Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TENTANG ENZIM

Disusun oleh:

Rafi Theda Prabawa


(121150069)

PROGRAM STUDY TEKNIK KIMIA


FAKULTAS INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa  yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya  sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan.
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai  tugas mata kuliah Biokimia dengan
judul Enzim di Universitas pembangunan nasional
Terima kasih kepada Ibu selaku dosen mata kuliah Biokimia yang telah membimbing dan
memberikan kuliah demi lancarnya tugas ini.
Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata
kuliahBiokimia

 
BAB I
PENDAHULUAN
       A.    Latar Belakang
Beberapa jenis molekul dapat mempengaruhi aktivitas enzim. Aktivitas dari enzim dapat
dipengaruhi oleh beberapa jenis molekul, salah satunya adalah inhibitor. Inhibitor merupakan
suatu senyawa yang dapat menghambat atau menurunkan laju reaksi yang dikatalisis oleh enzim.
Inhibitor irreversibel atau tidak dapat balik, dimana setelah inhibitor mengikat enzim, inhibitor
tidak dapat dipisahkan dari sisi aktif enzim. Keadaan ini menyebabkan enzim tidak dapat
mengikat substrat atau inhibitor merusak beberapa komponen (gugus fungsi) pada sisi katalitik
molekul enzim. Sedangakan nhibitor reversibel atau dapat balik, bekerja dengan mengikat sisi
aktif enzim melalui reaksi reversibel dan inhibitor ini dapat dipisahkan atau dilepaskan kembali
dari ikatannya. Inhibitor dapat balik terdiri dari tiga jenis, yaitu inhibitor yang bekerja secara
kompetitif, non-kompetitif, dan un-kompetitif.
         Sehingga dilakukan percobaan pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzim dengan tujuan
untuk mengetahui pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzim. Dimana dalam percobaan
pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzim ini, digunakan inhibitor kompetitif yaitu malonat.
Dalam hal ini malonat yang menginhibisi reaksi yang dikatalisis oleh enzim suksinat
dehidrogenase.

 
         B.      Rumusan Masalah
1.      Sifat-Sifat Enzim
2.      Klasifikasi Enzim
3.      Faktor-Faktor yang mempengaruhi Enzim
4.      Cara Kerja Enzim
5.      Katalosator Enzim
6.      Sifat mengatur sendiri dari Enzim
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Sejarah Enzim
Hal-hal yang berkaitan dengan enzim dipelajari dalam enzimologi. Dalam dunia pendidikan tinggi,
enzimologi tidak dipelajari sebagai satu jurusan tersendiri, tetapi sejumlah program studi memberikan mata kuliah
ini. Enzimologi terutama dipelajari dalam kedokteran, ilmu pangan, teknologi pengolahan pangan, dan cabang-
cabang ilmu pertanian.
Pada akhir tahun 1700-an dan  awal tahun 1800-an, pencernaan daging oleh sekresi perut dan
konversipati menjadi gula oleh ekstrak tumbuhan dan ludah telah diketahui. Namun, mekanisme bagaimana hal ini
terjadi belum diidentifikasi.
Pada abad ke-19, ketika mengkaji fermentasi gula menjadi alkohol oleh ragi, Louis Pasteur menyimpulkan
bahwa fermentasi ini dikatalisasi oleh gaya dorong vital yang terdapat dalam sel ragi, disebut sebagai "ferment", dan
diperkirakan hanya berfungsi dalam tubuh organisme hidup. Ia menulis bahwa "fermentasi alkoholik adalah
peristiwa yang berhubungan dengan kehidupan dan organisasi sel ragi, dan bukannya kematian ataupun putrefaksi
sel tersebut."
Pada tahun 1878, ahli fisiologi Jerman Wilhelm Kühne (1837–1900) pertama kali menggunakan istilah
"enzyme", yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti "dalam bahan pengembang" (ragi), untuk menjelaskan
proses ini. Kata "enzyme" kemudian digunakan untuk merujuk pada zat mati seperti pepsin, dan
kata  ferment digunakan untuk merujuk pada aktivitas kimiawi yang dihasilkan oleh organisme hidup.
Pada tahun 1897, Eduard Buchner memulai kajiannya mengenai kemampuan ekstrak ragi untuk
memfermentasi gula walaupun ia tidak terdapat pada sel ragi yang hidup. Pada sederet eksperimen di Universitas
Berlin, ia menemukan bahwa gula difermentasi bahkan apabila sel ragi tidak terdapat pada campuran.  Ia menamai
enzim yang memfermentasi sukrosa sebagai "zymase" (zimase). Pada tahun 1907, ia menerima penghargaan nobel
dalam bidang kimia atas riset biokimia dan penemuan fermentasi tanpa sel yang dilakukannya. Mengikuti praktek
Buchner, enzim biasanya dinamai sesuai dengan reaksi yang dikatalisasi oleh enzim tersebut. Umumnya, untuk
mendapatkan nama sebuah enzim, akhiran -ase ditambahkan pada nama substrat enzim tersebut (contohnya: laktase,
merupakan enzim yang mengurai laktosa) ataupun pada jenis reaksi yang dikatalisasi (contoh: DNA
polimerase yang menghasilkan polimer DNA).
Penemuan bahwa enzim dapat bekerja diluar sel hidup mendorong penelitian pada sifat-sifat biokimia
enzim tersebut. Banyak peneliti awal menemukan bahwa aktivitas enzim diasosiasikan dengan protein, namun
beberapa ilmuwan seperti Richard Willstätter berargumen bahwa proten hanyalah bertindak sebagai pembawa enzim
dan protein sendiri tidak dapat melakukan katalisis. Namun, pada tahun 1926, James B. Sumner berhasil
mengkristalisasienzim urease dan menunjukkan bahwa ia merupakan protein murni. Kesimpulannya adalah bahwa
protein murni dapat berupa enzim dan hal ini secara tuntas dibuktikan oleh Northrop dan Stanley yang meneliti
enzim pencernaan pepsin (1930), tripsin, dan kimotripsin. Ketiga ilmuwan ini meraih penghargaan Nobel tahun
1946 pada bidang kimia.
Penemuan bahwa enzim dapat dikristalisasi pada akhirnya mengijinkan struktur enzim ditentukan
melalui kristalografi sinar-X. Metode ini pertama kali diterapkan pada lisozim, enzim yang ditemukan pada air mata,
air ludah, dan telur putih, yang mencerna lapisan pelindung beberapa bakteri. Struktur enzim ini dipecahkan oleh
sekelompok ilmuwan yang diketuai oleh David Chilton Phillips dan dipublikasikan pada tahun 1965. Struktur
lisozim dalam resolusi tinggi ini menandai dimulainya bidang biologi struktural dan usaha untuk memahami
bagaimana enzim bekerja pada tingkat atom.
B.  Pengertian Enzim
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas
protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan protein, berfungsi sebagai senyawa yang mempercepat proses
reaksi tanpa habis bereaksi  dalam suatu reaksi kimia. Hampir semua enzim merupakan protein. Pada reaksi yang
dikatalisasi oleh enzim, molekul awal reaksi disebut sebagai substrat, dan enzim mengubah molekul tersebut
menjadi molekul-molekul yang berbeda, disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu
kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan
cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter.

  C.    Sifat sifat enzim

1.      Enzim adalah Protein


Sebagai protein enzim memiliki sifat seperti protein, yaitu sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan, seperti suhu, pH, konsentrasi substrat). Jika lingkungannya tidak sesuai, maka enzim
akan rusak atau tidak dapat bekerja dengan baik.

2.  Bekerja secara khusus/spesifik


Setiap enzim memiliki sisi aktif yang sesuai hanya dengan satu jenis substrat, artinya setiap
enzim hanya dapat bekerja pada satu substrat yang cocok dengan sisi aktifnya.

3.       Berfungsi sebagai katalis


Meningkatkan kecepatan reaksi kimia tanpa merubah produk yang diharapkan tanpa ikut
bereaksi dengan substratnya, dengan demikian energi yang dibutuhkan untuk menguraikan suatu
substrat menjadi lebih sedikit.

4.        Diperlukan dalam jumlah sedikit


Reaksi enzimatis dalam metabolisme hanya membutuhkan sedikit sekali enzim untuk setiap kali
reaksi.

5.        Bekerja bolak-balik


Enzim tidak mempengaruhi arah reaksi, sehingga dapat bekerja dua arah (bolak-balik). Artinya
enzim dapat menguraikan substrat menjadi senyawa sederhana, dan sebaliknya enzim juga dapat
menyusun senyawa-senyawa menjadi senyawa tertentu.
      D.      Klasifikasi Enzim
Enzim dapat digolongkan berdasarkan tempat bekerjanya, substrat yang dikatalisis, daya
katalisisnya, dan cara terbentuknya.

1. Penggolongan enzim berdasarkan tempat bekerjanya


       A. Endoenzim
Endoenzim disebut juga enzim intraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di dalam sel. Umumnya
merupakan enzim yang digunakan untuk proses sintesis di dalamsel dan untuk pembentukan
energi (ATP) yang berguna untuk proses kehidupan sel,misal dalam proses respirasi.

       B. Eksoenzim
Eksoenzim disebut juga enzim ekstraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di luar sel. Umumnya
berfungsi untuk “mencernakan” substrat secara hidrolisis, untuk dijadikan molekul yang lebih
sederhana dengan BM lebih rendah sehingga dapat masuk melewati membran sel. Energi yang
dibebaskan pada reaksi pemecahan substrat di luar sel tidak digunakan dalam proses kehidupan
sel.

2.   Penggolongan enzim berdasarkan daya katalisis


       A. Oksidoreduktase
Enzim ini mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi, yang merupakan pemindahan elektron, hidrogen
atau oksigen. Sebagai contoh adalah enzim elektron transfer oksidase dan hidrogen peroksidase
(katalase). Ada beberapa macam enzim electron transfer oksidase, yaitu enzim oksidase,
oksigenase, hidroksilase dan dehidrogenase.
      
  B. Transferase
Transferase mengkatalisis pemindahan gugusan molekul dari suatu molekul ke molekul yang
lain. Sebagai contoh adalah beberapa enzim sebagai berikut:

1.      Transaminase adalah transferase yang memindahkan gugusan amina.


2.      Transfosforilase adalah transferase yang memindahkan gugusan fosfat.
3.      Transasilase adalah transferase yang memindahkan gugusan asil.
 
       C. Hidrolase
Enzim ini mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis, dengan contoh enzim adalah:
1.      Karboksilesterase adalah hidrolase yang menghidrolisis gugusan ester karboksil.
2.      Lipase adalah hidrolase yang menghidrolisis lemak (ester lipida).
3.      Peptidase adalah hidrolase yang menghidrolisis protein dan polipeptida.
       D. Liase
Enzim ini berfungsi untuk mengkatalisis pengambilan atau penambahan gugusan dari suatu
molekul tanpa melalui proses hidrolisis, sebagai contoh adalah:
1.      L malat hidroliase (fumarase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi pengambilan air dari malat
sehingga dihasilkan fumarat.
2.      Dekarboksiliase (dekarboksilase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi pengambilan gugus
karboksil.
  
     E. Isomerase
Isomerase meliputi enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi isomerisasi, yaitu:
1.      Rasemase, merubah l-alanin D-alanin
2.      Epimerase, merubah D-ribulosa-5-fosfat  D-xylulosa-5-fosfat
3.      Cis-trans isomerase, merubah transmetinal cisrentolal
4.      Intramolekul ketol isomerase, merubah D-gliseraldehid-3-fosfat dihidroksi aseton fosfat
5.      Intramolekul transferase atau mutase, merubah metilmalonil-CoA suksinil-CoA

       F. Ligase
Enzim ini mengkatalisis reaksi penggabungan 2 molekul dengan dibebaskannya molekul
pirofosfat dari nukleosida trifosfat, sebagai contoh adalah enzim asetat=CoASH ligase yang
mengkatalisis rekasi sebagai berikut:
Asetat + CoA-SH + ATP  Asetil CoA + AMP + P-P

3. Enzim lain dengan tatanama berbeda


Ada beberapa enzim yang penamaannya tidak menurut cara di atas, misalnya enzim pepsin,
triosin, dan sebagainya serta enzim yang termasuk enzim permease. Permease adalah enzim yang
berperan dalam menentukan sifat selektif permiabel dari membran sel.

4. Penggolongan enzim berdasar cara terbentuknya


       A. Enzim konstitutif
Di dalam sel terdapat enzim yang merupakan bagian dari susunan sel normal, sehingga enzim
tersebut selalu ada umumnya dalam jumlah tetap pada sel hidup. Walaupun demikian ada enzim
yang jumlahnya dipengaruhi kadar substratnya, misalnya enzim amilase. Sedangkan enzim-
enzim yang berperan dalam proses respirasi jumlahnya tidak dipengaruhi oleh kadar substratnya.

       B. Enzim adaptif


Perubahan lingkungan mikroba dapat menginduksi terbentuknya enzim tertentu. Induksi
menyebabkan kecepatan sintesis suatu enzim dapat dirangsang sampai beberapa ribu kali. Enzim
adaptif adalah enzim yang pembentukannya dirangsang oleh adanya substrat. Sebagai contoh
adalah enzim beta galaktosidase yang dihasilkan oleh bakteri E.coli yang ditumbuhkan di dalam
medium yang mengandung laktosa. Mulamula E. coli tidak dapat menggunakan laktosa sehingga
awalnya tidak nampak adanya pertumbuhan (fase lag/fase adaptasi panjang) setelah beberapa
waktu baru menampakkan pertumbuhan. Selama fase lag tersebut E. colimembentuk enzim beta
galaktosidase yang digunakan untuk merombak laktosa.
Enzim diklasifikasikan berdasarkan tipe reaksi dan mekanisme reaksi yang dikatalisis. Pada
awalnya hanya ada beberapa enzim yang dikenal, dan kebanyakan mengkatalisis reaksi hidrolisis
ikatan kovalen. Semua enzim ini diidentifikasi dengan menambahkan akhiran –ase pada nama
substansi atau substrat yang dihidrolisis. Contoh: lipase menghidrolisis lipid, amilase
menghidrolisis amilum, protease menghidrolisis protein. Pemakaian penamaan tersebut terbukti
tidak memadai karena banyak enzim mengkatalisis substrat yang sama tetapi dengan reaksi yang
berbeda. Contohnya ada enzim yang megkatalisis reaksi reduksi terhadap fungsi alkohol gula
dan ada pula yang mengkatalisis reaksi oksidasi pada substrat yang sama.
Sistem penamaan enzim sekarang tetap menggunakan –ase, namun ditambahkan pada jenis
reaksi yang dikatalisisnya. Contoh: enzim dehidrogenase mengkatalisis reaksi pengeluaran
hidrogen, enzim transferase mengkatalisis pemindahan gugus tertentu. Untuk menghindari
kesulitan penamaan karena semakin banyak ditemukan enzim yang baru, maka International
Union of Biochemistry (IUB) telah mengadopsi sistem penamaan yang kompleks tetapi tidak
meragukan berdasarkan mekanisme reaksi. Namun sampai sekarang masih banyak buku-buku
yang masih menggunakan sistem penamaan lama yang lebih pendek.

     E.        Faktor Yang Mempengaruhi Enzim

a. Suhu
Enzim terdiri atas molekul-molekul protein. Oleh karena itu, enzim masih tetap mempuyai sifat
protein yang kerjanyas dipengaruhi oleh suhu. Enzim dapat bekerja optimum pada kisaran suhu
tertentu, yaitu sekitar suhu 400 C. Pada suhu 00 C, enzim tidak aktif. Jika suhunya dinaikkan,
enzim akan mulai aktif. Jika suhunya dinaikkan lebih tinggi lagi sampai batas sekitar 40 – 500 C,
enzim akan bekerja lebih aktif lagi. Namun, pemanasan lebih lanjut membuat enzim akan terurai
atau terdenaturasi seperti halnya protein lainnya. Pada keadaan ini enzim tidak dapat bekerja.
·                     Enzim tidak aktif pada suhu kurang daripada 0oC.
·                     Kadar tindak balas enzim meningkat dua kali ganda bagi setiap kenaikan suhu 10oC.
·                     Kadar tindak balas enzim paling optimum pada suhu 37oC. Enzim ternyahasli pada suhu
tinggi iaitu lebih dari 50oC.

b. Derajat Keasaman (pH)


Enzim bekerja pada pH tertentu, umumnya pada netral, kecuali beberapa jenis enjim yang
bekerja pada suasana asam atau suasana basa. Jika enzim yang bekerja optimum pada suasana
netral ditempatkan pada suasana basa ataupun asam, enzim tersebut tidak akan bekerja atau
bahkan rusak. Begitu juga sebaliknya, jila suatu enzim bekerja optimal pada suasana basa atau
asam tetapi ditempatkan pada keadaan asam atau bas, enzimtersebut akan rusak.
Sebagai contohnya, enzim pepsin yang terdpat di dalam lambung, efektif bekerja pada pH
rendah.
·                     Setiap enzim bertindak paling cekap pada nilai pH tertentu yang disebut sebagai pH
optimum.
·                     pH optimum bagi kebanyakan enzim ialah pH 7.
·                     Terdapat
beberapa pengecualian, misalnya enzim pepsin di dalam perut bertindak balas
paling cekap pada pH 2, sementara enzim tripsin di dalam usus kecil bertindak paling cekap pada
pH 8.

c. Inhibitor
Hal lain yang mempengaruhi kerja enzim adalah feed back inhibitor. Feed back inhibitor adalah
keadaan pada saat substansi hasil (produk) kerja enzim yang terakumulasi dalam jumlah yang
berlebihan akan menghambat kerja enzim yang bersangkutan.

1.   Inhibitor Kompetisi


Pada inhibitor kompetisi terjadi penambahan substrat dapat mengurangi daya hambatnya, karena
inhibitor bersaing dengan substrat untuk mengikta bagian aktif  enzim. Misalnya enzim suksinat
dehidrogenase yang berfungsi mengkatalisis reaksi oksidasi asam uksinat menjadi fumarat, jika
dalam proses ini dutambahkan asam malonat, maka enzim suksinat dehidrogenase akan menurun
aktivitasnya.
Tetapi jika diberikan lagi asam suksinat sebagai substrat reaksi akan normal kembali. Sehingga
aktivitas inhibitor ini sangat bergantung pada konsentrasi inhibitor, konsentrasi substrat, dan 
aktivitas relatif inhibitor dan substrat.

2.   Inhibitor Nonkompetisi


Inhibitor nonkompetisi pengauhnya tdak dapat dihilangkan  dengan adanya penambahan substrat
lain, dimana inhibitor ini akan berikatan dengan  permukaan enzim tanpa lepas dan lokasinya
tidak dapat diganti oleh substrat. Sehingga daya kerja inhibitor sangat tergantung dari 
konsentrasi inhibitor dan aktivitas inhibitor terhadap enzim.

d. Konsentrasi Substrat
Mekanisme kerja enzim juga ditentukan oleh jumlah atau konsentrasi substrat yang tersedia. Jika
jumlah substratnya sedikit, kecepatan kerja enzim juga rendah. Sebaliknya, jika jumlah substrat
yang tersedia banyak, kerja enzim juga cepat. Pada keadaan substrat berlebih, kerja enzim tidak
sampai menurun tetapi konstan.
·                     Pada kepekatan substrat rendah, bilangan molekul enzim melebihi bilangan molekul
substrat. Oleh itu,cuma sebilangan kecil molekul enzim bertindak balas dengan molekul substrat.
·                     Apabila kepekatan substrat bertambah, lebih molekul enzim dapat bertindak balas
dengan molekul substrat sehingga ke satu kadar maksimum.
·                     Penambahan kepekatan substrat selanjutnya tidak akan menambahkan kadar tindak balas
kerana kepekatan enzim menjadi faktor pengehad.
       F  .      Ada 2 teori mengenai cara kerja enzim, yaitu:
·                     Teori gembok anak kunci (key-lock)
Sisi aktif enzim mempunyai bentuk tertentu yang hanya sesuai untuk satu jenis substrat saja
Gambar 3.4 A) Substrat sesuai dengan sisi aktif seperti gembok kunci dengan anak kuncinya.
Hal itu menyebabkan enzim bekerja secara spesifik. Jika enzim mengalami denaturasi (rusak)
karena panas, bentuk sisi aktif berubah sehingga substrat tidak sesuai lagi. Perubahan pH juga
mempunyai pengaruh yang sama.
·                     Teori cocok terinduksi (induced fit).
Sisi aktif enzim lebih fleksibel dalam menyesuaikan struktur substrat. Ikatan antara enzim dan
substrat dapat berubah menyesuaikan dengan substrat. Inhibitor Merupakan zat yang dapat
menghambat kerja enzim. Bersifat reversible dan irreversible.

       G.       Katalisator
Istilah katalisator berawal dari penelitian Berzelius (1836) tentang proses proses
pemercepatan laju reaksi dan menjabarkannya sebagai akibat adanya gaya katalisis. Sebutan
“gaya” katalisis ternyata tidak terbukti, tetapi istilah katalisator tetap digunakan untuk
menyebuitkan pengaruh substansi tertentu yang ikut dalam proses tanpa mengalami perubahan.
Senyawa yang menurunkan laju reaksi biasa disebut sebagai katalisator negatif atau inhibitor,
yang saat ini lebih dikenal dengan istilah katalis.
Definisi katalis pertama kali dikemukakan oleh Ostwalsd sebagai suatu substansi yang
mengubah laju suatu reaksi kimia tanpa merubah besarnya energi yang menyertai reaksi tersebut.
Pada tahun 1902 Ostwald mendefinisikkan katalis sebagai substansi yang mengubah laju reaksi
tanpa terdapat sebagai produk pada akhir reaksi, dengan kata lain katalisator mempengaruhi laju
reaksi dan berperan sebagai reaktan sekaligus produk reaksi. Selanjutnya pada tahun 1941, Bell
menjelaskan substansi yang dapat disebut sebagai katalis suatu reaksi adalah ketika sejumlah
tertentu substansi ditambahkan maka akan mengakibatkan laju reaksi bertambah dari laju pada
keadaan stoikiometri biasa. Jika substansi tersebut ditambahkan pada reaksi maka tidak
mengganggu kesetimbangan.
Penggolongan katalis dapat didasarkan pada fasenya yaitu katalis homogen dan katalis
heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi dalam
reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada dalam fase yang sama. Katalis
homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk suatu perantara
kimia yang selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu proses yang
memulihkan katalisnya. Berikut ini merupakan skema umum reaksi katalitik, di mana C
melambangkan katalisnya:
A + C → AC …………(1)

B + AC → AB + C …………(2)

A + B + C → AB + C …………(3)

Meskipun katalis (C) bereaksi dengan reaktan oleh reaksi 1, namun katalis dapat dihasilkan
kembali oleh reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi reaksi (3).
Beberapa katalis ternama yang pernah dikembangkan di antaranya:

•    Katalis Asam-Basa

Katalis asam-basa sangat berperan dalam perkembangan kinetika kimia. Awal penelitian kinetika
reaksi yang dikatalisis dengan suatu asam atau basa bersamaan dengan perkembangan teori
dissosiasi elektrolit, dimana Ostwald dan Arrhenius membuktikan bahwa kemampuan suatu
asam untuk mengkatalisis reaksi tersebut adalah tidak bergantung pada sifat asal anion tetapi
lebih mendekati dengan sifat konduktivitas listriknya. Penelitian lain yang menggunakan katalis
asam basa antara lain Kirrchoff yang meneliti hidrolisis pati oleh pengaruh asam encer, Thenard
yang meneliti dekomposisin hidrogen peroksida oleh pengaruh basa dan Wilhelmy yang meneliti
tentang inversi tebu yang dikatalisis dengan asam.

•    Katalis Ziegler-Natta

Katalis Ziegler-Natta ditemukaan poleh Ziegler pada tahun 1953 yang digunakan untuk
polimerisasi etana, yang selanjutnya pada tahun 1955 Natta menggunakan katalis tersebut untuk
polimerisasi propena dan monomer jenuh lainnya. Katalis Ziegler-Natta dapat dibuat dengan
mencampurkan alkil atau aril dari unsur golongan 11-13 pada susunan berkala, dengan halida
sebagai unsur transisi.Saat ini katalis Ziegler-Natta digunakan untuk produksi masal polietilen
dan polipropilen.
Katalis Friedle-Crafts
Pada tahun 1877 Charles Friedel dan James M.Crafts mreakukan penelitian tentang
pembuatan senyawa amil iodida dengan mereaksikan amil klorida dengan aluminium dan
yodium yang ternyata menghasilkan hidrokarbon. Selanjutnya mereka menemukan bahwa
pemakaian aluminium klorida dapat menggantikan alumunium untuk menghasilkan hidrokarbon.
Dengan demikian Friedel dan Crafts merupakan orang pertama yang menunjukkan bahwa
keberadaan logam klorida sangat penting sebagai reaktan atau katalis. Hingga saat ini penerapan
kimia Friedel-Crafts sangat luas terutama di industri kimia.

•    Katalis dalam Reaksi Metatesis


Pada tahun 1970 Yves Chauvin dari Institut Francais du Petrole dan Jean-Louis Herrison
menemukan katalis logam karbena (logam yang dapat berikatan ganda dengan atom karbon
membentuk senyawa), atau dikenal juga dengan istilah metal alkilidena. Melalui senyawa logam
karbena ini, Chauvin berhasil menjelaskan bagaimana susunan logam berfungsi sebagai katalis
dalam suatu reaksi dan bagaimana mekanisme reaksi metatesis. Metatesis dapat diartikan sebagai
pertukaran posisi atom dari dua zat yang berbeda. Contohnya pada reaksi AB + CD -> AC + BD,
B bertukar posisi dengan C.

•    Katalis Grubbs


Perkembangan penemuan Chauvin dan Schrock terjadi tahun 1992 ketika Robert Grubbs
dan rekannya Grubbs berhasil menemukan katalis metatesis yang efektif, mudah disintesis, dan
dapat diaplikasikan di laboratorium secara baik. Mereka menemukan tentang logam rutenium
tantalum, tungsten, dan molybdenum (komplek alkilidena) sebagai logam yang paling cocok
sebagai katalis. Katalis menjadi standar pembanding untuk katalis yang lain. Penemuan katalis
Grubbs secara tidak langsung menambah peluang kemungkinan sintesis organik di masa depan.
·         Sistem Katalis Tiga Komponen
Sebuah sistem katalis dengan tiga komponen berhasil digunakan untuk membuat polimer
bercabang dengan struktur-struktur yang tidak bisa didapat dengan sebuah katalis tunggal atau
sepasang katalis yang bekerja bergandengan. Pada tahun 2002 Guillermo C. Bazan, seorang
profesor kimia dan material di University of California, Santa Barbara; mahasiswa pascasarjana
Zachary J. A. Komon; dan rekan kerja di Santa Barbara dan Symyx Technologies sudah
mendemonstrasikan sebuah sistem dengan tiga katalis yang homogen; ketiga campuran bekerja
sama mengubah sebuah monomer tunggal – etilen – menjadi polietilen bercabang. Jumlah dan
jenis cabang yang dihasilkan dapat dikontrol dengan menyesuaikan komposisi campuran
katalisnya. Tiga katalis ini terdiri dari dua persenyawaan organonikel dan sebuah persenyawaan
organotitanium. Satu dari katalis dengan unsur dasar nikel mengubah etilen menjadi 1-butena,
sedangkan yang lainnya mengubah olefin menjadi penyebaran dari 1-alkena. Persenyawaan
titanium menggabungkan etilen dari hasil reaksi-reaksi lainnya menjadi polietilen.

      H.       Sifat Mengatur Sendiri Dari Enzim


Beberapa sistim multi enzim mempunyai sifat untuk mengatur sendiri kecepatan reaksinya,
dimana kadang produk akhir dapat menjadi inhibitor untuk reaksi awal, kecepatan keseluruhan
reaksi sangat bergantung pada konsentrsi produk akhir. Untuk konversi dari L-treonin ke L-
isoleusin mempunyai lima tahap reaksi dengan menggunakan lima jenis enzim yang berbeda.

1.                Konversi dari L-treonin ke L-isoleusin


Jika L-isoleusin  terdapat dalam konsentrasi yang tinggi  dalam sistim, maka reaksi langkah
pertama akan dihambat.
Pada kebanyakan reaksi enzim, sistim pengaturan diri sendiri, basanya enzim yang mengkatalisis
reaksi tahap pertama dihambat olh hasil metabolisme tahap akhir, enzim ini dikenal sebagai
enzim alosterik dan metabolit dan yang menghambat disebut efektor atau modulator.
Sebagian besar enzim yang diatur secara alosterik dibangun dari dua atau lebih rantai atau
subunit polipeptida. Setiap subunit mempunyai tempat aktifnya sendir, dan tempat alosterik
umumnya berlokasi di mana subunit-subunit itu menyatu. Keseluruhan kompleks akan berganti-
ganti di antara dua keadaan konformasi, satu keadan secara katalitik aktif dan yang satunya lagi
inaktif. Pengikatan activator ke suatu tempat alosterik akan mengstabilkan konformasi yang
mempunyai  tempat aktif yang fungsional, sementara pengikatan inhibitor alosterik akan
mengstabilkan bentuk inaktif enzim tersebut.
2.                Pengaturan Alostrik
Pengaturan alosterik bagian a sebagian besar enzim alosterik  tersusun dari dua atau lebih subunit
polipeptida yang masing-masing memiliki  tempat aktif. Enzim ini akan berganti-ganti di antara
dua keadaan konformasi, aktif dan inaktif. Jauh dari tempat aktif terdapat tempat alosterik,
reseptor spesifik untuk pengaturan enzim itu, yang dapat berfungsi sebagai activator atau sebagai
inhibitor.
BAB III
KESIMPULAN
Enzim adalah senyawa organik yang berperan sebagai katalis yaitu untuk mempercepat proses
dan reaksi kimia yang sedang berlangsung. Enzim bekerja secara spesifik pada satu jenis
substrat. Namun, ada satu enzim yang dapat bekerja pada beberapa jenis substrat. Enzim sangat
berguna untuk bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Oleh karena itu, keberadaan enzim sangat
dibutuhkan untuk kelangsungan kehidupan di alam ini.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA
Girindra, A. 1986. Biokimia 1. Gramedia. Jakarta.
Houston, M.E. 1995. Biochemistry Primer For Exercise Science. Human Kinetics.
Champaign.USA.
Kay, E.R.M. 1966. Biochemistry : An Introduction to Dynamic Biology. Collier-
Macmillan.Canada.
Lehninger, A..L., et al. 1997. Principles of Biochemistry. 2nd .Worth Publisher.    New York.
Poedjiadi, A., F.M. T. Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.
Stryer, L. 2000. Biokimia. Vol 2. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Winarno, F,G. 1989. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
Wirahadikusumah, M. 1981. Biokimia : Proteine, Enzima & Asam Nukleat. ITB. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai