Anda di halaman 1dari 25

TINEA PEDIS

Disusun oleh :
Rachmadyana Mulyadi 1210070100192
Yohana P. Raharjo 212210100
Noveria S. Ginting 212210044
Widya Puspita Sari 71160891261
Ira Ayu Handayani 71160891586
Hatif Azwen 7112081518
Pembimbing :

Dr. Isma Aprita Lubis, Sp.KK


DEFINISI
Tinea pedis disebut juga Athlete's foot = "Ring worm of the
foot“ atau ada juga yang menyebut kutu air adalah infeksi
dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari dan
telapak kaki.
EPIDEMIOLOGI
 Dermatofitosis yang paling sering terjadi di seluruh dunia
 Frekuensi tinea pedis di Eropa dan Amerika Utara
diperkirakan berkisar 15-30% pada masyarakat tertentu
misalnya buruh tambang dan atlit.
 Ditemukan pada daerah beriklim tropis dan sedang
 Lebih sering pada usia dewasa daripada anak remaja terutama
pada laki-laki dan jarang pada perempuan dan laki-laki.
ETIOLOGI
Jamur penyebab tinea pedis ialah:
 Trichophyton rubrum (paling sering)
 T. interdigitale, T. tonsurans (sering pada anak)
 Epidermophyton floccosum.T. rubrum lazimnya
menyebabkan lesi yang hiperkeratotik, kering menyerupai
bentuk sepatu sandal (mocassinlike) pada kaki
 T. mentagrophyte seringkali menimbulkan lesi yang vesikular
dan lebih meradang
 E. floccosum bisa menyebabkan salah satu diantara dua pola
lesi diatas.
PATOGENESIS
Patogenesis dermatofita memiliki 3 step:
 Adherence/pengikatan.
 Penetrasi setelah fase adherence, spora akan tumbuh dan
memasuki stratum korneum
 Development a host response/respon host. Proses inflamasi
yang terjadi sangat tergantung dari sistem imun host dan juga
oleh jenis organisme
GAMBARAN KLINIS
 TIPE INTERDIGITALIS
 jari IV dan jari V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan
tipis
 kelompok vesikel
 Sering terjadi maserasi pada sela jari
 Bila kulit yang mati dibersihkan, akan terlihat kulit baru yang
pada umumnya telah diserang jamur
 MOCCASIN FOOT
 tipe papuloskuamosa hiperkeratotik yang menahun
 kulit menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan
terutama terlihat pada bagian tepi lesi
 bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang
vesikel
 TIPE SUBAKUT
 terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula.
 Lesi-lesi ini mungkin berasal dari perluasan lesi daerah
interdigital
 Vesikel yang pecah meninggalkan sisik berbentuk lingkaran yang
disebut kolaret
 TIPE AKUT ULSERATIF
 maserasi, madidans, dan bau. Diagnosis Tinea pedis lebih sulit
karena pemeriksaan kerokan kulit dan kultur sering tidak
ditemukan jamur.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 PEMERIKSAAN KALIUM HIDROKSIDA
 KULTUR JAMUR
 PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
 PEMERIKSAAN LAMPU WOOD
DIAGNOSA
Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan langsung
menggunakan mikroskop. Menggunakan larutan KOH
Terlihat hifa, sebagai 2 garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan
bercabang maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan
kulit lama dan/atau sudah diobati.
 Pembiakan dengan agar Sabouraud
DIAGNOSA BANDING
 Dermatitis Kontak Alergika

 Kandidiasis
• Pomfolix

 Psoriasis
 Hiperhidrosis
TATA LAKSANA
 Antifungal topikal
 Imidazol Topikal (Tipe Interdigitalis)
 Klotrimazole 1 %
 Ketokonazole 2 %
 Mikonazol krim
 Tolnaftat 1%
 Piridones Topikal
 Alilamin Topikal (Tinea pedis berulang)
o Terbinafine
 Antifungal sistemik
 Griseofulvin
dosis 0,5 – 1 g untuk orang dewasa dan 0,25 - 0,5 g untuk
anak-anak sehari
 Ketokonazole
kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar.
 Itrakonazole
Pemberiannya 2 x 100-200 mg sehari
 Terbinafin
Terbinafin baik digunakan pada pasien Tinea pedis tipe
moccasion yang sifatnya kronik.
PROGNOSIS
 Prognosis pada kasus Tinea pedis umumnya baik jika
penderita dapat menjalani terapi juga perawatan dan
kebersihan kaki dengan baik.
STUDI KASUS
Telah datang seorang perempuan usia 73 tahun ke poli
kulit RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tangal 13 April 2017
dengan keluhan bercak kemerahan dan bersisik disertai rasa
gatal pada sela jari kaki I dan II yang dialami ± sejak 3 bulan
yang lalu. Keluhan semakin hari semakin gatal. Os bekerja
sebagai petani dan sering memakai sepatu tertutup dan kakinya
sering terasa lembab. Os juga mengatakan sebelumnya pada sela
jari kaki os timbul kulit putih yang rapuh yang mudah
mengelupas. Os juga pernah berobat ke RSUPM dengan
keluhan yang sama ± 1 tahun yang lalu dan sudah dinyatakan
sembuh.
Pada pemeriksaan dermatologi dijumpai ruam berupa
makula eritematosa dan skuama pada region interdigitalis I dan
II. Dilakukan pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 20% dan
ditemukan spora.
Berdasarkan anamnese dan status dermatologis maka
diagnose banding pasien adalah tinea pedis, dermatitis kontak,
kandidiasis. Diagnosa sementara pasien ini adalah tinea pedis.
Penatalaksanaan secara umum menyarankan kepada os
untuk menjaga kebersihan kaki, dan diusahakan menjaga agar
kaki tetap kering, bila gatal jangan digaruk karena garukan
dapat memperluas lesi. Untuk penatalaksanaan khusus pada
pasien ini adalah Cetrizine 10mg 1 kali sehari dan Ketokonazole
cream 2% 2 kali sehari.
DISKUSI
KASUS TEORI

Anamnesis, dijumpai: Gejala-gejala yang dialami os menurut kepustakaan


Os datang dengan keluhan bercak kemerahan dan merupakan penyakit tinea pedis,yaitu
bersisik disertai rasa gatal pada sela jari kaki I dan II dermatofitosis pada kaki, terutama sela-sela jari
yang dialami ± sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan kaki dan telapak kaki. Kelainan kulit terdiri atas 3
semakin hari semakin gatal. Os bekerja sebagai bentuk klinis, yaitu
petani dan sering memakai sepatu tertutup dan 1. tipe interdigitalis dengan lesi daintara jari kaki
kakinya sering terasa lembab. dilingkari sisik halus dan dapat meluas ke sela
jari yang lain, sering terlihat adanya maserasi
(kulit putih dan mudah terkelupas);
2. tipe moccasin foot dengan lesi di seluruh kaki,
telapak kaki, tepi sampai punggung kaki dan
terlihat kulit menebal dan bersisik;
3. tipe subakut/tipe inflamasi akan terlihat ruam
berupa vesikel, vesiko-pustul dan kadang-
kadang bula, kelainan ini dapat dimulai pada
daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung
kaki dan telapak kaki.
Berdasarkan gejala klinis dan predileksi yang
dijumpai pada os merupakan tinea pedis tipe
interdigitalis.Faktor predisposisi pada tinea pedis
seperti panas, lingkungan lembab, dan penggunaan
alas kaki yang tertutup.
KASUS TEORI
Pemeriksaan dermatologis, dijumpai: Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
ruam berupa eritem dan skuama pada regio menyebutkan bahwa tinea pedis interdigitalis
interdigitalis pedis I dan II. adalah bentuk tinea pedis yang sering
dijumpai. Terlihat fisura yang dilingkari sisik
halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas
kebawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari
yang lain. Oleh karena daerah ini lembab,
maka sering terdapat maserasi. Aspek klinis
maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila
bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka
akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya
juga telah diserang oleh jamur.
Pemeriksaan penunjang, dijumpai: Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
Dilakukan pemeriksaan kerokan kulit dengan menyebutkan bahwa pada pemeriksaan
KOH 20% dan ditemukan spora. kerokan kulit dan kuku dengan KOH pada
tinea akan tampak hifa panjang, bersekat,
bercabang dan spora .
KASUS TEORI
Penatalaksanaan, diberikan: Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa
menyarankan kepada os untuk menjaga pengobatan tinea pedis adalah dengan obat-obat
kebersihan kaki, dan diusahakan menjaga agar kaki golongan azol dan terbinafin memberikan hasil
tetap kering, bila gatal jangan digaruk karena yang baik dan preparat triazol baik dalam bentuk
garukan dapat memperluas lesi. Untuk tablet, krim, atau larutan memberi hasil yang
penatalaksanaan khusus pada pasien ini adalah baik. Pada pasien ini penatalaksanaan yang
Cetrizine 10mg 1 kali sehari dan Ketokonazole dilakukan adalah dengan memberikan obat secara
cream 2% 2 kali sehari. topikal dan sistemik. Tetapi yang paling utama
adalah memberikan edukasi kepada pasien. Untuk
pengobatan topikal dan sitemik dapat diberikan
Antihistamin : loratadin 10 mg 2x1 tab untuk
mengurangi rasa gatal, Ketoconazol 200mg 1x1
tab sebagai fungistatik, dan Miconazol cream 2%
3 x oles.
Prognosis: Prognosis dari tinea pedis yang diderita pasien
Pada pasien ini adalah bonam. pada umumnya baik bila diobati dengan benar dan
juga menghindari faktor pencetus dan
predisposisi, demikian juga sebaliknya. Selain itu,
perlu dilakukan pencegahan, karena walaupun
dengan pengobatan yang baik, tetapi bila tidak
dilakukan pencegahan maka pasien dapat terkena
reinfeksi.
DOKUMENTASI PASIEN TINEA PEDIS
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai