Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Moluskum kontagiosum merupakan erupsi epidermal yang jinak dan

berasal dari infeksi virus DNA genus Molluscipox pada kulit. Pada individu sehat

dapat sembuh spontan atau swasirna setelah beberapa bulan. Namun, kadang

menetap sampai 2 bulan atau lebih.1,2Molluscum contagiosum virus (MCV) dapat

ditemukan di seluruh dunia dengan distribusi yang lebih tinggi di daerah tropis.2

Penyakit ini banyak terjadi pada anak-anak dengan predileksi terbanyak

pada wajah, batang tubuh dan ekstremitas. Sedangkan pada orang dewasa, lesi

paling banyak ditemukan pada genital. Penyakit ini endemik, dengan insiden yang

lebih tinggi di dalam institusi dan masyarakat di mana kepadatan penduduk,

kebersihan yang buruk, dan kemiskinan mempotensiasi penyebarannya.3

Selama 30 tahun terakhir kejadiannya meningkat, terutama sebagai

penyakit menular seksual, dan kejadian ini sangat merajalela sebagai akibat dari

infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). Kejadian di seluruh dunia

diperkirakan antara 2% dan 8%. Kurang dari 5% anak-anak di Amerika Serikat

diyakini terinfeksi.3

Penularan dapat melalui kontak langsung dengan lesi aktif atau

autoinokulasi, penularan secaratidak langsung melalui pemakaian bersama alat-

alat pribadi seperti handuk, baju, kolam renang dan mainan.2 Lesi Moluskum

Kontagiosum yang khas adalah asimtomatik, tegas, dengan papul berbentuk bulat

dan terdapat umbilical sentral (delle).1,2 Berukuran miliar sampai lentikular dan

1
berwarna putih dan berkilat seperti lilin. Jika dipijat akan tampak keluar massa

yang berwarna putih mirip butiran nasi. Kadang-kadang dapat timbul infeksi

sekunder sehingga timbul supurasi.2

2
BAB II

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : An. N

Umur : 4 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Makassar

Agama : Islam

Tanggal Pemeriksaan : 18 Agustus 2017

Rekam Medik : 16.31.76

II. Anamnesis

Keluhan Utama

Benjolan kecil pada tangan, kaki, dan badan

Riwayat penyakit Sekarang

Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun dibawa oleh Ibu dan

Kakeknya ke RSKD DADI Provinsi Sul-Sel dengan keluhan terdapat

beberapa benjolan kecil pada kulit. Menurut Ibu pasien, benjolan

tersebut sudah ada sejak 5 bulan yang lalu. Awalnya benjolan kecil

tersebut berisi air yang lama-kelamaan mengeras dan menjadi warna

putih. Benjolan muncul bersamaan pada tangan, kaki, dan badan.

Berdasarkan keterangan Ibu pasien, pasien pernah berenang di

3
permandian umum beberapa bulan yang lalu. Riwayat penyakit

sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit dalam keluarga disangkal.

Riwayat alergi makanan disangkal.

III. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum : Baik

 Kesadaran : Compos mentis

 Tekanan darah : 100/70 mmHg

 Nadi : 90 kali/ menit, regular dan kuat angkat

 Pernapasan : 23 kali/menit, regular, simetris

 Suhu aksila : 36,5o C

Status Generalis

 Kepala dan leher : bentuk kepala bulat, alopecia (-), konjungtiva

mata anemis (-), sclera ikterik (-), refleks pupil (+/+), pupil isokor,

pembesaran KGB regional leher (-),

 Thoraks : gerakan dinding dada simetris, iktus kordis tidak tampak,

deviasi trakea (-), perkusi sonor (+/+), auskultasi vesikuler (+/+),

Rh (-/-), Wh (-/-)

 Abdomen : distensi (-), BU (+) normal, timpani (+), nyeri tekan (-),

organomegali (-), turgor kulit normal.

 Ekstremitas : akral hangat (+/+), edema (-/-).

4
Status Dermatologis

 Regio : Tangan, Kaki, Badan

 Warna Kulit : Sawo matang

 Jenis lesi : Papul

 Ukuran lesi : Miliar

 Bentuk lesi : Berbentuk kubah

 Permukaan lesi : Terdapat lekukan

 Batas lesi : Tegas

 Konsistensi lesi : Padat

 Nyeri tekan lesi : Tidak ada

 Penyebaran lesi : Difus

5
Gambar 1. Tampak papul eritematous pada tubuh
posterolateral

Gambar 2. Tampak papul eritamatous pada tubuh


anterolateral

6
Gambar 3. Tampak papul pada humerus sinistra sisi volar dan
medial

Gambar 4. Tampak papul pada femur dekstra sisi medial

7
IV. Resume

Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun dibawa oleh Ibu dan

Kakeknya ke RSKD DADI Provinsi Sul-Sel dengan keluhan terdapat

beberapa benjolan kecil pada kulit. Menurut Ibu pasien, benjolan

tersebut sudah ada sejak 5 bulan yang lalu. Awalnya benjolan kecil

tersebut berisi air yang lama-kelamaan mengeras dan menjadi warna

putih. Benjolan muncul bersamaan pada tangan, kaki, dan badan.

Berdasarkan keterangan Ibu pasien, pasien pernah berenang di

permandian umum beberapa bulan yang lalu. Riwayat penyakit

sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit dalam keluarga disangkal.

Riwayat alergi makanan disangkal.

Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan, didapatkan lesi

berbentuk papul yang warnanya seperti warna kulit disekitarnya. Pada

umumnya lesi tersebut berbentuk kubah, namun pada salah satu lesi

terdapat lekukan di permukaannya (delle/umbilicalis).

V. Diagnosis Banding

 Veruka Vulgaris

 Varicella

 Variola

8
VI. Diagnosis kerja

Berdasarkan hasil anamnesis, dan pemeriksaan fisik pasien di diagnosa

dengan Moluskum Kontagiosum

VII. Tatalaksana

a. Medikamentosa

 Terapi oral

 Alxil® forte syrup 2x1 cth

 Imunos® srup 1x1 cth

 Terapi topikal

 Pirotop® cream

b. Non-medikamentosa

 Edukasi terhadap pasien dan keluarga bahwa penyakit ini

merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus

 Edukasi terhadap pasien dan keluarga untuk selalu

memperhatikan kebersihan kulit dan peralatan rumah tanggga

karena penyakit ini transmisinya dapat melalui kontak langsung

dengan kulit, otoinokulasi, atau melalui benda yang

terkontaminasi.

 Mengurangi kunjungan ketempat permandian umum seperti

kolam renang karena penyakit ini dapat ditularkan secara tidak

langsung oleh air yang terkontaminasi virus tersebut.

9
 Mengeluarkan badan moluskum dengan ekstraktor komedo,

jarum suntik, atau kuratase

VIII. Prognosis

1. Qua ad Vitam : bonam

2. Qua ad Sanationam : dubia ad bonam

3. Qua ad Kosmetikam : bonam

10
BAB III

PEMBAHASAN

Moluskum Kontagiosum adalah erupsi kutaneus dan mukosa yang

umumnya disebabkan oleh virus pox4,5 yaitu Molluscipox2,6,7. Virus ini pertama

kali dijelaskan dan kemudian diberi nama oleh Bateman pada awal abad

kesembilan belas.3Pada tahun 1841 Henderson dan Paterson menggambarkan

badan inklusi intracytoplasmic yang sekarang dikenal sebagai moluskum atau

badan Henderson-Paterson. Pada awal abad ke-20, Juliusberg, Wile, dan Kingery

mampu mengekstrak virus yang dapat disaring dari lesi dan menunjukkan

transmisibilitas. Goodpasture kemudian menggambarkan kesamaan moluskum

dan vaccinia. Meskipun umumnya diperkirakan hanya menginfeksi manusia,

laporan kasus virus yang terjadi pada hewan lain telah dipublikasikan.3

Moluksum Kontagiosum ini bisa mempengaruhi baik anak-anak maupun

orang dewasa melalui kontak langsung atau secara tidak langsung melalui fomites,

kolam renang dan handuk selain transmisi seksual yang bisa terjadi pada orang

dewasa.4,8Jika dihubungkan dengan kasus yang dialami pasien, hal ini

membuktikan bahwa kemungkinan pasien mendapat virus Molluscipox dari

tempat permandian umum karena berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan

dan berdasarkan keterangan Ibu pasien, pasien pernah mengunjungi tempat

permandian umum.Lesiini ditandai dengan papula , berbentuk kubah, diskrit, dan

menonjol dengan inti pusat yang kadang-kadang munculdi daerah sekitar skala

dan eritema (dermatitis moluskum). Gambaran lesi tersebut sesuai dengan hasil

11
pemeriksaan fisik yang dilakukan. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan bahwa lesi

