Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Letak Geografi

2.3. Pengobatan Sendiri

pengobatan sendiri adalah salah satu elemen dari self-care. Self-


care adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh diri sendiri untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah dan
menghadapi penyakit. Pengobatan sendiri biasa dilakukan untuk
mengatasi penyakit ringan (Depkes RI, 2006).

Pengertian lain dari pengobatan sendiri yaitu pengobatan yang


dilakukan secara sendiri tanpa bantuan dokter atau petugas kesehatan
yang lain yang dilakukan oleh masyarkat terutama untuk penyakit-
penyakit ringan yang bisa diobati dengan jenis obat-obat bebas,
misalnya pengobatan sakit kepala, batuk, pilek, panu, dan lain
sebagainya (Widodo, 2004).

Pengobatan sendiri merupakan bagian dari upaya masyarakat


dalam menjaga kesehatan dan menjadi alternative yang banyak
dipilih oleh masyarakat karena dapat menanggulangi keluhan secara
cepat dan efektif. Pengobatan sendiri merupakan sumbangan yang
sangat besar bagi pemerintah dalam hal pemeliharaan kesehatan,
karena mengurangi beban pelayanan kesehatan serta meningkatkan
keterjangkauan obat oleh masyarakat yang jauh dari pelayanan
kesehatan.

Meurut Holt (1986), keuntungan pengobatan sendiri adalah


aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk (efek samping dapat
diperkirakan), efektif untuk menghilangkan keluhan karena 80%
sakit bersifat self-limiting, yaitu sembuh sendiri tanpa intervensi
tenaga kesehatan, biaya pembelian obat relatif lebih murah daripada
biaya pelayanan kesehatan, hemat waktu karena tidak perlu
mengunjungi fasilitas/profesi kesehatan, kepuasan karena ikut
berperan aktif dalam pengambilan keputusan terapi, berperan serta
dalam sistem pelayanan kesehatan menghindari rasa malu atau stress
apabila harus menampakkan bagian tubuh tertentu di hadapan tenaga
kesehatan, dan membantu pemerintahan untuk mengatasi
keterbatasan jumlah tenaga kesehatan pada masyarakat (Supardi dan
Notosiswoyo, 2005).

Holt juga mengutarakan, adapun kekurangan pengobatan sendiri


adalah obat dapat membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan
sesuai dengan aturan, pemborosan biaya dan waktu apabila salah
menggunakan obat, kemungkinan kecil dapat timbul reaksi obat yang
tidak diinginkan, misalnya sensitivitas, efek samping atau resistensi,
penggunaan obat yang salah akibat informasi yang kurang lengkap
dari iklan obat, tidak efektif akibat salah diagnosis dan pemilihan
obat, dan sulit bertindak objektif karena pemilihan obat dipengaruhi
oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan
sosialnya (Supardi dan Notosiswoyo, 2005).

Berkaitan dengan pengobatan sendiri, telah dikeluarkan


berbagai peraturan perundangan pengobatan sendiri hanya boleh
menggunkan obat yang termasuk golongan obat bebas dan obat
bebas terbatas (Kemenkes RI, 1983). Semua obat yang termasuk
golongan obat bebas dan obat bebas terbatas wajib mencantumkan
keterangan pada setiap kemasannya tentang kandungan zat
berkhasiat, kegunaan, aturan pakai, dan pernyataan lain yang
diperlukan (Kemenkes RI, 1993). Semua kemasan obat bebas
terbatas wajib mencantumkan tanda peringatan “apabila sakit
berlanjut segera hubungi dokter” (Kemenkes RI, 1994).
2.3.4. Pengobatan Sendiri yang Tidak Sesuai Aturan

Pemakaian obat yang tidak tepat merupakan masalah serius


dalam pelayanan kesehatan yng menjadi sumber terjadinya kesalahan
pengobatan (medication error). Kesehatan penggunaan obat dalam
pengobatan sendiri ternyata masih terjadi terutama karena
ketidaktepatan obat dan dosis obat. Apabila kesalahan terjadi terus-
menerus dalam dalam jangka waktu yang lama, dikhawatirkan dapat
menimbulkan risiko pada kesehatan (Supardi dan Notosiswoyo,
2005).
Faktor penyebab terjadinya medication error (cohen, 1991), :

a. Komunikasi yang buruk baik secara terulis dalam bentuk


kertas resep maupun secara lisan (antara pasien, dokter dan
apoteker).
b. Sistem distribusi obat yang kurang mendukung (sistem
komputerisasi, sistem penyimpanan obat.
c. Sumber daya manusia (kurangnya pengetahuan, pekerjaan
yang berlebihan).
d. Kurangnya edukasi kepada pasien.

2.3.5. Faktor-faktor Pengobatan Sendiri

Tindakan pengobatan sendiri cenderung akan meningkat. Faktor-


faktor yang mempengaruhi tindakan pengobatan sendiri yang
dilakukan oleh masyarakat adalah sebagai berikut: pengetahuan
masyarakat tentang penyakit ringan dan berbagai gejala serta
pengobatannya, motivasi masyarakat untuk mencegah atau
mengobati penyakit ringan tersebut, ketersediaan dan kemudahan
mendapatkan obat-obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter
atau obat OTC (over the counter)secara luas dan terjangkau untuk
mengatasi penyakit ringan (Supardi, 1997).
Menurut Sukasediati (1996), faktor lain yng berperan pada
tindakan pengobatan sendiri yang dilkukan oleh masyarakat antara
lain.

a. Persepsi sakit

Persepsi seseorang mengenai berat ringannya penyakit yang


dirasakan dapat menentukan alternatif pengobatan yang paling
cocok untuk dirinya sendiri. Untuk penyakit ringan, pasien akan
memilih beristirahat saja atau membeli obat ditempat terdekat
sesuai dengan keperluan pengobatan penyakit.

b. Ketersediaan informasi tentang obat

Ketersediaan informasi obat dapat menentukan keputusan


pemilihan obat. Sumber informasi yang sampai ke masyarakat
sebagian besar berasal dari media elektronik dan sumber-sumber
lain seperti petugas kesehatan.

c. Ketersediaan obat di masyarakat


Ketersediaan obat di masyarakat merupakan faktor penentu
yang memungkinkan masyarakat mendapatkan dan
menggunakan obat. Obat yang digunakan oleh masyarakat
biasanya diperoleh di apotek, toko obat, warung dan
minimarket.
d. Sumber informasi cara pemakaian obat.

Sumber informasi cara pemakaian obat dapat diperoleh dari


kemasan atau brosur yang menyertai obat serta dapat
menanyakannya langsung kepada petugas apotek atau penjaga
toko.

2.4 Obat

2.4.1. Definisi Obat


Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi (Undang-undang Kesehatan No.23 Tahun 1992).

Obat jadi adalah obat yang sudah dalam bentuk siap pakai, di
bedakan antara obat generik dan obat merk dagang. Dimana obat
generik adalah obat jadi terdaftar yang menggunakan nama generik
yaitu nama lazim yang sering dipakai. Penulisan obat generik
menunjukan:

a. Nama generik lebih informatif dari pada nama dagang.


b. Memberi kemudahan pemilihan produk.
c. Produk obat generik pada dasarnya lebih murah daripada
produk nama dagang.
d. Resep dengan nama generik mempermudah subtitusi produk
yang sesuai.

Obat nama dagang adalah obat jadi dengan nama dagang yang
terdaftar atas nama pembuat atau yang dikuasakannya, dan dijual
dalam bungkus asli pabrik yang memproduksinya. Sedangkan obat
palsu adalah obat jadi yang diproduksi oleh pabrik obat yang tidak
terdaftar, obat yang tidak terdaftar atau obat jadi yang kadarnya
menyimpang 20% atau lebih dari persyaratan yang ditentukan.

2.4.2. Penggolongan Obat


Menurut Permenkes RI No.949/Menkes/Per/VI/2000 obat
digolongkan menjadi :
a. Obat bebas (obat OTC : Over The Counter)
b. Obat bebas terbatas
c. Obat keras
d. Obat narkotika
e. Obat psikotropika
2.4.3. Jenis obat
Sebelum menggunakan obat, bacalah sifat dan cara
pemakaiannya pada etiket, brosur atau kemasan obat agar
penggunaannya tepat dan aman. Pada setiap brosur atau kemasan
obat selalu dicantumkan (Depkes RI, 2006):
a. Nama Obat.
b. Komposisi.
c. Indikasi.
d. Informasi cara kerja obat.
e. Aturan pakai.
f. Peringatan (khusus untuk bebas terbatas).
g. Perhatian.
h. Nama produsen.
i. Nomor batch/lot.
j. Nomor registrasi.
k. Nomor registrasi dicantumkan sebagai tanda ijin edar absah
yang diberikan oleh pemerintah pada setiap kemasan obat.
l. Tanggal kadaluarsa.

2.4.4. Tanda Peringatan Pada Obat

Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas


terbatas berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran
panjang 5 (lima) centimeter, lebar 2 (dua), dan memuat
pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut (Depkes RI, 2006) :
Gambar 2.2 Tanda peringatan pada Obat Bebas Terbatas

2.4.5. Cara Pemilihan Obat


Untuk menetapkan jenis obat yang dibutukan, perlu di
perhatikan (Depkes RI, 2006) :
a. Gejala atau keluhan penyakit
b. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui bayi, lanjut usia,
diabetes mellitus dan lain-lain.
c. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan
terhadap obat tertentu.
d. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek
samping dan interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau
brosur obat.
e. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak
ada interaksi obat dengan obat yang sedang diminum.
f. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yanf
lengkap, tanyakan kepada Apoteker.
2.4.6. Cara Penggunaan Obat
a. Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus
menerus.
b. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket
atau brosur.
c. Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak
diinginkan, hentikan penggunaan, dan tanyakan kepada
Apoteker dan Dokter.
d. Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala
penyakit sama.
e. Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat lebih
lengkap, tanyakan kepada Apoteker.
2.4.7. Cara pemakaian Obat Yang Tepat
Obat digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan, pada saat
yang tepat dan dalam jangka waktu terapi sesuai dengan anjuran.
a. Minum obat sesuai waktunya.
b. Gunakan obat sesuai dengan cara penggunaannya.
c. Bila anda hamil atau menyusui tanyakan obat yang sesuai.
d. Minum obat sampai habis.
Pemakaian obat oral
a. Jika mendapat kesulitan dalam meminum obat dalam
sediaan yang diberikan, hubungi tenaga kesehatan untuk minta
sediaan yang sesuai.
b. Ikuti petunjuk tenga kesehatan, seperti apakah obat diminum,
sebelum atau sesudah makan.
c. Jika minum obat dalam bentuk cair, gunakan sendok takar
bukan sendok makan.
Pemakaian obat tetes mata dan salep mata
a. Obat ini termasuk obat steril, maka untuk mencegah
kontaminasi, ujung wadah obat jangan terkena permukaan lain
dan tutup rapat sesudah digunakan.
b. Cara penggunaan obat ini dimulai dengan mencuci tangan,
menengadahkan kepala, menarik kelopak bagian bawah, lalu
teteskan/oleskan, tutup mata dan biarkan selama 1-2 menit.
c. Setelah digunakan, bilas. Kemudian cuci tangan kembali.
d. Obat yang telah terbuka dan dipakai tidak boleh disimpan >30
hari untuk digunakan lagi, karena mungkin sudah
terkontaminasi kuman.
e. Jangan gunakan satu obat mata untuk lebih dari 1 orang.
Pemakaian obat tetes telinga
a. Ujung wadah sediaan tidak boleh terkena benda lain, agar
tidak terkontaminasi. Cara penggunaan obat ini dimulai dengan
memiringkan kepala atau berbaring miring, lalu telunjuk
diletakkan didepan tragus, dan mendorong ke depan, sedangkan
ibu jari dan jari tengah menjepit daun telinga dan menariknya ke
atas (dewasa) atau ke bawah (anak-anak). Kemudian teteskan
obat, dan biarkan beberapa menit.
b. Setelah digunakan, ujung wadah cukup dikeringkan dengan tisu,
jangan dibilas.
Pemakaian obat suppositoria
a. Cara penggunaan dimulai dengan mencuci tangan, lalu
buka bungkusnya dan lunakkan suppositoria dengan air.
b. Setelah berbaring, masukkan suppositoria ke dalam anus dengan
jari.
c. Jika suppositoria terlalu lunak sebelum digunakan,
masukkan ke lemari es atau rendam dahulu dalam air dingin.
d. Cucilah tangan setelah memasukkannya.
Pemakaian obat vagina
a. Cuci tangan sebelum menggunakan obat dan gunakan
aplikator sesuai dengan petunjuk penggunaan dari industri
penghasil sediaan.
b. Jika penderita hamil, maka sebelum menggunakan obat
sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan professional
perawatan kesehatan.
c. Penderita berbaring dengan kedua kaki direnggangkan dan
dengan menggunakan aplikator obat dimasukkan ke dalam
vagina sejauh mungkin tanpa dipaksakan dan biarkan selama
beberapa waktu.
d. Setelah penggunaan, aplikator dan tangan penderita dicuci
bersih dengan sabun dan air hangat.

