Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Penetapan Kadar Gula

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari gula. Gula sendiri
merupakan suatu bahan alam yang terdapat dalam karbohidrat atau gula bisa
disebut sebagai senyawa yang tersusun atas karbohidrat yang digunakan sebagai
pemanis, tetapi dalam industri pangan biasanya digunakan untuk menyatakan
sukrosa.
Dalam gula terdapat beberapa kandungan seperti glukosa, laktosa,
galaktosa, fruktosa dan maltosa. Untuk mengetahui kandungan gula dalam suatu
bahan seperti bahan makanan dan minuman kita bisa menggunakan berbagai
macam metode. Terdapat dua metode untuk mengetahui kandungan gula pada
makanan atau minuman yaitu metode luff schoorl dan metode refraktometer.
Metode luff schoorl adalah metode dimana metode ini akan menguji terdapat
kandungan gula yang terdapat dalam suatu bahan dan mengetahui berat
kandungan gula dalam suatu bahan serta mengetahui kandungan gulanya itu
meliputi glukosa atau sukrosa atau maltosa atau fruktosa atau galaktosa. Metode
hand refraktometer menggunakan alat refraktometer. Refraktometer adalah alat
yang digunakan untuk mengukur kadar atau konsentrasi bahan terlarut, seperti
gula. Refraktometer bekerja berdasarkan prinsip pemanfaatan refraksi cahaya.
Pada praktikum ini kami melakukan percobaan penetapan kadar gula pada
teajus. Metode yang kami gunakan yaitu metode luff schoorl. Metode ini dipilih
karena sangat menguntungkan dalam menganalisa gula nabati yang termasuk
sukrosa yang merupakan rasa manis dasar sakarosa adalah disakarida. Apabila
disakarida direduksi akan menghasilkan monosakarida yang bersifat pereduksi.
Dari praktikum ini kita bisa mengetahui kadar gula dalam suatu bahan yaitu
kandungan gula yang ada pada teajus gula batu.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui kadar gula dalam suatu bahan.
2. Untuk mengetahui macam-macam kandungan gula yang terdapat pada TeaJus.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 1


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Penetapan Kadar Gula

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Secara Umum

Karbohidrat atau arang hidrat adalah suatu zat gizi yang fungsi
utamanya sebagai penghasil energy, dimana setiap gramnya menghasilkan 4
kalori. Walaupun lemak menghasilkan energi lebih besar, namun karbohidrat
lebih banyak di konsumsi sehari-hari sebagai bahan makanan pokok,
terutama pada negara sedang berkembang. Di negara sedang berkembang
karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80% dari total kalori, bahkan pada daerah-
daerah miskin bisa mencapai 90%. Sedangkan pada negara maju karbohidrat
dikonsumsi hanya sekitar 40-60%. Hal ini disebabkan sumber bahan makanan
yang mengandung karbohidrat lebih murah harganya dibandingkan sumber
bahan makanan kaya lemak maupun protein.

Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang


mengandung atom karbon, hidrogen dan oksigen dan pada umumnya unsur
hydrogen dan oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O. Di dalam tubuh
karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol
lemak. Akan tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan
yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan makan yang berasal dari
tumbuh tumbuhan. Sumber karbohidrat nabati dalam glikogen bentuk glikogen,
hanya dijumpai pada otot dan hati dan karbohidrat dalam bentuk laktosa hanya
dijumpai di dalam susu. Pada tumbuh-tumbuhan, karbohidrat di bentuk dari
Hasil reaksi CO2 dan H2O melalui proses fotosintesis di dalam sel-sel tumbuh-
tumbuhan yang mengandung hijau daun (klorofil).(indah,2013)

2.2 Monosakarida

Monosakarida pada umumnya terasa manis. Dalam bahan makanan


terdapat tiga jenis monosakarida yang mempunyai arti gizi yaitu glukosa,
fruktosa dan galaktosa.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 2


