Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESPRO


‘Hubungan Sosio Economic Status(Income, Pendidikan,Pengetahuan)
Dengan Malnutrition(Stunting/Wasting/Underweight’

OLEH :
NAMA : MUHAMMAD HAIKAL
NIM : 2105048

DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir. HERYUDARINI, M.Kes.

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
HANG TUAH PEKANBARU
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1 Stunting...............................................................................................................3
2.2 Penyebab Stunting..............................................................................................4
2.2.1 Status sosial ekonomi..............................................................................4
2.2.2 Status pendidikan orang tua...................................................................4
2.3 Prevalensi Stunting............................................................................................5
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................7
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................7
3.2 Saran....................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................8

i
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Status gizi merupakan keadaan keseimbangan antara asupan dan
kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk
anak balita, aktifitas, pemeliharan kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang
menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh (Depkes RI, 2008)
Stunting merupakan dimana kondisi anak mengelami kegagalan dalam
pertumbuhan akibat giszi yang kronis sehingga anak lebih pendek dibandingkan
dengan anak-anak seusianya(Kemenkes RI 2016)
Indikator gizi pada tinggi badan menurut umur (TB/U) memberikan
indikasi masalah gizi yang bersifat kronis, Hal ini disebabkan karena kemiskinan,
perilaku hidup tidak sehat dan pola asuh atau pemberian makanan yang kurang
baik dari sejak dilahirkan. Menurut data UNICEF, terdapat sekitar 195 juta anak
yang hidup di negara miskin dan berkembang mengalami stunting. Prevalensi
stunting di dunia sebesar 26,9% dan di kawasan Asia yaitu sekitar 36%, dengan
prevalensi tertinggi berada di Asia Selatan. Setengah dari jumlah balita di Asia
Selatan mengalami stunting, dan sekitar 61 juta balita stunting berada di India
(WHO, 2013)
Data Riset Kesehatan Dasar (2013) menunjukkan prevalensi balita
stunting di Indonesia mencapai 37,3%, yang terdiri atas sangat pendek 18,1%
dan pendek 19,2%. Hal ini menunjukkan data stunting mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2010 sebesar 35,6% dan tahun 2007 sebesar 36,8%
Laporan Millennium Development Goals (MDG) di Indonesia tahun 2010
menunjukkan bahwa prevalensi stunting masih tinggi antara 30-40% 4.
Membandingkan prevalensi stunting antara studi kesehatan dasar Indonesia
(Riskesdas) cross-sectional tahun 2018 (30,8%)5 dan 2013 (37,2%)6.

1
Stunting erat kaitannya dengan tingkat pendidikan. Menurut Riskesdas
(2013) menunjukkan bahwa kejadian stunting banyak dipengaruhi oleh
pendapatan dan pendidikan orangtua yang rendah, khususnya ibu. Ibu memiliki
peranan penting dalam mengasuh anak mulai dari pembelian hingga penyajian
makanan. Apabila pendidikan dan pengetahuan ibu tentang gizi rendah akibatnya
ia tidak mampu memilih hingga menyajikan makanan untuk keluarga yang
memenuhi syarat gizi seimbang (Semba,dkk 2017)
Kejadian stunting secara tidak langsung dipengaruhi oleh faktor sosial
ekonomi, seperti tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, dan ketersediaan
pangan Kurang tersedianya pangan dalam suatu keluarga secara terus-menerus
akan menyebabkan terjadinya penyakit akibat kurang gizi pada keluarga (Fernald
dan Neufeld, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


Apa Hubungan tingkat social ekonomi, pendidikan dan pengetahuan
dengan kejadian stunting pada balita ?

1.3 Tujuan
1. Umum
Untuk menambah wawasan tentang tingkat social ekonomi, pendidikan dan
pengetahuan dengan kejadian stunting pada balita.
2. Khusus
Untuk melengkapi tugas mata kuliah Gizi Kesmas.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Stunting
Stunting disebabkan oleh kegagalan pertumbuhan linier dan
mencerminkan kekurangan gizi kronis, tetap menjadi ancaman utama bagi
kesehatan dan kelangsungan hidup anak-anak yang berisiko lebih tinggi
mengalami gangguan kesehatan fisik, kognitif, dan menta( Olofin I, dkk 2013)
Beberapa penelitian di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah telah menunjukkan bahwa ketimpangan sosial ekonomi terkait dengan
stunting, sehingga masyarakat dengan ketimpangan sosial ekonomi yang tinggi
menanggung beban stunting yang tidak proporsional (Coly A, dkk 2006)
Stunting yang telah terjadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth
(tumbuh kejar) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, masalah stunting
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan
meningkatnya resiko kesakitan, kematian, dan hambatan pada pertumbuhan baik
motorik maupun mental. Stunting dibentuk oleh growth faltering dan catcth up
growth yang tidak memadai yang mencerminkan ketidakmampuan untuk
mencapai pertumbuhan optimal, hal tersebut mengungkapkan bahwa kelompok
balita yang lahir dengan berat badan normal dapat mengalami stunting bila
pemenuhan kebutuhan selanjutnya tidak terpenuhi dengan baik.

