Anda di halaman 1dari 18

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ternak perah merupakan ternak yang dikhususkan untuk menghasilkan


susu. Ternak perah yang dapat menghasilkan produksi susu tinggi memerlukan
manajemen pemeliharaan yang baik. Selain manajemen, juga diperlukan suatu
pengetahuan tentang penilaian secara interior, meliputi osteologi, anatomi ambing,
sistem digestivus, sistem reproduksi jantan dan betina.
Makalah ini membahas secara mendalam tentang osteologi. Osteologi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang tulang. Tulang ini berfungsi menahan
dan menegakkan tubuh, memberi bentuk tubuh dan pembentukan sel darah merah.
Osteologi perlu dipelajari karena dalam suatu produksi susu diperlukan
darah. Darah diproduksi oleh tulang sehingga diperlukan pengetahuan tentang
tulang untuk mengetahui tingkat produksi susu suatu ternak perah. Tulang juga
digunakan dalam penilaian secara eksterior yaitu penilaian penimbunan lemak,
apabila tulang sangat menonjol maka ternak sangat kurus dan sebaliknya.

1.2. Perumusan Masalah


1. Apa pengertian dan fungsi osteologi
2. Bagaimana bentuk-bentuk tulang
3. Bagaimana anatomi tulang sapi perah
4. Apa fungsi masing-masing bagian
5. Apa saja kelainan pada tulang
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan fungsi osteologi
2. Mengetahui bentuk-bentuk tulang
3. Mengetahui anatomi tulang sapi perah
4. Mengetahui fungsi masing-masing bagian
5. Mengetahui kelainan pada tulang
2

II. TINJAUAN PUSTAKA

Osteologi merupakan ilmi yang mempelajari tentang tulang dan kerangka.


Menurut Muchtar (2006), bahwa secara struktural sistem kerangka dapat
dibedakan menjadi dua bagian yaitu kerangka axial dan kerangka apendikular.
Kerangka axial ini menyusun semua tulang yang ada ditubuh, meliputi cranium,
Columba vertebralis, sternum dan costae. Kerangka apendicular adalah kerangka
yang menyusun anggota gerak.
Kerangka vertebrata terdiri dari bagian axial dan appendicular. Kerangka
appendicular meliputi tulang-tulang kedua kaki depan dan kedua kaki belakang
(Austic, 1990). Kerangka axial terdiri dari tulang vertebrae, tulang-tulang rusuk,
tulang dada dan tulang tengkorak. Kerangka axial vertebrata diatur dalam
vertebral columna atau tulang belakang memanjang dari dasar tulang tengkorak
hingga ke ekor.
Sistem rangka pada sapi perah sistem kerangka terdiri dari unit kelompok
tulang yang merupakan struktur hidup. Sistem kerangka sapi mempunyai bentuk
dan ukuran yang tergantung dari jenis kelamin, jenis hewan, bangsa, dan umur
hewan tersebut. Tulang merupakan alat gerak pasif. Tulang tidak dapat
digerakan jika tidak terdapat otot. Otot dikatakan sebagai alat gerak aktif. Otot
inilah yang menggerakkan rangka. Hewan memiliki jumlah ruas tulang yang
berbeda-beda sesuai dengan ukuran dan bentuk tubuhnya. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Jasin (2002), yang menyatakan bahwa hewan vertebrata
memiliki ruas yang berbeda beda. Kuda memiliki 205 ruas tulang, sapi 191-193
ruas, manusia 206 ruas dan unggas 160 ruas.
3

III. PEMBAHASAN

3.1. Pengertian dan Fungsi Osteologi


Osteologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tulang-belulang. Sistem
rangka pada ternak terdiri atas dua macam tulang yaitu tulang rawan dan tulang
keras. Tulang rawan bersifat lentur, terdiri atas sel-sel rawan yang dapat
menghasilkan matriks berupa kondrin. Ternak yang masih muda tulang rawan
banyak mengandung sel-sel tulang rawan sedangkan pada ternak yang dewasa
banyak mengandung kondrin (Direktorat Jenderal, 2013).
Ternak yang sudah dewasa memiliki tulang rawan hanya terdapat pada
beberapa bagian saja, misalnya cuping hidung, telinga, antara tulang rusuk dan
tulang dada serta pada sendi-sendi tulang. Tulang rawan pada ternak dewasa
dibentuk oleh selaput tulang rawan yang mengandung sel-sel pembentuk tulang
rawan. Tulang keras atau osteon bersifat keras dan berfungsi menyusun berbagai
sistem rangka (Austic, 1990). Fungsi osteologi diantaranya sebagai penopang
tubuh, memberi bentuk tubuh, sebagai alat gerak pasif, melindungi organ vital,
tempat pembentukan sel darah.
3.2. Bentuk-Bentuk Tulang
1. Bentuk-BentukTulang
a. Berdasarkanbentuk,tulangdibagimenjadi:
1. Tulang panjang (ossa longa)
Ciri-ciri: bentuk silindris memanjang dan kedua ujung membesar (epifise)
Contohnya: tulang paha (os. femur) dan tulang lengan (os. humerus). Berikut
adalah gambar os. femur