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Penetapan Kadar Gula

 Glukosa, dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di alam
dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon
dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu, tetapi glukosa memegang
peranan sangat penting dalam ilmu gizi. Glukosa merupakan hasil akhir dari
pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa pada hewan dan manusia.
Dalam proses metabolisme, glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang
beredar di dalam sel merupakan sumber energi. Tingkat kemanisan glukosa
hanya separuh dari sukrosa, sehingga dapat digunakan lebih banyak untuk
tingkat kemanisan yang sama.
 Fruktosa, dinamakan juga selulosa atau gula buah, adalah gula paling manis.
Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan glukosa yaitu C6H12O6,
namun strukturnya berbeda.
 Galaktosa, tidak terdapat bebas di alam seperti halnya glukosa dan fruktosa,
akan tetapi terdapat dalam tubuh sebagai hasil pencernaan
laktosa.(anonim,2012)
2.3 Disakarida
Disakarida adalah suatu karbohidrat yang jika dihidrolisis menghasilkan
dua molekul monosakarida. Beberapa contoh disakarida yaitu: maltose, sukrosa,
laktosa dan selulobiosa.
1. Maltosa
Disakarida maltosa digunakan pada makanan bayi dan pada susu bubuk
beragi (malted milk). Gula ini merupakan disakarida utama yang diperoleh
dari hidrolisis pati. Pati diurai menjadi maltose secara acak, oleh enzim yang
terdapat pada air liur.
2. Sukrosa
Disakarida sukrosa ialah gula pasir biasa. Gula inversi adalah campuran D-
glukosa dan D-fruktosa yang diperoleh dengan hidrolisis asam atau
enzimatik dari sukrosa.enzim yang mengkatalis hidrolisis sukrosa adalah
invertase.
3. Laktosa

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 3


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Penetapan Kadar Gula

Laktosa merupakan suatu disakarida alamiah yang dijumpai hanya pada


binatang menyusui saja. Air susu manusia dan sapi mengandung kira-kira
5% laktosa. Laktosa diperoleh secara komersial sebagai hasil sampingan.
4. Selobiosa
Disakarida yang diperoleh dari hidrolisis selulosa disebut selobiosa.
Seperti maltose, selobiosa tersusun dari dua satuan glukopranosa yang
digabung menjadi satu. Hidrolisis kimia dari selobiosa dalam asam berair
menghasilkan suatu campuran glukosa, produk-produk yang sama seperti
yang diperoleh dari maltose.(Riswiyanto,2008)
2.4 Oligosakarida
Oligosakarida merupakan gabungan dari molekul-molekul monosakarida
yang jumlahnya antara 2 (dua) sampai dengan 8 (delapan) molekul
monosakarida. sehingga oligosakarida dapat berupa disakarida, trisakarida dan
lainnya. Oligosakarida secara eksperimen banyak dihasilkan dari proses
hidrolisa polisakarida dan hanya beberapa oligosakarida yang secara alami
terdapat dialam. Oligosakarida yang paling banyak digunakan dan terdapat di
alam adalah bentuk disakarida seperti maltosa, laktosa dan sukrosa.(Hasan,2015)

2.5 Polisakarida

Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan


lebih kompleks dari pada monosakarida dan oligosakarida. Molekul polisakarida
terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu
macam monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang
mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida. Berat molekul
polisakarida bervariasi dari beberapa ribu hingga lebih dari satu
juta.Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan koloid.
Beberapa polisakarida yang sangat penting di antaranya ialah amilum,
glikogen, dekstrin danselulosa. Polisakarida adalah senyawa dalam mana
molekul-molekul mengandung banyak satuan monosakarida yang disatukan
dengan ikatan gukosida.(Deskriana,2012)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 4


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Penetapan Kadar Gula

2.6 Metode Luff Schoorl


Pada tahun 1936, International Commission for Uniform Methods of Sugar
Analysis mempertimbangkan metode luff schoorl sebagai salah satu metode yang
digunakan untuk menstandarkan analisis gula pereduksi karena metode luff
schoorl saat itu menjadi metode yang resmi dipakai di pulau Jawa. Seluruh
senyawa karbohidrat yang ada dipecah menjadi gula-gula sederhana
(monosakarida) dengan bantuan asam, yaitu HCl, dan panas. Monosakarida yang
terbentuk kemudian dianalisis dengan metode luff schoorl. Prinsip analisis dengan
metode luff schoorl yaitu reduksi Cu2+ menjadi Cu1+ oleh monosakarida.
Monosakarida bebas akan mereduksi larutan basa dari garam logam menjadi
bentuk oksida atau bentuk bebasnya. Kelebihan Cu2+ yang tidak tereduksi
kemudian dikuantifikasi dengan titrasi iodometri.(Nurdiana,2014)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 5


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Penetapan Kadar Gula

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Skema Percobaan


3.1.1 Penetapan Kadar Gula pada Nutrisari dan Blangko

Menimbang 3 garam bubuk nutrisari dan masukkan ke dalam beaker glass 250 ml
kemudian tambahkan 50 ml air lalu di aduk

Menambahkan 5 ml Pb asetat10 % dan goyangkan kemudian teteskan 1 tetes larutan


asam oksalat 10% (bila timbul endapan putih maka tambahkan asam oksalat
berlebih)

