Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

2.1.1. Definisi Rumah Sakit

Berdasarkan undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang rumah


sakit ialah institusi pelayanan kesehatan dan menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

2.1.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

a. Tugas Rumah Sakit

Menurut UU No. 44 Tahun 2009 pasal 4 tentang Rumah


Sakit, Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna.

b. Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,


untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 4
Rumah Sakit mempunyai fungsi :

i. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan


kesehatan sesuai dengan standart pelayanan Rumah Sakit.
ii. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan
melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua
dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan.

2.2 Rumah Sakit Dr. Suyoto Jakarta

2.2.1. Sejarah Rumah Sakit Dr. Suyoto Jakarta

Sejarah pendirian Rumah Sakit Dr. Suyoto tidak bisa dipisahkan


dari sejarah induk organisasinya yaitu Pusat Rehabilitasi (Pusrehab)
Departemen Pertahanan (Dephan). Pada tahun 1960 Diawali dengan
sebuah keinginan untuk memberikan penghargaan kepada
penyandang cacat (penca) ABRI/Veteran, beberapa tokoh Veteran
membuat sebuah gagasan membangun suatu fasilitas rehabilitasi bagi
penca dalam bentuk Rumah Sakit Veteran. Pada tahun 1968 Gagasan
itu dihimpun dan dituangkan dalam bentuk naskah tertulis sebagai
Naskah Proyek Rehabilitation Center (RC) ABRI/Veteran berupa
rencana membangun R.C. ABRI/Veteran secara lengkap (fullfledged)
di Bintaro, Jakarta Selatan. Pada tahun yang sama dikeluarkan Surat
Keputusan Menhankam/Pangab Nomor Kep/A/273/1968 tanggal 6
Juli 1968 tentang pelimpahan wewenang wadah penyelenggaraan
rehabilitasi cacat bagi Penca Prajurit ABRI/Veteran tersebut dari
Departemen Transmigrasi dan Veteran ke Departemen Pertahanan
dan Keamanan (sekarang Dephan). Sejak itulah secara resmi mulai
diselenggarakan Proyek R.C.ABRI/Veteran yang merupakan cikal
bakal adanya Pusrehab seperti yang ada sekarang ini. Pada tahun
2005 Pusat Rehabilitasi tidak luput dari pasang surut organisasi yang
beberapa kali mengalami perubahan status dan juga perubahan nama,
sampai pada tahun 2005 organisasi yang sebelumnya disebut sebagai
Pusat Rehabilitasi Cacat (Pusrehabcat) dan statusnya sebagai eselon
pelaksana di bawah Menteri Pertahanan yang bertanggung jawab
kepada Sekjen Dephan berdasarkan Permenhan Nomor :
PER/01/M/VIII/2005 tanggal 25 Agustus 2005. Pada akhirnya
berubah namanya menjadi Pusat Rehabilitasi (Pusrehab) yang
ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertahanan (Permenhan)
nomor Per/01A/M/VIII/2005 tanggal 13 Juni 2008 tentang
Perubahan Permenhan nomor Per/01/M/VIII/2005 tanggal 25
Agustus 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Pertahanan.

Pusat Rehabilitasi Dephan mempunyai tugas pokok


merehabilitasi penyandang cacat (penca) personel pertahanan dan
dalam penyelenggaraan rehabilitasi penca, salah satu diantaranya
adalah tugas pokok di Bidang Rehabilitasi Medik yaitu memberikan
pelayanan kesehatan umum dan kesehatan revalidasi bagi penca
personel pertahanan. Tugas pokok ini memerlukan dukungan
pelayanan kesehatan secara terpadu agar dapat memberikan
pelayanan paripurna terhadap penca yang pada akhirnya diharapkan
penca tetap mampu produktif walaupun sudah cacat. Sebagian
pelayanan kesehatan paripurna dapat diwujudkan pada kegiatan
perumahsakitan yang diwadahi dalam organisasi Rumah sakit dalam
hal ini adalah Rumah Sakit dr. Suyoto. Dan terakhir pada tahun 2008
Seiring dengan perubahan nama Pusrehabcat menjadi Pusrehab,
status dan kedudukan organisasi Rumah Sakit drSuyoto juga
ditetapkan masuk dalam organisasi Dephan sebagai UPT Dephan
yang bertanggung jawab kepada Kapusrehab Dephan, berdasarkan
Peraturan Menteri Pertahanan No. 12 tahun 2008 tanggal 26 Juni
2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Rumah Sakit dr. Suyoto.

