PENDAHULUAN
Perkembangan dunia teknologi khususnya komunikasi tentunya telah banyak membantu berjuta-
juta penduduk dunia untuk saling terhubung antara yang satu dengan yang lainnya. Bahkan
semakin lama, kita dapat berkomunikasi dengan teman, keluarga maupun relasi bisnis kita
dengan harga yang murah dan dengan kualitas yang cenderung meningkat.
Namun teknologi ini untuk sebagian orang justru memberikan dampak negatif terhadap kualitas
dari hubungan yang mereka jalin. Bagaimana tidak, belakangan ini masyarakat lebih nyaman
mengumpulkan teman-teman didunia maya daripada aktif pada kegiatan-kegiatan organisasi riil
yang dapat memberikan kualitas hubungan pertemanan yang lebih kongkrit dan intents.
Ambil saja facebook sebagai cotoh kasusnya. Banyak orang yang memiliki ratusan atau bahkan
ribuan teman difacebook tapi di dunia nyata, mereka hanya memiliki beberapa orang teman
dekat yang menemani keseharian mereka. Inilah salah satu dampak negatif facebookyang
sampai sekarang mungkin belum disadari oleh beberapa orang. Mereka telah kehilangan
kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat dan cenderung nyaman dengan kehidupan
online. Padahal jika terjadi suatu hal yang krusial pada kehidupan kita, yang bisa membantu kita
bukanlah orang-orang yang kita kenal didunia maya tapi orang-orang yang hidup disekitar kita.
Oleh karena itu, mari kita imbangi kehidupan aktif kita didunia maya dengan menjalin hubungan
dan komunikasi yang intents dengan masyarakat yang ada disekitar kita. Dengan demikian kita
tidak akan terkotak-kotakkan oleh hubungan yang sempit dan kita tidak akan kehilangan
kemampuan berkomunikasi dengan yang lain.
Diakhir artikel ini, saya akan memberikan dua tips ringan untuk memanfaatkan teknologi
sehingga kita mendapatkan sebuah kualitas hubungan yang baik dengan teman-teman kita.
Berikut adalah tipsnya :
1. Gunakan teknologi yang anda kuasai untuk menjalin hubungan yang lebih intents
dengan teman atau orang-orang yang sebelumnya telah anda kenal didunia nyata.
Jangan terobsesi untuk mencari teman-teman baru di Facebook, twitter , atau social
media yang lain karena kecenderungan yang terjadi, mereka yang hanya anda kenal
didunia maya tidak akan memberikan nilai persahabatan yang mutualisme atau saling
mensupport antara satu dan yang lain didunia nyata.
1. Jika anda ingin mencari teman-teman yang baru didunia maya, carilah komunitas positif
yang sering melakukan pertemuan didunia nyata atau biasa dikenal dengan istilah
kopdar atau kopi darat. Komunitas seperti inilah yang benar-benar akan mengasah
kemampuan komunikasi anda karena komunitas-komunitas ini seringkali memberikan
kita inspirasi dan dukungan yang optimal pada kehidupan anda.
Kita mengetahui bahwa segala sesuatu yang ada sudah barang tentu membawa dampak, baik
dampak negative maupun dampak positif, jadi pada kesempatan ini penulis akan mencoba
membahas dampak negative dari kemajuan teknologi itu sendiri.
Oleh karena luasnya permasalahan yang berkaitan dengan judul yang penulis bahas maka
penulis mencoba memberikan batasan masalah yang akan kita bahas pada kesempatan ini
adapun batasan tersebut adalah dampak negative dari kemajuan IPTEK srhingga teknologi
dapat dikatakan sebagai bom waktu.
1.4 Perumusan Masalah
1.5 Tujuan makalah
1. Diajukan untuk melengkapi tugas akhir semester Tahun Pelajaran 2011 – 2012
terhadap penyalah gunaan alat – alat teknologi pada masa sekarang ini, yang mana sama –
sama kita ketahui begitu sangat mudah kita dapat dimana saja dan kapan saja.
