Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS

Percobaan 1 memiliki tujuan untuk menentukan standarisasi larutan Na-


EDTA dengan larutan CaCl2. langkah pertama yaitu, menimbang serbuk CaCO3
berwarna putih sebanyak 0,081 gram. Kemudian, dilarutkan dengan aquades tidak
berwarna di dalam gelas kimia. Setelah larut, dimasukkan kedalam labu ukur dan
ditetesi HCl pekat sampai gelagak gas berhenti. Penetesan HCl pekat dilakukan
didalam lemari asam. Kemdian, ditambahkan aquades sampai tanda batas,
kemudian dikocok sampai larutan menjadi homogen. Setelah larutan homogen,
diambil 10 Ml menggunakan pipet gondok. Lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer
ukuran 250 ml. Lalu, diambahkan 5 ml larutan buffer tidak berwarna. Lalu ditetesi
indikator EBT berwarna biru kehitaman sebanyak 3 tetes. Akibat penambahan
indikator tersebut, larutan berubah menjadi larutan berwarna ungu. Setelah ditetesi
indikator, larutan tersebut dititrasi dengan Na-EDTA sampai terjadi perubahan
warna dari larutan berwarna ungu mejadi larutan berwarna biru. Titrasi dilakukan
dengan pengulangan 3 kali dengan volume Na-EDTA berturut-turut dari
pengulangan 1, 2, dan 3 adalah 7,5 ml; 7,4 ml; 7,6 Ml.

Pada percobaan 2 memiliki tujuan untuk menentukan kesadahan total air


PDAM. Di Langkah pertama, air PDAM diambil 10 Ml menggunakan pipet
gondok. Lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 250 ml. Lalu, diambahkan
5 ml larutan buffer tidak berwarna. Lalu ditetesi indikator EBT berwarna biru
kehitaman sebanyak 3 tetes. Akibat penambahan indikator tersebut, larutan berubah
menjadi larutan berwarna ungu. Setelah ditetesi indikator, larutan tersebut dititrasi
dengan Na-EDTA sampai terjadi perubahan warna dari larutan berwarna ungu
mejadi larutan berwarna biru. Titrasi dilakukan dengan pengulangan 3 kali dengan
volume Na-EDTA berturut-turut dari pengulangan 1, 2, dan 3 adalah 1,6 ml 2,1 ml,
1,9 ml.
Berikut struktur EBT dan Na-EDTA

Gambar 1.1

Gambar 1.1 struktur EBT

Gambar 1.2

Gambar 1.2 struktur Na-EDTA


PEMBAHASAN

Pada percobaan 1, fungsi dari penambahan larutan buffer ph 10 adalah


untuk menjaga kestabilan ph larutan yang akan dititrasi. Alasan ditambahkan
larutan buffer dikarenakan indikator EBT dapat berfungsi pada rentang ph 6 sampai
10. Fungsi penambahan indikator EBT adalah untuk mengetahui perubahan warna
yang terjadi saat dilakukan titrasi. Setelah penambahan indikator EBT larutan
berubah dari tidak berwarna menjadi berwarna ungu. Hal ini disebabkan karena ion
Ca2+ dari larutan CaCl2 berikatan dengan ion Hin2- menjadi senyawa CaIn-
berwarna ungu. Setelah dilakukan titrasi dengan larutan Na-EDTA dihasilkan
larutan berwarna biru. Larutan berwarna biru tersebut merupakan hail reaksi antara
senyawa CaIn- dengan Na-EDTA basa basis 2 yaitu H2Y2- menghasilkan larutan
CaH2Y + In3-. Kemudian karena In3- berlebih menyebabkan larutan dalam
erlenmeyer berwarna biru.

Pada percobaan 2, fungsi dari penambahan larutan buffer ph 10 adalah


untuk menjaga kestabilan ph larutan yang akan dititrasi. Alasan ditambahkan
larutan buffer dikarenakan indikator EBT dapat berfungsi pada rentang ph 6 sampai
10. Fungsi penambahan indikator EBT adalah untuk mengetahui perubahan warna
yang terjadi saat dilakukan titrasi. Setelah penambahan indikator EBT larutan
berubah dari tidak berwarna menjadi berwarna ungu. Hal ini disebabkan karena ion
Ca2+ yang merupakan mineral dari air PDAM berikatan dengan ion Hin2- menjadi
senyawa CaIn- berwarna ungu. Setelah dilakukan titrasi dengan larutan Na-EDTA
dihasilkan larutan berwarna biru. Larutan berwarna biru tersebut merupakan hail
reaksi antara senyawa CaIn- dengan Na-EDTA basa basis 2 yaitu H2Y2-
menghasilkan larutan CaH2Y + In3-. Kemudian karena In3- berlebih menyebabkan
larutan dalam erlenmeyer berwarna biru.

Dari data hasil percobaan 1, volume Na-EDTA yang dibutuhkan untuk


mentitrasi larutan CaCl2 berturut- turut adalah sebagai berikut : pada pengulangan
1 volume Na-EDTA yang dibutuhkan adalah 7,5 ml, pada pengulangan ke-2 volume
Na-EDTA yang dibutuhkan adalah 7,4 ml, pada pengulangan ke-3 volume Na-
EDTA yang dibutuhkan adalah 7,6 ml. Dari hasil percobaan tersebut dapat
diketahui konsentrasi Na-EDTA standar melalui rumus:

. × M Na-EDTA = V CaCO3 × M CaCO3


V Na-EDTA

Dari perhitungan tersebut didapat molaritas Na-EDTA dalam (M) berturut-turut


adalah : pada pengulangan 1 sebesar 0,0108 M, pada pengulangan 2 sebesar 0,0109
M, pada pengulangan 3 sebesar 0,0106 M. Molaritas CaCO3 didapat dari
perhiungan rumus:
𝒎𝒂𝒔𝒂 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝑴= ×
𝑴𝒓 𝑽

Dengan massa CaCO3 adalah 0,081 gram, BM adalah 100 gram/mol dan
Volumenya adalah 100 ml.