3
2.2 Penyebab Stunting
2.2.1 Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi anak-anak diukur dengan indeks kekayaan
rumah tangga, yang dikembangkan dengan analisis komponen utama. Indeks
kekayaan dikategorikan ke dalam kuantil (miskin, miskin, menengah, kaya,
dan terkaya(Mosle H, dkk 1984)

2.2.2 Status pendidikan orang tua


sosial ekonomi keluarga yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua,
karena jika pendidikan. tinggi semakin besar peluangnya untuk mendapatkan
penghasilan yang cukup supaya bisa berkesempatan untuk hidup dalam
lingkungan yang baik dan sehat, sedangkan pekerjaan yang lebih baik orang
tua selalu sibuk bekerja sehingga tidak tertarik untuk memperhatikan masalah
yang dihadapi anak- anaknya, padahal sebenarnya anak-anak tersebut benar-
benar membutuhkan kasih sayang orangtua (Adriani, 2012).

Pada hasil penelitian dian wahyuni (2020) dijumpai bahwa bahwa jenis
Pekerjaan Ayah yang terbanyak adalah Petani, baik pada kelompok Stunting
sebanyak 75 responden (28,4%), maupun pada kelompok Tidak Stunting
sebanyak 189 responden (71,6%). Hasil pengujian statistik menunjukkan tidak
ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ayah dengan kejadian
stunting.Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di
Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Banten menunjukkan tidak ada hubungan
antara pekerjaan dengan status gizi pada balita.

Perubahan sikap dan perilaku sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan


yang lebih tinggi, maka akan lebih mudah mneyerap informasi, sehingga
dapat mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup khusunya
dalam kesehatan, sehingga pendidikan ibu yang tinggi akan menerapkan
perilaku hidup sehat dalam keluarga sehingga status gizi pada anak akan baik.
Sebaliknya pendidikan ibu yang rendah, tidak dapat menerapkan perilaku

4
hidup sehat dalam keluarga sehingga akan mengakibatkan masalah status gizi
contohnya stunting pada balita. Pendidikan ibu tampak lebih kuat
hubungannya dengan stunting

Menurut Sulastri dalam Kristanto menyebutkan bahwa tingkat


pendidikan akan mempengaruhi konsumsi pangan melalui cara pemilihan
bahan pangan. Orang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung untuk
memilih bahan makanan yang lebih baik dalam kualitas dan kuantitas
hidangan dibandingkan mereka yang berpendidikan rendah atau sedang.
Makin tinggi tingkat pendidikan makin baik status gizi anaknya

2.3 Prevalensi Stunting


Hasil Penelitian dilakukan oleh dian,dkk (2020) Pendidikan ayah pada
kelompok stunting memiliki tingkat pendidikan dasar yakni sebanyak 104
responden (30,6%). Proporsi tersebut jauh lebih banyak jika dibandingkan
dengan pendidikan ayah pada tingkat lanjut, yakni hanya 8 responden
(15,4%). Selanjutnya dengan menggunakan uji chi square dengan α= 0,05
diperoleh p-value 0,036. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara
pendidikan ayah dengan kejadian stunting.

5
Tabel 1. Hubungan Tingkat Pendidikan Ayah dengan Kejadian Stunting.

Pendidika Kejadian Stunting Total OR


Stunting Tidak
n Ayah (95% p-Value
Stunting
CI)
n % N % N %
Dasar 104 30,6 236 69,4 340 100 2,424 0,036
Lanjut 8 15,4 44 84,6 52 100
(1,1-
5,3)
Total 112 28,6 280 71,4 392 100

Tabel 2. Hubungan Tingkat Pendapatan Ayah dengan Kejadian Stunting

Pendapat Kejadian Stunting Total OR


Stunting Tidak Stunting
an p-Value
N % N % n % (95% CI)
Keluarga
< UMR 67 35,8 120 64,2 187 100 2,424 0,036
≥ UMR 45 22 160 78 205 100 (1,1-5,3)
Total 112 28,6 280 71,4 392 100

Terlihat pada kelompok stunting sebanyak 67 responden (35,8%) memiliki


pendapatan dibawah UMR , masih dikelompok yang sama angka tersebut
proporsinya lebih besar dibandingkan yang memiliki pendapatan diatas UMR
yakni sebanyak 45 responden (22%). Selanjutnya dengan menggunakan Uji Kai
Kuadrat pada α 0,05 diperoleh p- value 0,036. Hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara tingkat Pekerjaan Ayah dan Kejadian Stunting.

6
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan
gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi.
Resiko stunting dapat dimulai sejak masa konsepsi, yaitu dari faktor ibu.
Ibu yang kurang memiliki pengetahuan mengenai kesehatan dan gizi sejak hamil
sampai melahirkan berperan besar menimbulkan stunting pada anak yang
dilahirkannya.
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi konsumsi pangan melalui cara
pemilihan bahan pangan. Orang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung
untuk memilih bahan makanan yang lebih baik dalam kualitas dan kuantitas
hidangan dibandingkan mereka yang berpendidikan rendah atau sedang.

3.2 Saran
Perlu dilakukan intervensi oleh petugas kesehatan dalam meningkatkan
pengetahuan ibu tentang pencegahan stunting, karena pengetahuan tidak hanya
didapat dari pendidikan formal tetapi bias didapat dari pendidikan non formal
seperti penyuluhan, media, dan beberapa sumber informasi yang dapat
meningkatkan pengetahuan ibu khususnya tentang pencegahan stunting.

7
DAFTAR PUSTAKA

Coly AN, Milet J, Diallo A, Ndiaye T, Benefice E, Simondon F, Wade S,Simondon


KB. Pengerdilan Prasekolah, Migrasi Remaja,Pertumbuhan Kejar-Kejaran,
Dan Tinggi Badan Dewasa Pada Priadan Wanita Muda Senegal Yang Berasal
Dari Pedesaan. J Nutr 2006;136:2412-2420.

De Onis M, Branca F. Pengerdilan Anak: Perspektif Global. Nutrisi Anak Ibu.


2016;12(Suppl 1):12–26.

Depertemen Kesehatan Ri. 2004. Program Perbaikan Gizi Makro. Jakarta:Depkes

Depertemen Kesehatan Ri. 2014. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) Ri 2014.
Jakarta: Depkes Ri

Kementrian Kesehatan Ri. Situasi Balita Pendek. Jakarta : Pusat Data Dan Informasi
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia ; 2016.

Kristanto B. 2017. Review Literatur: Analisis Pengaruh Faktor Risiko Terhadap


Kejadian StuntingPada Anak Balita. Kosala.

Kementrian Kesehatan RI. 2016. Situasi Balita Pendek. jakarta : Pusat Data
Dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Mosley H, Chen L. Kerangka Analitis Untuk Studi Kelangsungan Hidup


Anak Di Negara Berkembang. Popul Dev Rev 1984;10:25-45.

Stewart Cp, Lannotti L, Dewey Kg, Michaelsen Kf, Onyango


Aw.Contextualising
Complementary Feeding In A Broader Framework For Stunting
Prevention. Maternal & Child Nutritio.

8
Semba, RD; De Pee, S.; Matahari, K.; Sari, M.; Akhter, N.; Bloem, MW Pengaruh
Pendidikan Formal Orang Tua Terhadap Risiko Stunting Anak Di Indonesia
Dan Bangladesh: Sebuah Studi Cross-Sectional.Lanset 2008, 371, 322–328.

Olofin I, Mcdonald CM, Ezzati M, Flaxman S, Black RE, Fawzi WW, Caulfield LE,
Danaei G.Model Dampak Nutrisi S: Asosiasi Pertumbuhan Suboptimal Dengan
Semuapenyebab Dan Kematian Spesifik Penyebab Pada Anak Di Bawahlima
Tahun: Analisis Gabungan Dari Sepuluh Studi Prospektif. Plos
SATU.2013;8(5):E64636.

Unicef. 1991. Strategi Perbaikan Gizi Anak Dan Perempuan Di Negara Berkembang.
India J Pediatr.;58(1):13–24.
Unicef, Who, Dan World Bank Group. 2018. Levels And Trends In
ChildMalnutrition: Key Findings Of The 2018 Edition Of The Joint Child
Malnutririon Estimates. Geneva: World Health ORganization

Whomgrs. 2006. Standar Pertumbuhan Anak Who Berdasarkan Panjang/TinGgi


Badan, Berat Badan Dan Usia. Acta Paediatr Suppl;450:76–85.

Anda mungkin juga menyukai