Menurut undang-undang No.36 Thanu 2009 Tentang Kesehatan.
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sesuai dengan visi Departemen Kesehatan yaitu masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, dan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat maka diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif),yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, serta di selenggarakan bersama antara pemerintah dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, upaya kesehatan harus dilakukan secara integral oleh seluruh komponen, baik pemerintah, tenaga kesehatan maupun masyarakat itu sendiri. Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah pengobatan sendiri atau swamedikasi (Depkes RI, 2006). Tujuan pengobatan sendiri adalah untuk meningkatkan kesehatan, pengobatan sakit ringan, dan pengobatan sendiri adalah untuk menanggulangi secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis, mengurangi beban pelayanan kesehatan pada keterbatasan sumber daya dan tenaga, serta meningkatkan keterjangkauan masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan. Alasan masyarakat melakukan. pengobatan sendiri adalah praktis dari segi waktu, kepercayaan pada obat tradisional, masalah privasi, biayanya lebih murah, jarak yang jauh ke pelayanan kesehatan, dan kurang puas terhadap pelayanan kesehatan (sudibyo supardi, 2009; Vol No. 2 hal 93). Untuk melakukan pengobatan sendiri secara aman, rasional, efektif dan terjangkau, maka masyarakat perlu menambah bekal dan melatih keterampilan dalam praktik pengobatan sendiri. Masyarakat perlu mutlak memerlukan informasi yang jelas dan terpercaya agar penentuan kebutuhan jenis atau jumlah kebutuhan jenis atau jumlah obat dapat diambil berdasarkan alasan yang rasional (suryawati, 1997). Ada beberapa pengetahuan yang sebaiknya dipahami masyarakat karena merupakan hal yang penting dalam pegobatan sendiri, pengetahuan tersebut antara lain tentang mengenali gejala penyakit, memilih produk atau obat sesuai dengan indikasi dari penyakit tersebut, mengikuti petunjuk yang tertera pada etiket dan brosur, serta memantau hasil terapi dan kemungkinan efek sampiing yang ada (Depkes RI, 2008). Pengobatan sendiri biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, sakit kepala, batuk, influenza dan lain-lain (Depkes RI, 2006). Pengobatan sendiri menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Pada pelaksanaannya pengobaatan sendiri dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaanya. Dewasa ini banyak kasus-kasus dimasyarakat mengenai ketidaktahuan masyarakat dalam menggunakan obat. Terutama obat yang mereka dapatkan atas inisiatif mereka sendiri, misalnya dengan membeli obat-obat warung. Dengan demikian, kurangnya keingintahuan masyarakat mengenai hal ini sangatlah berbahaya. Mereka tidak boleh menganggap rendah mengenai tata cara pengelolaan obat. Mulai dari awal mereka mendapatkan obat, hingga cara membuangnya jika sudah tidak dipakai lagi. Padahal jika sedikit kita salah melakukan pengelolaan obat, maka akan sangat berakibat fatal bagi diri sendiri atau si konsumen obat. Dengan demikian, masyarakat perlu tahu akan pentingnya pengelolaan obat yang benar mulai dari mereka mendapatkan obat hingga membuangnya jika tidak di perlukan. Sehingga, dampak dari kesalahan penyalahgunaan masyarakat terhadap obat bisa dicegah. Salah satu cara pengelolaan obat yang baik dan benar adalah dengan gerakan DAGUSIBU (dapatkan, gunakan, simpan, buang). Cara ini menjelaskan tata cara pengelolaan obat dari awal mereka dapatkan obat hingga saat obat sudah tidak di konsumsi lagi dan akhirnya dibuang.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
menganalisa sejauh mana masyarakat memahami tentang pengelolaan obat mulai dari mereka mendapatkan obat hingga membuangnya dengan gerakan DAGUSIBU.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah Pasien di Rumah Rakit Dr. Suyoto memahami DAGUSIBU
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui tingkat pemahaman Pasien di Rumah Sakit Dr. suyoto tentang DAGUSIBU.
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2. untuk mengetahui dari mana Pasien di Rumah Sakit Dr. suyoto mendapatkan obat. 1.3.2. untuk mengetahui bagaimana cara Pasien di Rumah Sakit Dr. suyoto mengenali jenis golongan obat. 1.3.2. untuk mengetahui pemahaman Pasien di Rumah Sakit Dr. suyoto tentang cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi pemerintah untuk memonitoring perilaku masyarakat, khususnya pasien di Rumah Sakit Dr. suyoto dalam melakukan pengobatan sendiri melalui gerakan DAGUSIBU.
1.4.2. Bagi Farmasis
Farmasis dapat ikut serta dalam mendukung peningkatan kesehatan masyarakat, khususnya pasien di Rumah Sakit Dr. suyoto melalui peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan benar melalui gerakan DAGUSIBU.