Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengendalian Infeksi Silang

1. Definisi Pengedalian Infeksi Silang

Pengedalian infeksi adalah melindungi pasien dari penularan penyakit dan

dari kondisi yang disebabkan penularan mikroorganisme. Penularan dapat terjadi

melalui cara kontak langsung dengan contohnya melalui cairan mulut dan darah.

Kontak tidak langsung, dapat melalui suatu objek yang tercemar mikroorganisme

pathogen, yang umumnya terjadi karena instrumen yang digunakan tidak steril.

(Anonim,2012)

Pengedalian infeksi silang dalam kesehatan dokter dan perawat untuk

mengurangi kemungkinan atau resiko infeksi silang sehingga menghasilkan

lingkungan yang aman bagi pasien dan dokter atau perawat pada saat berkerja

penerapan pelindung diri dan kesterilian alat dan kebersihan lingkungan agar tidak

adanya penularan pengedalian infeksi langsung dan tidak langsung. (Darmandi

2018)

Pengedalian infeksi silang adalah salah satu upaya kegiatan untuk

mencegah, meminimalkan kejadian infeksi pada pasien, petugas, lingkungann

yang meliputi pelaksanan, perencanna dan evaluasi yang ad puskesmas (Broker

2009)

2. Tujuan Infeksi Silang

Tujuan pengedalian infeksi silang untuk menjadi acuan tenaga kesehatan

di lingkungan pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan pengedalian infeksi yang

5
5
6

benar mekipun keadan sumber daya dan danan yang terbatas. Adapun salah satu

contoh pengedalian infeksi seperti perlindungan diri yang biasa di gunakan

petugas pelayanan kesehatan yakni masker, kacamata pelindung dan lain lain.

Yang bertujuan untuk tidak adanya penularan pengedalian infeksi silang.

(Darmadi 2008)

Tujuan pengedalian infeksi silang untuk mencegah atau paling tidak untuk

mengurangi penyebaran penyakit dari pasien ketenaga tenaga kesehatan, tenaga

kesehatan ke pasien, pasien satu ke pasien lainya. Ruang perawatan ke komunitas

lingkungannya termasuk keluarga tenaga kesehatan dan komunitas ke pasien

(Mulyati, 2012)

Tujuan pengedalian infeksi silang pada fasilitas pelayanan kesehatan untuk

mencegah penularan infeksi baik kepada pekerja pelayanan kesehatan maupun

pada pasien ketika sedang dilakukan perawatan kesehatan dan mulut sarana

pelayanan kesehatan wajib meberikan jaminan keamanan kesehatan baik tenaga

kesehatan maupun masyarakan yang melayani. (Arissandy 2013)

3. Pencegahan Infeksi Silang

Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau pengendalian

infeksi yang disusun oleh CDC (centers and disease control) dan harus diterapkan

di rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya. Kewaspadaan isolasi diterapkan

untuk menurunkan resiko trasmisi penyakit dari pasien kepasien lain atau ke

pekerja medis. Kewaspadaan isolasi memiliki 2 pilar atau tingkatan, yaitu

Kewaspadaan Standar (Standard/Universal Precautions) dan Kewaspadaan

berdasarkan cara transmisi (Transmission based Precautions).

(Setiawan,hlm71,2000)
7

a. Kewaspadaan standar (Standard Universal Precautions)

Kewaspadaan standar adalah kewaspadaan yang di rancang untuk

perawatan semua pasien di klinik pelayanan kesehatan kewaspadaan

standar diterapkan untuk carian tubuh seperti darah, saliva, yang ada

dimukosa rongga mulut. Kewaspadaan standar meliputi:

1) Kebersihan Mencuci Tangan

Kebersihan tangan merupakan hal yang paling penting

dan merupakan pilar untuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

Tenaga pelayanan kesehatan harus melakukan kebersihan tangan

dengan menggunakan sabun dan air mengalir jika tangan terlihat

kotor (termasuk keadaan terkena serbuk/ powder dari sarung

tangan), terkontaminasi cairan tubuh, kontak langsung dengan

individu pasien, setelah kontak dengan permukaan dalam ruang

praktik termasuk peralatan, lamanya mencuci tangan 40-60 detik.

Jika tangan tidak tampak kotor lakukan kebersihan tangan

dengan cara gosok tangan dengan handrub/cairan berbasis alkohol,

lamanya 20-30 detik. Metode dan tata cara mencuci tangan

dalam “hand hygiene” tergantung pada beberapa tipe dan

prosedur, tingkat keparahan dari kontaminasi dan persistensi

melekatnya yang antimikroba digunakan pada kulit.

Untuk pelaksanaan rutin dalam praktik, dan prosedur non

bedah, mencuci tangan dan antiseptik dapat dicapai dengan

menggunakan sabun detergent antimikroba yang standar. Untuk

prosedur pembedahan, sabun antimikroba (bedah) yang


8

mengandung chlorhexidin gluconate 4% harus digunakan. Sebagai

alternatif penggantibagi yang sensitif terhadap chlorhexidin

gluconate, dapat menggunakan iodophor (Depkes, 2005).

Gambar 1. Cara mencuci tangan yang tepat dengan air mengalir

Tempatkan produk cairan kebersihan tangan dalam tempat yang

disposible atau yang diisi ulang, dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu

sebelum diisi ulang. Jangan diisi ulang cairan antiseptik sebelum

dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu.

Hal – hal yang harus diperhatikan mengenai kebersihan tangan:

a. Sebelum kebersihan tangan, cincin, jam dan seluruh perhiasan yang ada

di pergelangan tangan harus dilepas

a. Kuku harus tetap pendek dan bersih

b. Jangan menggunakan pewarna kuku atau kuku palsu karena dapat

menjadi tempat bakteri terjebak dan menyulitkan terlihatnya kotoran di

dalam kuku.
9

c. Selalu gunakan air mengalir, apabila tidak tersedia, maka harus

menggunakan salah satu pilihan sebagai berikut:

1. Ember berkeran yang tertutup.

2. Ember dan gayung, dimana seseorang menuangkan air sementara

yang lainnya mencuci tangan.

d. Tangan harus dikeringkan dengan menggunakan paper towel atau

membiarkan tangan kering sendiri sebelum menggunakan sarung

tangan (Yee, 2006).

Gambar 2. Cara mencuci tangan dengan menggunakan

handrub/cairan berbasis alcohol


10

Indikasi kebersihan tangan termasuk :

1. Bila tangan terlihat kotor.

2. Setelah menyentuh bahan/objek yang terkontaminasi darah,

cairan tubuh, ekskresi dan sekresi

3. Sebelum memakai sarung tangan.

4. Segera setelah melepas sarung tangan.

5. Sebelum menyentuh pasien.

6. Sebelum melakukan prosedur aseptik.

7. setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktik termasuk peralatan

alat medis

8. Sebelum memakai sarung tangan.

9. Segera setelah melepas sarung tangan.

10. Sebelum menyentuh pasien.

11. Sebelum melakukan prosedur aseptik.

12. setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktik termasuk peralatan

alat medis

2) Alat Pelindung Diri

Tenaga pelayanan kesehatan wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

dibawah ini. Penyediaan peralatan dan bahan perlindungan diri bagi tenaga di

puskesmas wajib dipenuhi dan untuk pengadaan dikoordinasikan dengan dinas

kesehatan kota/kabupaten.

a) Sarung tangan

Tenaga pelayanan kesehatan wajib menggunakan sarung tangan ketika

melakukan perawatan yang memungkinkan berkontak dengan darah atau


11

cairan tubuh lainnya. Sarung tangan harus diganti uap pasien, lepaskan

sarung tangan dengan benar setelah digunakan dan segera lakukan kebersihan

tangan untuk menghindari transfer mikroorganisme ke pasien lain atau

permukaan lingkungan. Lepaskan sarung tangan jika sobek, atau bocor dan

lakukan kebersihan tangan sebelum memakai kembali sarung tangan.

Disarankan untuk tidak mencuci, mendisinfeksi atau mensterilkan ulang sarung

tangan yang telah digunakan.

Prosedur pemakaian sarung tangan :

1. Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang sisi sebelah dalam

lipatannya.

2. Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan menggantung ke

lantai, sehingga bagian lubang jari- jari tangannya terbuka, lalu masukkan

tangan.

3. Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari tangan

yang sudah memakai sarung tangan ke bagian lipatan (bagian yang tidak

bersentuhan dengan kulit tangan).

4. Pasang sarung tangan kedua dengan cara memasukkan jari-jari tangan yang

belum memakai sarung tangan, kemudian luruskan lipatan dan atur posisi

sarung tangan sehingga terasa pas di tangan.

5. Selain sarung tangan yang digunakan untuk pemeriksaan, ada jenis sarung

tangan yang digunakan untuk mencuci alat serta membersihkan

permukaan meja kerja, yaitu sarung tangan rumah tangga (utility gloves)

yang terbuat dari lateks atau vinil yang tebal.


12

b) Masker

Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajib menggunakan

masker pada saat melakukan tindakan untuk mencegah potensi infeksi

akibat kontaminasi aerosol serta percikan saliva dan darah dari pasien dan

sebaliknya. Masker harus sesuai dan melekat dengan baik dengan wajah

sehingga menutup mulut dan hidung dengan baik. Ganti masker diantara

pasien atau jika masker lembab atau basah dan ternoda selama tindakan ke

pasien. Masker akan kehilangan kualitas perlindungannya jika basah.

Lepaskan masker jika tindakan telah selesai.

c) Gaun /baju Pelindung

Tenaga pelayanan kesehatan wajib menggunakan gaun/baju

pelindung yang digunakan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian dan

melindungi kulit dari kontaminasi darah dan cairan tubuh. Gaun

pelindung ini harus dicuci setiap hari. Gaun pelindung terbuat dari bahan

yang dapat dicuci dan dapat dipakai ulang (kain), tetapi dapat juga terbuat

dari bahan kertas kedap air yang hanya dapat sekali pakai (disposable).

Lepaskan gaun/baju pelindung jika tindakan telah selesai.

d) Kaca Mata Pelindung

Tenaga pelayanan kesehatan wajib menggunakan kacamata

pelindung untuk menghindari kemungkinan infeksi akibat kontaminasi

aerosol dan percikansaliva dan arah. Kacamata ini harus didekontaminasi

dengan air dan sabun kemudian didisinfeksi setiap kali berganti pasien.

Sebelum melakukan perawatan bagi pasien, gunakan baju

pelindung, lalu masker bedah dan selanjutnya kacamata pelindung sebelum


13

mencuci tangan. Setelah tangan dikeringkan, ambil sarung tangan, kenakan

dengan cara seperti tertera di atas. Setelah selesai perawatan dan seluruh

instrumen kotor telah disingkirkan, lepaskan sarung tangan yang telah

terkontaminasi dengan memegang sisi bagian luar dan menariknya hingga

terlepas dari dalam ke luar. Setelah salah satu sarung tangan terlepas,

lepaskan sarung tangan lainnya dengan memegang sisi bagian dalam

sarung tangan dan menariknya hingga terlepas. Apabila seluruh alat

pelindung diri telah dilepaskan, hindari menyentuh area terkontaminasi.

Selalu lakukan kebersihan tangan dan keringkan tangan sebelum

memasang kembali sarung tangan.

e) Vaksin/imunisasi

Dokter atau perawat harus memiliki data imunisasi yang baru

seperti imunisasi hepatitis b, tuberkolosis, rubella pagi dokter dan perawat

wanita harus wajip mengikuti imunisasi terbaru agar menguatkan sistem

kekebalan tubuh

b. Kewaspadaan berdasarkan transmisi (Transmission Based Precautions).

Kewaspadaan berdasarkan transmisi merupakan tambahan untuk

kewaspadaan standar, yaitu tindakan pencegahan atau pengendalian

infeksi yang dilakukan setelah jenis infeksinya sudah terdiagnosa.

