Anda di halaman 1dari 11

A.

Ibadah Kurban / Qurban

Ibadah kurban adalah suatu aktifitas penyembelihan / menyembelih hewan ternak yang
dilakukan pada tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah atau disebut juga hari tasyrik / hari raya haji /
lebaran haji / lebaran kurban / Idul Adha dengan niat untuk beribadah kepada Allah SWT.

Hukum ibadah kurban / qurban adalah sunat muakkad atau sunah yang penting untuk dikerjakan.
Waktu pelaksanaan acara qurban adalah dari mulai matahari sejarak tombak setelah sholat idul
adha tanggal 10 bulan haji sampai dengan matahari terbenam pada tanggal 13 bulan haji.

Hewan ternak yang boleh dijadikan hewan qurban / kurban :


- Kambing biasa dengan umur lebih dari dua tahun
- Biri-biri atau domba dengan umur lebih dari satu tahun atau pernah ganti gigi.
- Kerbau / Kebo / Sapi dengan umur lebih dari dua tahun
- Unta dengan umur lebih dari lima tahun

Syarat-syarat sah pemilihan hewan kurban yang boleh menjadi qurban :


- Badannya tidak kurus kering
- Tidak sedang hamil atau habis melahirkan anak
- Kaki sehat tidak pincang
- Mata sehat tidak buta / pice / cacat lainnya
- Berbadan sehat walafiat
- Kuping / daun telinga tidak terpotong

B. Ibadah Aqiqah / Akikah

Akikah adalah suatu kegiatan penyembelihan / menyembelih hewan ternak sebagai tanda rasa
syukur kepada Allah SWT karena mendapatkan anak laki-laki maupun perempuan (habis
lahiran). Hukum pelaksanaan acara aqiqah adalah sunah / sunat bagi orang tua atau wali anak
bayi yang baru lahir tersebut. Akikah dilakukan pada hari ke-tujuh setelah kelahiran anak.
Apabila belum mampu di hari ketujuh, di hari setelahnya juga tidak apa-apa.

Jumlah hewan ternak untuk akikah berjumlah dua ekor kambing untuk anak laki-laki / pria dan
satu ekor kambing untuk anak perempuan / wanita. Apabila hanya mampu menyembelih satu
ekor kambing untuk anak laki-laki tidak apa-apa yang penting ikhlas dan untuk mendapatkan
ridho dari Allah SWT. Hewan yang dijadikan akikah adalah sama dengan hewan untuk kurban
dalam hal persyaratannya.

aqiqah memiliki tujuan untuk meningkatkan jiwa sosial dan tolong-menolong sesama tetangga di
lingkungan sekitar, menanamkan jiwa keagamaaan pada anak, sebagai tanda syukur kita kepada
Allah SWT atas segala nikmat dan rejeki yang diberikan kepada kita selama ini.
Apa yang ini

Hukum Qurban Akikah adalah sunnah (muakkad) sesuai pendapat Imam Malik, penduduk Madinah, Imam
Syafi′i dan sahabat-sahabatnya, Imam Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur dan kebanyakan ulama ahli fiqih
(fuqaha).

HEWAN UNTUK AQIQAH

Sebuah riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas r.a., menyatakan:

“Rasulullah SAW telah mengaqiqahkan buat Hasan dan Husain masing-masing satu ekor kibasy.�
(HR Abu Dawud). Dari hadits di atas bisa kita dapatkan petunjuk, bahwa jenis hewan untuk aqiqah
sesuai dengan yang pernah dilakukan Rasulullah SAW adalah kibasy. Hewan sejenis yang bisa dipakai
adalah kambing dan biri-biri.Syarat-syarat Kambing Akikah dan Daging Akikah yang bisa (sah) untuk
dijadikan aqiqah itu sama dengan syarat-syarat hewan untuk qurban, yaitu :

a. Kambing Akikah dan Daging Akikah tidak cacat,


b. Kambing Aqiqah dan Daging Aqiqah tidak berpenyakit,
c. Kambing Aqiqah dan Daging Aqiqah cukup umur, yaitu kira-kira berumur satu tahun,
d. warna bulu sebaiknya memilih yang berwarna putih.
RANGKAIAN KEGIATAN AQIQAHMencukur Rambut

Mencukur rambut bayi sebaiknya dilakukan di hadapan sanak keluarga agar mereka mengetahui dan
menjadi saksi. Boleh dilakukan oleh orang tuanya sendiri. Atau jika tidak mampu, bisa diwakilkan
kepada ahlinya. Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam mencukur rambut bayi atau Aqiqah
Anak, yaitu:

a. Aqiqah Anak Diawali dengan membaca basmallah,

b. Arah mencukur rambut dari sebelah kanan ke kiri,

c. Dicukur secara keseluruhan (gundul) sehingga tidak ada kotoran yang tersisa,

d. Rambut hasil cukuran ditimbang dan jumlah timbangan dinilai dengan nilai emas atau perak
kemudian disedekahkan kepada fakir miskin.