2.2.2. Visi dan Misi Rumah Sakit Dr. Suyoto Jakarta


a. Visi
Mewujudkan rumah sakit dengan keunggulan rehabilitasi
medik menuju pelayanan kesehatan prima bagi personel
Kementerian Pertahanan dan TNI serta masyarakat umum.
b. Misi
i. Menyelenggarakan pelayanan perumahsakitan serta
penelitian dan pengembangan di bidang rehabilitasi medik
komprehensif.
ii. Menyelenggarakan rujukan teknis rehabilitasi medik.
iii. Menyelenggarakan siaga kesehatan dalam membantu
korban bencana.
iv. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
program pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum
sebagai Sub Sistem Kesehatan Nasional.

2.2.2. Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit Dr. Suyoto Jakarta

Rumah Sakit Dr. Suyoto Jakarta memiliki instalasi gawat


darurat (IGD) 24 jam dan siaga kesehatan. Rumah Sakit ini memiliki
keunggulan dalam pelayanan kesehatannya yaitu dalam bidang
pelayanan berupa rehabilitas. Rumah Sakit ini melayani rawat jalan
dan rawat inap, dimana pelayanan tersebut berupa spesialis dan sub
spesialis yang mencakup ilmu kedokteran. Di pelayanan spesialis ini
dibagi menjadi 4 dasar yaitu spesialis bedah, spesialis penyakit
dalam, spesialis kebidanan kandungan, dan spesialis anak. Di
spesialis bedah ini berupa spesialis bedah syaraf dan bedah spesialis
bedah plastik. Sedangkan spesialis penyakit dalam berupa orthopedi,
paru, dan urologi. Spesialis kebidanan kandungan berupa pelayanan
yang memeriksakan usia kandungan janin dan melayani persalinan.
Rumah Sakit melayani pelayanan operasi berupa operasi emergency,
semi emergency, elektif, dan operasi mikroskopis. Pelayanan rawat
inap rumah sakit ini berupa rawat inap biasa dan rawat inap itensif
yaitu mulai dari kelas III (tiga), kelas II (dua), kelas I (satu), VIP,
hingga SVIP. Rumah sakit ini dilengkapi dengan pelayanan spesialis
penunjang berupa Radiologi, Anestesi, dan Rehabilitas medik.
Rehabilitas ini juga digunakan untuk penyandang cacat para
Tentara/Veteran.

2.3. Penyimpanan Obat

2.3.1. Pengertian Penyimpana Obat

Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan menyimpan dan


memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima
pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan dari
fisik yang dapat merusak mutu obat. Pengaturan penyimpanan dibuat
sedemikian agar obat-obatan dapat diperoleh dengann mudah oleh
personel yang ditunjuk dan diberi wewenang. (Pedoman Pengelolaan
Perbekalan Farmasi 2010)

2.3.2. Tujuan Penyimpanan Obat

Tujuan penyimpanan obat adalah untuk (Pedoman Pengelolaan


Perbekalan Farmasi 2010)

a. Memudahkan pencarian dan pengawasan

b. Menjaga kelangsungan persediaan

c. Memelihara mutu obat

d. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.

2.3.3. Kegiatan Penyimpanan Obat


a. Penyusunan Stok Obat

obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis. Untuk


memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut (Dina, 2012):

i. Gunakan prinsip FIFO dan FEFO dalam penyusunan,


sebab umumnya obat datang pertama biasanya juga
diproduksi lebih awal dan tanggal kadaluarsa lebih awal
pula.

ii. Susunan obat yang berjumlah besar seperti cairan


diletakkan diatas pallet atau diganjal dengan kayu secara
rapih dan teratur.

iii. Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika.

iv. Simpan obat yang dapat dipengaruhi oleh temperatur,


udara, dan cahaya pada tempat yang sesuai

v. Susun obat dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan


obat dalam dengan obat-obatan untuk pemakaian luar.

vi. Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan


rapih.

vii. Apabila persediaan obat cukup banyak, maka biarkan obat


tetap dalam boks masin-masing.

viii. Obat-obatan yang mempunyai batas waktu penggunaan


perlu dilakukan rotasi stok agar perbekalan farmasi tesebut
tidak selalu berada dibelakang sehingga dapat
dimanfaatkan sebelum masa kadaluarsa.

2.3.4. Komponen Yang Harus Diperhatikan :


a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat
diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal
pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluarasa dan peringatan
khusus.

b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan


kecuali untuk kebutuhan klinis yang penting.

c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan


pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas
dan disimpan pada area yang dibatasi ketat ( restricted ) untuk
mencegah penata laksanaan yang kurang hati – hati.

d. Sediaan farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai


yang dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat
diidentifikasi.

e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan


barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi. (Permenkes No.
72 Tahun 2016 )

2.3.5. Peraturan Penyimpanan Obat

a. Vaksin dan obat suntik tertentu disimpan dalam lemari pendingin.

b. Alat Kesehatan Habis Pakai disimpan dalam gudang alat


kesehatan.

c. Obat oral dan obat luar disimpan didalam tempat terpisah.

d. Infus disimpan didalam gudang cairan.

e. Obat-obatan Narkotik disimpan dalam lemari khusus dan


terkunci.

f. Bahan mudah terbakar (alkohol, spirtus) disimpan dalam gudang


tahan api.
g. Barang farmasi yang dikemas kembali (kemasan besar diperkecil)
dilakukan dibagian produksi.

h. Barang farmasi yang harus diracik, dilakukan dibagian produksi.

i. Petugas gudang siap mensulap barang farmasi ke sub unit


distribusi.

j. Dalam menyiapkan obat-obat perlu diperhatikan dari


penyimpanan itu sendiri antara lain : mempertahankan mutu obat
sehingga tidak terjadi kerusakkan selama pemyimpanan,
mempermudah pencarian, mencegah kehilangan obat,
mempermudah stock opname dan pengawasan, mencegah bahaya
akibat penyimpanan yang salah. Untuk mempertahankan mutu
obat sehingga tidak terjadi kerusakan selama penyimpanan maka
perlu dilakukan secara periode setiap enam bulan berdasarkan
expire date barang dari administrasi gudang. ( Rachma, 2016)

2.3.6. Kondisi Penyimpanan Obat

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, suhu kecuali dinyatakan


lain, semua suhu di dalam Farmakope dinyatakan dalam derajat
celcius dan semua pengukuran dilakukan pada suhu 25 0. Jika
dinyatakan “suhu kamar terkendali” yang dimaksud adalah suhu
antara 150 dan 300. Penyimpanan Dingin adalah suhu yang tidak
lebih dari 80, Lemari pendingin mempunyai suhu antara 20 dan 80,
sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -200 dan -100.
Suhu sejuk adalah suhu antara 80 dan 150. Suhu Hangat adalah suhu
antara 300 dan 400. Panas Berlebih adalah suhu diatas 400.

Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai


berikut ( Rachma, 2016) :

a. kelembaban
udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan yang tidak
tertutup sehingga mempercepat kerusakan. Untuk menghindari
udara lembab tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya
berikut :

i. Ventilasi harus baik, jendela dibuka.

ii. Simpan obat ditempat yang kering.

iii. Wadah harus selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka.

iv. Biarkan pengering tetap dalam wadah tablet dan kapsul.

v. Kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki.

vi. Bila memungkinkan pasang kipas angina atau AC, karena


makin panas udara didalam ruangan maka semakin lembab.

b. Sinar Matahari

kebanyakan cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena


pengaruh sinar matahari. Sebagai contoh :

Injeksi Klorpromazin yang terkena sinar matahari, akan berubah


warna menjadi kuning terang sebelum tanggal kadaluarsa.

i. Gunakan wadah botol atau vial yang berwarna gelap


(coklat).

ii. Jangan letakkan botol atau vial di udara terbuka.

iii. Obat yang penting dapat disimpan didalam lemari.

iv. Jendela-jendela diberi gorden.

v. Kaca jendela dicat putih.


c. Temperatur / Panas

Obat seperti salep, krim dari suppositoria sangat sensitf


terhadap pengaruh panas, dapat meleleh. Oleh karena itu
hindarkan obat dari udara panas. Sebagai contoh :

Salep oksi tetrasiklin akan meleleh bila suhu penyimpanan


tinggi dan akan mempengaruhi kualitas salep tersebut.

