21802004
POLITEKNIK KALTARA
TARAKAN
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpah kan rahmat, hidayah,
dan inanyah-nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas saya dengan sebaik
baiknya.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak
terimah kasih kepada semua pihak yang telah berkontrubusi dalam pembuatan makalah ini.
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Manfaat Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Perlindungan Hukum TTK ( Tenaga Teknis Kesehatan ).............................3
B. Hukum atau Undang-Undang TTK...............................................................3
C. Hukum Kesehatan.........................................................................................4
D. Hubungan Hukum dan Kesehatan.................................................................5
E. Bentuk dan Pelayanan Kesehatan.................................................................7
F. Tanggung Jawab Seorang TTK.....................................................................7
BAB III PENUTUP.................................................................................................9
A. Kesimpulan..................................................................................................9
B. Saran............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia, artinya setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan yang aman,
bermutu, dan terjangkau juga merupakan hak seluruh masyarakat Indonesia. Kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dari batasan ini, terlihat jelas
bahwa aspek kesehatan atau dimensi sehat bukan hanya fisik, mental dan sosial saja, tetapi
ditambah satu aspek lagi, yakni ekonomi (produktif secara ekonomi). Untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang mempunyai empat aspek tersebut
diperlukan sumber daya kesehatan. Yang dimaksud dengan sumber daya di bidang kesehatan
menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan adalah segala bentuk dana,
tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi, dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan
kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/ atau masyarakat.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani
Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis
Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Fasilitas Kesehatan adalah sarana
yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Fasilitas Kefarmasian adalah
sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian. Fasilitas Produksi Sediaan
Farmasi adalah sarana yang digunakan untuk memproduksi obat, bahan baku obat, obat
tradisional, dan kosmetika.
Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi adalah sarana yang digunakan
untuk mendistribusikan atau menyalurkan Sediaan Farmasi, yaitu Pedagang Besar Farmasi
dan Instalasi Sediaan Farmasi. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang
digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi
rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama.
Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki
izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Toko Obat adalah sarana
yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas untuk
dijual secara eceran. Standar Profesi adalah pedoman untuk menjalankan praktik profesi
kefarmasian secara baik. Standar Prosedur Operasional adalah prosedur tertulis berupa
petunjuk operasional tentang Pekerjaan Kefarmasian. Standar Kefarmasian adalah pedoman
untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas produksi, distribusi atau penyaluran,
dan pelayanan kefarmasian.
Asosiasi adalah perhimpunan dari perguruan tinggi farmasi yang ada di Indonesia.
Organisasi Profesi adalah organisasi tempat berhimpun para Apoteker di Indonesia. Surat
Tanda Registrasi Apoteker selanjutnya disingkat STRA adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis
Kefarmasian selanjutnya disingkat STRTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Menteri kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah diregistrasi. Surat Izin Praktik
Apoteker selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker untuk
dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah
Sakit. Surat Izin Kerja selanjutnya disingkat SIK adalah surat izin yang diberikan kepada
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian
pada fasilitas produksi dan fasilitas distribusi atau penyaluran.
Rahasia Kedokteran adalah sesuatu yang berkaitan dengan praktek kedokteran yang
tidak boleh diketahui oleh umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rahasia Kefarmasian adalah Pekerjaan Kefarmasian yang menyangkut proses produksi,
proses penyaluran dan proses pelayanan dari Sediaan Farmasi yang tidak boleh diketahui oleh
umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Menteri adalah menteri yang
tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
ISFI dibentuk pada tanggal 26 Februari 1965, yang merupakan kelanjutan dari
Ikatan Apoteker yang dibentuk pada tanggal 18 Juni 1955 dan ditetapkan dengan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 41846/KMB/121 tertanggal 16 September
1965. Tujuan dari terbentuknya organisasi ini salah satunya adalah memberikan
advokasi kepada anggota berkaitan dengan masalah hukum. Adanya tujuan tersebut
dapat dikatakan bahwa setiap anggota mempunyai hak untuk mendapatkan
perlindungan hukum dalam menjalankan profesinya.
C. Hukum Kesehatan
Hukum kesehatan termasuk hukum “lex specialis”, melindungi secara khusus
tugas profesi kesehatan (provider) dalam program pelayanan kesehatan manusia
menuju ke arah tujuan deklarasi “health for all” dan perlindungan secara khusus
terhadap pasien “receiver” untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Dengan
sendirinya hukum kesehatan ini mengatur hak dan kewajiban masing-masing
penyelenggara pelayanan dan penerima pelayanan, baik sebagai perorangan (pasien)
atau kelompok masyarakat.
A. KESIMPULAN
Hukum perlindungan tenaga teknis kefarmasian (TTK) upaya yang di lakukan untuk
memberikan perlindungan terhadap tenaga teknis kefarmasian bekerja di bidang “farmasi”.
Hukum tersebut di mulai seiring dengan lahirnya profesi farmasi di Indonesia dan tangung
jawab seorang tenaga teknis kefarmasian, kewajiban yang dilakukan dalam upaya
meningkatkan mutu hidup pasien dalam menggunakan sediaan obat.
B. SARAN
Perlindungan ,hukum dan tanggung jawab seseorang tenaga teknis farmasi dan tenaga
Kesehatan lainnya , seharusnya lebih di perketat agar tidak terjadi kelalaian suatu saat dan
tenaga kefarmasian lebih mengetahui peraturan agar lebih tepat dalam pemberian sediaan.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 167/KAB/B.VIII/1972 tentang Pedagang Eceran Obat
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1331/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
167/KAB/B.VIII/1972 tentang Pedagang Eceran Obat, perlu disesuaikan dengan
perkembangan dan kebutuhan hukum.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan (Lembaran Negara Nomor. 138 Tahun 1998, Tambahan Lembaran Negara Nomor.
3781).
Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992
No.100, Tambahan Lembaran Negara No.3495).
Hermien Hadiati Koeswadji, 1998, Hukum Kedokteran, Studi Tentang Hubungan Hukum
Dalam Mana Dokter Sebagai Salah Satu Pihak, PT. Citra Aditya Bakti