Dari perhitungan molaritas Na-EDTA, dicari rata-rata molaritasnya dengan rumus


𝑀1 + 𝑀2 + 𝑀3
: 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑀 = . Dihasilkan rata-rata M Na-EDTA sebesar
3
0,0107 M.

Dari data hasil percobaan 2, volume Na-EDTA yang dibutuhkan untuk


mentitrasi larutan garam (NaCl) berturut- turut adalah sebagai berikut : pada
pengulangan 1 volume Na-EDTA yang dibutuhkan adalah 1,6 ml, pada
pengulangan ke-2 volume Na-EDTA Na-EDTA yang dibutuhkan adalah 2,1 ml,
pada pengulangan ke-3 volume Na-EDTA yang dibutuhkan adalah 1,9 ml. Dari
hasil percobaan tersebut dapat diketahui konsentrasi AgNO3 standar melalui rumus
.
V Na-EDTA × M Na-EDTA = V CaCO3 × M CaCO3

Dimana M Na-EDTA adalah molaritas rata-rata dari hasil perhitungan sebelumnya


yaitu 0,0107 M. Maka, dihasilkan M CaCO3 berturut-turut adalah sebagai berikut :
pada pengulangan 1 sebesar 0,0017 M, pada pengulangan 2 sebesar 0,0022 M, pada
pengulangan 3 sebesar 0,0020 M. Dari molarias yang dihasilkan pada setiap
pengulangan tersebut dicari massa garam (NaCl) melalui rumus :

𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑉
𝑀 ( )= 𝑚𝑔 ×
𝑚𝐿 𝐵𝑀( ) 1000 (𝑚𝐿)
𝑚𝑚𝑜𝑙
Dari perhitungan tersebut dihasilkan massa garam dapur berturut-turut adalah
sebagai berikut : pada pengulangan 1 sebesar 1,7 mg, pada pengulangan 2 sebesar
2,2 mg, pada pengulangan 3 sebesar 2,0 mg. Setelah diketahui massa garam dari
hasil percobaan, maka dapat dicari kesadaham totalnya melalui rumus :

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚𝑔)
𝑝𝑝𝑚 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝐿)

Dari perhitungan tersebut dihasilkan nilai kesadahan air PDAM berturut-turut


adalah : pada pengulangan 1 sebesar 170 mg/L, pada pengulangan 2 sebesar 220
mg/L, pada pengulangan 3 sebesar 200 mg/L. Kemudian dihitung rata-rata
kesadahan air PDAM dengan rumus :
𝑝𝑝𝑚1 + 𝑝𝑝𝑚2 + 𝑝𝑝𝑚3
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑝𝑚 =
3

Dari perhitungan tersebut, dihasilkan rata- rata kesadahan air PDAM sebesar 196,6
mg/L.

Jadi, air PDAM yang kami gnakan sebagai sampel termasuk kategori air
yang aman dikonsumsi sebagai air minum maupun kebutuhan lainnya. Karena
kesadahannya masih berada jauh dari batas maksimal standar kesadahan menurut
KEMENKES RI. Berikut data standar baku kesadahan air minum dan air bersih di
Indonesia dalam peraturan KEMENKE RI :

1. Baku mutu kualitas air minum di Indonesia


No. Parameter Kimiawi Kadar maksimum (mg/L)
1. Fluorida (F) 1,5
2. Kadmium (Cd) 0,005
3. Kesadahan (CaCO3) 500
4. Klorida (Cl) 250
5. Kromium valensi 6 0,05
6. Mangan (Mn) 0,1
2. Baku mutu kualitas air bersih di Indonesia
No. Parameter Kimiawi Kadar maksimum (mg/L)
1. Aluminium (Al) 0,2
2. Besi (Fe) 0,3
3. Kesadahan (CaCO3) 500
4. Klorida (Cl) 250
5. Mangan (Mn) 0,4

Apabila air yang dikonsumsi (untuk air minum dan kebutuhan lainnya)
memiliki kesadahan yang melebihi batas maksimal, maka dapat berdampak bagi
kesehatan yaitu : dapat menyumbat pembuluh darah jantung (cardiovacular
disease) dan menimbulkan penyakit batu ginjal (urolithiasis). Juga dapat
menyumbat pori-pori kulit sehingga terasa kasar dan tidak nyaman.

Selain berdampak bagi kesehatan, kesadahan air terlalu yang tinggi juga berdampak
buruk terhadap lingkungan, yaitu : Air sadah juga menyebabkan penggunaan
berlebih. Karena tidak terbentuknya busa, Banyak peralatan rumah tangga
cepat berkerak dan kotor. Kalau dicuci dan digosok terlalu keras malah bocor. Hal
itu merupakan salah satu dampak buruk “air sadah” terhadap peralatan dapur yang
sering digunakan untuk memanaskan air yang mengandung kesadahan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai