Anda di halaman 1dari 6

Pengamatan Hari Pertama (Saat Praktikum)

F1 F2 F3 F4 F5 F6
Warna Orange Kuning Kuning Orange Orange Kuning
orange muda-Agak kunyit-Orange
orange
Bau Jeruk Jeruk Jeruk Jeruk lemah Tidak Jeruk
berbau
Rasa Jeruk, Sedikit manis Manis Jeruk lemah Jeruk Manis diawal,
sedikit pahit agak pahit diawal, pahit pahit
diakhir selanjutnya
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Pengamatan Hari ke-3
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Tinggi 1,4 cm - - 0,5 cm 0,5 cm 0,1 cm
Sedimentasi
Tinggi 5,8 cm 4,9 cm 5,1 cm 5,8 cm 5,5 cm 6,0 cm
Suspensi
Caking - - - Ya Ya -
pH 7 5-6 5-6 7 7 6
Waktu Agak sukar Tidak Tidak Sulit Sulit Mudah
Resuspensi diresuspensi dilakukan dilakukan
2 menit 44 50detik 15 detik
detik
Kekentalan No 3 No 5 No 2 No 4 No 1 No 6
Urutan kekentalannya yaitu formula 5, 3, 1, 4, 2, dan 6
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak terlarut yang
terdispersi dalam fase cair. Sifat fisik sediaan suspensi yang baik adalah suspensi harus tetap
homogen pada suatu periode, pengendapan yang terjadi pada saat penyimpanan harus mudah
didispersikan kembali pada saat pengocokan, suspensi harus kental untuk mengurangi
kecepatan pengendapan kristal yang terdispersi dan tidak terlalu kental agar mudah dituang,
serta partikel suspensi harus kecil dan seragam sehingga memberikan penampilan hasil jadi
yang baik dan tidak kasar.
Pada praktikum kali ini membahas tentang formulasi sediaan suspensi basah dengan
zat aktif parasetamol. Suspensi parasetamol adalah suspensi yang mengandung parasetamol,
C8H9NO2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
etiket ( FI Edisi V, hal. 1000). Pada praktikum ini juga menggunakan formula bahan
pesunspensi atau suspending agent yang berbeda-beda. Suspending agent merupakan bahan
tambahan yang penting dalam pembuatan suspensi. Suspending agent digunakan untuk
meningkatkan viskositas, mencegah penurunan partikel dan mencegah penggumpalan resin
dan bahan berlemak. Pemilihan suspending agent harus tepat, tunggal atau kombinasi dan
pada konsentrasi yang tepat pula. Meskipun secara kimia sesuai, tidak menutup kemungkinan
suspensing agent dan obat dapat berinteraksi. Suspending agent yang digunakan adalah CMC
Na, tragakan, xanthan gum, dan natrium alginate.
Pemanasan aquadest pada suhu 90o c bertujuan untuk mempercepat pelarutan sukrosa
dan untuk membunuh mikroba, serta dilakukan penyaringan agar hilangnya pengotor pada
sediaan. Pencampuran PPG dengan methyl dan propyl paraben dan CMC na bertujuan untuk
meningkatkan kelarutan bahan tersebut. Serta pencampuran sorbitol: air dengan parasetamol
untuk meningkatkan kelarutan parasetamol. Lalu Kegunaan setiap bahan seperti sukrosa
digunakan untuk pemanis pada sediaan suspensi, lalu kegunaan methyl dan propyl paraben
sebagai pengawet sediaan suspensi, lalu kegunaan Na sitrat sebagai pengatur keasaman
suspensi, serta sunset yellow dan pasta jeruk sebagai pewarna dan perasa jeruk.
Pada formula 1 dengan suspending agent CMC Na sebesar 100 mg/5ml. Organoleptis
f1 terdapat perubahan pada hari pertama dan ketiga, pada hari ketiga setelah pembuatan, saat
pengocokan agak sulit diresuspensikan kembali tetapi tidak membentuk caking, tinggi
endapan sedimentasi 1,4 cm dan tinggi keseluruhan suspensinya 5,8 cm. Berdasarkan
penampilan secara fisik diamati sediaan f1 terdiri dari endapan dan supernatan yang jernih,
pengendapan berlangsung cepat, terlihat kurang menarik sehingga dapat disimpulkan bahwa
f1 masuk ke dalam kriteria sistem suspensi flokulasi. Cmc na sendiri memiliki kegunaan
sebagai pengental hal ini menyebabkan partikel- partikel terperangkap dalam sistem tersebut
dan memperlambat proses pengendapan. namun pada f1 mengalami pengendapan yg cepat
hal ini dapat disebabkan karena perubahan PH suspensi pada saat penyimpanan,
pengendapan dapat terjadi pada PH dibawah 2 dan pengurangan viskositas secara cepat
terjadi di bawah PH 10 ( HOPE). Menurut HOPE penggunaan na cmc sebagai suspending
agent seharusnya 0,1-1% namun pada f1 menggunakan suspending agent 2%. Terdapat
perbedaan konsentrasi na cmc dapat menyebabkan suspensi yang dihasilkan kurang baik. Jika
dibandingkan dengan formula 5 yg menggunakan na cmc 150 mg / 5 ml, formula 1 lebih baik
karena pada formula 5 susah diresuspensi kembali karena terbentuk caking. F5 terbentuk
caking dapat disebabkan karena konsentrasi cmc na yg terlalu banyak sehingga suspensi
terlalu kental dan saat terbentuk endapan menjadi caking.
Pada formula 2 hasil yang didapat berdasarkan pengamatan setelah didiamkan selama
kurang lebih 3 hari, yang menggunakan suspending agent tragakan dengan konsentrasi 1,5%
menunjukkan terbentuknya endapan dengan tinggi 0,1 cm dan memerlukan 2 kali
pengocokan untuk mendispersikannya kembali. Suspensi formula 2 memiliki sifat alir yang
baik setelah dilakukan penuangan. Apabila formula 2 dibandingkan dengan formula 6 yang
memiliki perbedaan pada konsentrasinya terlihat hasil suspense yang berbeda. Pada formula 2
menggunakan tragakan dengan konsentrasi 1,5% lebih baik hasilnya dibanding dengan
suspensi pada formula 6 dengan konsentrasi tragakan 1% yang menghasilkan endapan
dengan tinggi 0,1 cm dan waktu yang diperlukan untuk meresuspensikannya kembali yaitu 15
detik dengan 14 kali pengocokan. Menurut literature, semakin banyak tragakan yang
digunakan maka laju pengendapan atau sedimentasi akan turun dan menyebabkan
terbentuknya endapan sedikit. Sehingga bila dilihat dari konsentrasi tragakan yang
digunakan, formula 2 lebih baik dibanding formula 6. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan
yang sudah dilakukan.
Apabila dibandingkan dengan formula lain penggunaan tragakan sebagai suspending
agent menghasilkan suspense yang lebih baik. Tragakan sebagai suspending agent menurut
literatur, merupakan suspending agent yang lebih baik dibandingkan dengan Na CMC dengan
konsentrasi masing-masing sebesar 1% (Yuliana, 2013).

Pada formula 3, suspensi tetap homogen (tidak terbentuk endapan) dari awal
pembuatan hingga evaluasi pada hari ketiga, warna orange jeruk, rasa manis kemudian pahit,
memiliki aroma jeruk, Ph 5-6, dan memiliki viskositas yang tinggi. Formula 3 menggunakan
xanthan gum sebagai suspending agent. Fungsi dari suspending agent adalah untuk
memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan
resin dan bahan berlemak. Pemilihan suspending agent yang tepat dapat menghasilkan
sediaan suspensi yang baik yaitu mempunyai kekentalan yang sedang dan partikel yang
terlindung dari gumpalan/aglomerasi (Art of Compounding, hal. 300).
Pada pengukuran derajat flokulasi dilakukan dengan rumus:

=

Perhitungan derajat flokulasi untuk menilai kestabilan suspensi selama proses penyimpanan.
Jika harga derajat flokulasi () = 1 maka tidak terjadi flokulasi dalam sistem. Dari hasil
perhitungan, diperoleh derajat flokulasi () = 1 yang menandakan formula 3 merupakan
suspensi terdeflokulasi. Hasil ini tida k sesuai dengan teori dimana seharusnya suspensi yang
terbentuk adalah sistem flokulasi, karena formula 3 mengandung xanthan gun yang dapat
berfungsi sebagai flocculating agent. Ketidaksesuaian ini mungkin disebabkan karena
xanthan gum lebih efisien digunakan sebagai flocculating agent saat dikombinasikan dengan
alumuium klorida dibandingkan hanya menggunakan xanthan gum sendiri (Jurnal Studies
on Physical Stability of Rofecoxib Oral Suspension Using Controlled Flocculation
Approach, 2013). Suspensi terdeflokulasi memiliki kecepatan sedimentasi yang lambat
sehingga menampilkan dosis yang relatif homogen. Namun, apabila sudah terjadi
pengendapan sukar untuk didispersikan kembali.
Untuk pengukuran volume terpindahkan, pada formula 3 terbentuk sediaan yang
sangat kental sehingga diprediksikan volume akan berkurang, namun hal ini tidak dapat
dibuktikan karena tidak dilakukannya uji volume terpindahkan pada saat pengamatan. Uji
volume terpindahkan ini sendiri dilakukan sebagai jaminan bahwa larutan suspensi yang
dikemas dalam wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera pada etiket tidak lebih dari
250 ml, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair atau sediaan cair yang dikonstitusi dari
bentuk padat dengan penambahan bahan pembawa tertentu dengan volume yang ditentukan,
jika dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume terpindahkan sediaan seperti
tertera pada etiket (FI Edisi V, hal. 1614).
Pada formula ke 4 dengan suspending agent natrium alginat sebesar 100 mg/5ml saat
pengocokan susah diresuspensikan kembali dan membentuk caking selama 2 menit 44 detik,
dengan tinggi endapan 0,5 cm dan tinggi keseluruhan 5,5 cm. Pada suspensi na alginat
formula 4, pemanasan na alginat diatas 60derajat akan menyebabkan degradasi molekul dan
penurunan viskositas. Namun hasil pengamatan menunjukkan suspensi kelompok 4
mengalami deflokulasi, hal ini terjadi selama proses penyimpanan karena viskositas na
alginat akan menurun dengan pemanasan dan meningkat lagi bila didinginkan kembali (klose
dan glicksman 1972). Faktor lain karena penggunaan alginat pada formula 4 suspensi adalah
2% sedangkan menurut HOPE untuk mempertahankan viskositas, na alginat yang digunakan
1% sehingga penggunaan na alginat sebanyak 2% menaikkan viskositas suspensi
Pada formula 5 menggunakan suspending agent cmc na sebesar 3 g , Organoleptis
formula 5 terdapat perubahan pada hari pertama dan ketiga, saat hari ketiga terbentuk
endapan namun tidak terlihat supernatan yang jelas. Dari penampilan fisik formula 5
termasuk kedalam suspensi deflokulasi sebab F5 terbentuk caking disebabkan karena
konsentrasi cmc na yg terlalu banyak sehingga suspensi terlalu kental dan saat terbentuk
endapan menjadi caking. Cmc na sendiri memiliki berfungsi sebagai pengental hal ini
menyebabkan partikel- partikel tetap tinggal dan memperlambat proses pengendapan.
menurut HOPE penggunaan na cmc sebagai suspending agent seharusnya 0,1-1% namun
pada formula 5 menggunakan suspending agent 3%. Terdapat perbedaan konsentrasi na cmc
dapat menyebabkan suspensi yang dihasilkan kurang baik dan kurang stabil.
Pada formula ke 6 saat pengocokan susah diresuspensikan kembali dengan tinggi
endapan 0,1 cm dari tinggi keseluruhan 6 cm. Formula F6 menggunakan konsentrasi
suspending agent 1% dan F2 mnggunakan konsentrasi suspending agent 1,5 %. Pada F6
menunjukkan bahwa kekentalannya lebih rendah dibandingkan dengan F2 yang sama-sama
menggunakan tragakan sebagai suspending agent. Hal ini disebabkan jumlah suspending
agent yang dipakai oleh F2 lebih banyak dibandingkan dengan F6. Dimana mekanisme kerja
suspending agent adalah dengan memperbesar kekentalan (viskositas), tetapi kekentalan yang
berlebihan juga dapat memepersulit rekonstitusi/resuspensi dengan pengocokan. Menurut
Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, dengan peningkatan konsentrasi
suspending agent maka viskositas suspense akan meningkat (Sudam et al. 2012).
Sebagaimana konsentrasi suspending agent meningkat, viskositas suspensi parasetamol juga
meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa suspensi parasetamol dengan konsentrasi yang lebih
tinggi diharapkan dapat memberikan suspensi yang mengendap perlahan-lahan. Laju aliran
menurun dengan meningkatnya konsentrasi zat pensuspensi dan peningkatan viskositas
(Bakre Lateef Gbenga dan Ajakore Oluwabunmi, 2015, Suspending properties of natural
gums extracted from Abelmuscus esculentus pod and Chrysophyllum albidium fruit). Jadi F6
tidak lebih baik dari F2.
Suspensi pada formula 6 digolongkan kepada jenis suspensi flokulasi karena dilihat
pada suspensinya terbentuk supernatan jernih dengan sedimen sedikit, pada saat di resuspensi
tidak terbentuk cacking dan sangat mudah di resuspensi hanya dalam waktu +- 15 detik. Hal
ini disebabkan karena adanya zat floculating agent yang membantu menurunkan zeta
potensial dari suspensi yaitu tragakan yang dapat menbenrtuk gel dan membantu dalam
proses flokulasi dengan membentuk polimer hidrofilik agar partikel dapat terdispersi dalam
fase cair dan membentuk floc. Dari formula suspense yang dibuat urutan kekentalan suspensi
dari yang paling kental yaitu formula 5,3,1,4,2,6.

Anda mungkin juga menyukai