
Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan
terlatih, yaitu tenaga kesehatan yang telah mengikuti pelatihan SDIDTK.
b. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA).
Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui lingkaran kepala
anak dalam batas normal atau diluar batas normal
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan.Adapun pelaksana dan

alat yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang Digunakan


Keluarga masyarakat  Orang tua  KMS
 Kader kesehatan  Timbangan dacin
 Petugas PAUD, BKB, TPA
dan Guru TK
Puskesmas  Dokter  Table BB/TB
 Bidan  Grafik LK
 Ahli gizi  Timbangan
 Petugas lain  Alat ukur tinggi badan
 Pita pengukur lingkar kepala
Sumber: Buku Pedoman Pelaksanaan SDIDTK
2) Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
Deteksi ini dilakukan di semua tingkat pelayanan. Pelaksana dan alat yang
digunakan dapat dilihat pada table 2.2
Tabel 2.2 Pelaksanaan dan Alat yang digunakan untuk Deteksi Dini Penyimpangan
Perkembangan Anak
Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang
Digunakan
Keluarga dan  Orang tua Buku KIA
Masyarakat  Kader kesehatan, BKB, TPA  KPSP
 Petugas pusat PAUD terlatih  TDL
 Guru TK terlatih  TDD
Puskesmas  Dokter  KPSP
 Bidan  TDL
 Perawat  TDD
Sumber: Buku Pedoman Pelaksanaan SDIDTK
Keterangan :

Buku KIA : Buku Kesehatan Ibu dan Anak

KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan

TDL : Tes Daya Lihat

TDD : Tes Daya Dengar

BKB : Bina Keluarga Balita

TPA : Tempat Penitipan Anak

Pusat PAUD : Pusat Pendidikan Anak Usia Dini

TK : Taman Kanak-kanak

a. Skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra


Skrining Perkembangan (KPSP)
Tujuan pemeriksaan perkembangan menggunakan KPSP adalah untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
b. Tes Daya Dengar (TDD)
Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran
sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan
daya dengar dan bicara anak.
c. Tes Daya Lihat (TDL)
Tujuan TDL adalah untuk mendeteksi secara dini kelainaan daya lihat agar
segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman penglihatan menjadi lebih besar.

3) Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional


Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan/ pemeriksaan
untuk menemukan gangguan secara dini adanya masalah emosional, autisme dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera
dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat
diketahui maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak.
Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan.
a. Deteksi dini masalah mental emosional pada anak pra sekolah.
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/
masalah mental emosional pada anak pra sekolah
b. Deteksi dini autis pada anak pra sekolah.
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur
18 bulan sampai 36 bulan.

4) Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan umur dan jenis skrining


a. Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak
Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan anak adalah untuk
mengoreksi, memperbaiki dan mengatasi masalah atau penyimpangan
perkembangan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
sesuai dengan potensinya. Waktu yang paling tepat untuk melakukan intervensi
dan rujukan dini penyimpangan perkembangan anak adalah sesegera mungkin
ketika usia anak masih di bawah lima tahun
Tindakan intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah
yang dilakukan secara intensif di rumah selama 2 minggu, yang diikuti dengan
evaluasi hasil intervensi stimulasi perkembangan.
Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan anak tidak
dapat ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi. Rujukan
penyimpangan tumbuh kembang dilakukan secara berjenjang sebagai berikut:
1) Tingkat keluarga dan masyarakat
Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader)
dianjurkan untuk membawa anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan
jaringan atau Rumah Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan
pemantauan tumbuh kembang buku KIA
2) Tingkat Puskesmas dan jaringannya
Pada rujukan dini, bidan dan perawat di posyandu, Polindes, Pustu termasuk
Puskesmas keliling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang sesuai standar pelayanan yang terdapat pada buku pedoman.
Bila kasus penyimpangan tersebut ternyata memerlukan penanganan lanjut,
maka dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas.
3) Tingkat Rumah Sakit Rujukan
Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat di tangani di Puskesmas maka
perlu dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten yang mempunyai fasilitas klinik
tumbuh kembang anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi serta
laboratorium/pemeriksaan penunjang diagnostic. Rumah Sakit Provinsi
sebagai tempat rujukan sekunder diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang
anak yang didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan
mata, THT, rehabilitasi medic, ahli terapi, ahli gizi dan psikolog.
b. Pelayanan posyandu
Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh
dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait. (Departemen Kesehatan
RI. 2006) Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan dan keluarga berencana.(Effendi, Nasrul. 1998: 267) Posyandu (Pos
Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama
masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita.
(Pusat Promosi Kesehatan, 2012)
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan untuk, dari, dan oleh masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan kematian ibu dan bayi. Dalam pelaksanaan tugasnya
kader pada posyandu selalu didampingi oleh tim dari Puskesmas, seperti pada
pelaksanaan pada meja IV, apabila kader menemui masalah kesehatan, kader
harus berkonsultasi pada petugas kesehatan yang ada, masalah tersebut dapat
berupa:
1. Balita yang berat badanya tidak naik tiga kali berturut-turut.
2. Balita yang berat badanya di bawah garis merah.
3. Balita yang sakit; batuk, sukar bernafas, demam dan sakit telinga.
4. Balita yang mencret.
5. Anak yang menderita buta senja atau mata keruh.
Balita dengan penyimpangan tumbuh kembang atau perkembangan
terlambat.

4. Program Imunisasi
Program imunisasi dibagi menjadi beberapa kelompok sebagai berikut
1. Berdasarkan usia yang diimunisasi
1. Imunisasi rutin
Imunisasi rutin adalah pemberian imunisasi secara rutin yang
dilaksanakan pada periode waktu tertentu yang telah ditetapkan. Berdasarkan
kelompok usia sasarannya, imunisasi rutin dibagi menjadi :
a.Bayi (usia kurang dari 1 tahun)
Tabel 1. Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi

Vaksin Pemberian Selang waktu Umur


Imunisasi pemberian

BCG 1x - 0-11 bulan

DPT 3x 4 minggu 2-11 bulan

Polio 4x 4 minggu 0-11 bulan

Campak 1x - 9-11 bulan


HB 3x 4 minggu 0-11 bulan

b. Anak usia sekolah dasar


Tabel 2. Jadwal Pemberian Imunisasi Anak Sekolah Dasar

Kelas Pemberian Imunisasi Dosis

DT 0,5 cc

Kelas 1 Campak 0,5 cc

Kelas 2 TT 0,5 cc

Kelas 3 TT 0,5 cc

c.Wanita usia subur (WUS) ada wanita usia 15-39 tahun


Tabel 3. Jadwal Pemberian Imunisasi Wanita Usia Subur

Imunisasi Pemberian Selang Waktu Masa Dosis


Imunisasi Pemberian Perlindungan

T1 - - 0,5 cc

TT WUS T2 4 minggu setelah T1 3 tahun 0,5 cc


T3 4 minggu setelah T2 5 tahun 0,5 cc
T4 4 minggu setelah T3 10 tahun 0,5 cc
4 minggu setelah T4 25 tahun 0,5 cc
Pelayanan imunisasi rutin dapat diberikan pada tempat sebagai berikut :
d. Pelayanan imunisasi di dalam gedung, yaitu di puskesmas,
puskesmas pembantu, rumah sakit, rumah bersalin, dan polindes
e.Pelayanan imunisasi di luar gedung, yaitu di posyandu, kunjungan
rumah dan sekolah
f. Pelayanan imunisasi rutin oleh swasta, seperti rumah sakit swasta,
dokter praktik, bidan praktik.
2. Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan diberikan untuk bayi dan anak. Kegiatan ini adalah
kegiatan imunisasi yang tidak rutin, hanya dilaksanakan bila ditemukan masalah
dalam pemantauan atau evaluasi. Kegiatan dalam imunisasi tambahan adalah :
 Backlog Fighting
Backlog fighting adalah upaya aktif melengkapi imunisasi dasar pada
anak usia 1-3 tahun pada desa non UCI setiap 2 tahun sekali
 Crash Program
Ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat karena
masalah khusus, seperti angkat kematian bayi tinggi, infrastruktur kurang,
dan untuk memberi kekebalan pada kelompok sasaran yang belum
mendapatkannya saat imunisasi rutin.
2. Kegiatan imunisasi massal
Dilakukan untuk antigen tertentu dalam wilayah luas dan waktu tertentu, dalam
rangka pemutusan mata rantai penyakit. Kegiatannya antara lain :
1. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
PIN merupakan suatu upaya untuk mempercepat pemutusan siklus
hidup virus polio dengan memberikan vaksin polio untuk setiap balita.
Imunisasi diberikan sebanyak 2 kali dengan selang waktu 1 bulan. Masing-
masing imunisasi diberikan 2 tetes vaksin.
2. Sub PIN
Merupakan upaya untuk memutus rantai penularan polio bila
ditemukan satu kasus polio dalam wilayah terbatas (kabupaten) dengan cara
pemberian 2 kali imunisasi polio dalam interval 1 bulan secara serentak pada
usia kurang dari 1 tahun.
3. Catch up campaign campak
Merupakan upaya untuk memutus penularan virus campak pada balita
dan anak sekolah. Pemberian imunisasi campak dilakukan secara serentak