Gambar 1.Os. femur


4

2. Tulang pipih (Ossa plana)


Ciri-ciri: bentuk pipih, permukaan datar, dan bertugas melindungi bagian
tubuh yang lunak seperti otak dan alat-alat dalam. Contohnya: tulang belikat
(os. scapula) dan tulang panggul (os. coxae). Berikut adalah gambar os.
scapula

Gambar 2.Ossa scapula

3. Tulang pendek (ossa brevia)


Merupakan tulang-tulang yang berbentuk pendek dan kecil yang terdapat
pada pangkal kaki, pangkal lengan dan ruas tulang belakang. Contohnya: ossa
carpal dan ossa tarsal.

4. Tulang tidak beraturan (ossa irregularis)


Merupakan tulang-tulang yang bentuknya tidak teratur. Contohnya: os
vertrebrae.

b. Berdasarkan letak dan fungsinya, tulang dibagi dalam 3 kelompok :


1. Axial Skeleton (kerangka sumbu)
Meliputi: tulang belakang (columna vertebralis), tulang rusuk (os
costae), tulang dada (os sternum), tulang kepala (ossacranii)
2. Appendicular skeleton (tulang anggota gerak), dibedakan menjadi :
a. extremitas anterior
b. extremitas posterior
5

3. Viesceral skeleton (tulang yang berkembang dalam organ dalam atau organ
lunak), seperti: os penis (tulang kelamin jantan pada anjing), oscardis (tulang
jantung pada sapi).

2. Kerangka tubuh hewan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :


1. Ossa cranii, dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a. Bagian tengkorak: os cipitale (tulang kepala belakang), os. Sphenoidale
(tulang baji), os. othmoidale (tulang rapis), os. parietale (tulang ubun ubun),
os. frontale (tulang dahi), os. temporale (tulang pelipis).
b. Pars splanehnocranii :os.morale (tulang pipi), os. lacrimale (tulang air
mata), os. nasale (tulang hidung), os. premaxillare (tulang rahang atas
muka), os. maxillare (tulang rahang atas), os. mandibulare (tulang rahang
bawah).
Berikut adalah gambar ossa crani

Gambar 3.Ossa Crani

2. Columna vertebralis (susunan tulang belakang), yang terdiri dari :


a. Vertebrae cervicalis (ruas tulangl eher)
b. Vertebraethoracales (ruas tulang punggung)
c. Vertebrae lumbales (ruas tulang pinggang)
d. Vertebrae sacrales (ruas tulang kemudi)
e. Vertebrae coccygeales (ruas tulang ekor)

3. Ossa castae (tulang-tulang rusuk)


Berikut adalah gambar ossa costae
6

Gambar 4.Ossa Costae


Ossa Costae turut membentuk dinding sebelah lateral dari ruang dada.
Terdapat berpasangan kiri dan kanan. Jumlahnya sebanyak ruas tulang
punggung: pemamah biak 13 pasang, kuda 18 pasang, babi 14-15 pasang,
carnivora 13 pasang.
4. Ossa sternum (tulang dada), meliputi :
a. Manubrium sterni
b. Processusxiphoideus
c. Carpus sterni
d. Crista sterni
5.Ossa ekstremitas, dibedakan menjadi 2 bagianyaitu :
a. Ossa ekstremitas thoracalis (tulang kaki muka) diantaranya :os. scapula,
os. humerus, os.radius, os.ulna, ossa carpi, ossa metacarpalia, digit (os.
phalanx I, II,III)
b. Ossa ekstremitas pelvinae (tulang kaki belakang), diantaranya :os. coxae,
os.femur, os.tibia, os.fibula, ossa tarsi, ossameta tarsalia, digit (os.
phalanx I,II,III)

3. PembentukanTulang
Pembentukan tulang rangka berkembang selama masa pertumbuhan
karena kemampuan selosteocytes untuk menyimpan bone salts (terutama garam
kalsium) pada lamellar.
Jenis-jenis tulang :
1. Tulang padat
7

Tulang keras ditemukan hamper pada semua dinding tulang dari tubuh dan
pada bagian ini, lamella tersusun disekitar pembuluh darah. Beberapa sel disebut
os teoclasts yang berfungsi membongkar tulang yang telah tua saat os teocytes
memproduksi tulang yang baru.

2. Tulang trabecular
Tulang trabecular ditemukan di dalam rongga tengah pada hamper semua
tulang, terutama dalam bagian akhir dari tulang panjang (ossa longa). Tulang
trabecular memiliki dua fungsi yakni :
- Memberikan kekuatan
- Memberikan jaringan

3. Tulang kerangka
Kerangka vertebrata terdiri dari bagian axial dan appendicular. Kerangka
appendicular meliputi tulang-tulang kedua kaki depan dan kedua kaki belakang.
Kerangka axial terdiri dari tulang vertebrae, tulang-tulang rusuk, tulang dada dan
tulang tengkorak. Kerangka axial vertebrata diatur dalam vertebral column atau
tulang belakang memanjang dari dasar tulang tengkorak hingga ke ekor. Terdapat
lima bagian yang dapat dilihat dengan jelas dari vertebrae column. Tulang dada
tersusun oleh tiga tulang yakni scapula, clavicle dan coracoid. Scapula adalah
termasuk kedalam tulang triangular. Permukaan medialnya datar sedangkan
permukaan lateral memiliki spine yang memiliki arah vertical dan biasa disebut
dengan scapular spine. Scapular spine berada disepanjang tulang scapula. Spine
ini membagi permukaan lateral dari scapula menjadi dua bagian yang rendah atau
dangkal untuk pengikatan otot.
Berikut adalah tulang-tulang yang menyusun tulang kaki depan

1. Humerus
Tulang humerus termasuk tulang panjang, tulang yang kokoh dengan dua
kaki yang meluas. Batas proximal dari tulang humerus terdapat bagian utama atau
tuberosities pada kedua lateral dan permukaan medial untuk ikatan otot-otot.
8

2. Radius dan Ulna


Radius merupakan salah satu tulang panjang dari bagian tubuh. Radius
berada di atas cranio-medial dari kaki depan. Perkembangan ulna berbeda-beda
pada masing-masing spesies ternak, kecuali pada unggas, ulna lambat
berkembang jika dibandingkan dengan radius.

3. Carpal
Tulang kecil yang tersusun dalam tiga baris pada hewan yang sederhana.
Persendian carpal tersebut lebih flexible dibandingkan dengan persendian
persendian lain pada kaki depan. Baris proximal, yang mana bersambung dengan
radius dan ulna, terdiri dari tiga tulang carpal yakni radial, intermediate dan
ulna, sedangkan baris distal bersambung dengan tulang metacarpal, dan memliki
4 carpal yang dinamakan carpal 1, 2, 3, dan 4.

4. Metacarpal
Metacarpus menjauhi tubuh menuju carpus dan secara sederhana terdiri
dari lima tulang. Hilangnya jari-jari kaki ternak mempengaruhi hilangnya nomor
dari metacarpal.

5. Phalanx
Phalanx adalah penomoran fungsi onil jari kaki. Tiga phalanx yakni terdiri
dari proximal phalanx (bersambung dengan metacarpal), distal phalanx
(terlampir dalam kuku). Bagian tengah metacarpal dan proximal phalanx terdapat
metacarpo phalangeal. Sendi yang terbentuk oleh proximal dan middle phalanx
adalah proximalinter phalangeal dan diantara middle dan distal phalanges
diketahui sebagai distal inter phalangeal.

6. Tulang-Tulang Pelvic dan Kaki Belakang


Pada hewan dewasa, terdapat tiga komponen tulang yang tetap dari tulang
pelvis yaitu dorsal ilium yang bersambung dengan satu atau lebih sacral
vertebrae, ventral pubis dan caudal ischium. Tiga tulang tersebut disatu sisi
9

biasanya melebur saat dewasa menjadi satu bentuk yakni tulang coxae. Tulang
coxae pada berbagai ternak dapat dibedakan dari perbedaan bentuk lokasi tuber
ischii diakhir caudal pada ischium.

7.Os.Femur
Tulang pelvis menghubungkan antara tulang pangkal paha dengan femur.
Seperti posisi humerus dengan tulang dada, femur juga merupakan tulang yang
panjang, tulang yang kokoh dengan bagian akhirnya yang meluas.
Secaraproximal, kepala femur hamper berbentuk seperti bola. Rongga tulang
membawa dua atau tiga bagian besar utama secara proksimal. Bagian terbesar
adalah greater trochanter, lesser trochanter dan third trochanter. Distal femur
terdapat condyles (seperti pada humerus) yang menghubungkannya dengan tibia,
di beberapa ruangan, pada sisi cranial dari distal extrimity femur terdapat alur
yang disebut trochlea yang terselip tulang sesamoid, patella atau sumbat lutut.

8. Os. Tibia dan Fibula


Tibia juga termasuk kedalam tulang panjang, yang membedakannya dari
tulang panjang lain dan dari spesies lainnya adalah proximo-cranial ridge yang
berukuran besar yang disebut tibial crest seperti radius pada tulang dada dan kaki
depan, tibia memiliki peran yang besar.

9. Os. Tarsus
Tulang tarsus pada mamalia terdiri dari 5 hingga 7 tulang tarsal pendek y
ang terbesar di baris proximal adalah tibial tarsal bone dan fibular tarsal bone.

10. Os. Metatarsus


Tulang metatarsal mamalia lebih panjang dari tulang metacarpal, tetapi
lebih mirip ketika dibandingkan antar spesies. Tulang jari kaki belakang
menyerupai tulang jari kaki depan.
10

3.3. Anatomi Tulang Sapi Perah

Gambar 5.Sistem Kerangka Sapi

Sistem rangka pada sapi perahterdiri dari unit kelompok tulang yang
merupakan struktur hidup. Sistem kerangka sapi mempunyai bentuk dan ukuran
yang tergantung dari jenis kelamin, jenis hewan, bangsa, dan umur hewan
tersebut. Tulang merupakan alat gerak pasif. Tulang tidak dapat digerakan jika
tidak terdapat otot. Otot dikatakan sebagai alat gerak aktif. Otot inilah yang
menggerakkan rangka. Hewan memiliki jumlah ruas tulang yang berbeda-beda
sesuai dengan ukuran dan bentuk tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Jasin
(2002) yang menyatakan bahwa hewan vertebrata memiliki ruas yang berbeda
beda. Kuda memiliki 205 ruas tulang, sapi 191-193 ruas, manusia 206 ruas dan
unggas 160 ruas.
Sistem rangka tersusun atas tulang tulang yang saling berhubungan
membentuk satu kesatuan sistem. Menurut Mukhtar (2006) secara strukutural
kerangka dibagi menjadi dua bagian yaitu axial dan apendikular. Axial terdiri
dari semua tulang yang ada ditubuh kecuali tulang anggota gerak. Tulang yang
termasuk dalam bagian axial ialah cranium, columna vertebralis, sternum, dan
11

costae. Cranium terdiri atas tulang tengkorak dan tulang wajah.Menurut Triana
dkk. (20) tulang muka terdiri atas lacrimal, maxila, mandibula, dan nasal,
sedangkan tulang tengkorak terdiri atas occipital, dan frontal. Vertebralis dibagi
menjadi vertebrata cervicalis, thoracalis, lumbalis, sacralis, dan cocygeae.
Menurut Frandson (1993) jumlah setiap ruas tulang pada columna vertebralis
berbeda beda menyesuaikan dengan fungsinya masing-masing.
Apendikular ialah kerangka anggota gerak yaitu ekstrimitas thoracalis dan
ekstremitas pelvina. Menurut Triana dkk. (2002) ekstrimitas thoracalis
merupakan daerah gelang bahu dan juga lengan depan atas, terdiri dari scapula
dan humerus. Tulang pelvis dibagi menjadi tiga bagian yaitu daerah gelang
panggul, femur, crus, serta pes. Pelvis dibagi menjadi 3 bagian yaitu ischium,
ilium dan pubis.Femur berhubungan dengan patella dan tibia. Crus merupakan
kaki bagian bawah seperti tibia, fibula dan patella. Pes terdiri atas tarsus,
metatarsus, dan digiti.

3.4. Fungsi Tulang pada Ternak perah


Kerangka memiliki fungsi yang berbeda beda pada tiap bagiannya yaitu :
1. Cranium
Cranium adalah tulang yang membentuk kerangka dasar kepala dan
merupakan anggota tubuh hewan terdepan, tersusun atas banyak tulang dan
berhubungan ke belakang dengan columna vertebralis. Tulang ini mempunyai
fungsi untuk melindungi otak, penyokong alat-alat indera, pembentukan dan
perlekatan tanduk, dan pembentukan awal tractus digestivus dan tractus
respiratorius.

2.Columna vertebralis
Columna vertebralis berfungsi membentuk dan menopang bentuk tubuh, serta
memastikan dapat berdiri dengan tegak dan kepala terangkat

3. Sternum
Sternum berfungsi sebagai persendian bahu, dan persendian dengan tulang
lainnya.
12

4. Costae
Costae merupakan tulang rusuk yang fungsinya untuk melindungi organ
pernafasan, pencernaan, dan bagian abdominal

5. Tulang anggota gerak


Menopang tubuh, tempat perlekatan otot, pada bagian pelvis sebagai
persendian dan pengeluaran fetus, Menurut Frandson (1992) tulang pada bagian
kaki sering dibongkar untuk memenuhi kebutuhan kalsium pada ternak perah,
terutama pada saat kebuntingan.

3.5. Kelainan pada Tulang

1. Milk fever
Penyakit milk fever disebabkan karena kekurangan kalsium (Ca) atau zat
kapur dalam darah (hypocalcamia) (Sudono et al, 2003). Milk fever menyerang
sapi perah betina dalam 72 jam setelah melahirkan dengan tandatanda tubuhnya
bergoyang kanan kiri saat berjalan (sempoyongan), bila tidak cepat diobati sapi
akan jatuh dan berbaring. Pengobatan dilakukan dengan menyuntikkan 250-500
ml "kalsium boroglukonat" secara intravenous (menyuntikkan ke dalam pembuluh
darah) jika dalam 8-12 jam tidak berdiri maka penyuntikkan dapat dilakukan lagi.
Pencegahan milk fever dapat melalui pemberian ransum dengan perbandingan
kadar kalsium dan fosfor dalam ransum 2 : 1, dapat pula dengan pemberian kapur
tembok/gamping 3% dari pakan konsentrat (Prihanto, 2009).

2. Hipokalsemia
Hipokalsemia pada sapi perah mempunyai beberapa sinonim yaitu milk
fever, paresis puerpuralis dan parturient paresis (Goff 2006). Milk fever adalah
penyakit gangguan metabolisme yang terjadi pada sapi betina
menjelang/saat/sesudah melahirkan yang menyebabkan sapi menjadi lumpuh.
Milk Fever ditandai dengan menurunnya kadar kalsium (Ca) dalam darah
(Horst et al. 1997). Ca berperan penting dalam fungsi system syaraf. Jika kadar
Ca dalam darah berkurang drastis, maka pengaturan sistem syaraf akan terganggu,
13

sehingga fungsi otak pun terganggu dan sapi akan mengalami kelumpuhan.
Kasus milk fever terjadi pada 48 72 jam setelah sapi melahirkan, sapi yang
mengalami gangguan ini biasanya sapi yang telah beranak lebih dari tiga kali.
Sapi berumur 4 tahun dan produksi tinggi (lebih dari 10 liter) lebih rentan
mengalami milk fever.Selain itu, angka kejadian milk fever 3-4 kali lebih tinggi
pada sapi yang dilahirkan dari induk yang pernah mengalami milk fever.
Etiologi Penyakit :
Kebutuhan Ca pada akhir masa kebuntingan cukup tinggi sehingga jika Ca
dalam pakan tidak mencukupi, maka Ca di dalam tubuh akan dimobilisasi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan Ca pada awal laktasi juga meningkat,
karena setiap kg air susu mengandung 1.2 1.4 gram Ca. Sedangkan Ca dalam
darah adalah 8 10 mg/dl (Thirunavukkarasu et al. 2010), sehingga sekresi susu
yang mendekati 2 kg akan memerlukan semua Ca yang terdapat dalam darah. Jika
kadar Ca dalam darah tidak dapat dipertahankan, maka sapi akan
mengalami paresis puerpuralis atau milk fever. Homeostasis Ca darah diatur oleh
kalsitonin, hormon paratiroid (parathormon) dan vitamin D3 (DeGaris & Lean
2008).Pemberian pakan tinggi Ca pada periode kering dapat merangsang
pelepasan kalsitonin dari sel-sel parafolikuler kelenjar tiroid, sehingga
menghambat penyerapan Ca dalam tulang oleh parathormon. Hiperkalsemia
(tingginya kadar Ca dalam darah) akan menghambat sekresi parathormon dan
merangsang sekresi (pengeluaran) kalsitonin. Kalsitonin ini dapat menurunkan
konsentrasi Ca darah dengan cara mengakselerasi penyerapan oleh tulang (Goff
2006). Kejadian ini cenderung menghambat adaptasi normal sapi terhadap
kekurangan Ca pada permulaan partus dan laktasi yang menyebabkan terjadinya
kelumpuhan. Kelumpuhan ini karena kadar Ca dalam darah di bawah 5 mg/dl.
Berkurangnya Ca menurut Champness & Hamilton (2007) disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain :
a. Jumlah mineral, Ca dan P (Phosphor) dalam pakan yang berlebihan, akibatnya
akan menurunkan jumlah vitamin D yang berpengaruh pada jumlah Ca dalam
darah.
14

b. Menurunnya absorpsi Ca dari usus dan mobilisasi mineral tersebut dari tulang
akibat dari kerja hormon estrogen dan steroid kelenjar adrenal.
c. Ca dan P dari dalam darah berpindah ke kolostrum saat sapi menjelang
melahirkan.
d. Efek dari hormon tirokalsitonin. Hormon ini berfungsi untuk mengatur mukosa
sel-sel usus dalam menyerap dan mengatur kadar Ca dalam darah.
e. pH pakan dan kadar lemak yang tinggi
Gejala Klinis :
Gejala awal yang ditemui yaitu sapi masih berbaring, nafsu makan turun,
kurang peka terhadap lingkungan, cermin hidung kering, tremor pada otot, suhu
tubuh rendah, kaki belakang lemah dan terjadi penimbunan gas di dalam
rumen.Jika semakin parah, maka sapi hanya mampu bertahan 6 24
jam.Sebenarnya angka kesembuhannya cukup baik dan tingkat mortalitas kurang
dari 2-3 % apabila segera diketahui dan diberi pertolongan
(Champness & Hamilton 2007).
Pengobatan :
Pengobatan sapi yang menampakkan gejala adalah penyuntikan 1000 ml
calcium borogluconas 40 % secara intravena pada vena jugularis (Braun et
al., 2006). Suntikan dapat diulangi kembali setelah 8 12 jam kemudian, apabila
belum menampakkan hasil, maka dapat diberikan preparat yang mengandung
magnesium. Susu yang boleh diperah selama 2 3 hari hanya sedikit.
Pengosongan ambing sebaiknya dihindari selama waktu tersebut untuk mencegah
terjadinya paresis peurpuralis. Kadar kalsium dalam pakan harus dikurangi pada
akhir periode laktasi. Pemberian kosentrat dapat diberikan 2 kg/hari atau selama
periode kering kandang dengan mengurangi pemberian legum atau suplemen
mineral. Peningkatan pemberian konsentrat baru dapat dilakukan 2 minggu
menjelang sapi melahirkan (Bewley & Phillips 2010).

3. Arthritis
Terjadinya gangguan atau peradangan pada persendian dan
kartilago.Arthtritis dapat terjadi akibat infksi maupun tanpa infeksi.Pelepasan
15

mediator inflamasi dari leukosit, kondrosit, sinoviosit menyebabkann kehilangan


proteoglikan dan matriks ekstraselular kartilago, sehingga terjadi kerusakan
tulang. Kerusakan dan hilangnya kolagen dan kondrosit dapat menyebabkan
perubahan yang irreversibel. Arthritis dapat terjadi pada beberapa tempat
persendian secara bersamaan disebut dengan poliarthrtis.
Faktor penyebab:
1. Trauma pada persendian
2. Faktor genetik
3. Adanya tekanan berupa hawa dingin karena perbedaan cuaca yang terlalu
besar
4. Infeksi pada persendian, karena infeksi hematogen yang diawali oleh
sinovitis dan diikuti oleh perubahan pada persendian kartilago dan
terkadang pada tulang. Dapat juga karena tuberculosis
5. Cidera pada ligamen, tendon, atau otot
6. Penuaan dan erosi tulang rawan
Gejala klinis:
Hewan menjadi demam, nadi dan nafas frekuen, pincang yang hebat
bahkan sampai tidak bisa berdiri
Pengobatan:
Menggunakan obat anti inflamasi nonsterois dan mengurangi aktivitas
(Schaer, 2008).
16

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1. Osteologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tulang-temulang.Fungsi
osteologi diantaranya sebagai penopang tubuh, member bentuk tubuh, sebagai
alat gerak pasif, melindungi organ vital, tempat pembentukan sel darah.
2. Bentuk tulang terdiri dari ossa longa yang berbentuk panjang, ossa plana yang
berbentuk pipih, ossa brevia yang berbentuk pendek, dan ossa irregularis yang
memiliki bentuk tidak beraturan.
3. Anatomi tulang terdiri dari tulang cranium, tulang columna vertebralis, tulang
sternum, tulang costae, tulang anggota gerak.
4. Cranium mempunyai fungsi untuk melindungi otak, penyokong alat-alat indera,
pembentukan dan perlekatan tanduk, dan pembentukan awal tractus
digestivus dan tractus respiratorius. Columna vertebralis berfungsi
membentuk dan menopang bentuk tubuh, serta memastikan dapat berdiri
dengan tegak dan kepala terangkat. Sternum berfungsi sebagai persendian
bahu, dan persendian dengan tulang lainnya.Costae merupakan tulang rusuk
yang fungsinya untuk melindungi organ pernafasan, pencernaan, dan bagian
abdominal.
5. Tulang anggota gerak berperan dalam menopang tubuh, tempat perlekatan otot,
pada bagian pelvis sebagai persendian dan pengeluaran fetus.
6. Kelainan pada tulang antara lain milk fever, hipokalsemia, arthritis.

4.2. Saran
Keterbatasan penulis dalam hal pengetahuan maka disarankan kepada
pembaca agar selalu menambah literatur dalam karena agar mempermudah
pembaca dalam memahami isi makalah.
17

DAFTAR PUSTAKA

Aliambar, S, H. 2008. Anatomi dan Histologi pada Ternak. J. Klinik Veternier


Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor.

Austic, R.E., and M.C. Nesheim. 1990. Poultry Production. 13th Ed. Lea and
Febiger, Philadelphia, London. Ensminger, M.E. 1991. Animal Science. 9th
Ed. The Interstate

Bewley & Phillips. 2010. Prevention of Milk Fever. University of Kentucky.

Braun U, Jehle W, Siegwart N, Bleul U, Hssig M. 2006. Treatment of Parturient


Paresis with High-dose Calcium. Departement fr Nutztiere, Universitt
Zrich 148(3):121-9.

Champness D & Hamilton. 2007. Milk Fever (Hypocalcaemia) in Cows.


Agriculture Note. Department of Primary Industries. State of Victoria.

DeGaris PJ & Lean IJ. 2008. Milk Fever in Dairy Cows: A Review of
Pathophysiology and Control Principles.Jurnal Veteriner 176 (5).

Direktorat Pembinaan Sekolah menengah Kejuruan. 2013. Anatomi Hewan. Buku


teks bahan ajar siswa. Kementerian pendidikan dan kebudayaan RI.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada, university
press. Yogyakarta.

Goff JP. 2006. Macromineral physiology and application to the feeding of the
dairy cow for prevention of milk fever and other periparturient mineral
disorders. Animal Feed Science and Technology 126 (2006) 237257.

Horst RL, Goff JP, Reinhardt TH, Buxton DR. 1997. Strategies for Preventing
Milk Fever in Dairy Cattle. J. Dairy Sci 80:12691280.

Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. Sinar Wijaya. Surabaya.


Mukhtar, A. 2006.Ilmu Produksi Ternak Perah. UNS Press. Surakarta.
Prihanto. 2009. Manajemen Pemeliharaan Induk Laktasi Di Peternakan Sapi
Perah Cv. Mawar Mekar Farmkabupaten Karanganyar. Tugas akhir:
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Schaer. 2008. Clinical signs in small animal medicine. USA: Manson Publishing.
18

Thirunavukkarasu M., Kathiravan G, Kalaikannan A, Jebarani W.


2010. Quantifying Economic Losses due to Milk Fever in Dairy Farms.
Agricultural Economics Research Review. 23: 77-81.

Triana, Y. A., S. Haryati, dan S. Mardjono. 2002. Dasar Ternak Perah.


Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai