Trauma thoraks (cedera dada) merupakan trauma yang mengenai dinding thoraks atau
organ intra thoraks, baik karena trauma tumpul maupun trauma tajam. Trauma tumpul
kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Sedangkan trauma tajam terutama
disebabkan oleh tikaman dan tembakan.
Cedera dada yang memerlukan tindakan darurat adalah obstruksi jalan napas,
hematothoraks desak, flail chest (dada gail), pneumothoraks terbuka, dan kebocoran udara
trakeobronkus. Semua kelainan ini menyebabkan gawat dada akut yang analog dengan gawat
perut akut, dalam arti diagnosis harus ditegakkan segera untuk mempertahankan pernapasan,
ventilasi paru, dan perdarahan. Sering kali tindakan yang diperlukan untuk menyelamatkan
penderita bukan merupakan tindakan operasi seperti pembebasan jalan napas, aspirasi rongga
pleura, aspirasi rongga perikard, dan penutupan sementara luka dada. Akan tetapi, kadang
diperlukan torakotomi darurat, dan untuk luka tembus dada harus segera ditutup dengan jahitan
kedap udara.
Tindakan darurat yang perlu dilakukan ialah pembebasan jalan napas (airway), pemberian
napas buatan dan ventilasi paru (breathing), dan pemantauan aktivitas jantung serta peredaran
darah (circulation). Tindakan darurat juga mencakup pungsi rongga dada pada pneumothorax
desak, aspirasi hemotoraks masif, dan aspirasi perikard jika hematoperikard menyebabkan
tamponade jantung.
Pengelolaan penderita terdiri dari :
1. Primary survey.
2. Resusitasi fungsi vital.
3. Secondary survey yang rinci.
4. Perawatan definitif.
PRIMARY SURVEY :
1. AIRWAY
Dinilai dengan mendengarkan gerakan udara hidung penderita, mulut dan dada
serta inspeksi daerah orofaring untuk sumbatan benda asing, dan observasi retraksi otototot interkostal dan supraklavikular.
Pada trauma pada dada bagian atas, menyebabkan dislokasi kearah posterior atau
fraktur dislokasi dari sendi sternoklavikularar dan dapat menyebabkan sumbatan airway
atas. Trauma ini diketahui bila ada: sumbatan airway atas (stridor), adanya tanda berupa
perubahan suara (jika penderita masih dapat bicara), dan trauma yang luas pada dasar
leher akan menyebabkan terabanya defek pada region sendi sternoklavikular. Penanganan
terbaik dengan intubasi endotrakeal.
2. BREATHING
Dada dan leher penderita harus terbuka selama penilaian breathing dan vena-vena
leher. Pergerakan dan kualitas pernapasan dinilai dengan observasi, palpasi dan
didengarkan.
Gejala yang terpenting dari trauma toraks adalah hipoksia termasuk peningkatan
frekuensi dan perubahan pola pernafasan, sianosis adalah gejala hipoksia yang lanjut.
Jenis trauma toraks yang penting untuk dinilai breathing :
-
(one-way-walve).Penyebab
tersering
adalah
komplikasi
penggunaan
Flail chest : Terjadi ketika segmen dada tidak lagi mempunyai kontinuitas yang
terjadi karena multiple fraktur. Terapi awal dengan memberikan ventilasi secara
adekuat, oksigen yang dilembabkan dan resusitasi cairan. Terapi definitive
3. CIRCULATION
Denyut nadi dinilai kualitas, frekuensi, dan keteraturannya. Monitor jantung dan pulse
oximetry harus dipasang. Trauma toraks yang akan mempengaruhi sirkulasi:
-