Menambahkan 15 ml larutan asam oksalat 10% untuk menguji apakh Pb asetat 10%
sudah diendapkan seluruhnya, teteskan 2 tetes asam oksalat 10%. Apabila tidak
10% timbul endapan berarti penembahan asam oksalat 10% sudah cukup

Menyaring larutan dengan endapan kemudian encerkan filtratnya hingga 100 ml


menggunakan labu ukur kemudian goyangkan dan tepatkan isi labu ukur sampai
tanda garis dengan air suling, kocok biarkan dan saring

Mengambil 10 ml larutan hasil penyaringan dan masukkan kedala Erlenmeyer 250


ml lalu menambahkan15 ml air suling dan 25 ml larutan luff school serta beberapa
butir batu didih lalu panaskan selama 10 menit kemudian diangkat dan dinginkan

Menambahkan 10 ml larutan KI 20% dan 25 ml larutan H2SO4 25% kemudian titar


dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N dengan larutan amilum sebagai indikator,

Mengerjakan penetapan blangko dengan 25 ml air dan 25 ml larutan luff school


kemudian mengulangi langkah sebanyak 2 kali dan mencatat informasi yang
diperoleh

Gambar 3.1 Skema Percobaan Penetapan Kadar Gula pada Nutrisari dan Blangko

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 6


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Penetapan Kadar Gula

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Gelas arloji : 1 buah
2. Labu takar : 1 buah
3. Kertas saring : 1 buah
4. Kertas lakmus biru : 1 buah
5. Beaker glass 250 ml : 1 buah
6. Gelas ukur 25 ml : 1 buah
7. Buret : 1 buah
8. Pipet tetes : 1 buah
9. Pipet volume 10 ml : 1 buah
10. Corong kaca : 1 buah
11. Reflux condenser : 1 buah
12. Labu leher Satu : 1 buah
13. Batu didih : 1 buah
14. Erlenmeyer 250 ml : 1 buah
15. Statif : 1 buah
16. Timbangan : 1 buah
3.2.2 Bahan
1. Teajus (Gula Batu) : 3 gram
2. Pb asetat 10% : secukupnya
3. Asam oksalat 10% : 15 ml
4. Luff school : 25 ml
5. KI 20% : 10 ml
6. H2SO4 25% : 25 ml
7. Na tiosulfat 0,1 M : 500 ml
8. Aquades : 500 ml

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 7


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Penetapan Kadar Gula

3.2 Alat dan Bahan

Gambar 3.2 Gelas ukur Gambar 3.3 Labu ukur

Gambar 3.4 Kertas saring Gambar 3.5 Kertas Lakmus Biru

Gambar 3.6 Beaker glass 1000 ml Gambar 3.7 Gelas ukur 25 ml

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 8


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Penetapan Kadar Gula

Gambar 3.8 Buret 50 ml Gambar 3.9 Pipet Tetes

Gambar 3.10 Pipet volum 10 ml Gambar 3.11 Corong kaca

Gambar 3.13 Labu leher satu


Gambar 3.12 Reflux kondensor

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 9


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Penetapan Kadar Gula

Gambar 3.14 Batu didih Gambar 3.15 Erlenmeyer 250

Gambar 3.16 Statif Gambar 3.17 Timbangan

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 10


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Penetapan Kadar Gula

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan


Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan Penetapan Kadar Gula pada Teajus Gula
Batu
No Prosedur Pengamatan
1 Menimbang 3 gram teajus dan tambahkan Bentuk serbuk atau putih
aqudest lalu diaduk granul
Larutan berwarna coklat tua
2 Ditambahkan 5 ml Pb asetat 10% Larutan berwarna coklat
Terdapan endapan
3 Ditambahkan 15 ml asam oksalat 10% Terdapat endapan coklat tua
4 Saring dengan vakum, larutan yang dihasilkan Larutan berwarna coklat tua
sebanyak 60 ml
5 Pindahkan ke labu ukur, tambahkan aquadest Larutan berwarna biru bening
hingga 100 ml, pipet 10 ml tambahkan ke
erlenmeyer 250 ml, tambahkan 15 ml aquadest,
25 ml larutan luff schrool dan 2 batu didih
panaskan dan di dinginkan
6 Sampel ditambahkan H2SO4 25 ml , tambahkan Larutan berwarna coklat tua
KI 20% 10 ml, tetesi dengan indikator amilum 2
tetes
7 Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N Larutan berwarna putih susu

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 11


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Penetapan Kadar Gula

Tabel 4.2 Data Hasil Pengamatan Penetapan Kadar Gula pada Blangko
No Perlakuan Pengamatan
1 25 ml aquades + 25 ml larutan luff schoorl Berwarna biru
Dipanaskan selama 10 menit dan
2 Berwarna biru
didinginkan
Ditambahkan 10 ml KI 10 %
3
Ditambahkan 25 ml H2SO4 25 % Berwarna coklat tua
Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N
4 Berwarna putih susu
dengan amilum sebagai indikator

Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan Penetapan Kadar Gula


Volume
No Perlakuan Na2S2O3 0,1 N
TeaJus Blangko
TeaJus Blangko
1 Titrasi 1 10 ml 10 ml 3,9 2,5
2 Titrasi 2 10 ml 10 ml 3,8 2,5

4.2 Hasil Perhitungan


Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Percobaan
No Penentuan Hasil perhitungan
1 Berat Gula yang Terkandung (W1) 1,4
2 Faktor Pengenceran (Fp) 1,7
3 Glukosa, Fruktosa, Gula Invers 3,6 mg
% Gula Sebelum Invers Glukosa,
4 0,1904%
Fruktosa, Gula Invers
5 Galaktosa 3,82 mg
6 % Gula Sebelum Invers Galaktosa 0,2164%
7 Laktosa 5,3 mg
8 % Gula Sebelum Invers Laktosa 0,3003%
9 Maltosa 5,46 mg
10 % Gula Sebelum Invers Maltosa 0,3094%

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 12


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Penetapan Kadar Gula

4.3 Pembahasan dan Diskusi


Pada praktikum ini, kami melakukan percobaan tentang penetapan kadar
gula pada nutrisari. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi
sumber energi dan merupakan oligosakarida, biasanya bersifat larut dalam air
yang terdiri dari dua molekul yaitu glukosa dan fruktosa. Gula digunakan untuk
mengubah rasa menjadi manis pada makanan ataupun minuman. Penentuan kadar
gula yang kami lakukan dengan menggunakan metode luff schoorl. Metode ini
schoorl didasarkan pada pengurangan ion tembaga (II) di media alkalin oleh gula
dan kemudian kembali menjadi sisa tembaga.
Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah iodometri
karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan
kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium bebas dalam
larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat dalam larutannya yang bersifat netral
atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator
tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan banyaknya
oksidator,
Pada penentuan kadar gula, 3 gram nutrisari dilarutkan dalam 5 ml aquades.
Kemudian ditambahkan 5 ml Pb asetat 10 %. Ketika ditambahkan Pb asetat 10 %
terdapat endapan putih pada sampel. Hal ini sesuai dengan fungsi Pb asetat yaitu
sebagai larutan penjernih dan mengendapkan asam-asam organik. Menambahkan
satu tetes asam oksalat 10 %. Penambahan ini berfungsi untuk mengetahui bahwa
pada sampel masih terbentuk endapan. Kemudian ditambahkan lagi asam oksalat
10 % sebanyak 25 ml sampai sampel tidak terbentuk endapan lagi (tepat jenuh).
Sampel kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring dan corong kaca,
sehingga didapatkan filtrat sampel yang bebas endapan dan berwarna bening
(jernih). Sampel diencerkan dengan menggunakan aquades sampai volumenya
menjadi 100 ml dalam labu ukur.
Memipet 10 ml sampel dan ditambahkan 15 ml aquades dan 25 ml luff
schoorl. Dipanaskan diatas penangas air selama 10 menit. Pemanasan dilakukan
bertujuan agar proses reduksi berjalan sempurna dan Cu dapat tereduksi dalam
waktu lebih kurang 10 menit. Larutan luff schoorl akan bereaksi dengan sampel
yang mengandung gula pereduksi.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 13


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Penetapan Kadar Gula

R-COH + CuO  Cu2O + R-COOH


alkohol kupri oksida kupro oksida as. karboksilat
Setelah dipanaskan, sampel didinginkan dalam air agar pendinginan berlangsung
cepat. Setelah dingin ditambahkan 10 ml larutan KI 20 % dan 25 ml H2SO4 25 %.
Penambahan larutan-larutan ini akan menimbulkan reaksi antara cuprioksida
menjadi CuSO4 dengan H2SO4, dan CuSO4 tersebut bereaksi dengan KI. Reaksi
tersebut ditandai dengan timbulnya buih dan warnanya berubah dari biru menjadi
coklat tua ketika sampel ditambahkan H2SO4 25 %. Kemudian sampel dititrasi
dengan menggunakan Na2S2O3 0,1 N. Indikator yang digunakan yaitu amilum 1%.
Penambahan indikator amilum dilakukan setelah campuran mendekati titik akhir
titrasi. Hal ini dilakukan karena apabila penambahan amilum dilakukan pada awal
titrasi, maka akan terbentuk senyawa iod amilum yang akan mengakibatkan warna
titik akhir titrasi menjadi tidak terlihat tajam. Titrasi berhenti ketika sampel
berubah menjadi warna putih susu. Titrasi dilakukan sebanyak tiga kali supaya
hasilnya lebih akurat.
Pada penetapan blangko, 25 ml aquades dan 25 ml luff schoorl. Langkah-
langkahnya sama seperti pada sampel yaitu setelah dipanaskan didinginkan dalam
air. Kemudian ditambahkan 10 ml larutan KI 20 % dan 25 ml H2SO4 25 %. Ketika
ditambahkan larutan H2SO4 25 % juga timbul buih dan warnanya berubah dari
biru menjadi coklat tua. Selanjutnya blangko dititrasi dengan menggunakan
Na2S2O3 0,1 N dan amilum 1% sebagai indikatornya. Titrasi berhenti ketika
sampel berubah menjadi warna putih susu. Titrasi dilakukan sebanyak tiga kali
supaya hasilnya lebih akurat.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 14


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Penetapan Kadar Gula

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
 Kadar gula dalam suatu bahan yaitu 0,1904% gula sebelum invers glukosa,
fruktosa, gula invers,0,2164% gula sebelum invers galaktosa, 0,3003% gula
sebelum invers laktosa, 0,3094% gula sebelum invers maltose.
 Kandungan gula yang ada pada TeaJus Gula Batu yaitu glukosa, fruktosa, gula
invers, galaktosa, laktosa, sukrosa, dan maltosa.
5.2 Saran
 Pada saat proses penambahan larutan H2SO4 25% dituangkan secara pelan-
pelan agar buih yang dihasilkan pada reaksi tersebut tidak menyembur
keluar erlenmeyer.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 15


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Penetapan Kadar Gula

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Karbohidrat.(https://azurama.wordpress.com/all-about-nurse/ilmu-
gizi/karbohidrat/). Diakses pada 20 Nopember 2019 pukul 19.28 WIB.
Deskriana.2012.Polisakarida dan Oligosakarida.(http:// deskrianarahmelia.
blogspot.co.id/2012/05/oligosakarida-dan-polisakarida.html). Diakses pada 20
Nopember 2019 pukul 19.28 WIB.
Hasan D. Assegaff.2015. Penetapan Kadar Gula. Laboratorium Teknik Kimia Falkutas
Teknologi Industri UPN Veteran Jawa Timur: Surabaya.
Indah,2013. Definisi jenis dan struktur Karbohidrat. (http://indaharitonang-
fakultaspertanianunpad.blogspot.co.id/2013/05/definisi-jenis-struktur-dan-
fungsi.html) . Diakses pada 20 Nopember 2019 pukul 19.28 WIB.
Nurdiana K Putri,2014.Penetan Kadar Karbohidrat Secara Kuantitatif Dengan Metode
Luff Schoorl.Program makanan dan farmasi: Malang.
Riswiyanto, 2008.Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 16


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Penetapan Kadar Gula

APPENDIKS

Bobot Sampel (W) = 3000 mg

Normalitas natrium tiosulfat = 0.1 N

Volume titran sampel = 3.9 ml

Volume titran blangko = 2.5 ml

Perhitungan Berat Gula yang Terkandung

W1 = ( Volume titran sampel – Volume titran blangko) x N tio x 10

= (3.9-2.5) x 0.1 x 10

= 1.4 ml

Perhitungan Faktor Pengenceran (Fp)

Fp =

= 1.7

Glukosa,Fruktosa,Gula Invers:

-0.4 x -2.4= -1(2.4-x)

0.96 = -2.4+x

x = 3.36

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 17


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Penetapan Kadar Gula

% Glukosa,Fruktosa, Gula invers sebelum invers :

Galaktosa: =

-0.4 x -2.8= -1(2.7-x)

1.12 = -2.7+x

x = 3.82

% Galaktosa sebelum invers :

Laktosa: =

-0.4 x -3.7= -1(3.6-x)

1.48 = -3.6+x

x = 5.3

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 18


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Penetapan Kadar Gula

% Laktosa sebelum invers :

Maltosa: =

-0.4 x -3.9= -1(3.9-x)

1.56 = -3.9+x

x = 5.46

% Laktosa sebelum invers :

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 19


FTI - ITATS

Anda mungkin juga menyukai