pada pasien berbentuk papul, seperti kubah dan beberapa lesi memiliki cekungan

ditengahnya (delle/umbilicalis). Pasien dan keluarga dapat terganggu oleh infeksi

ini karena sering berkepanjangan dan dapat bertahan selama berbulan-bulan

sampai bertahun-tahun. MC mendapatkan perhatian yang lebih besar pada orang

dengan immunocompromised dan orang-orang dengan dermatitis atopik, dimana

tingkat dan lamanya infeksi mungkin lebih ekstrem.6

Infeksi dari Virus Molluscum Contagiosum (MCV) terjadi di seluruh dunia

dan muncul khusus untuk manusia. Prevalensi infeksi MCV telah meningkat

secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir, dengan peningkatan 11 kali

lipat yang dicatat dalam satu penelitian AS tentang kunjungan pasien untuk

gangguan ini selama rentang dua dekade. Kenaikan ini nampak paralel dengan

keseluruhan peningkatan penyakit menular seksual.6

Orang yang terinfeksi HIV memiliki risiko lebih tinggi untuk penyakit

berkepanjangan yang luas, dan individu dengan kondisi atopik tampak lebih

cenderung mengalami peningkatan jumlah lesi dan mengalami penyakit yang

lebih lama.Transmisi dapat terjadi melalui kontak langsung dengan kulit atau

mukosa, atau melalui fomites. Handuk mandi, kolam renang, dan pemandian

semuanya telah dilaporkan sebagai sumber infeksi, dan individu yang terlibat

dalam olahraga kontak dekat (misalnya, gulat) juga berisiko tinggi.

Autoinoculation dan koebnerization juga berperan dalam penyebaran lesi.

Laporan terbaru juga mendokumentasikan kemungkinan transmisi vertikal dari

ibu ke neonatus selama periode intrapartum.5,6

12
Lokasi penyakit ini yaitu daerah wajah, leher, ketiak, badan, dan

ekstremitas. Sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna.

Kelainan kulit berupa papul berbentuk kubah, berukuran miliar sampai lentikuler

dan berwarna putih berkilat seperti lilin. Papul tersebut membesar kemudian

ditengahnya terdapat lekukan (delle). Jika dipijat akan tampak ke luar assa yang

berwarna putih mirip butiran nasi.2,6

Virus dapat dideteksi dengan pemeriksaan PCR, pada pemeriksaan

histopatologik di daerah epidermis dapat ditemukan badan moluskum

(intracytoplasmic inclusion body) yang mengandung partikel virus. Badan inklusi

tersebut dinamakan Henderson-Paterson bodies. Badan moluskum juga dapat

dilihat dengan pulasan Gram, Wright atau Giemsa.2

Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan

moluskum. Untuk mengeluarkan massa tersebut, dapat dipakai alat antara lain

ekstraktor komedo, jarum suntik, atau kuret.2,6 Cara lain yang digunakan adalah

elektrokauterisasi atau bedah beku dengan CO2, dan N2. Sebelum tindakan dapat

diberikan anestetik lokal, misalnya krim yang mengandung

lidokain/prilokain.2,6Dalam tatalaksana kasus ini, pasien awalnya diberikan

anestetik lokal berupa lidokain/prilokain (ESTESIA®). Kemudian dilkakukan

prosedur pengeluaran badan moluskum menggunakan jarum suntik dan

ekstraktor komedo.setelah itu diberi antiseptik lokal.

Bebarapa peniliti mencoba obat topickal kantaridin 0,7-0,9%, obat

kombinadi kantaridin-salisilat,krim imiquimod 1-5%, dan ketiga obat tersebut

13
cukup efektif. Cantharidin adalah ekstrak racun lebah jenis Cantharis vesicatoria

yang mampu menimbulkan gelembung (vesikel) di kulit.2

Untuk kasus ini, pasien dapat didiagnosi banding dengan:

a. Varicella

Varicella merupakan infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster

yang meyerang kulit dan mukosa. Virus ini merupakan jenis virus double-

stranded DNA yang berkaitan erat dengan virus herpes simplekstipe 1 dan 2.

Virus ini biasanya dapat sembuh sendiri. Adapun manifestasi klinisnya

didahului gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di

bagian sentral tubuh.2,9

Varicella Zoster Virus (VZV) ditularkan melalui transmisi sistem

saluran pernapasan (dengan masa inkubasi 24-28 jam di dalam droplet

saluran pernapasan sebelum memberikan gambaran klinis).10Pada anak kecil,

gejala prodromal jarang terjadi. Pada anak yang lebih tua dan orang dewasa,

ruam sering didahului 2-3 hari. Gejala seperti demam, menggigil, malaise,

sakit kepala, anoreksia, sakit punggung, dan pada beberapa pasien sakit

tenggorokan dan batuk kering biasanya muncul.2,11

Gambaran klinis dari varicella awalnya berupa makula eritem.

Kemudian menjadi papul dan menjadi vesikel yang berdinding tipis. Cairan

vesikel akan menjadi keruh apabila sel-sel inflamasi masuk dan merubah

vesikel menjadi pustula. Lesi tersebut kemudian mengering mulai di tengah,

pertama menghasilkan pustula umbilikasi dan kemudian kerak menjadi

krusta.11

14
Gambar 5. Makula, Papul yang eritem pada Varicella

b. Variola

Variola merupakan penyakit virus yang disertai keadaan umum

yang buruk, sangat menular dapat menyebabkan kematian.12VARV adalah

anggota genus Orthopoxvirus yang menyerang khusus pada manusia. Patogen

virus ini beredar di populasi manusia selama berabad-abad dan menyebabkan

epidemi skala besar berulang-ulang dengan sejumlah besar korban bisa

sembuh dan mati.10 Effloresensinya bersifat monomorf terutama terdapat di

perifer tubuh. Penyebab variola ialah virus poks (pox virus variolae).13

Pada awal infeksi virus ini, pasien mengalami gejala prodromal

selama 2-3 hari. Gejalanya berupa sakit kepala parah tiba-tiba, sakit

punggung, demam (±40ºC) yang mereda lebih dari 2-3 hari. Gambaran

klinisnya yaitu makula eritem kecil yang berevolusi menjadi papul(2-3mm)

selama 1-2 hari. Dalam 1-2 hari kemudian, papul tersebut menjadi vesikel (2-

15
5mm). Kemudian vesikel berkembang menjadi pustul (4-6mm). Dilanjutkan

dengan umbilikasi dan menjadi krusta.7

Gambar 6. Tampak papul pada


seluruh wajah pada Variola

c. Veruka vulgaris

Veruka vulgaris adalah papul verukosa yang disebabkan oleh

infeksi virus Human Papilloma Virus(HPV). Infeksi Human Papilloma

Virusmenyebabkan tumor kutaneous jinak yang dikenal sebagai Veruka

Vulgaris yang dianggap sebagai keluhan dermatologis yang paling umum.

Tingkat kejadiannya adalah 10% di antara anak-anak dan remaja.15,16Veruka

vulgaris dapat timbul disegala usia, tetapi jarang pada bayi dan anak kecil.

Kelainan meningkat selama umur sekolah dan menurun setelah umur 20

tahun.15

16
Veruka nongenital paling sering terjadi pada anak-anak dan dewasa

muda, yang insidensinya bias melebihi 10%. Gambaran klinis berupa papul

bersisik, kasar, berduri atau nodul. Ini dapat terjadi sebagai papul tunggal atau

berkelompok pada tangan dan jari. Lokasi dapat di mana saja, tetapi sering di

punggung, tangan, dan jari tangan. Pada anak-anak, dapat di wajah dan

leher.15,16Faktor-faktor seperti jenis virus, status kekebalan dan durasi host

mempengaruhi tingkat kesembuhan penyakit ini.14

Gambar 7. Tampak papul pada ektremitas

17
BAB III

KESIMPULAN

Moluskum kontagiosum merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh

MolluscumContagiosum Virus (MCV), kelompokPox Virusdari

genusMolluscipox virus. Penyakit ini terutama menyerang anak – anak namun

kadang mengenai orang dewasa. Pada pasien anak, lesi biasanya ditemukan di

wajah, badan, dan ekstremitas, pada pasien dewasa biasanya disebarkan melalui

transmisi seksual.

Diagnosis moluskum kontagiosum lebih banyak ditegakkan melalui

pemeriksaanfisik. Lesi yang ditimbulkan oleh MCV biasanya berupa papul yang

berwarna sama seperti kulit disekitarnya, berbentuk kubah dan terdapat lekukan

dipermukaanya (delle/ umbilikasi). Lesi moluskum kontagiosum dapat timbul

sebagai lesi multipel

Diagnosis biasanya dapat langsung ditegakkan. Evaluasi dengan PCR,

histopatologik serta pewarnaan Wright dan Giemsa dapat dilakukan jika

diperlukan.

Pemberian terapi dilakukan dengan mengeluarkan badan moluskum

menggunakan jarum suntik dan ekstraktor komedo. Terapi lain yang dapat

diaplikasikan pada pasien moluskum kontagiosum yaitu kuretase dan

elektrokauterisasi dan bedah beku. Namun, sebelum tindakan dilakukan pasien

diberikan anestesi topikal terlebih dahulu.

18
Pasien akan sembuh spontan, tapi biasanya setelah waktu yang lama,

berbulan – bulan sampai tahunan. Dengan menghilangkan semua lesi, penyakit ini

jarang atau tidakresidif.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Stulberg DL, Hutchinson AG. Molluscum Contagiosum and Warts.


American Family Physician. 2003 March 15;67(6). 1233-34 pp.

2. Aisah S, Handoko RP. Moluskum Kontagiosum. Dalam: Menaldi SL SW,


Bramono K, Indriati W, (editors). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. ed. 7.
Jakarta : Badan penerbit FKUI. 2016. hal 124-6.

3. Hanson D, Dayna GD. Molluscum Contagiosum. Dermatology Online


Journal.http://dermatology.cdlib.org/92/reviews/molluscum/diven.html.
Accessed 2017 August 23.

4. Sharquie KE, Hameed AF, Abdulwahab WS. Pathogenesis of Molluscum


Contagiosum: A new concept for the spontaneous involution of the
disease. Department of Dermatology &Venereology, College of Medicine,
University of Baghdad, Baghdad, Iraq. 2015 March 08;6(3). 265-9 pp.

5. CDC (Centre for Disease Control). Molluscum Contagiosum. 2014


December. 1-4 pp.

6. Piggot C, Friedlander SF, Tom W. Poxvirus Infections. In: Goldsmith LA,


Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K (editors).
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, eighth edition. New
York: McGraw-Hill. 2012 : 3413-9, 3434-9 pp.

7. Siregar R.S. Penyakit Virus. Hartanto H, (editor). Atlas Berwarna Saripati


Penyakit Kulit ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004. hal
76-80, 88-9.

8. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical


Dermatology, 4th edition. McGraw-Hill. 2001: 770-5 pp.

9. Aisah S, Handoko RP. Varicella. Dalam: Menaldi SL SW, Bramono K,


Indriati W, (editors). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. ed. 7. Jakarta :
Badan penerbit FKUI. 2016. hal 128-3.

10. Annonymous. Varicella (chickenpox). National Centre For Immunisation


Research and Survaillence;2015 July. 1-5 pp.

11. Schmader KE, Oxman MN. Varicella and Herpes Zoster. In: Goldsmith
LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K (editors).
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, eighth edition. New
York: McGraw-Hill. 2012 : 3388-411 pp.

20
12. Babkin IV, Babkina IN. The Origin Variola Virus. Laboratory of
Molecular Microbiology, Institute of Chemical Biology and Fundamental
Medicine. Russia;2015 March. 1100-9 pp

13. Handoko RP. Variola. Dalam: Menaldi SL SW, Bramono K, Indriati W,


(editors), Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. ed. 7. Jakarta : Badan penerbit
FKUI. 2016. hal 126-8.

14. Fatani M, Jefri A, Banjar AA, Bafaraj MG, Mahfoz AM. Report: Can
Periungual Verrucae be Totally Recovered with Single Long Pulse 1064
nm Nd: YAG Laser Shot?. American Journal of Dermatology and
Venerology.2015;4(3). 27-9 pp

15. Cipto H. Veruka Vulgaris dan Veruka Plana. Dalam: Menaldi SL SW,
Bramono K, Indriati W, (editors), Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. ed. 7.
Jakarta: Badan penerbit FKUI. 2016. hal 131-3.

16. Androphy EJ, Kirnbauer R. Human Papilloma Virus Infections. In:


Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K
(editors). Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, eighth edition,
New York: McGraw-Hill. 2012 : 3440-57 pp.

21

Anda mungkin juga menyukai