Ruangan obat harus sejuk, beberapa jenis obat harus disimpan


didalam lemari pendingin pada suhu 2-80C, seperti :

i. Vaksin

ii. Sera dan produk darah

iii. Insulin

iv. Injeksi oksitosin

2.3.7. Penyimpanan Khusus Narkotika

Lemari pemyimpanan narkotika harus memenuhi syarat sebagai


berikut ( Permenkes No. 3 Tahun 2015 ) :

a. Terbuat dari bahan yang kuat.

b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci


yang berbeda.

c. Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk


instalasi farmasi pemerintah.

d. Diletakkan ditempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum,


untuk apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi
Farmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan.

e. Kunci lemari khusus dikuasi oleh Apoteker penanggung jawab /


Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
2.3.8. Prasarana ( Peralatan atau Fasilitas ) Penyimpanan Obat

Peralatan dan fasilitas yang biasa digunakan dalam


pemyimpanan obat di gudang farmasi Rumah Sakit ialah :

a. Peralatan Penyimpanan Kondisi Umum

i. Lemari atau rak yang rapih dan terlindungi dari debu,


kelembaban dan cahaya yang berlebihan.

ii. Lantai dilengkapi dengan pallet.

b. Peralatan Penyimpanan Kondisi Khusus

i. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil.

ii. Fasilitas peralatan penyimpanan dingin harus divalidasi


secara berkala.

iii. Lemari penyimpanan khusus untuk Narkotika dan


Psikotropika.

c. Ganjal / pallet, gunanya sebagai alas penumpuk barang, agar


menghindari kerusakan barang karena pengaruh kelembaban
lantai.

d. Troli dorong yang berguna untuk mengangkut atau


memindahkan barang / obat dalam gudang.

2.4. Gudang

2.4.1. Persyaratan Gudang

Persyaratan gudang yang baik, antara lain :

a. Cukup luas minimal 3 x 4 m2

b. Ruangan kering dan tidak lembab (kelembaban relative tidak lebih


dari 60%).

c. Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak panas/lembab.


d. Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai
pelindung untuk menghindarkan adanya cahaya langsung dan
bertralis.

e. Dinding dibuat licin.

f. Lantai dibuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan


bertumpuknya debu dan kotoran.

g. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam.

h. Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat

i. Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda.

f. Tersedia lemari atau laci khusus untuk Narkotika dan Psikotropika


yang selalu terkunci.

g. Sebaiknya ada pengukur suhu ruangan.

2.4.2. Jenis Layout Gudang

Selain ditentukan oleh besarnya ruangan gudang, kapasitas


gudang juga ditentukan oleh layout (tata letak) ruangan. Gudang
dengan desain layout yang tidak rapih dan tidak teratur menunjukkan
ketidak efisienan pengaturan.

Untuk itu diperlukan pengaturan barang yang didesain sesuai


dengan arus masuk barang apakah tergolong fast moving (sirkulasi
cepat) atau slow moving (sirkulasi lambat).

Menurut ( Retno, 2016), terdapat beberapa gudang, diantaranya :

a. Arus Garis Lurus Sederhana

yaitu dimana proses keluar masuk barang tidak melalui lorong


atau gang yang berbelok sehingga proses penyimpanan dan
pengambilan barang relative cepat.
b. Arus U

Yaitu dimana proses keluar masuk barang melintasi, lorong yang


berkelok-kelok, akibatnya pengambilan barang relative lebih
lama.

c. Arus L

Dimana proses keluar masuk barang melalui lorong/ruangan


yang tidak berkelok-kelok, namun lorong huruf L sehingga
proses penyimpanan dan pengambilan barang relative cepat.

2.4.3. Pengaturan Gudang Obat

Dalam pengaturan gudang yang akan dipakai untuk


penyimpanan haruslah dapat menjaga agar obat :

a. tidak rusak secara fisik dan kimia, oleh karena itu harus
diperhatikan ruangannya tetap kering, adanya ventilasi untuk
aliran udara agar tidak panas, cahaya yang cukup, gudang harus
ditata berdasarkan sistem Arus Lurus, Arus U, agar
memudahkan dalam bergerak, dan penempatan rak yang tepat
serta penggunaan pallet akan dapat meningkatkan sirkulasi
udara dan gerakan stok obat.

b. Aman, agar obat tidak hilang maka perlu adanya ruangan khusus
untuk gudang dan pelayanan, dan sebaiknya ada lemari/rak yang
terkunci, serta ada lemari khusus untuk Narkotika dan
Psikotropika yang selalu terkunci. Untuk mendapatkan
kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian dan
pengawasan obat-obatan, maka diperlukan pengaturan tata
ruang gudang dengan baik. ( Dina, 2012) factor-faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam merancang gudang adalah sebagai
berikut (Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi, 2010) :

i. Kemudahan Bergerak
Untuk memudahkan bergerak, maka gudang perlu ditata
sebagai berikut :

1.) Gudang menggunakan sistem satu lantai jangan


menggunakan sekat, karena akan membatasi pengaturan
ruangan. Jika digunakan sekat perhatikan posisi dinding
dan pintu untuk mempermudah gerakan.

2.) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat,


ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem, Arus
Garis Lurus, Arus U, Arus L.

ii. Sirkulasi Udara Yang Baik

Salah satu factor penting dalam merancang gudang


adalah adanya sirkulasi udara yang cukup didalam ruangan
gudang. Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan umur
hidup dari obat sekaligus bermanfaat dalam memperpanjang
dan memperbaiki kondisi kerja. Idealnya dalam gudang
terdapat ac, namun biayanya akan menjadi mahal untuk
ruangan gudang yang luas. Alternatif lain adalah
menggunakan kipas angina, apabila kipas angina belum
cukup maka perlu ventilasi melalui atap.

iii. Simpan Persediaan Obat pada Rak dan Pallet

Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan


dapat meningkatkan sirkulasi dan perputaran stock obat.

Penggunaan pallet dapat memberikan keuntungan antara


lain:

1.) Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap


genangan air/banjir.

2.) peningakatan efesiensi penanganan stock.


3.) Dapat menampung obat lebih banyak.

4). Pallet lebih murah harganya jika dibandingkan dengan


rak. Aturan pallet :

a.) Tinggi atas pallet dari lantai minimal 10 cm.

b.) Jarak antar pallet atau jarak antara pallet dengan


dinding tidak kurang dari 30 cm.

c.) Tinggi tumpukkan barang di pallet maksimal 2,5 m.

iv. Perhatikan Kondisi Penyimpanan Khusus

1.) Vaksin memerlukan “cold chain” khusus dan harus


dilindungi dari kemungkinan putusnya aliran listrik
(diperlukan tenaga dan alat khusus untuk memantau
suhu).

2.) Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam


lemari khusus dan selalu terkunci.

3). Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan ecer


harus disimpan diruang khusus yang sebaiknya berpisah
dari ruang induk obat.

4.) Peralatan untuk menyimpan obat, penanganan dan


pembuangan limbah sitostatika dan obat berbahaya
lainnya yang harus dibuat secara khusus untuk menjamin
keamanan petugas.

5.) Alat pengatur kelembaban ruangan untuk perbekalan


farmasi yang harus disimpan ditempat yang kering.

v. Pencegahan Kebakaran

Hindari penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar


seperti kertas, kardus, dan bahan mudah terbakar lainnya.
Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang
mudah di jangkau dan dalam jumlah cukup. Pastikan tabung
pemadam kebakaran diperiksa secara berkala, untuk
memastikan masih berfungsi atau tidak.

2.4.4. Pencatatan Dan Kartu Stok Obat

Kartu stok yang digunakan untuk mencatat mutasi obat


(penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atai kadaluarsa). Data pada
kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan,
pengadaan, distribusi, dan sebagai pembanding terhadap keadaan
fisik obat dalam tempat penyimpanan. (Pedoman Pengelolaan
Perbekalan Farmasi 2010)

Kartu stok berfungsi :

a. Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan,


pengeluaran, hilang, rusak, dan kadaluarsa).

b. Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukan mencatat data mutasi 1


(satu) jenis obat.

c. Tiap baris data hanya diperuntukan mencatat 1 (satu) kejadian


mutasi obat.

d. Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan


perencanaan, pengadaan, dan distribusi serta sebagai pembanding
terhadap keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanannya.

Hal yang harus diperhatikan :

i. Kartu stok diletakan bersamaan/berdekatan dengan obat


bersangkutan.

ii. Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari.


iii. Setiap terjadi mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang,
rusak/kadaluarsa) langsung dicatat didalam kartu stok.

iv. Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir


bulan.

Kolom-kolom pada kartu stok di isi sebagai baerikut (Dina, 2012)

1.) Tanggal penerimaan atau pengeluaran.

2). Nomor dokumen penerimaan atau pengeluaran.

3.) Sumber asal obat atau kepada siapa obat dikirim.

4.) No. Batch/ No. Lot.

5.) Tanggal kadaluarsa.

6.) Jumlah penerimaan.

7.) Jumlah pengeluaran.

8.) Sisa stok.

9.) Paraf petugas yang mengerjakan.

Anda mungkin juga menyukai