pada anak sekolah dasar, tanpa mempertimbangkan status imunisasi
sebelumnya.
3. Berdasarkan tingkat kekebalan yang ditimbulkan
1. Imunisasi dasar
Imunisasi dasar diberikan untuk bayi. Imunisasi ini diberikan sebagai
imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan tubuh.
2. Imunisasi lanjutan
Imunisasi lanjutan diberikan untuk anak usia sekolah dasar dan wanita
usia subur. Imunisasi merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan
tingkat kekebalan di atas ambang perlindungan atau untuk memperpanjang
masa perlindungan.
4. Program imunisasi meningitis meningokokus
Imunisasi meningitis meningokokus diberikan kepada calon jemaah haji
minimal 10 hari sebelum keberangkatan ke Arab Saudi. Jika imunisasi diberikan
kurang dari 10 hari sebelumnya, harus diberikan antibiotik profilaksis yang sensitif
terhadap N. meningitidis.
5. Program imunisasi demam kuning
Bagi pendatang atau melewati negara yang terjangkit demam kuning, harus
dapat menunjukkan ICV (International Certificate of Vaccination) yang masih
berlaku sebagai bukti bahwa telah mendapat imunisasi demam kuning. Jika belum,
maka harus diisolasi selama 6 hari dan dilindungi dari gigitan nyamuk sebelum
diizinkan melanjutkan perjalanan.
Pemberian imunisasi bagi orang yang akan menuju negara endemis demam
kuning, minimal 10 hari sebelum keberangkatan. Imunisasi diberikan bagi yang
belum pernah diimunisasi atau yang imunisasinya sudah lebih dari 10 tahun.
6. Program imunisasi rabies
Dilakukan pelatihan bagi tenaga medis dan para medis di puskesmas dan
rumah sakit dalam penatalaksanaan kasus gigitan. Penanggulangan pada setiap kasus
gigitan adalah dengan melakukan cuci luka dengan sabun selama 10-15 menit dengan
air mengalir.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan uraian pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Asuhan BBL dan Neonatus di komunitas harus berdasarkan standar pelayanan
minimum (SPM) dari segi alat, tempat dan prosedur pelayanan BBL dan Neonatus
2. Asuhan Kesehatan Bayi dan Balita di Komunitas harus berdasarkan standar
pelayanan minimum (SPM) dari segi alat, tempat dan prosedur pelayanan Bayi dan
Balita dan berkaitan erat dengan program pemerintah yaitu program imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat Alimul, A.Aziz.2008. Asuhan  Neonatus Bayi dan  Belita . Buku  Praktikum


Kebidanan.EGC. Jakarta
Prawihardjo Sarwono.2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan  Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Ed.1.Cet 11. Tridasar Printer. Jakarta

Sudarti.2010.Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.Yogyakarta: Nuha


Medika

Surjono Achmad, dkk, ( 2005 ). Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk para medis,
Jakarta.

Syafridun dan Hamidah ( 2009 ). Kebidanan Komunitas Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Wahyuni, Sari.2012.Asuhan Neonatus,dan Balita.Jakarta:EGC
Yeyeh Al Rukiyah, ( 2012 ). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Trans Info Media,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai