Anda di halaman 1dari 3

Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui, masih kurang pengetahuan masyarakat

tentang penggunaan antibiotik yang benar serta pengetahuan tentang pengelolaan antibiotik
yang tidak tepat menjadi faktor yang dapat memicu resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Dalam hai ini, resistensi antibiotik tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diperlambat melalui
pengelolaan antibiotik yang bijak. Salah satu cara pengelolaan obat antibiotik yang baik dan
benar adalah melalui gerakan DAGUSIBU.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
sejauh mana gambaran pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang pengelolaan obat
antibiotik mulai dari mereka mendapatkan hingga membuang obat yang tidak terpakai dan
kadaluwarsa dengan benar.
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab
pertanyaan. Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang yaitu umur, pendidikan, paparan media massa, sosial ekonomi (pendapatan),
hubungan sosial dan pengalaman.
pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak
langsung di Rumah Sakit.
Dagusibu merupakan akronim dari (dapatkan, gunakan, simpan, dan buang) obat
dengan benar, yang dicanangkan oleh IAI dalam upaya bersama untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap obat, melalui program gerakan keluarga sadar obat.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintahan Nomor 51 Tahun 2009, masyarakat
mendapatkan informasi obat di fasilitas pelayanan kefarmasian yaitu Apotek, Instalasi Rumah
Sakit, Puskesmas, Klinik dan Toko Obat. Apabila mendapatkan obat menggunakan resep
bahwa pasien telah mendapatkan obat secara rasional dan terjamin tepat pada indikasi
penyakit. Resep yang dibawa ke apotek akan dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada
pasien dengan informasi yang tepat. Sebelum menerima obat dari petugas kesehatan di rumah
sakit, puskesmas dan apotek, petugas melakukan pemeriksaan fisik obat dan mutu obat yang
meliputi (Depkes RI, 2008) : Jenis obat dan jumlah obat, Kemasan Obat, Kadaluarsa Obat,
Kesesuaian etiket meliputi nama, tanggal dan aturan pakai.
Penggunaan obat berpedoman kepada penggunaan obat rasional yang mengacu
prinsip:
Ketepatan diagnose, Ketepatan indikasi penggunaan obat, Ketepatan pemilihan obat,
Ketepatan dosis, cara dan lama pemberian, Ketepatan pemberian informasi kepada pasien.
Menggunakan obat yang tidak tepat dapat berakibat buruk pada kesehatan pasien, khususnya
anak-anak yang masih memiliki tubuh yang rentan.
contoh aturan pakai obat : 2x1 Artinya sehari obat tersebut digunakan 2 kali (misalnya pagi
dan malam selang 12 jam). Sehari 3 x 1 sendok teh Artinya sehari obat tersebut digunakan
sebanyak 3 kali (misalnya pagi, siang dan malam selang 8 jam). Sehari 2 x 2 kapsul Artinya
sehari obat tersebut diminum sebanyak 2 kali (misalnya pagi dan malam selang 12 jam) dan
setiap kali minum obat sebanyak 2 kapsul.

Supaya obat yang kita pakai tidak rusak maka kita perlu menyimpan obat dengan
benar, sesuai dengan petunjuk pemakaian yang ada di dalam kemasan. Kebanyakan obat
tidak boleh terpapar oleh sinar matahari secara langsung untuk itu obat perlu disimpan di
tempat yang tertutup dan kering. Selain itu jauhkan obat dari anak-anak dengan
menyimpannya di tempat yang sulit dijangkau oleh anak-anak.
Jika obat telah rusak atau kadaluarsa, maka obat tidak boleh diminum dan harus
dibuang. Pembuangan obat tidak boleh sembarangan agar tidak disalahgunakan.
Penggolongan antbiotik berdasarkan mekanisme kerja, antara lain (Menkes, 2011) :
 Obat yang menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri Antibiotik beta
laktam: penisillin, sefalosporin, monobactam karbapenem dan inhibitor beta
lactamase.
 Obat yang memodifikasi atau menghambat sintesis protein, antara lain
aminoglikosida, tetrasiklin, kloramfenikol, makrolida (eritromisin, ezitromisin,
klarimisin),klindamisin, mupirosin dan spektinimisin.
 Obat antimetabolit yang menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolism folat.
Terdiri atas : sulfonamide, trimetroprim.
 Obat yang mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat. Yaitu :
i. Quinolon : asam nalidiksat, fluoroquinolon
ii. Nitrofuran : nitrofurantoin,furazolidin, nitrofurazo

 Resistensi primer atau bawaan, yaitu resistensi alamiah terdapat pada kuman,
misalnya stafilokoki mengandung penisilinase yang dapat menguraikan Penisilin dan
Sefalonidin.
 Resistensi sekunder atau yang diperoleh, yaitu resistensi akibat adanya kontak antara
kuman dan kemoterapetika terbentuk secara spontan jenis bakteri dengan ciri-ciri
yang berlainan. Mutan-mutan ini memperbanyak diri dan menjadi suku baru yang
resisten. Adakalanya terbentuk mutan yang cepat seperti pada kontak dengan
Streptomisin, INH, dan Rifampisin. Adakalanya resistensi terjadi lambat, yaitu terjadi
resistensi banyak tingkat seperti Penisilin, Eritromisinm dan Tetrasiklin.
 Resistensi episomal. Resistensi ini membawa faktor genetika dari luar kromosom
(rangkaian pendukung sifat genetika). Episoma atau plasmid, terdiri dari DNA dan
dapat ditularkan pada bakteri lain dengan penggabungan atau kontak antar sel.
 Resistensi silang yaitu bakteri resisten terhadap suatu antibiotik dengan semua
derivatnya

Anda mungkin juga menyukai