Kewaspadaan ini diterapkan pada pasien yang memang sudah terinfeksi

kuman tertentu yang bisa ditransmisikan lewat darah, kesterilisasian alat.

Berdasarkan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di kelinik

gigi. Adapun jenis kewaspadaan tasmisi meliputi:


14

A. Kontak langsung

Menyentuh langsung jaringan lunak atau lesensi infeksi darah atau saliva

pasien yang terinfeksi dimana microorganism langsung masuk atau

berpenentasi kedalam tubuh atau luka kecil pada kulit atau sekitar jari-jari

tangan operator.

1. Densifeksi tingkat tinggi

Densifeksi adalah proses penghancuran sel-sel vegetative yang

menyebabkan infeksi namun tidak mematikan seporanya. Zat kimia yang

dapat mematikan sel vegetative tapi belum tentu dapat mematikan bentuk-

bentuk sepora microorganism penyebab penyakit dikenal dengan nama

dsinfektan. Sterilisasi merupakan metode yang paling aman dan efektif

dalam pemerosesan alat,tetapi peralatan sterilisasi sering tidak tersedia,

dalam keadaan demikian, DTT (disifeksi tingkat tinggi) merupakan

alternative yang di terima sepertin uap panas dengan cara disifektan

kimiawi. (Megananda, hlm 81 2002). Seterlisai uap bahan kimia

Kombinasi dari formal, alcohol, keton, dan uap pada 138kpa

merupakan cara sterilissi yang efktif, kerusakan mikroorganisme di

peroleh dari bahan yang tostik dan suhu tinggi.sterilisasi dengan bahan uap

bahan kimia berkerja lebih lambat dari autoclave (30 lawan 15-20 menit

pada 138-176kpa selama 30 menit setelah tercapai suhu yang

berkehendaki).

Prosedur ini tidak dapat digunakan untuk bahan yang dapat dirusak

oleh bahan kimia tersebut maupun oleh suhu yang tinggi. Umumnya tidak

terjadi karatan apabila instrument telah benar-benar kering sebelum di


15

sterilan karena kelembapan yang rendah pada proses ini sekitar 7-8%.

Bahan kimia yang di pakai adalah campuran dari alcohol,

formalidehidketon. aston dan air. Keuntungan dari sterilisasi dengan uap

bahan kimia adalah lebih cepat dibandingkan dengan pemanasan

kering.tidak menyebabkan karat pada instrumen atau bur dan setelah

sterilisasi diperoleh instrument yang kering, namun instrument harus di

angin-angin untuk mengeluarkan uap susah bahan kimia (Sri mulyanti,

hlm82-84 2002)

2. Sterilisasi

Sterilisasi adalah proses yang dapat membunuh semua jenis

mikroorganisme dan densifeksi adalah proses yang membunuh atau

menghilangan mikroorganisme kecuali sepora, idealnya semua bentuk

vegetaif mikroorganisme mati. Namun dengan terjadinya penngurangan

jumlah mikroorganisme pathogen sampai pada tingkat yang tidak

membahayakan masih dapat diterima. (Meganada, hlm 55, 2002)

Sterilisasi dilakukan 4 tahap:

a) Pembersihan sebelum sterilisasi

Dalam bidang kedoketran pembersihan dapat dilakukan dengan:

1. Pembersihan manual

2. Pembersiahan dengn urltrasonik

Sebelum disterilkan alat-alat harus dibersihkan terlebih dahulu dari

organik. Darah dan saliva perawat yang membersihkan alat terrsebut harus

memakai sarung tangan heavy duty.


16

Pembersihan dangan memakai alat ultrasonic dengan larutan lebih

aman dan efisien, dan efektif dibandingkan dengan penyikatan.gunakan alat

ultrasonic yang tertutup selama paling tidak 10 menit. Setelah di bersihkan

instrument tersebut di cuci di bwah air mengalir dan di keringkan dengan

baik sebelum di seterilkan. Hal ini penting untuk mendapatkan hasil

sterilisasi yang sempurna dan untuk mencegah terjadinya karat.

b) Pembungkusan

Setelah di bersihkan instrument harus di bungkus untuk memenuhi

prosedur klinis yang baik instrument yang digunakan dalam kedokteran dan

perawat gigi harus dibungkus untuk sterilisasi dengan memakai :

a) Nampan terbuka yang ditutup dengan kantung sterilisasi yang tembus

pandang

b) Nampan yang berlubang dengan tutup yang di bungkus dengan sterilisasi

c) Bungkus secara individual dengan bungkus untuk sterilisasi yang dapat di

beli.

c) Proses sterlisasi

Pada kedokteran sterilisasi dapat dicapai melalui metode:

a) Pemanasan basah dengan tekanaan tinggi (autoclave)

b) Pemanasan kering(oven)

c) Uap bahan kimia (chemiclave)

Metode sterilisasi yang tidak digunakan pada perawat gigi adalah gas

etilien oksida dan radiasi gamma (yang di gunakan pada pabrik alat-alat dari

pelastik dan filtrasi yang digunakan menseterilkan obat suntik) (Sri Mulyati,

hlm 61-66, 2002)


17

B. Kontak tidak langsung

Microorganisme masuk kedalam tubuh melalui media atau objek perantara

yang terkontaminasi membawa berbagai macam microorganisme phatogen yang

berasal dari darah yang ada pada peralatan yang tidak di sterilkan.(Megananda

Hiranya, hlm03 2011)

1. Manajemen Limbah dan Benda Tajam

a) Peraturan pembuangan limbah sesuai peraturan lokal yang berlaku.

b) Pastikan bahwa tenaga pelayanan kesehatan yang menangani limbah

medis di training tentang penanganan limbah yang tepat, metode

pembuangan dan bahaya kesehatan.

c) Gunakan kode warna dan label kontainer, warna kuning untuk limbah

infeksius dan warna hitam untuk limbah non infeksius.

d) Tempatkan limbah tajam seperti jarum, blade scapel, orthodontit

bands, pecahan instrumen metal dan bur pada kontainer yang tepat yaitu

tahan tusuk dan tahan bocor, kode warna kuning.

e) Darah, cairan suction atau limbah cair lain dibuangke dalam drain yang

terhubung dengan sistem sanitary.

2. Manajemen Lingkungan

a) Ikut instruksi pabrik untuk pemakaian yang tepat bahan disinfektan untuk

pembersihan permukaan lingkungan.

b) Jangan menggunakan disinfektan tingkat tinggi untuk disinfeksi

permukaan lingkungan.

c) Pakai Alat Pelindung Diri saat melakukan pembersihan dan disinfeksi

pemukaan lingkungan.
18

d) Pasang pelindung permukaan untuk mencegah permukaan kontak klinik

terkontaminasi, khususnya yang sulit dibersihkan seperti switches on

dental chair dan ganti pelindung permukaan setiap pasien.

e) Bersihkan dan disinfeksi permukaan kontak klinik yang tidak di lindungi

dengan pelindung setelah kegiatan satu pasien, gunakan disinfeksi tingkat

sedang jika kontaminasi dengan darah.

f) Bersihkan seluruh permukaan lingkungan (lantai,dinding,meja,troley)

dengan detergen dan air atau disinfektan, tergantung dari permukaan, tipe

dan tingkat kontaminas.

g) Bersihkan kain pembersih setelah digunakan dan keringkan sebelum dipakai

ulang, atau gunakan yang sekali pakai, disposible kain. Ketika

menggunakan sarung tangan kotor jangan menyentuh area bersih.( Linda

tijen 2)

B. Pelayanan Kesehatan

Tenaga kesehatan harus profesional dalam melaksanakan misinya di

masyarakat sesuai dengan strategi pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan.

Perawat harus mengetahui tentang dasar manusia oleh karena itu mahasiswa

Keperawatan sangat perlu di bekali dengan kemampuan, pengetahuan, sikap, dan

keterampilan yang prima agar dapat melaksanakan tugas pokok. Untuk

memberikan bekal kemampuan, pengetahuan, sikap, dan keterampilan bagi

mahasiswa maka diadakan praktik pembelajaran lapangan.

1. Dokter

Dokter adalah sesorang yang di didik secara professional dan mendapat

kewenangan untuk mebuka peraktik dalam bidang kedokteran,sehubungan dengan


19

pengetahuan professional nya itu di Indonesia,pendidikan kedokteran di mulai

setelah seseorang lulus sma dan melanjutkan belajar di fakultas kedokteran

pendidikan tersebut menunjukan waktu sekitar 6 tahun

2. Keperawatan

Perawat adalah setiap orang yang telah mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan Perawat yang telah diakui oleh Pemerintah dan lulus ujian sesuai

dengan persyaratan yang berlaku. Perawat merupakan salah satu jenis tenaga

kesehatan dalam kelompok keperawatan yang dalam menjalankan tugas

profesinya harus berdasarkan Standar Profesi. Perawat dalam menjalankan tugas

profesinya diarahkan untuk meningkatkan mutu dan kerja sama dengan profesi

terkait. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan tersebut di atas, maka Perawat

merupakan suatu profesi di dalam bidang kesehatan yang berarti bahwa Perawat.

C. Kerangka Teori

Kerangka Teori adalah visualisasi yang biasanya dalam bentuk bagan, dari

kesimpulan hasil telaah pustaka yang menggambarkan hubungan-hubungan (yang

secara teoritis dapat terjadi) antara variable satu dengan variabel lainnya

berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan (Machfoedz, 2009).


20

Penerapan Pengedalian Infeksi


Silang:
1.Kewaspadaan Setandar
a. Mencuci tangan dengan teknik
6 langkah dengan baik dan
benar
b. Masker
c. Sarung Tangan Dokter /Perawat
d. Kacamata pelindung
e. Gaun pelindung
F. Vaksin

2. Kewaspadaan Transmis
a. Seterilisasi
b. Densifeksi

c. Limbah

Bagan 1 Kerangka Teori

Rangkuman materi :Anonym (2012),Darmidi(2018),Broker(2012),Mulyatidan

Putrid(2012),Arisandy,(2013),SeiawanHlm71,(2000),Yee,2006),LindaTijen

(2004),Megananda,Hlm81 (2002),Srimulyati.Hlm82-84 (2002)Meganda ,Hlm 55

(2002)

Keterangan

: Yang Di Teliti

: Ada Pengaruh/Adanya Hubungan(Tidak Di Teliti)

: Tidak Diteliti
21

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka berhubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian

yang akan dilakukan (dr.Soekidjo Notoatmodjo:68,2005)

Penerapan Pengedalian Infeksi


Silang.

a. Mencuci Tangan Dengan


Teknik 6 Langkah
Dengan Baik dan Benar
b. Masker
c. Sarung Tangan Dokter /Perawat
d. Kacamata Pelindung
e. Gaun Pelindung
f. Imunisasi
g. Seterilisasi
h. Densifeksi
i. Limbah

Bagan 2 Kerangka Konsep


22

E. Definisi Orasional

Definisi operasional adalah pembatasan ruang lingkup atau variabel-

variabel yang diteliti (diamati). (notoadmojo, 2010: 85)

Tabel 1. Definisi operasional

Cara Alat Hasil Skala


No Variabel Definisi Oprasional
pengukuran ukur pengukuran ukur
1 Penerapa Pengedalian infeksi Dengan cara ceklis 1= di Ordinal
Pengendalian adalah melindungi meberikan terapkan
infeksi silang pasien dari Kuestioner, 0= tidak di
penularan penyakit terapkan
dan dari kondisi
yang disebabkan
penularan
mikroorganisme
seperti Mencuci
Tangan Dengan
Teknik 6 Langkah
Dengan Baik dan
Benar, Masker,
Sarung Tangan ,
kacamata pelindung,
gaun pelindung,
imunisasi, sterilisasi,
densifeksi, limbah

Anda mungkin juga menyukai