Oleh :
Muhammad Haikal
19340007
Kelas A
Dosen :
UU 1945
UU 5/’97
OOK 419/’49 UU 8/’99
UU 35/’09
PP 44/’10
PP 72/’98 PP 40/’13 PP 51/’09
PP 25/’11
PER/SK
MENKES
PER / SK
KaBPOM
Menurut Lex Posteriori Derogat Legi Priori Artinya UU yang berlaku kemudian
membatalkan UU yang terdahulu, dalam hal mengatur obyek yang sama.
Contoh:
– UU No 36 / 2009 mencabut UU No. 23 / 1992.
Pasal 8
1. Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi dapat berupa industry farmasi obat,
industry bahan baku obat, industri obat tradisional, dan pabrik kosmetika.
Pasal 9
1. Industri farmasi harus memiliki 3 (tiga) orang Apoteker sebagai
penanggung jawab masing-masing pada bidang pemastian mutu, produksi,
dan pengawasan mutu setiap produksi Sediaan Farmasi.
2. Industri obat tradisional dan pabrik kosmetika harus memiliki sekurang-
kurangnya 1 (satu) orang Apoteker sebagai penanggung jawab.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 10
1. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 harus memenuhi ketentuan Cara Pembuatan yang
Baik yang ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 12
1. Pekerjaan Kefarmasian yang berkaitan dengan proses produksi dan
pengawasan mutu Sediaan Farmasi pada Fasilitas Produksi Sediaan
Farmasi wajib dicatat oleh Tenaga Kefarmasian sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Pasal 13
1. Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada
Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang produksi dan pengawasan mutu.
Bagian Keempat
Pasal 14
Pasal 16
Pasal 17
BAB III
TENAGA KEFARMASIAN
Pasal 34
Kefarmasian pada:
1) Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang berdasarkan dari pengalaman empiris secara turun
temurun, yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya dari generasi ke generasi.bentuk obat
umumnya disediakan dalam berbagai bentuk serbuk, minuman, pil, cairan dari berbagai
tanaman.Jamu umumnya terdiri dari 5-10 macam tumbuhan bahkan lebih, bentuk jamu tidak
perlu pembuktian ilmiah maupun klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris saja.Contoh : jamu
buyung upik, jamu nyonya menier
2) Obat Herbal Terstandar (OHT)
Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang telah teruji berkhasiat secara pra-
klinis (terhadap hewan percobaan), lolos uji toksisitas akut maupun kronis, terdiri dari bahan
yang terstandar (Seperti ekstrak yang memenuhi parameter mutu), serta dibuat dengan cara
higienis. Contoh : Tolak angin.
3) Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat tradisional yang telah teruji khasiatnya melalui uji pra-klinis
(pada hewan percobaan) dan uji klinis (pada manusia), serta terbukti aman melalui uji toksisitas,
bahan baku terstandar, serta diproduksi secara higienis, bermutu, sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Contoh : Cursil
Perbedaan Jamu OHT dan Fitofarmaka :
Jamu --> Obat tradisional terbukti berkhasiat dan aman berdasarkan bukti empiris turun temurun.
OHT --> Obat Tradisional terbukti berkhasiat melalui uji pra-klinis dan teruji aman melalui uji
toksisitas, bahan terstandar dan diproduksi secara higienis.
Fitofarmaka --> Obat tradisional terbuksi berkhasiat melalui uji pra-klinis dan uji klinis, teruji
aman melalui uji toksisitas, bahan terstandar, dan diproduksi secara higienis dan bermutu.
3.1.3 Kosmetika
Berdasarkan Permenkes RI No.445/MenKes/Per/V/1998 yang dimaksud dengan
kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan
(epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin luar), gigi dan rongga mulut untuk
membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam
keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit.
Untuk memproduksi kosmetika harus memperoleh izin. Kosmetika yang akan diproduksi
dan diedarkan harus memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan, standar mutu atau
persyaratan yang ditetapkan oleh Menkes yaitu mengenai cara produksi kosmetika yang baik
(CPKB) dan hal ini tertuang dalam surat keputusan mentri RI No 955/MenKes/SK/XI/1992.
3.2.4 Alat Kesehatan
Berdasarkan UU RI No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang dimaksud dengan alat
kesehatan adalah instrument, apparatus, mesin, implant yang tidak mengandung obat yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat
orang sakit dan memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh. Contoh-contoh alat kesehatan antara lain :
Peralatan kimia klinik dan toksikologi klinik
Peralatan hematologi dan patologi
Peralatan imunologi dan mikrobiologi
Peralatan anestesi
Peralatan kardiologi dan lain-lain
Untuk memproduksi alat kesehatan harus mendapatkan izin (sertifikat produksi) dari
Menkes. (memenuhi persyaratan pedoman cara pembuatan alat kesehatan yang baik dan atau
perbekalan kesehatan rumah tangga yang baik). Untuk alat kesehatan steril sekali pakai harus
sesuai dengan Pemenkes RI No 200/MenKes/SK/II/1995 tentang cara produksi alat kesehatan
steril yang baik.