Anda di halaman 1dari 43

I.

NOMOR PERCOBAAN : 10 dan 15


II. JUDUL PERCOBAAN : Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya
III. HARI/TANGGAL PERCOBAAN : Selasa, 29 November 2016 pukul
08.00 WIB
IV. TUJUAN : 1. Membuat dan menentukan
(standarisasi) larutan Na2S2O3
(iodometri).
2. Menentukan kadar Cl2 dalam
serbuk pemutih.
V. DASAR TEORI :
1. Titrasi Oksidimetri
Dasar reaksi titrasi oksidimetri ialah reaksi oksidasi reduksi antara zat
penitrasi dan zat yang dititrasi. Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu
penetapan kadar reduktor atau oksidator berdasarkan atas reaksi oksidasi dan
reduksi dimana redoktur akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi (Siregar,
2010). Jadi kalau larutan bakunya oksidator, maka analat harus bersifat
reduktor atau sebaliknya. Berdasarkan sifat larutan bakunya maka titrasi
redoks dibagi atas oksidimetri dan reduksimetri.

Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks harus
memenuhi persyaratan umum sebagai berikut :
1. Reaksi harus cepat dan sempurna,
2. Reaksi berlangsung secara stiokiometrik, yaitu terdapat
kesetaraan yang pasti antara oksidator dan reduktor,
3. Titik akhir harus dapat dideteksi, misalnya dengan bantuan
indikator redoks atau secara potentiometric
Banyak unsur-unsur mempunyai lebih dari satu tingkat oksidasi, maka
dikenal beberapa macam titrasi redoks yaitu :
1. Titrasi permanganometri
2. Titrasi Iodo-Iodimetri
3. Titrasi Bromometri dan Bromatometri
4. Titrasi serimetri

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 1


Titrasi redoks disebut juga titrasi oksidimetri. Oksidimetri merupakan
analisis kuantitatif yang didasarkan pada sifat oksidasi dari larutan standartnya.
Dasar dari titrasi oksidiometri ialah reaksi oksidadasi dan reduksi antara zat
penitrasi dan zat yang dititrasi Pada umumnya larutan zat yang ditritrasi
bersifat reduktor, sehingga dalam reaksi ini reaksinya berupa reaksi redoks.
Dalam analisis oksidimetri tidak digunakan indikator dari luar (ekstern
indikator), tetapi larutan standartnya telah dapat berfungsi sebagai indikator
sendiri (auto indicator). Beberapa metode analisis oksidimetri sesuai dengan
jenis larutan standar yang digunakan yaitu: permanganometri, kromatometri,
iodo-iodimetri, cerimetri dan lain-lain.
2. Titrasi Iod-iodimetri
Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu titrasi langsung (iodimetri) dan titrasi tak langsung (iodomotri).Dalam
percobaan ini dilakukan analisis iodometri. Iodometri merupakan titrasi tidak
langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawa- senyawa yang
mempunyai potensial oksidasi lebih besar daripada sistemiodium- iodida atau
senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5 H2O. Iodometri
terjadi pada zat yang bersifat oksidator seperti besi (III), tembaga (II),
dimanazat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk
iodin.Metode titrasi iodometri (tak langsung) menggunakan larutan
Na2S2O3 sebagai titran (larutan standar) untuk menentukan kadar iodium
yang dibebaskan pada suatu reaksi redoks.Garam ini biasanya berbentuk
sabagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi
dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi
denganstandar primer, larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang
lama (Day & Underwood, 2001). Tembagamurni dapat digunakan sebagi
standar primer untuk natrium tiosulfat.Dalam iodometri I- dioksidasi oleh
suatu oksidator. Jika oksidatornya kuat tidakapa- apa, tetapi jika
oksidatornya lemah maka oksidasinya berlangsung sangat lambat dan
mungkin tidak sempurna, ini harus dihindari. Cara menghindarinya :
- Memperbesar [H+], jika oksidasinya kuat dengan menambah H+ atau
menurunkan pH.

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 2


- Memperbesar [I-], misalnya oksidasi dengan Fe3+.
- Dengan mengeluarkan I2 yang berbentuk dari campuran reaksi :
misalnya dikocokdengan kloroform, karbon tetra klorida atau bisulfida, maka
I2 akan masuk dalam pelarutorganik ini, sebab I2 lebih mudah larut dalam
senyawa solven organic daripada dalam air.
Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat (lemah), sehingga
hanya zat-zat yang merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi. Indikator
yang digunakan adalah amilum yang akan memberikan warna biru pada titik
akhir penitaran .
Iodium merupakan oksidator lemah. Sebaliknya ion iodida
merupakan suatu pereaksi reduksi yang cukup kuat. Dalam proses analitik
iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida
digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat
merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung
dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodometrik adalah sedikit. Akan
tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan
ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan
ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan
pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium
thiosulfat. Persamaan reaksi yang terjadi :
2 e- + I2 → 2 I-
Oksidator reduktor
1 mol I2 = 2 ekivalen (1 mol I2 mengikat 2 e-)

2 S2O32- → S4O62-
1 mol Na2S2O3 = 1 ekivalen
(1 mol Na2S2O3 mengikat 1 e)
Pada titik ekivalen :
jumlah ekivalen I2 = jumlah ekivalen S2O32-
Iodium hanya sedikit larut dalam air (0,00134 mol per liter pada

25oC), tetapi agak larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Larutan
iodium standar dapat dibuat dengan menimbang langsung iodium murni dan

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 3


pengenceran dalam botol volumetrik. Iodium, dimurnikan dengan sublimasi
dan ditambahkan pada suatu larutan KI pekat, yang ditimbang dengan teliti
sebelum dan sesudah penembahan iodium. Akan tetapi biasanya larutan
distandarisasikan terhadap suatu standar primer, As2O3 yang paling biasa
digunakan (Day & Underwood, 2001).
Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat
bekerja sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga memberi warna ungu atau
merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut sebagai karbon tetraklorida
atau kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik
akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (dispersi
koloidal) kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai
untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam
larutan yang sedikit asam daripada larutan netral dan lebih besar dengan adanya
ion iodida (Day & Underwood, 2001).
Pada titrasi iodometri perlu diawasi pHnya. Larutan harus dijaga
supaya pHnya lebih kecil dari 8 karena dalam lingkungan yang alkalis iodium
bereaksi dengan hidroksida membentuk iodida dan hipoiodit dan selanjutnya
terurai menjadi iodida dan iodat yang akan mengoksidasi tiosulfat menjadi
sulfat, sehingga reaksi berjalan tidak kuantitatif. Adanya konsentrasi asam
yang kuat dapat menaikkan oksidasi potensial anion yang mempunyai oksidasi
potensial yang lemah sehingga direduksi sempurna oleh iodida. Dengan
pengaturan pH yang tepat dari larutan maka dapat diatur jalannya reaksi dalam
oksidasi atau reduksi dari senyawa.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam titrasi iodometri dan iodimetri :
 Oksigen error, terjadi jika dalam larutan asam, maka oksigen dari
udara akan mengoksidasi iodide menjadi iod (kesalahan makin besar dengan
meningkatnya asam).
 Reaksi iodometri dilakukan dalam suasana asam sedikit basa (ph <8)
 Larutan kanji yang sudah rusak akan memberikan warna violet
yang sulit hilang warnanya, sehingga akan mengganggu peniteran.
 Pemberian kanji terlalu awal akan menyebabakan iod menguraikan
amilum dan hasil peruraian menggangu perubahan warna pada titik

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 4


akhir.
 Penambahan KI harus berlebih, karena I2 yang dihasilkan sukar
larut dalam air tetapi mudah larut dalam KI.
 Larutan Thiosulfat dalam suasana yang sangat asam dapat
menguraikan larutan thiosulfat menjadi belerang, pada suasana
basa (ph>9) thio sulfat menjadi ion sulfat (Perdana, 2009).
3. Pembuatan Larutan Baku Na2S2O3 dengan Larutan Baku KIO3

Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri


adalah natrium thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat
Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan
secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer. Larutan
natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama (Underwood, 2001)

Percobaan ini menggunakan metode titrasi iodometri yaitu titrasi tidak


langsung dimana mula-mula iodium direaksikan dengan iodida berlebih,
kemudian iodium yang terjadi dititrasi dengan natrium thiosulfat. Larutan baku
yang digunakan untuk standarisasi thiosulfat sendiri adalah KIO3 dan terjadi
reaksi:

Oksidator + KI → I2

I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6

Natrium tiosulfat dapat dengan mudah diperoleh dalam keadaan


kemurnian yang tinggi, namun selalu ada saja sedikit ketidakpastian dari
kandungan air yang tepat, karena sifat flouresen atau melapuk-lekang dari
garam itu dan karena alasan-alasan lainnya. Karena itu, zat ini tidak memenuhi
syarat untuk dijadikan sebagai larutan baku standar primer.

Pembakuan larutan natrium tiosulfat dapat dapat dilakukan dengan


menggunakan kalium iodat, kalium kromat, tembaga dan iod sebagai larutan
standar primer, atau dengan kalium permanganat atau serium (IV) sulfat
sebagai larutan standar sekundernya. Larutan thiosulfat sebelum digunakan
sebagai larutan standar dalam proses iodometri ini harus distandarkan terlebih
dahulu oleh kalium iodat yang merupakan standar primer. Larutan kalium iodat

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 5


ini ditambahkan dengan asam sulfat pekat, warna larutan menjadi bening. Dan
setelah ditambahkan dengan kalium iodida, larutan berubah menjadi coklat
kehitaman. Fungsi penambahan asam sulfat pekat dalam larutan tersebut
adalah memberikan suasana asam, sebab larutan yang terdiri dari kalium iodat
dan klium iodida berada dalam kondisi netral atau memiliki keasaman rendah.
Reaksinya adalah sebagai berikut :

IO3- + 5I- + 6H+ → 3I2 + 3H2O

Indikator yang digunakan dalam proses standarisasi ini adalah


indikator amilum 0,5%. Penambahan amilum yang dilakukan saat mendekati
titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod karena akan
menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula. Proses
titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat I2 yang
mudah menuap. Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi
dengan titran sehingga warna biru mendadak hilang dan perubahannya sangat
jelas. Penggunaan indikator ini untuk memperjelas perubahan warna larutan
yang terjadi pada saat titik akhir titrasi. Sensitivitas warnanya tergantung pada
pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum memiliki kelarutan yang
kecil dalam air, sehingga umumnya ditambahkan pada titik akhir titrasi.

4. Indikator
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah kanji /amylum.
Amylum tidak mudah larut dalam air serta tidak stabil dalam suspensi dengan
air, membentuk kompleks yang sukar larut dalam air bila bereaksi dengan
iodium, sehingga tidak boleh ditambahkan pada awal titrasi. Penambahan
amylum ditambahkan pada saat larutan berwarna kuning pucat dan dapat
menimbulkan titik akhir titrasi yang tiba-tiba. Titik akhir titrasi ditandai
dengan terjadinya hilangnya warna biru dari larutan menjadi bening.
Persamaan reaksinya adalah :
I2 + 2 S2O32- → 2I- + S4O62-
Kekurangan kanji sebagai indicator adalah :
 Kanji tidak larut dalam air dingin.
 Suspensinya dalam air tidak stabil.

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 6


 Bila penambahan kanji dilakukan pada awal titrasi dengan I2 akan
membentuk kompleks iod-amilum.jika dalam titrasi menggunakan
indicator kanji maka penambahan kanji dilakukan pada saat
mendekati ttitik ekivalen.
5. Penentuan kadar Cl2 dalam serbuk pemutih
Klorin
Klor (bahasa Yunani: Chloro=hijau pucat) adalah salah satu unsur kimia
dengan simbol “Cl”dan mempunyai nomor atom 17. Dalam tabel periodik, unsur
ini termasuk kelompok halogen atau golongan VIIA. Dalam bentuk ionya, unsur
ini biasanya sebagai pembentuk garam dan senyawa lain yang tersedia di alam
dalam jumlah yang sangat berlimpah. Sangat pentingnya unsur ini hampir semua
kehidupan mengandung dan membutuhkan unsur ini , termasuk manusia. Dalam
bentuk gas, klorin berwarna kuning kehijauan, dan sangat beracun. Dalam
bentuk cair atau padat, klor sering digunakan sebagai oksidan, pemutih, atau
desinfektan Kebanyakan klor diproduksi untuk digunakan dalam pembuatan
senyawa klorin untuk sanitasi, pemutihan kertas, desinfektan, dan proses tekstil.
Lebih jauh lagi, klor digunakan untuk pembuatan klorat, kloroform, karbon
tetraklorida, dan ekstrasi brom.
Bubuk Pemutih
Bubuk pemutih terdiri dari campuran kalsium hipoklorit dan klorida basa
(CaCl2), Ca(OH)2.H2O. Kalsium hipoklorit atau yang biasa disebut kaporit
adalah senyawa kimia yang memiliki rumus kimia Ca(OCl)2. Kaporit biasanya
digunakan untuk menjernihkan air . Kalsium hipoklorit adalah padatan putih
yang siap didekomposisi di dalam air untuk kemudian melepaskan oksigen dan
klorin. Senyawa aktifnya adalah hipoklorit yang mempunyai daya untuk
memutihkan. Kalsium hipoklorit memiliki aroma klorin yang kuat. Senyawa ini
tidak terdapat di lingkungan secara bebas. Kalsium hipoklorit utamanya
digunakan sebagai agen pemutih atau disinfektan. Senyawa ini adalah komponen
yang digunakan dalam pemutih komersial, larutan pembersih, dan disinfektan
untuk air minum, sistem pemurnian air, dan kolam renang. Ketika berada di
udara, kalsium hipoklorit akan terdegradasi oleh sinar matahari dan senyawa-
senyawa lain yang terdapat di udara. Di air dan tanah, kalsium hipoklorit

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 7


berpisah menjadi ion kalsium (Ca2+) dan hipoklorit (ClO-). Ion ini dapat bereaksi
dengan substansi-substansi lain yang terdapat di air.
Kalsium hipoklorit tidak terakumulasi di dalam rantai makanan. Jalur
pajanan kalsium hipoklorit kepada manusia, yakni pertama, manusia dapat
terpajan kalsium hipoklorit dalam level kecil ketika menggunakan disinfektan
seperti pemutih rumah tangga. Kedua, manusia bisa terpajan ketika ia berenang
di kolam yang menggunakan bahan kimia ini untuk membunuh bakteri. Ketiga,
meminum air dari suplai air minum publik yang menggunakan bahan kimia ini
untuk membunuh bakteri juga bisa menjadi jalur pajanan. Selain itu, para pekerja
yang dipekerjakan di pekerjaan dimana senyawa ini digunakan sebagai pemutih
kertas dan tekstil dapat menjadi subyek pajanan kalsium hipoklorit dalam level
sedikit lebih tinggi.
Efek toksik dari kalsium hipoklorit utamanya bergantung pada sifat korosif
hipoklorit. Jika sejumlah kecil dari pemutih (3-6% hipoklorit) tertelan (ingesti),
efeknya adalah iritasi pada sistem gastrointestinal. Jika konsentrasi pemutih
yang tertelan lebih besar, misalnya hipoklorit 10% atau lebih, efek yang akan
dirasakan adalah iritasi korosif hebat pada mulut, tenggorokan, esofagus, dan
lambung dengan pendarahan, perforasi (perlubangan), dan pada akhirnya
kematian. Jaringan parut permanen dan penyempitan esofagus dapat muncul
pada orang-orang yang dapat bertahan hidup setelah mengalami intoksikasi
(mabuk hipoklorit) hebat.
Jika gas klorin yang terlepas dari larutan hipoklorit terhirup (inhalasi), efek
yang akan muncul adalah iritasi pada rongga hidung, sakit pada tenggorokan,
dan batuk. Kontak dengan larutan hipoklorit kuat dengan kulit akan
menyebabkan kulit melepuh, nyeri bakar, dan inflamasi. Kontak mata dengan
larutan pemutih konsentrasi rendah menyebabkan iritasi ringan, tetapi tidak
permanen. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan luka
mata parah. Pajanan hipoklorit dalam level rendah pada jangka waktu lama dapat
menyebabkan iritasi kulit. Belum diketahui apakah pajanan klorin memiliki efek
pada kemampuan reproduksi.

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 8


VI. ALAT & BAHAN :
Alat :
1. Erlenmeyer 250 mL 3 buah
2. Gelas kimia 50 mL 1 buah
3. Gelas ukur atau gelas piala 1 L 1 buah
4. Labu ukur 250 mL 1 buah
5. Buret 1 buah
6. Neraca analitik 1 buah
7. Pipet seukuran 1 buah
8. Pipet tetes 5 buah
9. Statif dan klem 1 buah
10. Corong 1 buah
11. Spatula 1 buah

Bahan :
1. Na2S2O3 secukupnya
2. Aquades secukupnya
3. KIO3 0,357 gram
4. Pemutih ± 2 mL
5. KI 20% 10 mL
6. HCl 2,5 mL
7. KI 3 gram
8. H2SO4 secukupnya
9. Ammonium molibdat 3% 3 mL
10. Larutan kanji 5 mL

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 9


VII. SKEMA/ALUR PERCOBAAN
1. Penentuan (standarisasi) larutan natrium tiosulfat ± 0,1 N dengan kalium
iodidat baku
Serbuk KIO3
- Ditimbang 0,357 gram dalam kaca arloji
- Dipindahkan dalam labu ukur 100 mL
- Dilarutkan dengan air suling
- Diencerkan sampai tanda batas
- Dikocok perlahan hingga tercampur
sempurna
Larutan Baku KIO3 Larutan Na2S2O3

- Diambil 10 mL
menggunakan pipet - Diambil beberapa mL ke
seukuran dalam buret untuk
membilas
- Dimasukkan ke dalam
- Dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 250 mL
buret sampai tepat skala
- Ditambahkan 2 mL larutan
nol
KI 20%
- Ditambahkan 1 mL HCl 4 N

Larutan tidak berwarna


Larutan berwarna kuning
kecokelatan
- Dilakukan titrasi sampai terjadi perubahan
warna menjadi kuning muda
- Ditambahkan larutan kanji
- Dititrasi sampai warna biru hilang
- Dicatat volume Na2S2O3 awal dan akhir
titrasi
- Diulang 3 kali dengan volume larutan
KIO3 yang sama
- Dihitung konsentrasi rata-rata larutan
Na2S2O3

