Anda di halaman 1dari 13

Terminologi Gerak Anatomis

Pergerakan ini adalah relatif terhadap tubuh, dan bukan terhadap posisi tubuh di dalam ruang.

1. Anterior atau Ventral – bagian depan 9. Superficial – dekat dari permukaan


tubuh. tubuh.
2. Posterior atau Dorsal – bagian 10. Deep – jauh di bawah permukaan
belakang tubuh. tubuh.
3. Superior – bagian atas tubuh. 11. Cephalic – berkaitan arah kepala.
4. Inferior – bagian bawah tubuh. 12. Caudal – berkaitan dengan tulang
5. Medial – menuju garis tengah tubuh. ekor.
6. Lateral – menjauh dari garis tengah 13. Unilateral, Ipsilateral, Isolateral –
tubuh. mengacu pada satu sisi.
7. Proksimal – mendekati batang tubuh. 14. Bilateral – mengacu pada kedua belah
8. Distal –menjauhi batang tubuh. sisi.
Bidang Anatomis
Gerak manusia digambarkan dalam tiga dimensi berdasarkan sistem bidang dan sumbu. Tiga bidang
imajiner diposisikan ‘membelah’ tubuh pada sudut sedemikian sehingga saling berpotongan di pusat
massa tubuh. Dalam posisi anatomisnya, pusat gravitasi (COG = centre of Gravity) manusia berada di
promontori sakrum (sacral promontory).
1. Bidang Sagital – juga dikenal sebagai Bidang Median atau Anteroposterior – adalah bidang
imajiner yang membentang dari depan ke belakang dan dari atas ke bawah. Bidang ini membelah
tubuh menjadi bagian medial (kiri) dan bagian lateral (kanan).
2. Bidang Frontal – juga dikenal sebagai bidang Coronal atau Lateral – membentang dari sisi
ke sisi dan dari atas ke bawah. Bidang ini membelah tubuh menjadi bagian anterior (depan) dan
belakang (posterior).
3. Bidang Transversal atau bidang Horizontal, membentang dari sisi ke sisi dan dari depan ke
belakang, membelah tubuh menjadi bagian superior (atas) dan inferior (bawah).
Bidang sagital tegak lurus terhadap bidang frontal yang tegak lurus terhadap bidang horizontal.
Bidang-bidang ini hanyalah titik acuan. Ketiganya adalah sarana untuk menggambarkan gerak.

Sumbu Anatomis
Sumbu digunakan untuk menggambarkan gerak rotasi otot dan tulang.

1. Sumbu longitudinal atau sumbu kutub merentang dari ‘utara ke selatan’ terhadap posisi
anatomis.
2. Sumbu horizontal atau sumbu bilateral merentang dari ‘timur ke barat’ terhadap posisi
anatomis.
3. Sumbu antero-posterior merentang dari ‘depan ke belakang’ terhadap posisi anatomis.
1. Gerak pada Bidang Sagital

1. Fleksi – suatu gerak sendi yang memperkecil sudut sendi di antara dua tulang atau lebih.
Gerak ini terjadi di sekitar sumbu transversal. Gerk fleksi menggerakkan sendi dari posisi netral
ke posisi apapun pada arah yang sama dengan gerak natural sendi. Atau, jika Anda telah pada
posisi ekstensi, gerak fleksi mengembalikan sendi ke posisi netral.
2. Ekstensi – gerak kebalikan dari fleksi. Ekstensi adalah gerak meluruskan di sekitar sumbu
transversal ketika sendi bergerak dari posisi fleksi kembali ke posisi anatomis netral pada bidang
sagital.
3. Hiper-ekstensi adalah gerakan melampaui posisi netral atau lebih dari nol derajat. Hiper
dalam konteks ini bukan berarti berlebihan, atau lebih besar dari normal, atau terlalu banyak tapi
sekadar di lebih dari netral atau nol.
4. Dorsifleksi – gerak fleksi pada sendi pergelangan kaki ke arah atas, membawa kaki
mendekati tungkai bawah.
5. Plantar fleksi – gerak fleksi pada sendi pergelangan kaki ke arah bawah telapak kaki,
membawa kaki menjauhi tungkai bawah.
2. Gerak pada Bidang Frontal
1. Abduksi – gerak ke samping, menjauhi tubuh pada posisi anatomis.
2. Hiper-abduksi – gerak abduksi melampaui sudut optimal yang memungkinkan
3. Adduksi – kebalikan dari abduksi, mengarah kembali ke posisi anatomis.
4. Hiper-adduksi – gerak adduksi melebihi garis tengah tubuh.

5. Elevasi – gerak bahu kearah telinga, seperti ketika mengangkat bahu untuk mengatakan,
“Saya tidak tahu.”
6. Depresi – kebalikan elevasi, kembali ke posisi anatomis.
7. Feksi Lateral – menekuk leher atau batang tubuh ke samping.

8. Inversi – gerak memutar kaki sehingga sisi medial telapak kaki terangkat ke dalam.
Kombinasi supinasi dan adduksi.
9. Eversi – gerak memutar kaki sehingga sisi lateral telapak kaki terangkat ke luar. Kombinasi
pronasi dan abduksi

3. Gerak pada Bidang Transversal


1. Abduksi horizontal – suatu gerak unik pada bidang transversal. Misalnya, berdiri dengan
lengan lurus terentang ke samping, lurus setinggi bahu dan sejajar lantai. Pindahkan lengan ke
arah depan tubuh, sepanjang garis bahu dan sejajar lantai.
2. Adduksi horizontal – kebalikan abduksi horisontal. Misalnya, berdiri dengan kedua lengan
terjulur ke depan tubuh, sejajar lantai. Pindahkan lengan ke samping tubuh, sepanjang garis bahu,
sejajar lantai.

3. Protaksi – abduksi skapula (tulang belikat) menuju garis tengah tubuh.


4. Retraksi – adduksi skapula kembali ke posisi anatomis netral.

5. Rotasi – gerak berputar pada sendi tulang belakang.


1. Rotasi lateral – gerak memutar menjauhi garis tengah tubuh.
2. Rotasi medial – kebalikan rotasi lateral, gerak berputar ke arah garis tengah tubuh.
6. Pronasi – rotasi ke arah dalam untuk pergelangan tangan. Pada gerak ini, ibu jari dari posisi
anatomis diputar ke arah tubuh.
7. Supinasi – kebalikan dari pronasi, kembali ke posisi anatomis.

8. Sirkumduksi (Circumduction) – gerak membentuk kerucut.

Fleksi dan ekstensi Elevasi dan depresi

Fleksi adalah gerak menekuk atau Elevasi merupakan gerakan


membengkokkan. Ekstensi adalah gerakan mengangkat, depresi adalah gerakan
untuk meluruskan. Contoh: gerakan ayunan menurunkan. Contohnya: Gerakan membuka
lutut pada kegiatan gerak jalan. Gerakan mulut (elevasi) dan menutupnya (depresi)juga
ayunan ke depan merupakan (ante)fleksi dan gerakan pundak keatas (elevasi) dan kebawah
ayunan ke belakang disebut (depresi)
(retro)fleksi/ekstensi. Ayunan ke belakang
lebih lanjut disebut hiperekstensi. Inversi dan eversi

Adduksi dan abduksi Inversi adalah gerak memiringkan telapak


kaki ke dalam tubuh. Eversi adalah gerakan
Adduksi adalah gerakan mendekati memiringkan telapak kaki ke luar. Juga perlu
tubuh. Abduksi adalah gerakan menjauhi diketahui untuk istilah inversi dan eversi hanya
tubuh. Contoh: gerakan membuka tungkai kaki untuk wilayah di pergelangan kaki.
pada posisi istirahat di tempat merupakan
gerakan abduksi (menjauhi tubuh). Bila kaki Supinasi dan pronasi
digerakkan kembali ke posisi siap merupakan
gerakan adduksi (mendekati tubuh). Supinasi adalah gerakan menengadahkan
tangan. Pronasi adalah gerakan
menelungkupkan. Juga perlu diketahui istilah
supinasi dan pronasi hanya digunakan untuk
wilayah pergelangan tangan saja
Endorotasi dan eksorotasi (rotasi). Sedangkan eksorotasiadalah gerakan
rotas ke luar.
Endorotasi adalah gerakan ke dalam pada
sekililing sumbu panjang tulang yang bersendi

B.     Jenis Jenis Pemberian Posisi Tubuh Pada Pasien


1.        Posisi Fowler
Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk,
dimana bagian kepala tempat tidurlebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk me
mpertahankan kenyamanan danmemfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

Posisi Fowler

Tujuan
a.       Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
b.      Meningkatkan rasa nyaman
c.       Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga  meningkatnya ekspansi dada
danventilasi paru
d.      Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
Indikasi
a.       Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
b.      Pada pasien yang mengalami imobilisasi
Alatdan bahan :
a.       Tempat tidur khusus
b.      Selimut
Cara kerja :
a.       Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.      Dudukkan pasien
c.       Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur.
d.      Untuk posisi semi fowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).
e.       Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.

2.        Posisi semi fowler


Pengertian
Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat

Tujuan
a.         Mobilisasi
b.         Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
c.         Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan
Cara / prosedur
a.         Mengangkat kepala dari tempat tidur kepermukaan yang tepat ( 45-90 derajat)
b.         Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh bagian atas klienlump
uh
c.         Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien,
menaikan lututdari tempat tidur yang rendah menghindari adanya tekanan di
bawah jarak poplital ( di bawah lutut )

3.        Posisi sim
Definisi :
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau kekiri,
posisi ini dilakukan untuk memberikenyamanan dan memberikan obat melalui anus
(supositoria).

Posisi Sim
Tujuan :
a.       Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
b.      Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
c.       Memasukkan obat supositoria
d.      Mencegah dekubitus
Indikasi :
a.       Untuk pasien yang akan di huknah
b.      Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus
Alat dan bahan :
a.       Tempat tidur khusus
b.      Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring,
kemudian miringkan kekiri dengan posisi badan setengantelungkup dan kaki
kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat ti
dur.
4. Bila pasien miring kekanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki
kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat ti
dur.

4.        Posisi trendelenburg
Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring di
tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari padabagian kaki. Posisi ini dilakukan u
ntuk  melancarkan peredaran  darah  keotak.

Posisi trendelenburg
Alat dan bahan :
a.       Tempat tidur khusus
b.      Selimut
Indikasi :
a.       Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
b.      Pasien shock
c.       Pasien hipotensi.
Alat dan bahan :
a.       Tempat tidur khusus
b.      Selimut
Cara kerja :
1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2.      Pasien dalam keadaan berbaring,
kemudian miringkan kekiri dengan posisi badansetengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut.
Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
3.      Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempattidur.
4.      Bila pasien miring kekanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kananlurus,
lutut dan paha kiri ditekuk diarahakanke dada.
5.      Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempattidur

5.        Posisi dorsal recumbent


Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut flexi
(ditarik ataudirenggangkan)
diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksagenetalia serta pada
proses persalinan.

Posisi dorsal recumbent
Tujuan :
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.
Indikasi :
a.       Pasien yang akan melakukan perawatan dan pemeriksaan genetalia
b.      Untuk persalinan

Alat dan bahan :
a.       Tempat tidur
b.      Selimut
Cara kerja :
1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2.      Pasien dalam keadaan berbaring terlentang,
letakkan bantal diantara kepala dan ujungtempat tidur pasien dan berikan bantal dibawah lipat
an lutut
3.      Berikan balok penopang pada bagian kaki
tempat tidur atau atur tempat tidur khususdengan meninggikan bagian kaki pasien.

6.        Posisi Litotomi
Definisi :
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki
dan menariknya keatas bagianperut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada
proses persalinan, dan memasangalat kontrasepsi.

Indikasi :
1. Untuk ibu hamil
2. Untuk persalinan
3. Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja:
1. Pasien dalam keadaan berbaring telentang,
kemudian angkat kedua paha dan tarik kearahperut
2. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
3. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
4. Pasang selimut

7.        Posisi Genu pectrocal/ Knee chest


Definisi :
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada
menempel padabagian alas
tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid.
Posisi Genu pectrocal/ Knee chest

Tujuan :
Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.

Indikasi :
1. Pasien hemorrhoid
2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.

Cara kerja :
1. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempelpada kasur tempat tidur.
2. Pasang selimut pada pasien.

8.        Posisi orthopeneic
Pengertian
Posisi pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang yang sejajar dada,
seperti pada meja.

Tujuan
Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas yang
ekstrim dan tidakbias tidur terlentang atau posisi kepala hanya bias pada elevasi sedang.
Indikasi
Pasien dengan sesak berat dan tidak bias tidur terlentang.

9.        Posisi Supinasi
Pengertian
Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar
dasar tubuh sama dengankesejajaran berdiri yang baik.

Posisi Supinasi
Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama pada pasienpem
bedahan atau dalam proses anestesi tertentu.
Indikasi
1. Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu
2. Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.

10.    Posisi pronasi
Pengertian
Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah menghadap kebantal.

Posisi Pronasi
Tujuan
1. Memberikan ekstensi  maksimal pada sendi lutut dan pinggang
2. Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.
Indikasi
1. Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
2. Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.
11.    Posisi lateral

Posisi Lateral
Pengertian
Posisi miring
dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat tubuh beradapada pinggul d
an bahu.
Tujuan
1.      Mempertahankan body aligement
2.      Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
3.      Meningkankan rasa nyaman
4.      Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap.
Indikasi
1.      Pasien yang ingin beristirahat
2.      Pasien yang ingin tidur
3.      Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama
4.      Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.

Anda mungkin juga menyukai