Ibnu Ishaq meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Abu Bakar, dari Muhammad bin Ali bin Husain r.a., ia
berkata, "Rasulullah melaksanakan aqiqah berupa seekor kambing untuk Hasan. Beliau bersabda,
Fatimah, cukurlah rambutnya. Fatimah kemudian menimbangnya dan timbangannya mencapai ukuran
perak seharga satu dirham atau setengah dirham.�

Hikmah Aqiqaha. Qurban Akikah merupakan suatu pengorbanan yang akan mendekatkan anak kepada
Allah di masa awal ia menghirup udara kehidupan,

b. Aqiqah atau Aqiqah Jakarta dan Akikah Jakarta merupakan tebusan bagi anak dari berbagai musibah,
sebagaimana Allah telah menebus Ismail a.s. dengan sembelihan yang besar,

c. Aqiqah Jakarta atau Akikah Jakarta Sebagai pembayaran hutang anak agar kelak di hari kiamat ia
bisa memberikan syafaat kepada kedua orang tuanya, d. Merupakan media untuk menunjukkan rasa
syukur atas keberhasilan melaksanakan syariat Islam dan bertambahnya generasi mukmin,

e. Mempererat tali persaudaraan di antara sesama anggota masyarakat. Dalam hal ini akikah bisa
menjadi semacam wahana bagi berlangsungnya komunikasi dan interaksi sosial yang sehat.

Aqiqah berasal dari kata ‘Aqq yang berarti memutus dan melubangi, dan ada yang mengatakan
bahwa aqiqah adalah nama bagi hewan yang disembelih, dinamakan demikian karena lehernya
dipotong, dan dikatakan juga bahwa ia adalah rambut yang dibawa si bayi ketika lahir. Adapun
maknanya secara syari’at adalah hewan yang disembelih untuk menebus bayi yang dilahirkan.[1]

Hukum aqiqah menurut pendapat yang paling kuat adalah sunnah muakkadah, dan ini adalah
pendapat Jumhur Ulama, berdasarkan anjuran Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam dan
praktik langsung beliau Shallallaahu alaihi wa Sallam. “Bersama anak laki-laki ada aqiqah,
maka tumpahkan (penebus)darinya darah (sembelihan) dan bersihkan darinya kotoran
(Maksudnya cukur rambutnya).” (HR: Ahmad, Al Bukhari dan Ashhabus Sunan)

Perkataannya Shallallaahu alaihi wa Sallam, yang artinya: “maka tumpahkan (penebus) darinya
darah (sembelihan),” adalah perintah, namun bukan bersifat wajib, karena ada sabdanya yang
memalingkan dari kewajiban yaitu: “Barangsiapa di antara kalian ada yang ingin
menyembelihkan bagi anak-nya, maka silakan lakukan.” (HR: Ahmad, Abu Dawud dan An
Nasai dengan sanad yang hasan).

Perkataan beliau Shallallaahu alaihi wa Sallam, yang artinya: “ingin menyembelihkan,..”


merupakan dalil yang memalingkan perintah yang pada dasarnya wajib menjadi sunnah.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1 Hikmah Aqiqah[2]

 2 Hewan Sembelihannya[4]

 3 Kadar Jumlah Hewan[5]

 4 Waktu Pelaksanaannya[6]

 5 Pembagian daging Aqiqah[7]

 6 Sumber Rujukan
 7 Referensi

[sunting] Hikmah Aqiqah[2]


Aqiqah Menurut Syaikh Abdullah nashih Ulwan dalam kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam
sebagaimana dilansir di sebuah situs memiliki beberapa hikmah di antaranya :
1. Menghidupkan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu alahi wa sallam dalam meneladani
Nabiyyullah Ibrahim alaihissalam tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala menebus putra Ibrahim
yang tercinta Ismail alaihissalam.

2. Dalam aqiqah ini mengandung unsur perlindungan dari syaitan yang dapat mengganggu anak
yang terlahir itu, dan ini sesuai dengan makna hadits, yang artinya: “Setiap anak itu tergadai
dengan aqiqahnya.” [3]. Sehingga Anak yang telah ditunaikan aqiqahnya insya Allah lebih
terlindung dari gangguan syaithan yang sering mengganggu anak-anak. Hal inilah yang
dimaksud oleh Al Imam Ibunu Al Qayyim Al Jauziyah "bahwa lepasnya dia dari syaithan
tergadai oleh aqiqahnya".

3. Aqiqah merupakan tebusan hutang anak untuk memberikan syafaat bagi kedua orang tuanya
kelak pada hari perhitungan. Sebagaimana Imam Ahmad mengatakan: "Dia tergadai dari
memberikan Syafaat bagi kedua orang tuanya (dengan aqiqahnya)".

4. Merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sekaligus
sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang dianugerahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan
lahirnya sang anak.

5. Aqiqah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan syari'at Islam &
bertambahnya keturunan mukmin yang akan memperbanyak umat Rasulullah SAW pada hari
kiamat.

6. Aqiqah memperkuat ukhuwah (persaudaraan) di antara masyarakat.

Dan masih banyak lagi hikmah yang terkandung dalam pelaksanaan Syariat Aqiqah ini.

DEFINISI AQIQAH

Aqiqah berarti menyembelih kambing pada hari ketujuh kelahiran seseorang anak. Menurut
bahasa, aqiqah berarti pemotongan. Hukumnya sunnah mu’akkadah bagi mereka yang mampu,
bahkan sebagian ulama menyatakan wajib. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Seorang anak
yang baru lahir tergadaikan oleh aqiqahnya. Maka disembelihkan kambing untuknya pada hari
ke tujuh, dicukur rambutnya dan diberi nama”. (HR. Ashabussunah) Imam Ahmad dan Tirmidzi
meriwayatkan dari Ummu Karaz Al Ka’biyah bahwa ia bertanya kepada Rasulullah tentang
aqiqah. Beliau bersabda, “Bagi anak laki-laki disembelihkan dua ekor kambing dan bagi anak
perempuan disembelihkan satu ekor. Dan tidak akan membahayakan kamu sekalian, apakah
(sembelihan itu) jantan atau betina.”

HIKMAH AQIQAH

Banyak sekali manfaat yang akan didapat dengan beraqiqah, di antaranya : Membebaskan anak
dari ketergadaian Pembelaan orang tua di hari kemudian Menghindarkan anak dari musibah dan
kehancuran, sebagaimana pengorbanan Nabi Ismail AS dan Ibrahim AS Pembayaran hutang
orang tua kepada anaknya Pengungkapan rasa gembira demi tegaknya Islam dan keluarnya
keturunan yang di kemudian hari akan memperbanyak umat Nabi Muhammad SAW
Memperkuat tali silahturahmi di antara anggota masyarakat dalam menyambut kedatangan anak
yang baru lahir Sumber jaminan sosial dan menghapus kemiskinan di masyarakat Melepaskan
bayi dari godaan setan dalam urusan dunia dan akhirat. (Menurut Drs. Zaki Akhmad dalam
bukunya “Kiat Membina Anak Sholeh”)

PELAKSANAAN AQIQAH

Rasullah SAW memcontohkan pada hari ke tujuh mencukur rambur bayi, memberi nama yang
baik dan menyembelih kibsy (domba putih) untuk aqiqah. Apabila pada hari ketujuh, belum
mampu ada kelapangan rizki, bisa ditunda pada hari ke-14. Kalau belum mampu juga bisa
dilakukan pada hari ke-21, kalau belum mampu juga bisa dilakukan sampai Allah memberikan
rizki yang lapang. Insya Allah ditekadkan, pasti Allah SWT akan turun tangan.

SYARAT AQIQAH

Niat yang benar Waktu yang diisyaratkan Domba / kambing sehat dan tidak cacat Hewan dari
jenis kibsy (domba putih) nan sehat umur minimal setengah tahun dan kambing jawa minimal
satu tahun Untuk anak laki-laki dua ekor, dan untuk anak perempuan satu ekor.

[sunting] Hewan Sembelihannya[4]


Hewan yang dibolehkan disembelih untuk aqiqah adalah sama seperti hewan yang dibolehkan
disembelih untuk kurban, dari sisi usia dan kriteria.

Imam Malik berkata: Aqiqah itu seperti layaknya nusuk (sembeliah denda larangan haji) dan
udhhiyah (kurban), tidak boleh dalam aqiqah ini hewan yang picak, kurus, patah tulang, dan
sakit. Imam Asy-Syafi'iy berkata: Dan harus dihindari dalam hewan aqiqah ini cacat-cacat yang
tidak diperbolehkan dalam qurban.

Ibnu Abdul Barr berkata: Para ulama telah ijma bahwa di dalam aqiqah ini tidak diperbolehkan
apa yang tidak diperbolehkan di dalam udhhiyah, (harus) dari Al Azwaj Ats Tsamaniyyah
(kambing, domba, sapi dan unta), kecuali pendapat yang ganjil yang tidak dianggap.

Namun di dalam aqiqah tidak diperbolehkan berserikat (patungan, urunan) sebagaimana dalam
udhhiyah, baik kambing/domba, atau sapi atau unta. Sehingga bila seseorang aqiqah dengan sapi
atau unta, itu hanya cukup bagi satu orang saja, tidak boleh bagi tujuh orang.

[sunting] Kadar Jumlah Hewan[5]


Kadar aqiqah yang mencukupi adalah satu ekor baik untuk laki-laki atau pun untuk perempuan,
sebagaimana perkataan Ibnu Abbas rahimahulloh: “Sesungguh-nya Nabi Shallallaahu alaihi wa
Sallam mengaqiqahi Hasan dan Husain satu domba satu domba.” (Hadits shahih riwayat Abu
Dawud dan Ibnu Al Jarud)
Ini adalah kadar cukup dan boleh, namun yang lebih utama adalah mengaqiqahi anak laki-laki
dengan dua ekor, ini berdasarkan hadits-hadits berikut ini:

1. Ummu Kurz Al Ka’biyyah berkata, yang artinya: “Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam
memerintahkan agar dsembelihkan aqiqah dari anak laki-laki dua ekor domba dan dari
anak perempuan satu ekor.” (Hadits sanadnya shahih riwayat Imam Ahmad dan
Ashhabus Sunan)
2. Dari Aisyah Radhiallaahu anha berkata, yang artinya: “Nabi Shallallaahu alaihi wa
Sallam memerintahkan mereka agar disembelihkan aqiqah dari anak laki-laki dua ekor
domba yang sepadan dan dari anak perempuan satu ekor.” (Shahih riwayat At Tirmidzi)

Dan karena kebahagian dengan mendapatkan anak laki-laki adalah berlipat dari dilahirkannya
anak perempuan, dan dikarenakan laki-laki adalah dua kali lipat wanita dalam banyak hal.

[sunting] Waktu Pelaksanaannya[6]


Pelaksanaan aqiqah disunnahkan pada hari yang ketujuh dari kelahiran, ini berdasarkan sabda
Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam, yang artinya: “Setiap anak itu tergadai dengan hewan
aqiqahnya, disembelih darinya pada hari ke tujuh, dan dia dicukur, dan diberi nama.” (HR: Imam
Ahmad dan Ashhabus Sunan, dan dishahihkan oleh At Tirmidzi)

Dan bila tidak bisa melaksanakannya pada hari ketujuh, maka bisa dilaksanakan pada hari ke
empat belas, dan bila tidak bisa, maka pada hari ke dua puluh satu, ini berdasarkan hadits
Abdullah Ibnu Buraidah dari ayahnya dari Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam, beliau berkata
yang artinya: “Hewan aqiqah itu disembelih pada hari ketujuh, ke empat belas, dan ke dua puluh
satu.” (Hadits hasan riwayat Al Baihaqiy)

Namun setelah tiga minggu masih tidak mampu maka kapan saja pelaksanaannya di kala sudah
mampu, karena pelaksanaan pada hari-hari ke tujuh, ke empat belas dan ke dua puluh satu adalah
sifatnya sunnah dan paling utama bukan wajib. Dan boleh juga melaksanakannya sebelum hari
ke tujuh.

Bayi yang meninggal dunia sebelum hari ketujuh disunnahkan juga untuk disembelihkan
aqiqahnya, bahkan meskipun bayi yang keguguran dengan syarat sudah berusia empat bulan di
dalam kandungan ibunya.

Aqiqah adalah syari’at yang ditekan kepada ayah si bayi. Namun bila seseorang yang belum di
sembelihkan hewan aqiqah oleh orang tuanya hingga ia besar, maka dia bisa menyembelih
aqiqah dari dirinya sendiri, Syaikh Shalih Al Fauzan berkata: Dan bila tidak diaqiqahi oleh
ayahnya kemudian dia mengaqiqahi dirinya sendiri maka hal itu tidak apa-apa. wallahu ‘Alam.

[sunting] Pembagian daging Aqiqah[7]


Adapun dagingnya maka dia (orang tua anak) bisa memakannya, menghadiahkan sebagian
dagingnya, dan mensedekahkan sebagian lagi. Syaikh Utsaimin berkata: Dan tidak apa-apa dia
mensedekahkan darinya dan mengumpulkan kerabat dan tetangga untuk menyantap makanan
daging aqiqah yang sudah matang. Syaikh Jibrin berkata: Sunnahnya dia memakan sepertiganya,
menghadiahkan sepertiganya kepada sahabat-sahabatnya, dan mensedekahkan sepertiga lagi
kepada kaum muslimin, dan boleh mengundang teman-teman dan kerabat untuk menyantapnya,
atau boleh juga dia mensedekahkan semuanya. Syaikh Ibnu Bazz berkata: Dan engkau bebas
memilih antara mensedekahkan seluruhnya atau sebagiannya dan memasaknya kemudian
mengundang orang yang engkau lihat pantas diundang dari kalangan kerabat, tetangga, teman-
teman seiman dan sebagian orang faqir untuk menyantapnya, dan hal serupa dikatakan oleh
Ulama-ulama yang terhimpun di dalam Al lajnah Ad Daimah.

Kurban (Bahasa Arab: ‫قربن‬, transliterasi: Qurban), atau disebut juga Udhhiyah atau Dhahiyyah
secara harfiah berarti hewan sembelihan. Sedangkan ritual kurban adalah salah satu ritual ibadah
pemeluk agama Islam, dimana dilakukan penyembelihan binatang ternak untuk dipersembahkan
kepada Allah. Ritual kurban dilakukan pada bulan Dzulhijjah pada penanggalan Islam, yakni
pada tanggal 10 (hari nahar) dan 11,12 dan 13 (hari tasyrik) bertepatan dengan Hari Raya Idul
Adha.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1 Latar belakang historis


o 1.1 Habil dan Qabil
o 1.2 Ibrahim dan Ismail
 2 Dalil tentang berkurban
 3 Hukum kurban
 4 Syarat dan pembagian daging kurban
 5 Waktu berkurban
 6 Sosialisasi Kurban
 7 Lihat pula
 8 Pranala luar
 9 Referensi

[sunting] Latar belakang historis


Dalam sejarah sebagaimana yang disampaikan dalam Al Qur'an terdapat dua peristiwa
dilakukannya ritual kurban yakni oleh Habil (Abel) dan Qabil (Cain), putra Nabi Adam alaihis
salam, serta pada saat Nabi Ibrahim akan mengorbankan Nabi Ismail atas perintah Allah.

[sunting] Habil dan Qabil

Pada surat Al Maaidah ayat 27 disebutkan:


Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang
sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari
mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti
membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-
orang yang bertakwa".

[sunting] Ibrahim dan Ismail

Disebutkan dalam Al Qur'an, Allah memberi perintah melalui mimpi kepada Nabi Ibrahim untuk
mempersembahkan Ismail. Diceritakan dalam Al Qur'an bahwa Ibrahim dan Ismail mematuhi
perintah tersebut dan tepat saat Ismail akan disembelih, Allah menggantinya dengan domba.
Berikut petikan surat Ash Shaaffaat ayat 102-107 yang menceritakan hal tersebut.

102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah
apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar".

103. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).

104. Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,

105. sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.

107. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar

[sunting] Dalil tentang berkurban


Ayat dalam Al Qur'an tentang ritual kurban antara lain :

 surat Al Kautsar ayat 2: Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah (anhar)

Sementara hadits yang berkaitan dengan kurban antara lain:

 “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berkurban, maka janganlah ia
mendekati tempat salat Ied kami.” HR. Ahmad dan ibn Majah.
 Hadits Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah kurban
itu?” Rasulullah menjawab: “Kurban adalah sunahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka
menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan kurban itu?” Rasulullah menjawab:
“Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.” Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”
Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” HR. Ahmad dan ibn Majah
 “Jika masuk tanggal 10 Dzul Hijjah dan ada salah seorang di antara kalian yang ingin berkurban,
maka hendaklah ia tidak cukur atau memotong kukunya.” HR. Muslim
 “Kami berkurban bersama Nabi SAW di Hudaibiyah, satu unta untuk tujuh orang, satu sapi untuk
tujuh orang. “ HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi.

[sunting] Hukum kurban


Mayoritas ulama dari kalangan sahabat, tabi’in, tabiut tabi’in, dan fuqaha (ahli fiqh) menyatakan
bahwa hukum kurban adalah sunnah muakkadah (utama), dan tidak ada seorangpun yang
menyatakan wajib, kecuali Abu Hanifah (tabi’in). Ibnu Hazm menyatakan: “Tidak ada seorang
sahabat Nabi pun yang menyatakan bahwa kurban itu wajib.

[sunting] Syarat dan pembagian daging kurban


Syarat dan ketentuan pembagian daging kurban adalah sebagai berikut :

 Orang yang berkurban harus mampu menyediakan hewan sembelihan dengan cara halal tanpa
berutang.
 Kurban harus binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing, atau biri-biri.
 Binatang yang akan disembelih tidak memiliki cacat, tidak buta, tidak pincang, tidak sakit, dan
kuping serta ekor harus utuh.
 Hewan kurban telah cukup umur, yaitu unta berumur 5 tahun atau lebih, sapi atau kerbau telah
berumur 2 tahun, dan domba atau kambing berumur lebih dari 1 tahun.
 Orang yang melakukan kurban hendaklah yang merdeka (bukan budak), baligh, dan berakal.
 Daging hewan kurban dibagi tiga, 1/3 untuk dimakan oleh yang berkurban, 1/3 disedekahkan,
dan 1/3 bagian dihadiahkan kepada orang lain.

[sunting] Waktu berkurban


 Awal waktu

Waktu untuk menyembelih kurban bisa di 'awal waktu' yaitu setelah salat Id langsung dan tidak
menunggu hingga selesai khutbah. Bila di sebuah tempat tidak terdapat pelaksanaan salat Id,
maka waktunya diperkirakan dengan ukuran salat Id. Dan barangsiapa yang menyembelih
sebelum waktunya maka tidak sah dan wajib menggantinya .

Dalilnya adalah hadits-hadits berikut: a. Hadits Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, dia
berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‫ك‬ َ ‫اب النُّ ُس‬
َ ‫ص‬َ َ‫ك نُ ُس َكنَا فَقَ ْد أ‬ َ ‫صلَّى‬
َ ‫صالَتَنَا َونَ َس‬ َ ‫َم ْن‬
ْ ُ ْ َ ِّ
‫ُصل َي فليُ ِع ْد َم َكانَهَا أخ َرى‬ َ َ َ
َ ‫“ َو َم ْن ذبَ َح قب َْل أ ْن ي‬Barangsiapa yang salat seperti salat kami dan menyembelih
hewan kurban seperti kami, maka telah benar kurbannya. Dan barangsiapa yang menyembelih
sebelum salat maka hendaklah dia menggantinya dengan yang lain.” (HR. Al-Bukhari no. 5563
dan Muslim no. 1553) Hadits senada juga datang dari sahabat Jundub bin Abdillah Al-Bajali
radhiyallahu ‘anhu riwayat Al-Bukhari (no. 5500) dan Muslim (no. 1552).
b. Hadits Al-Bara` riwayat Al-Bukhari (no. 5556) dan yang lainnya tentang kisah Abu Burdah
radhiyallahu ‘anhu yang menyembelih sebelum salat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: ‫“ َشاتُكَ َشاةُ لَحْ ٍم‬Kambingmu adalah kambing untuk (diambil) dagingnya saja.” Dalam
lafadz lain (no. 5560) disebutkan: ‫ك َش ْي ٌء‬ َ ‫“ َو َم ْن نَ َح َر فَإِنَّ َما هُ َو لَحْ ٌم يُقَ ِّد ُمهُ أِل َ ْهلِ ِه لَي‬Barangsiapa yang
ِ ‫ْس ِمنَ النُّ ُس‬
menyembelih (sebelum salat), maka itu hanyalah daging yang dia persembahkan untuk
keluarganya, bukan termasuk hewan kurban sedikitpun.”

 Akhir waktu

Waktu penyembelihan hewan kurban adalah 4 hari, hari Iedul Adha dan tiga hari sesudahnya.
Waktu penyembelihannya berakhir dengan tenggelamnya matahari di hari keempat yaitu tanggal
13 Dzulhijjah. Ini adalah pendapat ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Al-Hasan Al-Bashri
imam penduduk Bashrah, ‘Atha` bin Abi Rabah imam penduduk Makkah, Al-Auza’i imam
penduduk Syam, Asy-Syafi’i imam fuqaha ahli hadits rahimahumullah. Pendapat ini dipilih oleh
Ibnul Mundzir, Ibnul Qayyim dalam Zadul Ma’ad (2/319), Ibnu Taimiyah, Al-Lajnah Ad-
Da`imah (11/406, no. fatwa 8790), dan Ibnu ‘Utsaimin dalam Asy-Syarhul Mumti’ (3/411-412).
Alasannya disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullahu sebagai berikut: 1. Hari-hari tersebut
adalah hari-hari Mina. 2. Hari-hari tersebut adalah hari-hari tasyriq. 3. Hari-hari tersebut adalah
hari-hari melempar jumrah. 4. Hari-hari tersebut adalah hari-hari yang diharamkan puasa
padanya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‫ب َو ِذ ْك ٍر هلِل ِ تَ َعالَى‬ ٍ ْ‫ْق أَيَّا ُم أَ ْك ٍل َو ُشر‬
ِ ‫“ أَيَّا ُم التَّ ْش ِري‬Hari-hari
tasyriq adalah hari-hari makan, minum, dan dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.” Adapun
hadits Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: ‫َكانَ ْال ُم ْسلِ ُموْ نَ يَ ْش ِري أَ َح ُدهُ ُم‬
ِ ‫“ ْاألُضْ ِحيَّةَ فَيُ َس ِّمنُهَا فَيَ ْذبَ ُحهَا بَ ْع َد ْاألضْ َحى‬Dahulu kaum muslimin, salah seorang mereka
‫آخ َر ِذي ْال ِح َّج ِة‬
membeli hewan kurban lalu dia gemukkan kemudian dia sembelih setelah Iedul Adha di akhir
bulan Dzulhijjah.” (HR. Al-Baihaqi, 9/298) Al-Imam Ahmad rahimahullahu mengingkari hadits
ini dan berkata: “Hadits ini aneh.” Demikian yang dinukil oleh Ibnu Qudamah dalam Syarhul
Kabir (5/193). Wallahu a’lam.

 Menyembelih di waktu siang atau malam?

Tidak ada khilafiah di kalangan ulama tentang kebolehan menyembelih kkurban di waktu pagi,
ٍ ‫“ َويَ ْذ ُكرُوا ا ْس َم هللاِ فِي أَي ٍَّام َم ْعلُوْ َما‬Dan
siang, atau sore, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: ‫ت‬
supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan.” (Al-Hajj: 28)

Mereka hanya berbeda pendapat tentang menyembelih kurban di malam hari. Yang rajih adalah
diperbolehkan, karena tidak ada dalil khusus yang melarangnya. Ini adalah tarjih Ibnu ‘Utsaimin
rahimahullahu dalam Asy-Syarhul Mumti’ (3/413) dan fatwa Al-Lajnah Ad-Da`imah (11/395,
no. fatwa 9525). Yang dimakruhkan adalah tindakan-tindakan yang mengurangi sisi
keafdhalannya, seperti kurang terkoordinasi pembagian dagingnya, dagingnya kurang segar, atau
tidak dibagikan sama sekali. Adapun penyembelihannya tidak mengapa. Adapun ayat di atas
(yang hanya menyebut hari-hari dan tidak menyebutkan malam), tidaklah menunjukkan
persyaratan, namun hanya menunjukkan keafdhalan saja. Adapun hadits yang diriwayatkan Ath-
Thabarani dalam Al-Kabir dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma dengan lafadz: ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫نَهَى النَّبِ ُّي‬
َّ َ َّ َ
ِ ‫“ َعل ْي ِه َو َسل َم ع َِن الذب‬Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang menyembelih di malam hari.”
‫ْح بِاللي ِْل‬

Anda mungkin juga menyukai