Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

A. FENOMENA
Fenomena yang kami tunjukkan adalah berkaitan dengan elektrokimia, yaitu:
1. Tomat sebagai penghasil listrik
Tomat digunakan sebagai media tempat paku dan koin logam ditancapkan. Paku dan
koin logam digunakan sebagai elektroda. Sehingga tomat dapat menghantarkan listrik
yang ditandai dengan adanya nyala lampu yang dihubungkan dengan kabel yang
terhubung pada elektroda.
2. Jeruk sebagai penghantar listrik
Jeruk digunakan sebagai media tempat paku dan koin logam ditancapkan. Paku dan
koin logam digunakan sebagai elektroda. Namun tidak seperti tomat, nyala lampu
yang dihasilkan jeruk tidak terang (redup).

B. MASALAH
1. Kenapa perlu menggunakan paku dan koin pada rangkaian sel elektrokimia tomat?
2. Apa lampu bisa nyala jika kabelnya terhubung langsung dengan tomat dan lampu?
3. Apa kandungan dalam tomat yang dapat menghasilkan listrik?
4. Kenapa pada percobaan menggnakan jeruk tidak menghasilkan nyala lampu?

1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sel Elekrokimia
Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dan reaksi kimia.
Elemen yang digunakan dalam reaksi elektrokimia dikarakterisasikan dengan banyaknya
elektron yang dimiliki dengan kata lain, Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara perubahan reaksi kimia dengan kerja listrik, yang biasanya melibatkan
sel elektrokimia yang menerapkan prinsip reaksi redoks dalam aplikasinya.
Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elektron-elektron bebas dari suatu
logam kepada komponen di dalam larutan. Kesetimbangan reaksi elektrokimia penting
dalam sel galvani yang menghasilkan arus listrik dan sel elektrolisis yang menggunakan
arus listrik. Pengukuran daya gerak listrik (DGL) suatu sel elektrokimia dalam jangkauan
suhu tertentu dapat digunakan untuk menentukan nilai-nilai termodinamika reaksi
yang berlangsung serta koefisien aktifitas dari elektrolit yang terlibat. Sel elektrokimia
adalah alat yang digunakan untuk melangsungkan perubahan di atas. Dalam sebuah sel,
energi listrik dihasilkan dengan jalan pelepasan elektron pada suatu elektroda (oksidasi
dan penerimaan elektron pada elektroda lainnya (reduksi). Elektroda yang melepaskan
elektron dinamakan anoda sedangkan elektroda yang menerima elektron dinamakan
katoda. Jadi sebuah sel elektrokimia selalu terdiri dari:

a. Anoda : Elektroda tempat berlangsungnya reaksi oksidasi.

b. Katoda : Elektroda tempat berlangsungnya reaksi reduksi.

c. Larutan elektrolit, larutan ionik dapat menghantarkan arus listrk.

Jenis-Jenis Elektroda

a. Elektroda-Elektroda Gas
Elektroda inert yang berhubungan dengan gas pada tekanan 1 atm (kecuali
ditentukan) dan ion-ionnya dalam larutan, misalnya elektroda gas Hidrogen dan lain-
lain. Ditulis sebagai H+ │ H2 (1 atm) │Pt dan reaksi kimianya
H+ + e- ½ H2 (g)
Sifat elektroda inert akan sedemikian rupa sehingga bila tegangan eksternal diubah
sedikit saja dari nilai kesetimbangan, reaksi akan terjadi satu arah atau sebaliknya.
Elektroda yang paling sesuai adalah platina dengan lapisan tipis bubuk platina atau
platina hitam.

2
b. Elektroda Logam-Ion Logam
Elektroda logam dicelupkan dalam suatu larutan yang mengandung ion-ion logam
tersebut, dan elektroda logam ikut berperan pada reaksi kimia. Reaktivitas logam akan
menjadi perantara, kalau tidak, logam-logam reaktif akan bereaksi dengan air dan
tidak bekerja sebagai elektroda . Sebagai contoh ialah elektroda tembaga yang
dicelupkan dalam larutan sulfat tembaga. Secara umum ini ditulis sebagai Mn+ │M,
dan khususnya Cu2+ (c) │Cu serta c adalah konsentrasi. Reaksi kimianya:
Cu2+ + 2e- Cu (s)
c. Elektroda Logam-Garam Tidak Larut
Elektroda logam berhubungan dengan garamnya yang tidak larut, yang selanjutnya
berhubungan dengan ion-ionnya (umumnya anion). Yang paling umum adalah
elektroda kalomel yang terdiri dari merkuri, merkuro klorida (Hg2Cl2) dan larutan
jenuh KCl. Tetapi konsentrasi ion Cl- dapat berbeda. Reaksi kimia yang terjadi :
½ Hg2Cl2 (s) + e- Hg (s) + Cl-
Dan ditulis sebagai Cl- │Hg2Cl2 │Hg │Pt
Yang serupa adalah elektroda timbal amalgam timbal sulfat yang ditulis sebagai
SO42- │PbSO4 │Pb(Hg) dan reaksi kimia yang terjadi
PbSO4 (s) + 2e- Pb (s) + SO42-

1. Potensial Elektroda Standar


GGL sel bergantung pada suhu reaksi dalam sel. Artinya, jika suhu berubaah
mka nilai GL juga berubah. Oleh karena itu, untuk memperoleh nilai potensial
elektroda yang baku perlu ditetapkan kondisi standar, yaitu nilai potenial sel yang
diukur pada suhu 25°C . Jika melibatan gas maka keadaan standar ditetapkan pada 1
atm dan konsentrasi larutannya 0,1 M. Selain itu, eaksi okidasi selalu melibatka reaki
reduksi sehingga tidak mungkin mengukur potensial elektroda tunggal (potensial
reduksi saja atau oksidaasi saja), akibatnya nilai mutlak potensial suatu elektroda
tidak dapat diukur. Ole karen itu, nilai potensial elektroda standar yang dapat diukur
adalah nilai potensial elektroda reatif, yakii dindingkan dengan suatu potensial
elektroda yang ditetapkan sebagai standar atau rujukan dan diukur pada kondisi
standar.
Untuk mengukur potensial elektroda standar dilakukan dengan cara menetapan
salah satu elektroda sebagai standar dan diukur pada kondisi standar. Ini dilakukan
dengan cara mengukur GGL sel yang disusun dari suatu elektroda yang akan diukur
3
potensialnya dihubungkan dengan suatu elektroda yang ditetapkan sebagai rujukan.
Sebagai potensial elektroda rujukan yang disepakati bersama adalah potensial
elektroda hidrogen dan nilai potensialnya ditetapkan sama dengan nol.
Hail pengukuran poensial elektroda standar disajikan pada tabel yang
menunjukkan data potensial reduksi standar berbagai zat pada 25°C.

4
B. Termodinamika Sel Elektrokimia
1. Gaya Gerak Listrik (GGL)
Untuk menggerakkan elektron agar mengalir melalui rangkaian luar
menghasilkan aliran listrik atau menggerakkan ion-ion di dalam larutan menuju
elektroda diperlukan kerja. Suatu muatan listrik bergerak dari potensial listrik tinggi
ke potensial rendah. Kerja yang diperlukan untuk menggerakkan muatan listrik
melalui penghantar bergantung pada muatan total yang dipindahkan dan perbedaan
potensial. Perbedaan potensial adalah perbedaan dalam tekanan listrik antara dua titik.
Besarnya kerja listrik yang diperlukan untuk menggerakkan muatan agar
mengalir melalui penghantar adalah:

Kerja listrik = Muatan x Perbedaan Potensial, atau

Wlistrik = -Q x ∆E

Tanda minus muncul pada persamaan sesuai dengan perjanjian dalam


termodinamika, yaitu kerja yang dilakukan oleh system (dalam hal ini sel
elektrokimia) mempunyai tanda negatif. Muatan total Q adalah arus listrik (l) yang
dikalikan dengan satuan waktu (t) dalam detik selama arus mengalir, maka persamaan
kerja listrik dapat ditulis sebagai berikut.

Wlistrik = -I x t x ∆E

2. GGL Sel dan Potensial Elektroda Standar


GGL sel merupakan jumlah potensial dari setengah-reaksi reduksi dan
setengah-reaksi oksidasi. Dengan kata lain, GGL sel merupakan selisih potensial
kedua elektrodanya, yaitu potensial katoda dikurangi potensial anoda atau

Esel = Ekatoda - Eanoda

Potensial elektroda merupakan sifat intensif. Artinya, nilai potensial elektroda tidak
bergantung pada kuantitas spesi yang terlibat dalam reaksi.

3. GGL Sel dan Energi Bebas


Beberapa aspek penting dari sel elektrokimia adalah hubungan antara GGL sel
dan besaran termodinamika, seperti perubahan energi bebas dan tetapan

5
kesetimbangan. Berdasarkan hasil kajian diketahui ada hubungan mendasar antara
perubahan energi bebas reaksi kimia spontan pada suhu dan tekanan tetap, ∆G dengan
kerja listrik yang mendorong reaksi kimia dalam sel volta. Dari persamaan
sebelumnya diketahui bahwa:

Wlistrik = - Q ∆E

Selisih potensial (∆E) harus positif untuk sel volta, sehingga nilai kerja listrik,
Wlistrik akan berharga negatif. Kerja listrik yang maksimum akan diperoleh dari reaksi
sel volta jika:

Wlistrik (maks) = ∆G

Menurut definisi energi bebas Gibbs, besaran G merupakan fungsi dari entalpi
dan entropi pada suhu dan tekanan tetap.

G = H –TS = U + PV – TS

Oleh karena proses dalam sel volta berlangsung pada suhu dan tekanan tetap, maka:

∆G = ∆U + P∆V - T∆S

Menurut hukum pertama termodinamika ∆U = q + W, atau

∆U = q + Wlistrik - P∆V, dengan w= Wlistrik - P∆V

Sekarang terdapat dua jenis kerja, yakni kerja listrik (Wlistrik) dan kerja tekanan-
volume (-P∆V). Penggabungan kedua jenis kerja dengan persamaan perubahan energy
bebas dihasilkan:

∆G = q + Wlistrik - P∆V + P∆V - T∆S

= q + Wlistrik - T∆S

Jika ditetapkan keadaan reversible untuk sel volta, maka melalui definisi kalor yang
reversible :

q = qrev = T∆S

Perubahan energi bebas reaksi dalam sel volta yang reversible adalah:

∆G = Wlistrik (rev)

6
Jika sel yang sama dioperasikan secara tidak reversible (yakni jika arus yang sangat
besar dibolehkan mengalir di dalam sel), kerja listrik yang dihasilkan lebih kecil
karena pada kasus ini akan diperoleh

-Wlistrik (irrev) = -∆G + qirrev - T∆S

Namun demikian, oleh karena qirrev < qrev, maka

-Wlistrik (irrev) < -∆G + qirrev - T∆S

Sehingga

-Wlistrik (irrev) < -∆G

Dengan demikian, kerja listrik yang maksimum akan dihasilkan oleh sel volta jika
dioperasikan secara reversible.

Jika n mol electron (atau nF coulomb) dilewatkan melalui rangkaian luar sel volta
yang dioperasikan secara reversible, demikian juga jika ∆E sel volta berlangsung
secara reversible maka

∆G = Wlistrik (rev) = -Q∆E

∆G = -nF∆E (reversible)

Dengan demikian, kerja listrik akan berlangsung dalam sel elektrokimia jika hanya
jika : ∆G < 0 atau jika ∆E > 0

Sebagaimana dinyatakan di atas, perubahan energi bebas untuk reaksi sama dengan
kerja maksimum pada proses reversible:

∆G = Wmaks

Untuk sel volta, kerja maksimum merupakan kerja listrik, -nFEsel (dengan n adalah
jumlah elektron yang ditransfer dalam reaksi), sehingga jika pereaksi dan hasil reaksi
berada pada keadaan standar, maka:

∆G = -nFE°sel

7
Berdasarkan persamaan ini, pengukuran GGL sel menjadi penting sebagai sumber
informasi termodinamika. Sebaliknya, data termodinamika dapat digunakan untuk
menentukan GGL sel.

Pengukuran GGl sel memberikan prosedur baru untuk memperoleh tetapan


kesetimbangan kimia. Penggabungan persamaan ∆G° = -nFE°sel dengan persamaan
∆G° = -RT ln K, memberikan

nFE°sel = RT ln K

atau

𝑅𝑇
E°sel = lnK
𝑛𝐹

Pada keadaan standar (25°C), persamaan tersebut menjadi

0,0592
E°sel = log K
𝑛

4. Persamaan Nernst
Kebergantugan potensial sel pada konsentrasi didalam sel konsentrasi
merupakan akibat langsung dari kebergantungan energi bebas pada konsentrasi,
sebagaimana dibahas pada kesetimbangan kimia.

∆G = ∆G + RT ln Q

Dengan Q adalah quotient reaksi. Persamaan ini digunakan untuk menentukan


pengaruh konsentrasi terhadap ∆G. Oleh karena ∆G = -nFEsel , dan ∆G° = --nFEsel
maka persamaan menjadi:

-nFEsel = -nFE°sel + RT ln Q

Dengan membagi setiap ruas oleh faktor –nF, maka diperoleh

𝑅𝑇
Esel = E°sel - ln Q
𝑛𝐹

Persamaan ini memberikan hubungan antara potensial sel dan konsentrasi larutan
dalam sel. Persamaan ini dinamakan persaamaan Nernst, untuk mengenang jas pakar
kimia German, Hermann Nernst (1864-1941).

8
Persamaan Nernst pada 25°C menjadi:

0,0592
Esel = E°sel - log Q
𝑛

Dengan menggunakan hubungan ini, potensial sel pada keadaan buka standar,
baik konsentrasi maupun suhu dapat ditentukan. Jadi, potensial sel menurut
perhitungan sedikit lebih kecil dari potensial sel pada keadaan standar. Perbedaan ini
sejalan dengan ramalan Le Chateleir. Oleh karena konsentrasi pereaksi lebih rendah
dari keadaan standar (1,0 M) dan konsentasi produk lebih tinggi dari keadaan standar
maka Esel lebih kecil dari E°sel.

Potensial sel hasil perhitungan dengan persamaan Nernst merupakan potensial


maksimum sebelum arus dipakai.akibat sel dipakai dan arus mengalir dari anoda ke
katoda, konsentrasi sel akan berubah, akibatnya Esel juga berubah. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa muatan listrik pada sel akan menurun seara bertahap sampai
tercapai keadaaan kesetimbangan. Pada keadaan ini,

Q = K (tetapan kesetimbangan) sehingga Esel = 0

Suatu baterai yang tidak terpakai (mati) adalah baterai yang reaksi selnya telah
mencapai kesetimbangan dan tidak ada lagi zat kimia yang memberikan daya dorong
untuk menekan elektron mengalir melalui rangkaian. Dengan kata lain, kedua
komprtemen sel memiliki energi bebas sama atau ∆G = 0. Sel tidak lagi memiliki
kemampuan untuk melakukan kerja listrik.

9
HASIL DISKUSI

1. Kenapa perlu menggunakan paku dan koin pada rangkaian sel elektrokimia tomat ?
Ditanggapi oleh:
 Nurul Fitriani (054) : Karena paku dan koin logam bersifat konduktor sehingga
dapat mengalirkan arus listrik.
 Sri Agustini Hidayanti (076) : Penggunaan paku dan koin logam karena tomat
bersifatt isolator sehingga tidak dapat menghantarkan listrik.

Dijawab oleh Lina Rahmayanti (032): Paku dan koin digunakan sebagai elektroda yang
berifat konduktor untuk menghantarkan listrik. Paku digunakan sebagai anoda dan koin
digunakan sebagai katoda.

2. Apa lampu bisa nyala jika kabelnya terhubung langsung dengan tomat dan lampu?
Ditanggapi oleh:
 Rozana Afriani (070) : Bisa, karena dalam tomat terdapat cairan yang bersifa
elektrolit.

Dijawab oleh Lina Rahmayanti (032) : Lampu tidak akan bisa menyala jika tidak ada
paku dan koin. Di samping karena tidak ada elektroda yang yang akan mengantarkan
listrk,paku, koin dengan tomat merupakan satu kesatuan sel elektrokimia sebagai
pengganti baterai.

3. Apa kandungan dalam tomat yang dapat menghasilkan listrik?


Ditanggapi oleh:
 Qurrata A’yuni (056) : Karena tomat bersifat asam, yang dapat meghantarkan listrik.
 Rabiatun Adawiah (058) dan Rizal Febriansyah (064) : Karena dalam tomat terdapat
cairan yang mengandung ion-ion yang begerak dan menghasilkan arus listrik.

Dijawab oleh Lina Rahmayanti (032) : Cairan dalam tomat bersifat elektrolit yang dapat
meghantarkan listrk. Jadi ketika cairan tomat diberikan 2 buah elektroda yaitu paku dan
koin akan terjadi proses pelepasan dan penangkapan elektron. Pada anoda akan terjadi
pelepasan elektron dan pada katoda akan terjadi penangkapan elektron. Elektron-elektron
yang dihasilkan akan bergerak melalui perantara kabel dan menghasilkan arus listrik yang
dapat menyalakan lampu.

10
4. Kenapa pada percobaan menggnakan jeruk tidak menghasilkan nyala lampu?
Ditanggapi oleh :
 Rozana Afriani (070) : Karena larutan ada yang bersifat elektrolit dan non elektrolit.
Larutan non elektrolit tidak bisa menghantarkan arus listrik.
 Sri Agustini Hidayanti (076) : Karena cairan jeruk bersifat elektrolit lemah sehingga
tidak dapat menghasilkan nyala lampu.

Kedua pernyataan di atas disanggah oleh:

 Rabiatun Adawiah (058) : Berdasarkan teori, jeruk bersifat asam yang dalam pH
tertentu dapat menghantarkan listrik.
 M. Wildane Ganevo (038) : Bagaimana kita tahu bahwa jeruk bersifat non elektrolit
sedangkan jeruk bersifat asam?
 Nurul Fitriani (054) : Tidak hanya larutan elektrolit yang dapat menghantarkan arus
listrik.
 Rizal Febriansyah (064) menjawab pertanyaan Ganevo (038) : Suatu zat bisa
diketahui bersifat asam atau tidak dengan cara mengukur pH.

Dijawab oleh Lina Rahmayanti (032) : Berdasarkan data, tomat mampu menghantarkan
listrik sebesar 0,9 volt dan jeruk mampu menghantarkan listrik sebesar 1,5 volt. Jadi,
sebenarnya kemampuan jeruk dalam menghantarkan listrik lebih besar daripada tomat.
Namun karena dalam percobaan menggunakan jeruk, jeruk yang kami gunakan
jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah tomat. Sehingga cairan elektrolit
yang dihasilkan jeruk pun lebih sedikit dan tidak dapat menyalakan lampu.

5. Nurul Fitriani (054) : Kenapa elektroda gas disebut elektroda inert, sedangkan yang kita
tahu elektroda inert itu adalah Pt, C, Au?
Dijawab oleh Maya Indriani (036) : Dalam elektroda inert, seperti platina, dalam
reaksinya akan menghasilkan gas hidrogen. Dimana dalam pengklasifikasian ini
didasarkan pada kandungan serta zat yang dihasilkan pada reaksi.
6. ∆G = q + Wlistrik - P∆V + P∆V - T∆S
= q + Wlistrik - T∆S

Rabiatun Adawiah (058) : Bagaimana rumus di atas dapat diturunkan?

11
Dijawab oleh Maya Indriani (036) : Hal tersebut berdasarkan hukum I termodinamika
yang mana dalam keadaan reversible untuk sel volta q = qrev = T∆S.

12
KESIMPULAN

1. Sel elektrokimia adalah sel yang menghasilkan arus listrik akibattt dari reaksi kimia
dalam sel tersebut.
2. Sebuah sel elektrokimia selalu terdiri dari:
a. Anoda : Elektroda tempat berlangsungnya reaksi oksidasi.
b. Katoda : Elektroda tempat berlangsungnya reaksi reduksi.
c. Larutan elektrolit, larutan ionik dapat menghantarkan arus listrk.
3. Buah jeruk dan tomat dapat menghantarkan listrk karena cairannya bersifat elektrolit.
Jeruk dapat menghantarkan listrik sebbesar 1,5 volt dan tomat dapat menghantarkan
listrik sebesar 0,9 volt.
4. Untuk menggerakan elektron dalam sel elektrokimia agar menghasilkan arus listrik
diperlukan usaha/kerja yang bergantung pada muatan total yang dipindahkan dan
perbedaan potensilal.
Kerja listrik = Muatan x Perbedaan Potensial, atau
Wlistrik = -Q x ∆E
5. Hubungan antara perubahan energi bebas reaksi kimia spontan pada suhu dan tekanan
tetap dengan sel elektrokimia
∆G = -nFE°sel

13
DAFTAR PUSTAKA
Dogra, S. K. 2013. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI-Press.
Sunarya, Yayan. 2013. Kimia Dasar 2. Bandung: Yrama Widya.
https://www.academia.edu/31369438/BAB_I_II_III_PENGAPLIKASIAN_ELEKTROKI
MIA_DALAM_BIDANG_ANALISIS_KIMIA

14

Anda mungkin juga menyukai