1. Sebagai sarana peningkatan wawasan dan juga ilmu bagi penulis sendiri mengenai
1.6 Manfaat Makalah
b. Penulis dapat menghindarkan diri dari dampak negatif kemajuan teknologi dan
memanfaatkannya dengan menggunakannya ke arah yang positif.
c. Mengajak para rekan – rekan supaya tidak terkena dampak negatif kemajuan
teknologi tersebut.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Defenisi Teknologi
Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya
meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat
dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi
mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama
lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya
mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksinya satu
terhadap lainnya.
Definisi mengenai sains menurut Sardar (1987, 161) adalah sarana pemecahan masalah
mendasar dari setiap peradaban. Tanpa sains, lanjut Sardar (1987, 161) suatu peradaban tidak
dapat mempertahankan struktur-struktur politik dan sosialnya atau memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar rakyat dan budayanya. Sebagai perwujudan eksternal suatu epistemologi,
sains membentuk lingkungan fisik, intelektual dan budaya serta memajukan cara produksi
ekonomis yang dipilih oleh suatu peradaban. Pendeknya, sains, jelas Sardar (1987, 161) adalah
sarana yang pada akhirnya mencetak suatu peradaban, dia merupakan ungkapan fisik dari
pandangan dunianya. Sedangkan rekayasa, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) menyangkut
hal pengetahuan objektif (tentang ruang, materi, energi) yang diterapkan di bidang perancangan
(termasuk mengenai peralatan teknisnya). Dengan kata lain, teknologi mencakup teknik dan
peralatan untuk menyelenggarakan rancangan yang didasarkan atas hasil sains.
Seringkali diadakan pemisahan, bahkan pertentangan antara sains dan penelitian ilmiah yang
bersifat mendasar (basic science and fundamental) di satu pihak dan di pihak lain sains terapan
dan penelitian terapan (applied science and applied research). Namun, satu sama lain
sebenarnya harus dilihat sebagai dua jalur yang bersifat komplementer yang saling melengkapi,
bahkan sebagai bejana berhubungan; dapat dibedakan, akan tetapi tidak boleh dipisahkan satu
dari yang lainnya (Djoyohadikusumo 1994, 223).
2.2.1 Menurut Capra
Makna Teknologi, menurut Capra (2004, 106) seperti makna ‘sains’, telah mengalami perubahan
sepanjang sejarah. Teknologi, berasal dari literatur Yunani, yaitu technologia, yang diperoleh
dari asal kata techne, bermakna wacana seni. Ketika istilah itu pertama kali digunakan dalam
bahasa Inggris di abad ketujuh belas, maknanya adalah pembahasan sistematis atas ‘seni
terapan’ atau pertukangan, dan berangsur-angsur artinya merujuk pada pertukangan itu sendiri.
Pada abad ke-20, maknanya diperluas untuk mencakup tidak hanya alat-alat dan mesin-mesin,
tetapi juga metode dan teknik non-material. Yang berarti suatu aplikasi sistematis pada teknik
maupun metode. Sekarang sebagian besar definisi teknologi, lanjut Capra (2004, 107)
menekankan hubungannya dengan sains. Ahli sosiologi Manuel Castells seperti dikutip Capra
(2004, 107) mendefinisikan teknologi sebagai ‘kumpulan alat, aturan dan prosedur yang
merupakan penerapan pengetahuan ilmiah terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang
memungkinkan pengulangan.
Akan tetapi, dijelaskan oleh Capra (107) teknologi jauh lebih tua daripada sains. Asal-usulnya
pada pembuatan alat berada jauh di awal spesies manusia, yaitu ketika bahasa, kesadaran
reflektif dan kemampuan membuat alat berevolusi bersamaan. Sesuai dengannya, spesies
manusia pertama diberi nama Homo habilis (manusia terampil) untuk menunjukkan
kemampuannya membuat alat-alat canggih.
Dari perspektif sejarah, seperti digambarkan oleh Toynbee (2004, 35) teknologi merupakan
salah satu ciri khusus kemuliaan manusia bahwa dirinya tidak hidup dengan makanan semata.
Teknologi merupakan cahaya yang menerangi sebagian sisi non material kehidupan manusia.
Teknologi, lanjut Toynbee (2004, 34) merupakan syarat yang memungkinkan konstituen-
konstituen non material kehidupan manusia, yaitu perasaan dan pikiran , institusi, ide dan
idealnya. Teknologi adalah sebuah manifestasi langsung dari bukti kecerdasan manusia.
Dari pandangan semacam itu, kemudian teknologi berkembang lebih jauh dari yang dipahami
sebagai susunan pengetahuan untuk mencapai tujuan praktis atau sebagai sesuatu yang dibuat
atau diimplementasikan serta metode untuk membuat atau mengimplementasikannya. Dua
pengertian di atas telah digantikan oleh interpretasi teknologi sebagai pengendali lingkungan
seperti kekuasaan politik di mana kebangkitan teknologi Barat telah menaklukkan dunia dan
sekarang telah digunakan di era dunia baru yang lebih ganas. Untuk memperjelas statement
tersebut, kita coba menelaah teknologi secara lebih dalam lagi. Melihat substansi teknologi
secara lebih komprehensif, yaitu konsepsi teknologi dari kerangka filsafat.
2.2.2 Menurut Gorokhov
Teknologi menurut Gorokhov (1998) secara konseptual memiliki tiga makna prinsip, yaitu, (1)
teknologi (secara teknis) sebagai agrerat dari semua artifak-artifak manusia yang dipergunakan,
mulai dari perkakas sampai dengan sistem teknologis kompleks yang berskala besar; (2)
teknologi sebagai agregat dari seluruh aktivitas teknis, penemuan yang
bersifatinvention (penciptaan) dan discovery (penemuan), riset dan pengembangan, dan
tahapan-tahapan dalam penciptaan teknologis yang berhasil, serta penyebarannya ke
masyarakat secara luas; dan (3) teknologi sebagai agregat dari keseluruhan pengetahuan
teknis, mulai dari teknik yang sangat khusus dan praktik-praktiknya sampai pada sistem
teknologis-saintifik teoretis termasuk pengetahuan mengenai perekayasaan (engineering
knowlodge) dan know-how-nya.Dengan demikian, teknologi, menurut Gorokhov (1998),
didefinisikan sebagai studi mengenai hubungan antara umat manusia dan dunia yang
dimanifestasikan dalam pandangan teknologis dunia, studi mengenai fenomena teknologis
sebagai keseluruhan, menempatkan teknologi dalam perkembangan masyarakat sebagai
keseluruhan (dan bukan hanya perkembangan teknologi yang terisolasi), dan dalam dimensi
historis, antara restrospektif dan prospektif.
Tujuan dari studi teknologi menurut Gorokhov (1998) terutama difokuskan pada sains teknis atau
perekayasaan, produksi teknis, aktivitas, dan pengetahuan sebagai fenomena kebudayaan; dan
pengembangan kesadaran teknologis, terutama pemahaman diri dari engineer dan teknisi dalam
praktik perekayasaan dan pengetahuan teknis.
2.2.3 Menurut Quintanilla
Pandangan yang hampir mirip dengan Gorokhov (1998), digagas oleh Quintanilla (1998)
berkaitan dengan Technological Progress hubungannya dengan Filsafat Teknologi. Quintanalla
(1998) membagi pandangan dalam filsafat teknologi dalam tiga pandangan, yaitu pandangan
kognitif, pandangan instrumental dan pandangan praksiologis. Masing-masing pandangan
tersebut akan diikuti oleh perubahan dan kemajuan teknologi yang berbeda.
Dalam pandangan kognitif, teknologi merupakan bentuk pengetahuan praktis berbasiskan sains
yang mengarahkan kita untuk mendesain artifak secara efisien untuk memecahkan masalah
praktis. Perubahan teknologis terutama memproduksi lebih jauh riset aplikasi saintifik dan
pengembangan pengetahuan teknologis. Sedangkan kemajuan teknis konsisten dengan
peningkatan pengetahuan dan tergantung, pada ekstensi yang luas, dalam kemajuan
(Quintanilla 1998).
Dari pandangan instrumental, teknologi adalah set dari artifak-artifak yang secara intensif
didesain dan diproduksi untuk melaksanakan fungsi dan pemuas kebutuhan manusia.
Perubahan teknologi dalam pandangan instrumental konsisisten dengan peningkatan kuantitas
dan beragam artifak. Sedangkan kemajuan technological didefinisikan sebagai fungsi kuantitas
dan kepentingan dari kebutuhan manusia yang dapat memuaskan mereka dalam perangkat
teknologis yang dapat dipakai (Quintanilla 1998).
Pandangan ketiga, yang merupakan pendekatan yang dilakukan oleh Quintanilla (1996) dalam
Quintanilla (1998), yaitu dari pendekatan praksiologis, dasar dari entitas teknologis bukanlah
sistem pengetahuan (pandangan kognitif) maupun set dari artifak (pandangan instrumental),
tetapi lebih merupakan sistem yang kompleks yang dibentuk dari artifak-artifak ditambah dengan
penggunanya atau intentional operator. Dari pandangan tersebut, Quintanilla (1998) dapat
membuat karakterisasi dari sistem teknologis sebagai sistem-sistem aksi yang secara intensional
diorientasikan pada transformasi objek konkret agar memperoleh, dalam tingkat efisiensi, hasil
yang bernilai. Perubahan teknologis konsisten dalam mendesain dan memproduksi sistem teknik
yang baru dan dalam pengembangan yang berkaitan dengan efisiensi. Sedangkan kemajuan
teknologis dapat diinterpretasikan sebagai kenaikan kekuasaan manusia dalam mengendalikan
realitas. Sistem teknisnya yang baru dan lebih efisien diaplikasikan pada bagian yang baru dan
lebih luas dari realitas yang berarti kapasitas tertinggi untuk melakukan adaptasi realitas bagi
kepuasan manusia.
Yang menjadi masalah dalam pemikiran Quintanalla (1998) adalah akhir dari artikelnya tersebut,
ketika teknologi dihadapkan dengan masalah moral. Menurutnya, tidak ada kaitan antara teori
kemajuan teknologis dan pertanyaan yang berkaitan dengan nilai-nilai moral, ekonomi, sosial,
dan lainnya. Menurut Quintanalla (1998), hal tersebut jelas dalam dua hal;pertama, penjelasan
tujuan sistem teknis adalah komponen esensial dari definisi sistem teknis itu sendiri. Kedua,
konsekuensi praktis berkaitan dengan teori standar kemajuan teknologis (yang telah dijelaskan
di atas) tidak hanya diakibatkan dari tingkat inovasi dan efisiensi teknis saja, tetapi kondisi
material kehidupan manusia.
Pemikiran filosofis dari teknologi yang dilakukan Quintanalla (1998) tersebut, adalah bentuk dari
tercerabutnya nilai-nilai dalam kebudayaan manusia sekaligus terpisahnya teknologi dari ibu
kandungnya, yaitu sains. Bahkan ditegaskan oleh Gorokhov (1998):
Jika kita berpikir tentang teknologi sebagai penciptaan lingkungan baru (“a second nature”),
kemudian di sana terdapat tiga fase pengembangan teknologi modern: kaitan teknologi pada
sains, kaitannya dengan ekonomi, dan kaitannya dengan lingkungan. Filsafat teknologi baru
harus mulai dikembangkan sebagai pengembangan scientific-technological tersendiri dengan
memasukkan filsafat lingkungan, termasuk filsafat pembangunan berkelanjutan.
Kritik nilai dan moral terhadap teknologi bukannya tidak dilakukan dari kalangan Barat sendiri.
Diingatkan Van Melsen (1985, 111) bahwa selama ini manusia kurang belajar bagaimana hidup
dengan teknologi, sehingga mereka terkesan lebih sebagai hamba teknologi daripada sebagai
tuannya. Oleh Mumford (1977) dalam Mangunwijaya (1985), dikatakan semua ini berawal dari
transformasi radikal seluruh kehidupan manusia, yang sebagian besar dipengaruhi oleh
pertemuan antara matematika dan fisika dengan teknologi. Yaitu pergeseran dari teknik empiris
berdasar tradisi ke suatu cara eksperimental, yang berkembang menjadi bom atom, pesawat
supersonik, informasi sibernetik (komputasi), komunikasi jarak jauh, yang perkembangannya
ditempuh dalam waktu relatif pendek, dari perkembangan teknologi sebelumnya. Hal itu menurut
Van Melsen (1985, 111) terdapat tiga kemungkinan yang menyebabkannya. Pertama, belum
sempurnanya teknologi, atau kedua, teknologi telah menimbulkan bentuk-bentuk praksis lain
yang mengharuskan kita belajar dalam hubungan sosial yang baru; atau ketiga, disebabkan juga
karena lemahnya refleksi filosofis dan etis atas bentuk-bentuk baru di bidang ilmu pengetahuan
dan praksis beserta implikasinya.
2.2.4 Prayitno
Menurut Prayitno dalam Ilyas (2001), teknologi adalah seluruh perangkat ide, metode, teknik
benda-benda material yang digunakan dalam waktu dan tempat tertentu maupun untuk
memenuhi kebutuhan manusia.
2.2.5 Mardikanto
Adalah suatu perilaku produk, informasi dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui,
diterima dan digunakan atau diterapkan oleh sebagian warga masyarakat dalam suatu lokasi
tertentu dalam rangka mendorong terjadinya perubahan individu dan atau seluruh warga
masyarakat yang bersangkutan.
Dalam Wasono (2008) menguraikan makna teknologi dalam tiga wujud yaitu cara lebih baik,
pemakai peralatan baru dan penambahan input pada usahatani. Lebih lanjut dikatakan bahwa
teknologi hendaknya memiliki syarat-syarat sebagai berikut : (1) teknologi baru hendaknya lebih
unggul dari sebelumnya; (2) mudah digunakan; dan (3) tidak memberikan resiko yang besar jika
diterapkan.
2.2.7 Mosher
2.2.8 Fadholi
Sedangkan untuk mengintroduksi suatu teknologi baru pada suatu usahatani menurut Fadholi
(1991), ada empat faktor yang perlu diperhatikan yaitu (1) secara teknis dapat dilaksanakan; (2)
secara ekonomi menguntungkan; (3) secara sosial dapat diterima dan (4) sesuai dengan
peraturan pemerintah.
Suatu teknologi atau ide baru akan diterima oleh petani jika (a) memberi keuntungan ekonomi
bila teknologi tersebut diterapkan (profitability); (b) teknologi tersebut sesuai dengan lingkungan
budaya setempat (cultural compatibility); (c) kesesuai dengan lingkungan fisik (physical
compatibility); (d) teknologi tersebut memiliki kemudahan jika diterapkan; (e) penghematan
tenaga kerja dan waktu dan (f) tidak memerlukan biaya yang besar jika teknologi tersebut
diterapkan (Mardikanto,1993).
Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya maka
manusia mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). IPTEK pada hakikatnya
merupakan suatu hasil kreatifitas rohani manusia. Unsur jiwa (rohani) manusia meliputi akal,
rasa dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia yang berhubungan dengan
intelektualitas, rasa merupakan hubungan dalam bidang estetis dan kehendak berhubungan
dengan bidang moral (etika).
Atas dasar kreatifitas akalnya itulah maka manusia mengembangkan IPTEK untuk mengolah
kekayaan alam yang disediakan oleh Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu tujuan yang
esensial dari IPTEK adalah semata-mata untuk kesejahteraan umat manusia. Dalam masalah
ini pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai bagi pengembangan IPTEK demi kesejahteraan
hidup manusia. Pengembangan IPTEK sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada
moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab dari sila-sila yang tercantum dalam
pancasila.
Pancasila yang sila-silanya merupakan suatu kesatuan yang sistematis haruslah menjadi sistem
etika dalam pengembangan IPTEK.
Contoh perkembangan IPTEK dari sila ketuhanan yang maha esa adalah ditemukannya
teknologi transfer inti sel atau yang dikenal dengan teknologi kloning yang dalam
perkembangannya pun masih menuai kotroversi. Persoalannya adalah terkait dengan adanya
“intervensi penciptaan” yang semestinya dilakukan oleh Tuhan YME. Bagi yang beragama
muslim, pada surat An-naazi’aat ayat 11-14 diisyaratkan adannya suatu perkembangan
teknologi dalam kehidupan manusia yang mengarahkan pada kehidupan kembali dari tulang
belulang. “apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang
hancur lumat?”, mereka berkata “kalau demikian itu adalah suatu pengembalian yang
merugikan”. Sesungguhnya pengembalian itu hanya satu kali tiupan saja, maka dengan serta
merta mereka hidup kembali di permukaan bumi”.
Artinya mendasari pengembangan IPTEK secara demokratis. Artinya setiap orang haruslah
memiliki kebebasan untuk mengembangkan IPTEK. Selain itu dalam pengembangan IPTEK
setiap orang juga harus menghormati dan menghargai kebebasan oranglain dan harus memiliki
sikap terbuka. Artinya terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan dengan
penemuan teori-teori lainnya.
Contoh dalam kasus ini adalah ketika santer beredar kabar mengenai akan dibangunnya reaktor
nuklir di Indonesia. Beramai-ramai seluruh aliansi dari berbagi daerah memberikan pernyataan
pro atau kontranya mereka terhadap rencana pembangunan ini. Bahkan melalui jejaring sosial
facebook muncul gerakan TOLAK PEMBANGUNAN REAKTOR NUKLIR di INDONESIA. Hal
seperti inilah yang seharusnya menjadi bahan permusyawarahan bagi para elit politik beserta
rakyatnya sehingga mencapai suatu kebijakan yang bijaksana demi kemaslahatan bangsa
Indonesia sendiri.
Contoh dari sila kelima ini adalah ditemukannya varietas bibit unggul padi Cilosari dari teknik
radiasi. Penemuan ini adalah hasil buah karya anak bangsa. Diharapkan dalam perkembangan
swasembada pangan ini nantinya akan mensejahterakan rakyat Indonesia dan memberikan rasa
keadilan setelah ditingkatkannya jumlah produksi sehingga pada perjalanannya rakyat dari
berbagai golongan dapat menikmati beras berkualitas dengan harga yang terjangkau.
BAB III
PEMBAHASAN
Kita ketahui bahwa sebenarnya sejak dulu teknologi sudah ada atau manusia sudah
menggunakan teknologi. Seseorang menggunakan teknologi karena manusia berakal. Dengan
akalnya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman dan sebagainya.
Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya dan akalnya untuk
menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya.
Pada satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu memang telah
membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis
pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa
digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis, Demikian juga ditemukannya formulasi-
formulasi baru kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak
manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktifitas manusia.
