NIM : 190204010
Abstrak :
Dermatitis kontak iritan adalah respon inflamasi yang tidak berhubungan dengan reaksi imun
akibat paparan langsung dari agen iritan ke kulit. Penyakit ini ditandai dengan kelainan klinis
effluen poliformik yaitu edema, papul, eritema, vesikel, skuama, dan keluhan gatal. Industri tahu
Mrican Semarang merupakan usaha rumahan dengan pekerja terbatas. Proses produksi tahu
memiliki beberapa tahapan antara lain perendaman, penggilingan, pemasakan, pengayakan,
aglomerasi, pencetakan/pengerasan dan pemotongan dengan menggunakan asam asetat
(CH3COOH). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan personal hygiene, masa
kerja, dan lama kontak dengan gejala dermatitis kontak iritan. Jenis penelitian ini adalah
observasional analitik dengan pendekatan penelitian cross sectional. Subyek penelitian ini adalah
seluruh pekerja yang kontak dengan bahan kimia sebanyak 33 orang. Data variabel yaitu lama
kontak, masa kerja dan praktik personal hygiene diambil dengan wawancara, sedangkan praktik
dan fasilitas terkait Personal Hygiene dengan observasi. Dermatitis kontak iritan ditentukan
berdasarkan pemeriksaan fisik kulit oleh dokter. Hasil uji statistik chi square didapatkan masa
kerja (p value = 0,001), lama kontak (p value = 0,001), dan personal hygiene (p value = 0,026).
Saran bagi pemilik usaha sebaiknya bekerjasama dengan Puskesmas terdekat untuk pemeriksaan
dini dan berkala serta bagi pekerja agar menjaga kebersihan diri dari sebelum sampai dengan
selesai bekerja.
No. Kriteria Jawa Pembenaran & Critical thinking
b
1 P Ya Dalam jurnal ini, populasi atau problem yang ditemukan yaitu,
Dari hasil wawancara, empat pengrajin tahu mengeluhkan
adanya penebalan pada telapak tangan, kulit kering dan
mengelupas serta terkadang merasa gatal jika terlalu lama kontak
dengan air rendaman tahu. Selain itu pada kaki pekerja merasa
gatal, perih, dan mengelupas di sela-sela jari kaki jika terkena
larutan asam asetat. Beberapa keluhan yang dirasakan oleh para
pengrajin tahu dan hasil pengamatan merupakan faktor risiko
yang dapat menyebabkan terjadinya dermatitis kontak iritan.
Selain alat pelindung diri, faktor lainnya yang mungkin dapat
menyebabkan dermatitis kontak iritan adalah lama kerja serta
lama kontak para pengrajin tahu.
Kesimpulan :
2. Pekerja mengalami positif dermatitis kontak iritan sebesar 69,7%, dan bagian tubuh
yang paling sering dijumpai adalah telapak tangan sebesar 60,6%.
3. Ada hubungan antara Personal Hygiene dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada
pengrajin tahu Mrican Sematang dengan p value = 0,026.
4. Ada hubungan antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada
pengrajin tahu Mrican Sematang dengan p value = 0,001.
NAMA : DELIMA PURBA
NIM : 190204009
MATA KULIAH : KMB lll
4. O YA bertujuan untuk
mengetahui prevalensi dan karakteristik dermatitis
kontak akibat kerja pada pengrajin bambu di desa
Belega, Blahbatuh tahun 2017.
REFERENSI
1. Sari, I. A. D. P., Rusyati, L. M., Darmada, I.G.K. 2012. Dermatitis Kontak pada Pekerja
Bangunan. Department of Dermatology and Venereology, Medical School, Udayana
University/Sanglah Hospital Denpasar, pp.1-17.
4. Saftarina, F., Sibero, H. T., Aditya, M., Dinanti, B. R. Prevalensi Dermatitis Kontak
Akibat Kerja dan Faktor yang Mempengaruhinya pada Pekerja Cleaning Service di Rumah
Sakit Umum Abdul Moeloek. Bagian Ilmu Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung. 2015.pp. 1-7.
Jurnal :
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA
NELAYAN
Abstract
Background
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara maritim yang sebagian besar wilayahnya
merupakan wilayah perairan. Beberapa fakta di lapangan menunjukkan bahwa kita
memang layak disebut negeri bahari karena menurut fakta 2/3 wilayah Indonesia berupa
perairan, garis pantai Indonesia mencapai 18.000 km terpanjang kedua setelah Kanada,
dan keanekaragaman laut kita pun diyakini merupakan salah satu yang terlengkap di
dunia
Results: Berdasarkan uji chi square itu diketahui bahwa masa kerja (p = 0,001), alat
pelindung diri (APD) (p = 0,001), riwayat pekerjaan (p = 0,027), kesehatan pribadi (p =
0,027), riwayat penyakit kulit (p = 0,006) dan riwayat alergi (p = 0,018). Hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa ada faktor-faktor yang berhubungan meliputi masa kerja,
alat pelindung diri, riwayat pekerjaan, hygiene personal, riwayat penyakit kulit, riwayat
alergi.
Keywords:
Keywords: Dermatitis Fish Auction Place (FAP) Personal hygiene
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil penelitian tentang fakor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
dermatitis pada nelayan yang bekerja di tempat pelelangan ikan (TPI) Tanjungsari
Kecamatan Rembang, dapat disimpulkan bahwa:
1) Ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian dermatitis pada nelayan yang
bekerja di TPI Tanjungsari Kecamatan Rembang.
2) Ada hubungan antara pemakaian APD dengan kejadian dermatitis pada nelayan yang
bekerja di
TPI Tanjungsari Kecamatan Rembang.
3) Ada hubungan antara riwayat pekerjaan dengan kejadian dermatitis pada nelayan yang
bekerja di TPI Tanjungsari Kecamatan Rembang.
4) Ada hubungan antara dengan personal hygiene dermatitis pada nelayan yang bekerja di
TPI Tanjungsari Kecamatan Rembang.
5) Ada hubungan antara riwayat penyakit kulit dengan kejadian dermatitis pada nelayan
yang bekerja di TPI Tanjungsari Kecamatan Rembang.
6) Ada hubungan antara riwayat alergi dengan kejadian dermatitis pada nelayan yang
bekerja di TPI Tanjungsari Kecamatan Rembang.