Konsentrasi rata-rata Na2S2O3

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 10


2. Penentuan kadar Cl2 dalam serbuk pemutih

2 mL pemutih

- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL


- Ditambahkan 75 mL aquades
- Ditambahkan 3 gram KI
- Ditambahkan H2SO4 dengan perbandingan 1:6
- Ditambahkan 3 tetes larutan ammonium molibdat
3%
Larutan berwarna cokelat

- Dititrasi dengan Na2S2O3


sampai warna coklat iodida
hampir hilang
- Ditambahkan 5 mL larutan
kanji
- Dilanjutkan titrasi sampai
warna biru hilang
- Dicatat angka pada buret
pada awal dan akhir titrasi
- Ditentukan volume Na2S2O3
yang digunakan
- Diulangi sebanyak 2 kali
dengan volume larutan
garam dapur yang sama

Kadar Cl2 dalam sampel


pemutih

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 11


VIII. HASIL PENGAMATAN

No. Hasil pengamatan


Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
1. Penentuan (standarisasi) larutan natrium tiosulfat ± 0,1 N  KIO3 =  KIO3  KIO3 (s) + H2O (l) Berdasarkan
dengan kalium iodidat baku kristal putih ditambah  KIO3 (aq) percobaan yang
 Aquades = aquades = telah diperoleh
Serbuk KIO3 tidak larutan tidak konsentrasi rata-
berwarna berwarna rata larutan
- Ditimbang 0,357gram dalam kaca arloji Na2S2O3 sebesar
- Dipindahkan dalam labu ukur 100 mL Dari titrasi 0,1109 N
- Dilarutkan dengan air suling diperoleh
- Diencerkan sampai tanda batas volume Na2S2O3
- Dikocok perlahan hingga tercampur  V1 = 8,9 ml
sempurna  V2 = 8,9 ml
 V3 = 9,3 ml
Larutan Baku KIO3
 N1 = 0,1125 N
 N2 = 0,1125 N
 N3 = 0,1077 N

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 12


 Larutan KIO3  KIO3 (aq) + 5 KI
(aq) + 6 HCl (aq)
 Larutan KI = ditambah
dengan KI =  6 KCl (aq) + 3
tidak
tidak berwarna I2 (aq) + 3 H2O (l)
berwarna
 Larutan  6 KCl (aq) + 3 I2
 Larutan HCl
ditambah (aq) + 3 H2O + 6
= tidak
dengan HCl = Na2S2O3 (aq)  6
berwarna
KCl (aq) + 3
 Larutan larutan
berwarna Na2S4O6 (aq) + 6
Na2S2O3 =
coklat NaI (aq) + 3 H2O
tidak
kekuningan (l)
berwarna
 Larutan
dititrasi 2IO3- + 12H+ + 10e-
dengan  I2 + 6H2O || x1
Na2S2O3 (yang 2I-  I2 + 2e- || x5
pertama) = 2IO3- + 12H+ + 10e-
kuning muda  I2 + 6H2O (x1)
10I-  5I2 + 10e-
 Ketika
ditambah kanji 2IO3- + 12H+ + 10I-
= larutan  6I2 + 6H2O || :2
berwarna ungu IO3- + 6H+ + 5I- 
kehitaman 3I2 + 3H2O
 Titik akhir =
tidak berwarna

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 13


2. Penentuan kadar Cl2 dalam serbuk pemutih  Pemutih =  Pemutih Cl2 + 2e-  2 Cl- Berdasarkan
putih ditambah 2I-  I2 + 2e- percobaan
kekuningan aquades = Cl2 + 2I-  2Cl- + I2 menentukan
 Aquades = tidak berwarna kadar Cl2 dalam
larutan tidak  Larutan I2 + 2e- → 2I- pemutih merk
berwarna ditmbah KI = 2S2O32- → S4O62- + 2e + proclin
 KI = tidak kuning I2 + S4O62- → 2I- + diperoleh kadar
berwarna kemerahan S4O62- rata-rata Cl2
 H2SO4 =  Larutan sebesar = 4,085
tidak ditambah %
berwarna H2SO4 =
 Ammonium coklat
molibdat = kehitaman
tidak  Larutan
berwarna ditambah
 Na2S2O3 = ammonium
tidak molibdat =
berwarna coklat
 Larutan kanji kehitaman
= tidak  Setelah
berwarna dititrasi
dengan
Na2S2O3 =
kuning muda
 Larutan
ditambah kanji
= ungu
kehitaman

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 14


 Pada titik
akhir titrasi =
tidak berwarna

Kadar Cl2
1. 4,07 %
2. 4,10 %

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 15


IX. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
a. Penentuan (standarisasi) larutan natrium tiosulfat ± 0,1 N dengan
kalium iodidat baku
Percobaan pertama dilakukan bertujuan untuk membuat dan dan
menentukan (standarisasi) larutan Na2S2O3 (iodometri) dengan kalium
iodidat baku. Dasar reaksi titrasi oksidimetri ialah reaksi oksidasi reduksi
antara zat penitrasi dan zat yang dititrasi. Titrasi Reduksi oksidasi (redoks)
adalah suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator berdasarkan atas
reaksi oksidasi dan reduksi dimana redoktur akan teroksidasi dan oksidator
akan tereduksi.
Sebelum melakukan percobaan, semua alat yang akan digunakan harus
dicuci terlebih dahulu dan setelah itu dikeringkan. Alat yang digunakan
dalam percobaan harus dalam keadaan bersih dan kering agar bebas dari zat-
zat pengotor yang dapat mengganggu percobaan sehingga hasilnya tidak
akurat.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menimbang Kalium
Iodidat 0,3572 gram dengan menggunakan neraca analitik. KIO3 yang
sudah ditimbang dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL. Sisa KIO3 dalam
wadah dicuci hingga tidak ada yang tersisa dan dimasukkan ke dalam labu
ukur. Kemudian ditambah aquades kedalam labu ukur hingga sebelum tanda
batas yang berfungsi untuk mengencerkan KIO3, kemudian ditambahkan
lagi aquades menggunakan pipet tepat pada tanda batas. Dikocok hingga
menjadi larutan homogen. Sehingga didapatkan larutan KIO3 tidak
berwarna sebagai larutan baku. Persamaan reaksi yang terjadi:
KIO3(s) + H2O(l) → KIO3(aq)
Sementara itu, Buret yang akan digunakan untuk titrasi di bilas
terlebih dahulu dengan larutan Na2S2O3 agar tidak terkontaminasi dengan
larutan lainnya dalam proses melakukan titrasi. setelah di bilas, diisi dengan
larutan Na2S2O3 sampai titik nol pada buret.
Larutan standar KIO3 yang telah dihasilkan diambil 10 mL dengan
menggunakan pipet gondok dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 ml.
Penggunaan pipet gondok agar volume yang terambil lebih akurat.
Kemudian ditambahkan dengan 1 mL larutan KI 20% (tidak berwarna)

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 16


menghasilkan larutan tidak berwarna. Penambahan KI berfungsi untuk
membebaskan kandungan I2 yang berlebih. Kemudian ditambah dengan
2mL HCl 4N (tidak berwarna). Penambahan HCl bertujuan untuk
memberikan suasana asam pada larutan, hal ini disebabkan larutan yang
terdiri dari kalium iodat dan kalium iodida berada dalam kondisi netral atau
memiliki keasaman rendah. Selain itu dikarenakan larutan KIO3 merupakan
sumber dari sejumlah iod yang diketahui dalam titrasi. Larutan yang
mengandung kalium iodidat atau kalium iodida tersebut harus berada dalam
keasaman yang tinggi, karena dalam keadaan asam yang tinggi maka jumlah
zat reduktor yang mengalami oksidasi (I2) secara kuantitatif dapat
ditentukan. Penambahan HCl ini mengakibatkan larutan berwarna kuning
kecoklatan. Hal ini menunjukkan adanya iod yang dibebaskan, iod yang
dibebaskan ini kemudian dititrasi (tahap pertama) dengan larutan Na2S2O3
(tidak berwarna) sampai warnan larutan menjadi kuning muda. Setelah
terjadi perubahan warna maka titrasi dihentikan dan dibaca angka pada buret.

Kemudian ditambahkan 1 mL larutan kanji (amilum) dan larutan


berubah warna menjadi ungu kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa
didalam larutan terdapat I2 dan larutan kanji ini berfungsi sebagai indikator
untuk memperjelas perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik
akhir titrasi. Kompleks iodium-amilum memiliki kelarutan yang kecil
dalam air, sehingga umumnya ditambahkan pada titik akhir titrasi.
Kemudian dilanjutkan titrasi dengan larutan Na2S2O3 dan titrasi dihentikan
tepat ketika warna biru hilang sehingga larutan menjadi tidak berwarna.
Hilangnya warna biru pada larutan menunjukkan bahwa didalam larutan
sudah tidak terdapat lagi I2 melainkan telah tereduksi menjadi I-. Setelah
terjadi perubahan warna maka titrasi dihentikan dan dibaca angka pada
buret. Besarnya volume yang digunakan merupakan penjumlahan dari
titrasi pertama dan kedua. Persamaan reaksi sebagai berikut :
10e- + 12H+ + 2IO3- → I2 + 6H2O |x1|
2I- → I2 + 2e- |x5|
+
10e- + 12H+ + 2IO3- →I2 + 6H2O

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 17


10 I- → 5I2 + 10e-
+
12H+ + 2IO3- + 10I- → 6I2 + 6H2O |:2|
6H+ + IO3- + 5 I- → 3I2 + 3H2O

Berdasarkan persamaan tersebut ion iodat mendapatkan 5 elektron


dalam reaksi dengan ion iodide, dan untuk itu berat ekivalennya dalam
1
reaksi ini adalah 5 dari berat molekularnya. Namun demikian, reaksi yang

terlibat dalam titrasi adalah reaksi antara iodine dengan tiosulfat. Mengingat
1 mmol iodat menghasilkan 3 mmol atau 6 meq iodine, berat ekivalen dari
1
iodat untuk menyelesaikan proses adalah 6 dari berat molekularnya. Maka

IO3- = 6 .
Pada saat titik ekivalen, I2 dititrasi denganS2O32-.Reaksi yang terjadi
adalah :
2e- + I2 → 2I-
2S2O32- → S4O62- + 2e-
+
2S2O32- + I2 → S4O62- + 2I-

Mol ekivalen IO3- = mol ekivalen I2


Mol ekivalen I2 = mol ekivalen S2O32-
Jadi, mol ekivalen IO3- = mol ekivalen S2O32-
Titrasi dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat. Volume Na2S2O3 yang digunakan berturut-turut
adalah 8,9 mL ; 8,9 mL ; 9,3 mL. Titik ekuivalen pada proses titrasi
menyatakan terjadinya kesetimbangan antara mol ekivalen IO3- dan mol
ekivalen S2O32-. Untuk menentukan konsentrasi Na2S2O3 maka harus
diketahui konsentrasi KIO3. Konsentrasi KIO3 dapat dicari melalui
persamaan:
massa
n x Mr x volume

Sehingga berdasarkan persamaan tersebut bisa dicari Normalitas


larutan natrium tiosulfat melalui persamaan :

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 18


V1. N1 = V2. N2
Maka dari hasil perhitungan mengguanakan persamaan diatas, diperoleh
Normalitas larutan Na2S2O3 adalah N1 = 0,0117 N, N2 = 0,0112 N, dan N3
= 0,0111 N. Sehingga Konsentrasi larutan Na2S2O3 rata-rata dari 3 kali
percobaan adalah 0,0113 N.
b. Penentuan kadar Cl2 dalam pemutih merk “Proclin”
Percobaan kedua dilakukan bertujuan untuk Menentukan kadar Cl2
dalam pemutih. Sebelum dititrasi, langkah pertama yang dilakukan adalah
mengukur berat jenis pemutih (Proclin) diperoleh massa piknometer kosong
sebesar 15,3406 gram dan massa piknometer isi pemutih sebesar 43,8732
gram sehingga massa pemutih adalah 28,5326 gram dengan volume 25 mL
sehingga diperoleh berat jenis pemutih sebesar 1,1413 gram/mL. Karena
sampel yang digunakan 2 mL maka berat sampel 2,2826 gram.
Kemudian 25 mL pemutih proclin(berwarna jernih agak
kekuningan) ini diambil 2 mL dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 250
mL. Kemudian ditambah aquades 75 mL agar tidak terlalu pekat, kemudian
ditambah 3 gram KI berupa kristal putih sehingga dihasilkan larutan
berwarna kuning kecoklatan. Penambahan serbuk kristal KI bertujuan agar
jumlah ion I- pada larutan tersebut berlebih supaya semua analit dapat
berubah seluruhnya menjadi produk. Selain itu fungsi lainnya supaya dari
mol I2 yang terbentuk dapat ditunjukkan dari mol sampel. Kemudian
ditambahkan dengan 8 mL H2SO4 (tidak berwarna), sehingga larutan
berwarna coklat kehitaman . Fungsi penambahan H2SO4 yaitu memberikan
suasana asam, hal ini dikarenakan larutan yang terdiri dari kalium iodat dan
kalium iodida berada dalam kondisi netral atau memiliki tingkat keasamaan
rendah. Selain itu, reaksi berjalan lebih cepat apabila dalam suasana asam.
Kemudian ditambahkan juga dengan 3 tetes Amonium molibdat 3% (jernih
tak berwarna) sebagai katalis untuk mempercepat laju reaksi.

Kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 tidak berwarna sampai larutan


berwarna kuning muda. Setelah menjadi kuning muda larutan ditambah
dengan 5 mL larutan kanji tidak berwarna maka larutan berubah warna
menjadi ungu kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa didalam larutan

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 19


terdapat I2 dan larutan kanji ini berfungsi berfungsi untuk memperjelas
perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi. Kompleks
iodium-amilum memiliki kelarutan yang kecil dalam air, sehingga
umumnya ditambahkan pada titik akhir titrasi. Kemudian titrasi dilanjutkan
lagi hingga warna biru kehitaman tepat hilang menjadi jernih tak berwarna
hal ini menunjukkan bahwa didalam larutan tidak terdapat lagi I2 melainkan
telah menjadi I-.
Reaksi 1 : OCl- + 2I- +2H+ → I2 + Cl- + H2O
Reaksi 2 : I2 + 2e- → 2I-
2S2O32- → S4O62- + 2e-
\
I2 + S4O62- → 2I- + S4O62-

Titrasi dilakukan pengulangan sebanyak dua kali dengan


menambahkan serbuk KI sebanyak 3,0097 gram pada pengulangan kedua
untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Volume Na2S2O3 yang
digunakan berturut-turut adalah 23,6 mL ; 23,8 mL. Dengan menggunakan
konsentrasi Na2S2O3 0,1109 N maka dapat dihitung Normalitas Cl2 dengan
persamaan
V1. N1 = V2. N2
Sehingga bisa diperoleh Molaritas Cl2 dan dapat diketahui massa Cl2 .
untuk mengetahui massa Cl2 dapat dihitung melalui rumus
molaritas Cl2 x 2 x Mr Cl2
Massa Cl2 = 1000

Dengan diketahuinya massa Cl2 maka dapat dihitung kadar Cl2 dengan
rumus :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑙2
% Cl2= 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Dari persamaan diatas, maka diperoleh kadar Cl2 sebesar 4,07 % dan
4,10 % sehingga kadar CL2 rata-rata dalam pemutih merk “Proclin”
sebesar 4,085 %.

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 20


X. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan Titrasi Oksidimetri dan aplikasinya, dapat
disimpulkan bahwa :
 Penentuan (standarisasi) larutan natrium tiosulfat dengan kalium
iodidat baku digunakan titrasi dengan metode iodometri karena
Na2S2O3 dapat dioksidasi oleh KIO3 dengan penambahan KI dan
HCl.
 Dari standarisasi yang telah dilakukan diperoleh konsentrasi rata-
rata larutan Na2S2O3 sebesar 0,1109 N
 Kadar rata-rata Cl2 dalam pemutih merk “Proclin” sebesar 4,085 %

XI. PERTANYAAN

A. 1. Tuliskan reaksi yang terjadi pada titrasi permanganometri, jika


reduktornya adalah ion ferro! Setiap mol ion ferro sama dengan berapa
ekivalen?
Jawab : Reaksi titrasi permanganometri dengan ion ferro:
Fe2+ → Fe3+ + e
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O
5Fe2+ + MnO4- + 8H+ → Mn2+ + 4H2O + 5Fe3+
1mol Fe2+ ≈ 1 ekivalen
2. Mengapa pada titrasi permanganometri tidak perlu di tambah indikator
lagi?
Jawab : Pada titrasi permanganometri tidak perlu ditambah indikator lagi,
karena larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai indikator, yaitu ion MnO4-
yang berwarna ungu setelah direduksi akan menjadi ion Mn- yang tidak
berwarna, hal ini disebut juga autoindikator. Selain itu juga dikarenakan
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda menunjukkan
titik akhir suatu titrasi dan warna yang diperoleh pun sudah dalam keadaan
tetap yang artinya saat melakukan pengadukan, warna merah muda yang
muncul tidak menghilang.
B. 1. Apa perbedaan antara titrasi iodometri dan iodimetri?
Jawab : Perbedaan antara titrasi iodometri dan iodimetri:

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 21


Titrasi iodometri
- Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat
yang bersifat oksidator seperti besi (III), tembaga (II), dimana zat ini
akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin
yang terbentuk akan ditentukan dengan menggunakan larutan baku
tiosulfat.
- I- sebagai reduktor.
- Reaksi:
Oksidator + KI → I2 + 2e
I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
- I2 yang terbentuk direaksikan dengan S2O32-
- S2O32- distandarisasi dengan K2Cr2O7/KIO3
- Oksidasi yang dianalisis direaksikan dengan iodida berlebih dalam
suasana larutan yang cocok, dan iodium yang dibebaskan secara
kuantitatif dititrasi antara lain dengan larutan baku natrium tiosulfat. Cara
iodometri dapat digunakan untuk menganalisa oksidator yang kuat. Di
antaranya : Cr2O72-, BrO3-, ClO3-, HNO3, Cu2+ dan HOCl.

Titrasi iodimetri
- Iodimetri merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan
untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan
iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan
iodine dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat.
- I2 sebagai oksidator
- Reaksi :
Reduktor + I2 → 2I-
2Na2S2O3 + I2 → 2NaI +Na2S4O6
- Indikator kanji
Kanji + I2 → biru keunguan
Kanji + I- → tidak berwarna
- S2O32- distandarisasi dengan HAsO2

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 22


- Iodium digunakan untuk menitrasi reduktor-reduktor yang dapat
dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalen. Reaksi oksidasi yang
berlangsung dengan larutan iodium di antaranya dengan H2S, H2SO4,
H2AsO4, Sn2+ dan S2O32-.
2. Bagaimana reaksi antara kalium iodat + kalium iodida + asam klorida?
Setiap 1 mol kalium iodat sama dengan berapa ekivalen?
Jawab : Reaksi antara kalium iodat + kalium iodida + asam klorida
2IO3- + 12H+ + 10e → I2 + 6H2O
2I- → I2 + 2e
2IO3- + 12H+ + 10I- → 6I2 + 6H2O
1 mol IO3- = 5 ekivalen

Aplikasi Iodometri & Iodimetri


1. Jelaskan beberapa kekurangan amilum digunakan sebagai indikator!
Jawab : Kekurangan kanji sebagai indicator adalah :
 Kanji tidak larut dalam air dingin.
 Suspensinya dalam air tidak stabil.
 Bila penambahan kanji dilakukan pada awal titrasi dengan I2 akan
membentuk kompleks iod-amilum.jika dalam titrasi menggunakan
indicator kanji maka penambahan kanji dilakukan pada saat
mendekati ttitik ekivalen.
2. Mengapa pada titrasi iodometri indicator amilum ditambahkan pada
saat mendekati titik ekivalen?
Jawab : Karena apabila penambahan kanji dilakukan pada awal titrasi
dengan I2 akan membentuk kompleks iod-amilum. Agar amilum tidak
membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi
untuk kembali ke senyawa semula. alasan kedua adalah biasanya
iodometri dilakukan pada media asam kuat sehingga akan menghindari
terjadinya hidrolisis amilum.
3. Mengapa penambahan larutan Na2S2O3 menggunakan aquades yang
mendidih?

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 23


Jawab : Penambahan larutan Na2S2O3 menggunakan aquades yang
mendidih dikarenakan supaya serbuk dari Na2S2O3.5H2O tetap berada
dalam keadaan yang steril. Selain itu, sifat dari padatan/serbuk sendiri
tidak stabil pada jangka waktu yang lama, sehingga diperlukan natrium
karbonat atau boraks sebagai bahan pengawet.

XII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Penentuan Kadar Klorin (Cl2) Dalam Cairan Pemutih


Menggunakan Titrasi Iodometri. Online. Web Publikasi :
http://vivienanjadi.blogspot.co.id/2012/05/vbehaviorurldefaultvmlo_
18.html. Diakses pada tanggal 24 November pukul 21.30 WIB
Day. R.A., Underwood. A.L. 2002. Quantitative Analysis (sixth ed.). New York:
Prentice Hall. (Terjemahan oleh Sopyan, Iis. 2002. Analisis Kimia
Kuantitatif (ed. Ke 6). Jakarta: Erlangga.)
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.
Mahmudy, Lathief. 2013. Titrasi Iodometri. Online. Web Publikasi :
http://lathiefmahmudy.blogspot.co.id/2013/01/titrasi-iodometri.html .
Diakses pada tanggal 24 November pukul 21.15 WIB
Rizqi, Iffa Ainiyar.2008. Titrasi Redoks. Online . Web Publikasi :
https://www.academia.edu/8737225/ TITRASI_REDOKS. Diakses pada
tanggal 24 November 2016.
Svehla G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Makro
bagian I dan II. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 24


LAMPIRAN
1). Lampiran Perhitungan
A. Standarisasi larutan Na2S2O3± 0,1 N dengan kalium iodidat baku
Diketahui : m KIO3 = 0,3572 gram
Mr KIO3 = 214
Volume Na2SO3
V1 = 8,9 ml
V2 = 8,9 ml
V3 = 9,3 ml
Ditanya : N Na2S2O3 ?
Jawab :
 Titrasi 1
Mol KIO3 = Mol Na2S2O3
N1 . V1 = N2 . V2
massa
n x Mr x volume x V1 = N2 . V2
0,3572
6 x 214 x 0,1 x 10 = N2 . 8,9
21,432 / 21,4 = N2 . 8,9
1,0015 = N2 . 8,9
N2 = 1.0015 / 8,9 = 0,1125 N
 Titrasi 2
Mol KIO3 = Mol Na2S2O3
N1 . V1 = N2 . V2
massa
n x Mr x volume x V1 = N2 . V2
0,3572
6 x 214 x 0,1 x 10 = N2 . 8,9
21,432 / 21,4 = N2 . 8,9
1,0015 = N2 . 8,9
N2 = 1.0015 / 8,9 = 0,1125 N
 Titrasi 3
Mol KIO3 = Mol Na2S2O3
N1 . V1 = N2 . V2
massa
n x Mr x volume x V1 = N2 . V2
0,3572
6 x 214 x 0,1 x 10 = N2 . 9,3
21,432 / 21,4 = N2 . 9,3
1,0015 = N2 . 9,3

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 25


N2 = 1.0015 / 9,3 = 0,1077 N

0,1125+0,1125+0,1077
N rata-rata Na2S2O3 = 3
= 0,3327 / 3
= 0,1109 N
Reaksi :
2 IO3- + 12 H+ + 10 e- → I2 + 6 H2O | x1
2 I- → I2 + 2e- | x5
2 IO3- + 12 H+ + 10 e- → I2 + 6 H2O
10 I- → 5 I2 + 10 e-
2 IO3- + 12 H+ + 10 I- → 6 I2 + 6 H2O
IO3- + 6 H+ + 5 I- → 3 I2 + 3 H2O

B. Menentukan kadar Cl2 dalam pemutih merk “Proclin”

Diketahui : massa pemutih = 43,8732 gram – 15,3406 gram


= 28,5326 gram
𝜌 pemutih = massa / volume
= 28,5326 gram / 25 ml
= 1,1413 gram/ml
Volume Na2S2O3 = V1 = 23,6 ml
V2 = 23,8 ml
Massa pemutih = 𝜌 . v
= 1,1413 gram/ml x 2 ml
= 2,2826 gram
Na2S2O3 = 0,1109 N
Mr Cl2 = 71
Ditanya : kadar Cl2 dalam pemutih merk proclin ?
Jawab :
 Titrasi 1
Mol ekivalen Na2S2O3 = Mol ekivalen Cl2
N1 . V1 = N2 . V2
0,1109 N x 23,6 ml = N2 x 2 ml
2,6172 N / 2 = N2
N2 = 1,3086 N
M = 1,3086 N / 2
= 0,6543 M
Massa 1000
Molaritas = x
Mr V
m 1000
0,6543 M = 71 x 2
m = 46,4553 / 500 = 0,0929 gram

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 26


massa Cl2
kadar Cl2 = massa sampel x 100%
0,0929 gram
= 2,2826 gram x 100%
= 0,0407 x 100%
= 4,07 %
 Titrasi 2
Mol ekivalen Na2S2O3 = Mol ekivalen Cl2
N1 . V1 = N2 . V2
0,1109 N x 23,8 ml = N2 x 2 ml
2,6394 N / 2 = N2
N2 = 1,3197 N
M = 1,3197 N / 2
= 0,6599 M
Massa 1000
Molaritas = x
Mr V
m 1000
0,6599 M = x
71 2
m = 46,8529 / 500 = 0,0937 gram
massa Cl2
kadar Cl2 = massa sampel x 100%
0,0937 gram
= 2,2826 gram x 100%
= 0,0410 x 100%
= 4,10 %
4,07%+4,10%
Jadi kadar Cl2 rata-rata pada pemutih merk proclin = = 4,085 %
2

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 27


2). Lampiran Foto
No. Gambar Keterangan

Alat-alat yang digunakan


1. dalam praktikum Titrasi
Iodometri

KIO3 dan KI yang


digunakan sebagai bahan
2.
dalam praktikum titrasi
pengendapan

Larutan Na2S2O3 sebagai


3.
larutan standar

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 28


Larutan KI 20 % dan
4. HCl 4N sebagai bahan
praktikum

Larutan H2SO4 sebagai


5.
bahan praktikum

Amilum dan amonium


6. molibdat sebagai bahan
praktikum

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 29


Pemutih yang digunakan
7. untuk praktikum yakni
pemutih merk “Proclin”

Standarisasi Na2S2O3 dengan KIO3

Menimbang KIO3
sebesar 0,3572 dengan
menggunakan neraca
3. analitik sebelum
digunakan untuk
standarisasi Natrium
tiosulfat

Kristal KIO3 dilarutkan


4. dengan aquades dalam
labu ukr 100 mL

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 30


Ditambahkan aquades
5. sampai tanda batas
meniscus

Larutan dalam labu ukur


6. dikocok agar tercampur
dengan sempurna

Larutan KIO3 diambil


dari labu ukur dengan
7. menggunakan pipet
seukuran 10 mL sampai
batas meniscus

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 31


Menuangkan larutan
KIO3 dalam labu ukur ke
8.
dalam erlenmeyer 250
mL

Larutan KIO3 dalam


9. erlenmeyer ditambahkan
2 mL KI

Larutan dalam
10. erlenmeyer ditambahkan
1 mL HCl 4N

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 32


Setelah penambahan HCl
11. larutan menjadi berwarna
kuning kecoklatan

Larutan dalam
12. erlenmeyer dititrasi
dengan Na2S2O3

Titrasi (I) dihentikan


ketika warna larutan
13
berubah menjadi kuning
bening

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 33


Ketika larutan yang telah
14 dititrasi (I) ditambahkan
amilum 3 tetes

Setelah ditetesi amilum


15 larutan berubah warna
menjadi biru kehitaman

Larutan dititrasi kembali


(titrasi II) dengan
16
Na2S2O3 sampai terjadi
perubahan warna

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 34


Warna biru kehitaman
17 hilang ketika titik akhir
titrasi

Pada saat titrasi pertama


volume Na2S2O3 yang
terpakai sebesar 8,9 mL
18
yaitu dengan skala = 17,0
skala’= 25,5 dan skala” =
26,9

Pada saat titrasi kedua


volume Na2S2O3 yang
terpakai sebesar 8,9 mL
19
yaitu dengan skala = 26,0
skala’= 34,6 dan skala” =
34,9

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 35


Pada saat titrasi ketiga
volume Na2S2O3 yang
terpakai sebesar 8,9 mL
20
yaitu dengan skala = 38,0
skala’= 47,0 dan skala” =
47,3

Ketiga larutan setelah


21
dititik akhir titrasi

Aplikasi Titrasi Iodometri

Menimbang garam KI
untuk dua kali percobaan
1. dengan menimbang
dengan massa 0,30048
dan 0,30097

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 36


Menimbang piknometer
2. dalam keadaan kosong
dan saat berisi pemutih.

Mengambil 2 mL
pemutih dengan
3. menggunakan pipet dan
dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL

Mengukur aquades
dengan menggunakan
4.
gelas ukur sebanyak 75
mL

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 37


Memasukkan aquades ke
5. dalam erlenmeyer yang
sudah berisi pemutih

Menambahkan KI kristal
6.
ke dalam larutan

Larutan berubah warna


menjadi kuning
7.
kemerahan setelah
penambahan KI

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 38


Mengambil H2SO4
8. dengan pipet sebanyak 8
mL

Menambahkan H2SO4 8
9. mL ke dalam larutan di
erlenmeyer

Larutan berubah warna


menjadi kuning
10.
kecoklatan setelah
penambahan H2SO4

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 39


Ditambah dengan
amonium molibdat 3
11. tetes dan berubah warna
menjadi kuning
kecoklatan

Larutan dititrasi dengan


12. Na2S2O3 sampai terjadi
perubahan warna

Setelah titrasi (I) terjadi


13. perubahan warna
menjadi kuning bening

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 40


Menambahkan amilum 5
mL setelah titrasi(I)
14. sehingga larutan berubah
warna menjadi biru
kehitaman

Dititrasi kembali dengan


15. Na2S2O3 hingga warna
larutan menghilang

Setelah titrasi(II) warna


16.
larutan menjadi hilang

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 41


Pada saat titrasi pertama
volume Na2S2O3 yang
terpakai sebesar 23,6 mL
17.
yaitu dengan skala = 5,0
skala’= 27,9 dan skala” =
28,7

Pada saat titrasi pertama


volume Na2S2O3 yang
terpakai sebesar 23,8 mL
18.
yaitu dengan skala = 10,0
skala’= 32,9 dan skala” =
33,8

Warna larutan menjadi


19. hilang ketika titik akhir
titrasi pada titrasi(II)

Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 42


Laporan Praktikum Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya | 43

Anda mungkin juga menyukai