Bagi masyarakat sekarang, iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada, bahkan
memuja iptek sebagai liberator yang akan membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan
dunia. Iptek diyakini akan memberi umat manusia kesehatan, kebahagiaan dan imortalitas.
Sumbangan iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri.
Namun manusia tidak bisa pula menipu diri akan kenyataan bahwa iptek mendatangkan
malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia. Dalam peradaban modern yang muda, terlalu
sering manusia terhenyak oleh disilusi dari dampak negatif iptek terhadap kehidupan umat
manusia. Teknologi dapat dikatakan bom waktu, karena lama kelamaan kita akan menjadi budak
dari teknologi yang kita ciptakan sendiri. Contohnya, dengan ditemukannya robot yang
digunakan untuk membantu pekerjaan manusia, itu artinya robot tersebut dapat menggantikan
peran manusia dan mengurangi lapangan pekerjaan, karena pekerjan yang biasanya dikerjakan
oleh 2 orang atau lebih dapat dikerjakan oleh satu robot yang sangat canggih. Akibatnya tugas-
tugas kita akan diambil alih oleh robot dan membuat kita semakin malas untuk bekerja. Selain itu
dengan berkembangnya teknologi membuat kita lupa waktu dan malas belajar karena kita di
manjakan oleh teknologi tersebut sehingga memnbuat kita kecanduan seperti facebook, twiter,
game online dan lain sebagainya. Dan masih banyak contoh lain yang tidak bisa di pungkiri
bahwa makin berkembangnya teknologi, makin buruk perilaku manusia. Dan itu juga berarti
teknologi sebagai bom waktu, yang bila tepat saatnya, saat semua tidak terkendali akan
membuat kita menjadi hancur dan mungkin kita akan menjadi budak dari teknologi yang kita
ciptakan sendiri.
3.2 gambar-gambar yang dapat menunjukkan kita bahwa kita telah diperbudak oleh
teknologi
Dari gambar diatas dapat kita simpulkan bahwa, teknologi telah merajalela di kehidupan kita,
yaitu kita jadi lupa waktu, malas belajar, bahkan teknologi sering menampilkan hal-hal yang tidak
sepantasnya di lihat oleh anak kecil, dan masih banyak contoh lainnya. Oleh karena itu marilah
kita sadari bahwa sewaktu-waktu teknologi dapat menguasai kita dan menjadikan kita budak dari
teknologi ciptaan kita sendiri.
3.3 Analisis
Dari pembahasan diatas maka dapat diambil pemahaman pancasila melalui kelima silanya
secara universal dapat masuk kedalam tatanan pembangunan Indonesia melalui perkembangan
IPTEK. Pentingnya keselerasan diantara keduanya menjanjikan hubungan yang harmonis dalam
membangun sebuah negara yang dicita-citakan. Namun, pada kenyataanya sangat sulit untuk
menyeimbangkan keduanya, karena sebagaimana kita ketahui bersama masyarakat Indonesia
adalah masyarakat yang plural, tidak jarang di antara mereka tidak memiliki etika dalam
menggunakan teknologi. Hal tersebut sangat tergantung kepada tingkah laku manusia. Tidak
setiap tingkah laku itu memberikan jaminan. Hanya tingkah laku tertentu saja yang dapat
menjamin, yaitu tingkah laku yang bertanggung jawab. Artinya, yang berdasarkan pada prinsip
keadilan, yakni melakukan perbuatan sebagai kewajiban atas hak yang layak bagi seseorang
menurut posisi, fungsi dan keberadaannya.
Peraturan perundangan, sebagai salah satu teknik bernegara, harus mampu menghidupi
warganya dalam suasana tenteram damai, dan bahagia karena hal ini merupakan wujud
ketentraman, kedamaian, dan kebahagiaan negara itu sendiri. Apalah artinya kekayaan negara
berlimpah, jika warganya hidup menderita. Dengan demikian cara-cara dan teknologi pergaulan
sosial seharusnya berkiblat kepada kelima sila pancasila yang dapat dijadikan pedoman dalam
menjalankan hak dan kewajiban sebagai basis kebahagiaan.
Demikianlah, melaui filsafat ilmu pengetahuan, teknologi perlu secara etis dipergunakan sesuai
dengan kedudukannya sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup yang fisis-material.
Karena itu, dengan teknologi, apa yang diharapkan manusia adalah kesempatan untuk
mengembangkan hidup dan kehidupan yang semakin menjadi layak bukan malah kita dijadikan
budak oleh teknologi yang kita ciptakan sendiri.
3.4 Solusi
Dalam menyelesaikan masalah ini, kita tidak dapat menyalahkan salah satu pihak saja,
melainkan kita semua memiliki andil yang cukup besar untuk bersama-sama menyelesaikan
masalah ini. Pemerintah Indonesia berupaya membangun negeri ini melalui beberapa cara,
namun dari situ pembangunan tidak dilaksanakan semena–mena.namun harus melihat sisi
pancasila. Agar sesuai dengan karakter kepribadian bangsa. Tentunya ini bukanlah hal yang
mudah melainkan juga harus dibantu oleh rakyatnya sendiri. Sebagai warga Indonesia kita
haruslah bisa bersikap membangun pola pikir kita untuk bisa menerima pembangunan yang
bersifat substansial. Dan itu memerlukan kesabaran serta keterbukaan mind dari rakyatnya.
Pembangunan ini haruslah didukung dan juga dilaksanakan dan diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari agar benar-benar terjadi kemajuan dan pengembangan yang progresif
untuk negara dan bangsa ini.
Tidak hanya pemerintah saja, tetapi orang tua harus memperkenalkan balita dengan
lingkungannya. Sekaligus memperkenalkan lingkungan dunia teknologi kepadanya, seperti
orangtua memperkenalkan warna, bentuk, dan hubungan sosial.
Yang juga menjadi penting bagi orangtua, adalah mengajarkan dan membiasakan balita untuk
mengetahui adanya perangkat teknologi komunikasi yang canggih. Pemahaman yang benar
akan mengantarkan mereka memasuki dunia teknologi secara sehat dan cerdas.
Memperkenalkannya secara bertahap, sesuai dengan pertumbuhan usia mereka, dan tidak lupa
untuk mendampingi saat anak menggunakan teknologi canggih. Melalui pendampingan dan
pembelajaran yang intensif, orangtua tidak menjadi makhluk asing bahkan terasingkan bagi
mereka kelak. Komunikasi merupakan sarana yang paling efektif untuk saling belajar dan
memahami pada perbedaan pandangan dalam kehidupan mereka.
Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa, masalah ini adalah masalah kita bersama.
Oleh sebab itu, kita harus saling bahu-membahu dalam menyelesaikan permasalahan ini.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena
kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Perkembangan
teknologi memang sangat diperlukan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat
positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam
melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati
banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir
ini. Namun manusia tidak bisa menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa teknologi
mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia.
Oleh karena itu untuk mencegah atau mengurangi akibat negatif kemajuan teknologi, pemerintah
di suatu negara harus membuat peraturan-peraturan atau melalui suatu konvensi internasional
yang harus dipatuhi oleh pengguna teknologi.
4.2 Saran
Dengan kemajuan teknologi yang sebagaiman yang kita rasakan pada saat ini membuat segala
sesuatunya menjadi terasa mudah dan dunia menjadi terasa begitu sempit, mulai dari sistim
komunikasi yang begitu canggih dan berbagai peralatan yang lainnya yang pada saat ini sangat
membantu dalam kehidupan kita oleh sebab itu marilah kita pergunakan alat – alat teknologi
yang telah ada ini dengan kebutuhan yang sesungguhnya, guna kelangsungan hidup kita,
keselamatan bumi dan anak cucu kita nantinya.