2.4.8. Cara Penyimpanan Obat


a. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup
rapat.
b. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari
langsung atau seperti yang tertera pada kemasan.
c. Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab
karena dapat menimbulkan kerusakan.
d. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin
agar tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.
e. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.
f. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

2.2.9. Efek Samping Obat


Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan
dan tidak diharapkan yang terjadi karena penggunaan obat dengan
dosis atau takaran normal pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi (Depkes RI, 2006). Yang perlu diketahui tentang
efek samping adalah :
a. Baca dengan seksama kemasan atau brosur obat, efek
samping yang mungkin timbul.
b. Untuk mendapatkan informasi tentang efek samping yang lebih
lengkap dan apa yang harus dilakukan bila mengalaminya,
tanyakan pada Apoteker.
c. Efek samping yang mungkin timbul antara lain reaksi alergi
gatal-gatal, ruam, mengantuk, mual dan lain-lain.
d. Penggunaan obat pada kondisi tertentu seperti pada ibu hamil,
menyusui, lanjut usia, gagal ginjal dan lain-lain dapat
menimbulkan efek samping yang fatal, penggunaan obat harus
di bawah pengawasan Dokter-Apoteker.

2.4.10. Tanggal Kadalursa Obat


Tanggal kadaluarsa biasanya dinyatakan dalam bulan dan tahun.
Obat rusak merupakan obat yang mengalami perubahan mutu,
seperti (Depkes RI, 2006):
a. Tablet
i. Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa.
ii. Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing,
pecah, retak, dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk, dan
lembab.
iii. Kaleng atau botol rusak.
b. Tablet salut
i. Pecah-pecah, terjadi perubahan warna.
ii. Basah dan lengket satu dengan lainnya.
iii. Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan
fisik.
c. Kapsul
i. Perubahan warna isi kapsul.
ii. Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu sama lain.
d. Cairan
i. Menjadi keruh atau timbul endapan.
ii. Konsistensi berubah.
iii. Warna atau rasa berubah.
iv. Botol plastic rusak atau bocor.
e. Salep
i. Warna berubah.
ii. Pot atau tube rusak atau bocor.
iii. Bau berubah.
2.4.11. Dosis Obat
Dosis merupakan aturan pemakaian yang menunjukkan jumlah
gram atau volume dan frekuensi pemberian obat untuk dicatat
sesuai dengan umur dan berat badan pasien (Depkes RI, 2006).
a. Gunakan obat tepat waktu sesuai aturan pemakaian.
i. Tiga kali sehari berarti obat diminum setiap 8 jam sekali.
ii. Obat diminum sebelum atau sesudah makan.
iii. Jika menggunakan obat-obatan bebas, ikuti petunjuk pada
kemasan atau brosur/lefleat.
b. Bila terlupa minum obat :
i. Minumlah dosis yang terlupa segera setelah ingat, tetapi
jika hampir mendekati dosis berikutnya, maka abaikan
dosis yang terlupa dan kembali ke jadwal selanjutnya sesuai
aturan.
ii. Jangan menggunakan dua dosis sekaligus atau dalam waktu
yang berdekatan.
2.4.12. Hal-hal yang harus Diperhatikan Pada Obat
a. Kemasan/Wadah
Harus tersegel dengan baik, tidak rusak, tidak berlubang,
tanggal kadaluarsa jelas terbaca.
b. Penandaan pada wadah
i. Baca zat berkhasiat dan manfaatnya.
ii. Baca aturan pakainya, misalnya sebelum atau sesudah
makan
iii. Untuk pencegahan overdosis, jangan minum obat 2 kali
dosis bila sebelumnya lupa minum obat
iv. Baca kontraindikasinya.
c. Bila ragu tanyakan pada Apoteker.
d. Bila ragu tanyakan pada Apoteker.

2.5. DAGUSIBU
2.5.1. Definisi DAGUSIBU
DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang) merupakan
slogan serta istilah komunikatif yang diperkenalkan oleh Ikatan
Apoteker Indonesia (IAI) melalui suatu Gerakan Keluarga Sadar
Obat (GKSO) dengan tujuan memberikan informasi kepada
masyrakat tentang cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan,
dan membuang obat dengan cara yang benar serta meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap obat.
Hal ini terkait dengan fakta bahwa:
a. Obat merupakan sarana atau komoditi kesehatan yang dapat
memberikan manfaat apabila cara mendapatkan, cara
menggunakan, cara menyimpan, dan cara membuangnya
dilakukan dengan benar.
b. Masyarakat banyak yang belum memahami masalah terkait obat
tersebut.
c. Semua komponen bangsa, baik organisasi masyarakat,
organisasi social, organisasi profesi, dan juga masyarakat sendiri
bersinergi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
terhadap obat. (Anonim, 2014).
Dalam dunia kesehatan bidang farmasi, DAGUSIBU merupakan
hal yang paling mendasar karena informasi DAGUSIBU merupakan
inti dari permasalahan yang berkaitan dengan obat.
2.5.2. Dapatkan
Belilah obat di tempat yang paling terjamin, yaitu di Apotek.
Penyimpanan obat di Apotek lebih terjamin sehingga obat sampai ke
tangan pasien dalam kondisi baik (keadaan fisik dan kandungan
kimiannya belum berubah). Paastikan Apotek yang dikunjungi
memiliki ijin dan memiliki Apoteker yang siap membantu pasien
setiap saat.
Cara mendapatkan obat dengan benar adalah :
a. Perhatikan penggolongan obat
Penggolongan obat yang harus di perhatikan yaitu :
i. Obat bebas : Tanpa resep Dokter, Apotek, dan
Toko Obat Berijin.
ii. Obat bebas terbatas : Tanpa resep
Dokter, Apotek, dan
Toko Obat Berijin.
iii. Obat keras : Dengan resep Dokter, harus
di Apotek.
iv. Psikotrropika : Harus dengan resep Dokter.
v. Narkotika : Harus dengan resep Dokter.
b. Perhatikan peringatan yang ada di brosur dan kemasan.
c. Perhatikan tanggal kadaluarsa obat.
2.5.3. Gunakan
Gunakan obat dengan benar. Penggunaan obat harus sesuai
dengan aturan yang tertera pada wadah atau etiket. Obat jenis
antibiotik harus dikonsumsi sampai habis. Pastikan Apoteker
memberitahukan cara pemakaian obat yang diberikan dengan jelas,
khususnya untuk obat dengan sediaan yang tidak terlalu dikenal oleh
masyarakat umum. Penggunaan obat yng benar, dibagi menjadi 3
yaitu :
a. Sebelum penggunaan obat
i. Pastikan obat yang akan digunakan sudah betul.
ii. Pastikan obat masih baik.
iii. Baca peringatan dalam kemasan.
iv. Pastikan apakah obat bias langsung digunakan atau ada hal
tertentu yang harus dilakukan dulu misalnya menggerus,
menambahkan air, dan lain-lain.
v. Gunakan obat dengan benar.
b. Selama penggunaan obat
i. Perlu bantuan orang lain. Misalnya pada obat tetes mata,
suppositoria, salep mata, tetes hidung, semprot hidung, obat
tetes telinga.
ii. Penggunaan sudah tepat (tertelan, nempel pada luka, obat
tetes sudah masuk/mengena pada bagian tubuh yang sesuai.
c. Setelah penggunaan obat
i. Apakah timbul gejala khusus seperti : kantuk, gatal,
perih, lambung, pusing, dan sebagainya.
ii. Kembalikan obat pada tempat/wadah yang sesuai.

2.5.4. Simpan

Supaya obat yang kita pakai tidak rusak maka kita perlu
menyimpan obat dengan benar, sesuai dengan petunjuk pemakaian
yang ada di dalam kemasan. Kebanyakan obat tidak boleh terpapar
oleh sinar matahari secara langsung untuk itu obat perlu disimpan di
tempat yang tertutup dan kering. Selain itu jauhkan obat dari anak-
anak dengan menyimpannya di tempat yang sulit dijangkau oleh
anak-anak.
Cara menyimpan obat dengan benar :

a. Baca aturan penyimpanan obat pada kemasan.


b. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
c. Jauhkan dari sinar matahari langsung/lembab/suhu tinggi
dan sebagainya.
d. Simpan dalam kemasan asli dan dengan atiket yang masih
lengkap.
e. Periksa tanggal kadaluarsa dan kondisi obat.
f. Kunci almari penyimpanan obat.

2.5.5. Buang

Bila obat telah kadaluarsa atau rusak maka obat tidak boleh
diminum, untuk itu obat perlu dibuang. Obat jangan dibuang secara
sembarangan, agar tidak disalahgunakan. Obat dapat dibuang dengan
terlebih dahulu dibuka kemasannya, direndam dalam air, lalu
dipendam didalam tanah.
Cara membuang obat dengan benar :

a. Hilangkan semua label dari wadah obat.


b. Untuk kapsul, tablet atau bentuk padat lain, obat harus
dihancurkan dahulu kemudian campurkan obat tersebut dengan
tanah atau bahan kotor lainnya, msukkan ke plastik dan buang
ke tempat sampah.
c. untuk obat yang berbentuk cairan, buang pada kloset
kecuali antibiotika yang harus dibuang bersama wadahnya
dengan menghilangkan lebel.

Anda mungkin juga menyukai