PENDAHULUAN
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat
luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (Anonim,
1979).
Salep terdiri dari bahan obat yang terlarut ataupun terdispersi di dalam basis atau basis
salep sebagai pembawa zat aktif. Basis salep yang digunakan dalam sebuah formulasi obat harus
bersifat inert dengan kata lain tidak merusak ataupun mengurangi efek terapi dari obat yang
dikandungnya (Anief, 2007).
Pada umumnya salep ditujukan untuk pengobatan lokal, walaupun salep dapat pula
dipergunakan untuk sistemik dengan bentuk salep atau bentuk yang berangkat dari sediaan salep
yaitu plester. Dalam sediaan salep komposisi basis merupakan hal yang penting karena akan
mempengaruhi kecepatan pelepasan obat dari basisnya secara langsung akan mempengaruhi
khasiat dari obat yang dikandungnya, karena untuk dapat berkhasiat obat harus terlepas dahulu
dari basis salepnya. Kecepatan pelepasan inii dipengaruhi oleh faktor kimia fisika baik dari absis
maupun dari bahan obatnya, misalnya konsentrasi obat, kelarutan obat dalam basis, viskositas
massa salep, ukuran partikel bahan obat, formulasi dan lain-lain (Idson,1986).
Evaluasi sediaan salep meliputi uji organoleptis yang dilakukan dengan mengamati
sediaan salep dari bentuk, bau, dan warna sediaan (Anief, 1997). Kemudian uji pH salep dengan
menggunakan pH stik dan diamati perubahan warna yang terjadi. Uji homogenitas, Sediaan salep
pada bagian atas, tengah, dan bawah diambil kemudian diletakkan pada plat kaca lalu digosok dan
diraba. Uji daya sebar, diameter sebar salep diukur. Setelahnya, ditambahkan 100 gr beban
tambahan dan didiamkan selama 1 menit lalu diukur diameter yang konstan (Astuti, 2010).
Tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu membuat sediaan salep
dan melakukan pengujian terhadap sediaan salep yang meliputi daya menyebar, daya proteksi,
daya lekat, dan disolusi.
MATERIAL DAN METODE
a. Material
1. Alat-alat Praktikum
Alat yang digunakan adalah Alat-alat gelas, Alat daya lekat, Alat daya proteksi, Alat daya
sebar, Disolusi, Kertas saring , Membran selofan porous, Mortar, Pipet volume 5 mL,
Stamper, Stopwatch, dan Termometer
2. Bahan-bahan Praktikum
Bahan Yang digunakan adalah Asam salisilat, sulfur, Paraffin cair, Vaselin flavum, dan
Fenolftalein.
3. Formula
Sulfur 200 mg
4. Metode
Pembuatan salep
Asam salisilat dan sulfur dihaluskan di mortar terpisah. Kemudian vaselin flavum
dan paraffin cair dilebur diatas penangas. Setelah lebur asam salisilat dan sulfur yang
telah halus tadi dicampur dengan vaselin flavum dan paraffin cair lalu diaduk hingga
homogen. salep yang telah jadi siap dilakukan proses evaluasi lebih lanjut
Sampel diambil sebanyak 5 mL pada waktu 5, 10, 15, 25, 35 dan 45 menit tetapi
Ketika pengambilan sampel, volume medium dikembalikan dengan menambahkan 5 mL
air suling 370C. Selanjutnya ditetapkan kadal salisilat dengan cara 5 mL contoh medium
ditambah satu tetes larutan FeCl3. Ukur absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 525 nm. Dihitung berapa salisilat yang terlarut dalam medium pada tiap
pengambilan tersebut. Percobaan ini diulang untuk salep dengan basis yang lain lalu
bandingkan pelepasan obat dari kedua jenis basis salep tersebut.
MONOGRAFI
A. Paraffin liquidum
• Nama resmi : Paraffinum Liquidum
• Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi; tidak berwarna;
hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa.
• Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut
dalam kloroform P dan dalam eter P (DEPKES, 1979)
• Bobot per mL : 0,870 gram sampai 0,890 gram.
• Khasiat : Laksativum.
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
• Kegunaan : Sebagai fase minyak
• Stabilitas : Parafin stabil, meskipun dalam bentuk cair dan mungkin dapat
terjadi perubahan secara fisik. Parafin harus disimpan pada
temperatur tidak melebihi 40°C dalam wadah tertutup baik (Rowe,
2009)
B. Sulfur (DEPKES, 1979)
• Rumus molelkul :S
• Pemerian : Serbuk amorf atau serbuk hablur renik; sangat halus;
warna kuning pucat; tidak berbau dan tidak berasa.
• Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; sangat mudah larut dalam
karbon disulfida; sukar larut dalam minyak zaitun; praktis
tidak larut dalam etanol.
• Stabilitas : Stabil, polimerisasi berbahaya tidak akan terjadi,
hindari suhu tingga, nyala api terbuka, pengelasan,
merokok dan sumber penyalaan.
• Inkompabilitas : Sulfur incompatible dengan sejumlah bahan kimia
namun tidak terbatas pada klorat, nitrat, karbida, halogen,
fosfor dan logam berat. Ketidak cocokan ini dapat
mengakibatkan kebakaran, reaksi yang tidak terkontrol,
kelepasan gas beracum atau ledakan.
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
ANALISIS DATA
1. Uji Organoleptis dan Homogenitas
1 5,28 3,45
2 5,38 2,37
3 5,29 5,67
3. Uji Daya Sebar
Replikasi Daya sebar Kaca( 50 gram + 100 gram 150 gram 200 gram
76,73 kaca + kaca + kaca + kaca
cm)
1 1 5,3 5,7 6 6,5 6,8
4 6 7 7,5 8 8,5
4. Uji Proteksi
ANALISIS DATA
• Rata-rata pH
𝑝𝐻1+𝑝𝐻2+𝑝𝐻3
X̅ = 3
5,28+5,38+5,29
X̅ = 3
= 5,31
𝐷𝐿1+𝐷𝐿2+𝐷𝐿3
X̅ = 3
3,45+2,37+5,67
X̅ = 3
= 3,83 detik
𝑈𝑗𝑖1+𝑈𝑗𝑖2+𝑈𝑗𝑖3
X̅ =
3
5,3+5,6+4,7
X̅ = 3
= 5,2 cm
𝑈𝑗𝑖1+𝑈𝑗𝑖2+𝑈𝑗𝑖3
X̅ = 3
5,3+5,8+5
X̅ = 3
= 5,36 cm
𝑈𝑗𝑖1+𝑈𝑗𝑖2+𝑈𝑗𝑖3
X̅ = 3
5,5+5,8+5,1
X̅ = 3
= 5,46 cm
𝑈𝑗𝑖1+𝑈𝑗𝑖2+𝑈𝑗𝑖3
X̅ = 3
5,5+6+5,3
X̅ = 3
= 5,6 cm
𝑈𝑗𝑖1+𝑈𝑗𝑖2+𝑈𝑗𝑖3
X̅ = 3
5,7+6,9+5,1
X̅ = 3
= 5,9 cm
𝑈𝑗𝑖1+𝑈𝑗𝑖2+𝑈𝑗𝑖3
X̅ = 3
5,7+6,9+5,6
X̅ = 3
= 6,06 cm
5,9+7+5,2
X̅ = 3
= 6.03 cm
𝑈𝑗𝑖1+𝑈𝑗𝑖2+𝑈𝑗𝑖3
X̅ = 3
5,9+7+5,4
X̅ = 3
= 6,1 cm
𝑈𝑗𝑖1+𝑈𝑗𝑖2+𝑈𝑗𝑖3
X̅ = 3
6+7,4+5,5
X̅ = 3
= 6,3 cm
𝑈𝑗𝑖1+𝑈𝑗𝑖2+𝑈𝑗𝑖3
X̅ = 3
6,1+7,5+5,8
X̅ = 3
= 6,46 cm
𝑈𝑗𝑖1+𝑈𝑗𝑖2+𝑈𝑗𝑖3
X̅ = 3
6,3+7,4+5,7
X̅ = 3
= 6,46 cm
𝑈𝑗𝑖1+𝑈𝑗𝑖2+𝑈𝑗𝑖3
X̅ = 3
6,4+7,5+5,8
X̅ = 3
= 6,56 cm
𝑈𝑗𝑖1+𝑈𝑗𝑖2+𝑈𝑗𝑖3
X̅ = 3
6,5+7,7+5,6
X̅ = 3
= 6,6 cm
𝑈𝑗𝑖1+𝑈𝑗𝑖2+𝑈𝑗𝑖3
X̅ = 3
6,5+7,9+5,9
X̅ = 3
= 6,76 cm
𝑈𝑗𝑖1+𝑈𝑗𝑖2+𝑈𝑗𝑖3
X̅ = 3
6,7+7,9+6
X̅ = 3
= 6,86 cm
𝑈𝑗𝑖1+𝑈𝑗𝑖2+𝑈𝑗𝑖3
X̅ =
3
6,8+8+6,2
X̅ = 3
= 7 cm
𝑈𝑗𝑖1+𝑈𝑗𝑖2+𝑈𝑗𝑖3
X̅ = 3
6,8+8,4+6
X̅ = 3
= 7,06 cm
𝑈𝑗𝑖1+𝑈𝑗𝑖2+𝑈𝑗𝑖3
X̅ = 3
6,7+8,6+6,3
X̅ = 3
= 7,2 cm
𝑈𝑗𝑖1+𝑈𝑗𝑖2+𝑈𝑗𝑖3
X̅ =
3
7+8,4+6,6
X̅ = 3
= 7,33 cm
𝑈𝑗𝑖1+𝑈𝑗𝑖2+𝑈𝑗𝑖3
X̅ = 3
7,1+8,5+6,7
X̅ = 3
= 7,43 cm
PEMBAHASAN HASIL PRAKTIKUM
Praktikum kali ini dilakukan bertujuan agar dapat membuat sediaan salep dan melakukan
pengujian terhadap sediaan salep yang meliputi daya menyebar, daya proteksi, daya lekat dan
disolusi. Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat
luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (Anonim,
1979). Tujuan dari pembuatan salep yaitu antara lain yaitu sebagai pengobatan pada kulit,
melindungi kulit (pada luka luar agar tidak terinfeksi) serta melembabkan kulit (Elmitra, 2017).
Proses pembuatan salep kali ini berdasar pada metode peleburan, yaitu sebagian atau semua
komponen dari salep dicampurkan dengan cara bahan dileburkan secara bersama lalu didinginkan
dengan pengadukan secara konstan sehingga nantinya terbentuk sediaan yang konsisten dan
kental. Sebagian bahan yang tidak dilelehkan nantinya akan ditambahkan pada campuran yang
sudah mengental setelah didinginkan lalu diaduk kembali hingga homogen (Erindyah, 2020)
Sediaan yang dibuat sebanyak 25 gram dengan menggunakan zat aktif yang yaitu asam
salisilat yang berfungsi sebagai antifungi untuk mencegah terjadinya perkembangan jamur. Secara
farmakologi, asam salisilat bekerja sebagai keratolitik dengan cara melarutkan semen interseluler
sehingga terjadi deskuamasi dan maserasi jaringan hiperkeratotik. Pada konsentrasi yang lebih
rendah, yakni sekitar 0,5–2%, obat ini juga memiliki efek keratoplastik (Sulistyaningrum, 2012).
Parrafin cair digunakan sebagai bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan sediaan
salep, selanjutnya fenolftalein digunakan sebagai zat perwarna sehingga nantinya dapat digunakan
untuk evaluasi sediaan salep. Sulfur sendiri memiliki khasiat seperti bakterisid dan fungisid lemah
yang mana dapat dilihat dari dioksidasinya menjadi asam pentathionat (H2S5O6) oleh kuman
terhadaap kulit. Sulfur sendiri dapat menghilangkan kelebihan sel-sel kulit mati yang dihasilkan
oleh lapisan epidermis atau bersifat keratolitik sehingga sulfur dapat digunakan bersama dengan
asam salisilat untuk pengobatan jerawat dan kudis, untuks Vaselin flavum sendiri dapat digunakan
sebagai basis salep.
Sediaan salep yang telah jadi kemudian dilakukan beberapa jenis evaluasi. Pertama-tama
dilaukan uji organoleptis yaitu dilakukan dengan mengamati sediaan salep dari bentuk, bau, dan
warna sediaan (Anief, 1997). Hasil yang didapatkan untuk uji organoleptis yaitu salep memiliki
warna kuning dengan bau yang khas dan memiliki tekstur salep dan homogen yang artinya salep
partikel terdispersi secara merata dan tidak adanya gumpalan pada kaca objek atau strukturnya rata
(Putri, 2019). Selanjutnya dilakukan uji pH untuk mengetahui keamanan sediaan salep agar tidak
mengiritasi kulitdan didapatkan rata-rata pH sebesar 5,31. Hal ini dapat dikatakan baik karena
sediaan salep yang dibuat harus memiliki pH yang sesuai dengan pH fisiologis kulit yaitu 4,5 – 8
(Putri, 2019). Uji selanjutnya dilakukan yaitu uji daya lekat yaitu dilakukan untuk mengetahui
waktu yang dibutuhkan oleh salep agar dapat melekat pada kulit. Syarat yang baik untuk waktu
daya lekat pada sediaan topikal adalah tidak < 4 detik (Putri, 2019). Berdasarkan teori tersebut
dapat dikatakan sediaan salep yang dibuat tidak memiliki daya lekat yang baik karena rata-rata
daya lekat pada sediaan tersebut yaitu 3,83 detik. Hal ini menunjukkan sediaan salep basis larut
air dengan berbagai konsentrasi minyak atsiri memenuhi persyaratan daya lekat. Apabila semakin
lama waktu lekat pada kulit maka semakin lama pula daya kerja obat. Evaluasi selanjutnya yaitu
uji daya sebar yang bertujuan untuk melihat kemampuan dari sediaan salep tersebut untuk
menyebar pada kulit. Menurut teori Ulfa (2019), diameter daya sebar salep yang baik antara 5-7
cm. Berdasarkan hasil yang didapat bahwa rata-rata daya sebar pada sampel yang diberi beban 200
gram melebihi standar daya serah yaitu melebihi 7 cm. hal ini menandakan bahwa daya serap dari
salep tersebut baik karena tidak perlu membutuhkan beban yang berat agar salep tersebut dapat
menyra[ dengan baik. Evaluasi terakhir yaitu uji proteksi, Dari percobaan diperoleh hasil bahwa
sediaan pada uji proteksi mampu memberikan proteksi atau perlindungan terhadap kulit. Hal ini
dapat dibuktikan dengan tidak munculnya noda merah yang terlihat pada kertas saring yang ditetesi
dengan cairan KOH 0,1 N, sehingga sediaan tersebut dapat dikatakan memenuhi standar
(Rahmawati, 2013).
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa salep dapat
dibuat dengan metode peleburan, yaitu sebagian atau semua komponen dari salep dicampurkan
dengan cara bahan dileburkan secara bersama lalu didinginkan dengan pengadukan secara
konstan sehingga nantinya terbentuk sediaan yang konsisten dan kental. Evaluasi yang dilakukan
untuk sediaan salep yaitu uji organoleptis dengan hasil warna salep berwarna kuning, beraroma
khas, memiliki tekstur salep dan homogen. Hasil uji pH sediaan krim yang dibuat memenuhi
persyaratan yaitu 5,31, daya sebar sediaan dengan syarat tidak lebih dari 5-7 cm, daya lekat
dengan persyaratan kurang dari 4 detik tetapi sediaan salep yang dibuat memiliki waktu daya
lekat selama 3,83 detik, serta kemampuan proteksinya telah baik karena tidak adanya perubahan
warna atau noda yang terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Astuti I.Y.D. Hartanti, dan A. Aminiati. 2010. Peningkatan Aktivitas Antijamur Candida albicans
Salep Minyak Atsiri Daun Sirih (Piper bettle LINN.) melalui Pembentukan Kompleks
Inklusi dengan β-siklodekstrin. Majalah Obat Tradisional. 15, 94-99.
Elmitra. 2017. Dasar –Dasar Farmasetika dan Sediaan Semi Solid. Yogyakarta: Deepublish.
Erindyah, R. W., Setyo, N., dan Anita, S. 2020. Farmasetika dasar. Surakarta: Muhammadiyah
university press
Idson, B., dan Lazarus, J., 1986, Semi Solid, dalam Lachman, L. Lieberman, H. A. Kanig, J. L.
The Theory and Practise of Industrial Pharmacy. Lea and Febiger Philadelphia. 1091-
1099.
Putri, A. N., Abdi, R. A., dan Forestryana, D. 2019. Optimasi Formula Salep Ekstrak Etanol 96%
Herba Lampasau (Diplazium Esculentum Swartz.) Menggunakan Varian Basis
Salep. Borneo Journal of Pharmascientech, 3(2), 178-188.
Rahmawati, F., dan Yetti, O.K. (2016). Uji Kontrol Kualitas Sediaan Salep Getah Pepaya (Carica
papaya L) menggunakan Basis Hidrokarbon. CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, 3(1).
Sulistyaningrum, S.K., Hanny, N., dan Evita, H.E. 2012. The Use of Salicylic Acid in
Dermatology. J Indon Med Assoc, 62(7). P 278