Anda di halaman 1dari 8

PERILAKU, JARINGAN DAN

PROSES KOMUNIKASI DALAM


ORGANISASI

Oleh :
Ivan Issa Fathony 55215120011
Moh. Hopip 55215520027

Magister Ilmu Komunikasi


Universitas Mercu Buana
Jakarta
2016

A.

PERILAKU ORGANISASI

Organisasi menurut Stephen P. Robbins adalah unit sosial yang dengan


sengaja diatur terdiri atas dua orang atau lebih, yang berfungsi secara relatif
terus menerus untuk mencapai sasaran atau serangakaian sasaran bersama.
Perilaku adalah sikap dan tindakan (behavior; way of thinking or behaving).
Perilaku Organisasi menurut Stephen P. Robbins adalah bidang studi
yang mempelajari dampak perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku
dalam organisasi dengan tujuan mengaplikasikan pengetahuan semacam itu
untuk memperbaiki efektivitas organisasi.
Robbins menjelaskan bahwa perilaku organisasi adalah studi yang
mengambil pandangan mikro memberi tekanan pada individu-individu dan
kelompok-kelompok kecil. Perilaku organisasi memfokuskan diri kepada
perilaku di dalam organisasi dan seperangkat prestasi dan variabel mengenai
sikap yang sempit dari para pegawai, dan kepuasan kerja adalah yang
banyak diperhatikan.
Topik-topik mengenai perilaku individu, yang secara khas dipelajari
dalam perilaku organisasi adalah persepsi, nilai-nilai, pengetahuan, motivasi,
serta kepribadian. Termasuk di dalam topik mengenai kelompok adalah
peran, status kepemimpinan, komunikasi, dan konflik. Perilaku organisasi
memandang masalah organisasi adalah masalah manusia. Dengan demikian
inti dan determinan studi perilaku organisasi adalah tentang manusia.
Studi perilaku organisasi kemudian menghampiri persoalan individuindividu dan kelompok seperti yang dijelaskan Robbins diatas dengan
berbagai disiplin ilmu antara lain psikologi, sosiologi, antropologi dan ilmu
politik. Multidisiplin ilmu yang dipakai dalam studi perilaku organisasi intinya
dimanfaatkan agar menolong kita lebih paham tentang hakekat sistem dan
nilai-nilai kemanusian atau masalah manusia. Dengan asumsi setelah
memahaminya kemudian kinerja sebuah organisasi dapat ditingkatkan oleh
aktor organisasi.
Perilaku Organisasi mendorong kita untuk menganalisa secara
sistematik dan meninggalkan intuisi. Studi sistematik melihat pada
hubungan dan berupaya menentukan sebab dan akibat, serta menarik
kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah. Sementara intuisi adalah perasaan
yang tidak selalu didukung penelitian.

Dari gambaran diatas menurut Rino A. Nugroho dapat dijabarkan


dalam poin-poin definisi sebagai berikut :

Perilaku organisasi menjelaskan perilaku dari orang-orang yang


beroperasi di level individu, kelompok, atau organisasi.
Perilaku organisasi merupakan pendekatan multidisiplin yang
menggunakan prinsip dari berbagai ilmu.
Berorientasi pada manusia. Perilaku, persepsi, kemampuan, perasaan
adalah penting bagi organisasi.
Berorientasi kinerja. Tentang bagaimana kinerja ditingkatkan.
Lingkungan luar organisasi berpengaruh ke dalam organisasi.
Metode ilmiah penting untuk mengenali perilaku organisasi secara
sistematis.
Perilaku organisasi orientasi aplikasi yang berbeda. Perhatiannya
adalah pada menyediakan jawaban tentang permasalahan organisasi.

MODEL PERILAKU ORGANISASI


Stephen P. Robbins mengembangkan model 3 level dalam mempelajari
perilaku manusia dalam organisasi melalui tiga tingkatan analisis yaitu :
1. Tingkatan Individu: karakteristik bawaan individu dalam organisasi.
2. Tingkatan Kelompok: dinamika perilaku kelompok dan faktor-faktor
determinannya
3. Tingkatan Organisasi: faktor-faktor organizational yang mempengaruhi
perilaku.
PENDEKATAN DALAM STUDI PERILAKU ORGANISASI
Secara garis besar ada tiga jenis pendekatan yang dilakukan oleh para
ahli perilaku organisasi antara lain :

Pendekatan cognitive : Edward Tolman, berdasarkan pemahaman


seseorang terhadap informasi.
Pendekatan behavioristic : I.P. Pavlov dan J.B. Watson, berdasarkan
Response yang muncul apabila diberi stimulus tertentu.
Pendekatan social learning : A. Bandura, berdasarkan penggabungan
pendekatan Cognitif dan behavioristic

VARIABEL
DEPENDEN
ORGANISASI

DAN

INDEPENDEN

DALAM

PERILAKU

Variabel Dependen diartikan sebagai faktor-faktor kunci yang ingin


anda jelaskan atau perkirakan dan yang terpengaruh faktor lain, sedangkan

Variabel Independen adalah dugaan penyebab dari sejumlah perubahan


variabel dependen.
Variabel Dependen Perilaku Organisasi
Yang termasuk dalam Variabel Dependen adalah:
1. Produktivitas : organisasi dikatakan produktif jika ia mencapai
sasarannya dan melakukannya dengan mentransfer input ke output
dengan biaya terendah. Ukuran kinerja yang mencakup efektivitas dan
efisiensi. Efektivitas adalah pencapaian sasaran, sementara efisiensi
adalah rasio output efekif terhadap input yg diperlukan untuk
mencapainya.
2. Keabsenan : tidak melapor untuk bekerja.
3. Pengunduran diri : pengunduran diri sukarela maupun tidak dari
organisasi.
4. Perilaku warga organisasi : perilaku pilihan yang tidak menjadi bagian
dari kewajiban kerja formal karyawan, namun mendukung
berfungsinya organisasi tersebut secara efektif.
5. Kepuasan Kerja : sikap umum individu terhadap pekerjaannya.
Variabel Independen Perilaku Organisasi
a. Variabel-variabel level individu :
a. Ciri biografis
b. Kepribadian dan emosi
c. Nilai
d. Sikap
e. Kemampuan
f. Persepsi
g. Motivasi
h. Pembelajaran Individu
i. Pengambilan keputusan
b. Variabel-variabel level kelompok :
a. Komunikasi
b. Konflik
c. Kekuasaan dan politik
d. Tim-tim kerja
e. Struktur kelompok
f. Pengambilan keputusan kelompok
g. Kepemimpinan dan kepercayaan
c. Variabel Variabel level sistem organisasi :
a. Struktur dan desain organisasi
b. Desain kerja dan teknologi
c. Budaya Organisasi

d. Kebijakan dan praktek SDM

B.
JARINGAN DAN PROSES KOMUNIKASI DALAM
ORGANISASI
Organisasi adalah komposisi sejumlah orang-orang yang menduduki
posisi atau peranan tertentu. Diantara orang-orang ini saling terjadi
pertukaran pesan. Pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang
dinamakan jaringan komunikasi organisasi (Muhammad). Peranan individu
dalam sistem komunikasi ditentukan oleh hubungan struktur antara satu
individu dengan individu lainnya dalam organisasi. Hubungan ini ditentukan
oleh pola hubungan interaksi individu dengan arus informasi dalam jaringan
komunikasi formal dan komunikasi informal.
Jaringan komunikasi merupakan saluran yang digunakan untuk
meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Jaringan ini dapat dilihat
dari dua perspektif. Pertama, kelompok kecil sesuai dengan sumberdaya
yang
dimilikinya
akan
mengembangkan
pola
komunikasi
yang
menggabungkan beberapa struktur jarngan komunikasi. Jaringan komunikasi
ini kemudian merupakan sistim komunikasi umum yang akan digunakan oleh
kelompok dalam mengirimkan pesan dari satu orang keorang lainnya. Kedua,
jaringan komunikasi ini bisa dipandang sebagai struktur yang diformalkan
yang diciptakan oleh organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi.
a. Jaringan Komunikasi Formal
Jaringan komunikasi formal adalah pesan yang mengalir melalui jalan
resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi atau organisasi atau oleh fungsi
pekerjaan. Pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari
atas ke bawah atau dari bawah keatas atau dari tingkat yang sama atau
secara horizontal. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan
komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang
digambarkan dalam struktur organisasi yaitu :

Downward Communication atau komunikasi kepada bawahan

Komunikasi kebawah menunjukan arus pesan yang mengalir dari para


atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi
kebawah digunakan untuk menyampaikan pesan pesan yang biasanya
berkenaan dengan tugas tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya

berhubungan dengan pengarahan, tujuan, untuk merubah sikap, membentuk


pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah
informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan
mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan.

Upward Communication atau komunikasi kepada atasan

Yang dimaksud dengan komunikasi ke atas adalah pesan yang


mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah
kepada tingkat yang lebih tinggi. Semua karyawan dalam suatu organisasi
kecuali yang berada pada tingkatan yang paling atas mungkin berkomunikasi
ke atas. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan,
memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai
efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan, tipe pesan adalah
integrasi dan pembaruan.

Horizontal Communication atau komunikasi horizontal.

Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara orang orang


yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan yang mengalir
menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini
biasanya berhubungan dengan tugas tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti
koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling
memberikan informasi.
b. Jaringan Komunikasi Informal
Jaringan komunikasi informal adalah Informasi yang mengalir ke atas
ke bawah ataupun secara horizontal. Tanpa memperhatikan hubungan posisi,
kalaupun ada mungkin sedikit. Karena komunikasi informal ini menyebabkan
informasi pribadi muncul dari interaksi di antara orang orang dan mengalir
keseluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan.
Jaringan komunikasi lebih dikenal dengan desas desus (grapevine) atau
kabar angin. Informasi yang mengalir dalam jaringan grapevine ini,
kelihatannya berubah ubah dan tersembunyi. Dalam istilah komunikasi
grapevine dikatakan sebagai metode untuk menyampaikan rahasia dari
orang ke orang, yang tidak dapat diperoleh melalui jaringan komunikasi
formal. Komunikasi informal cenderung berisi laporan rahasia mengenai
orang dan kejadia kejadian yang tidak mengalir secara resmi. Informasi yang
diperoleh dari desas desus adalah yang berkenaan dengan apa yang

didengar atau apa yang dikatakan orang dan bukan apa yang diumumkan
oleh orang yang berkuasa.
Untuk memahami proses komunikasi dapat dilihat dari unsur-unsur
yang berkaitan dengan siapa pengirimnya (komunikator), apa yang
dikatakan atau dikirimkan (pesan), saluran komunikasi apa yang digunakan
(media), ditujukan untuk siapa (komunikan), dan apa akibat yang akan
ditimbulkannya (efek).
Dalam proses komunikasi tersebut, kewajiban seorang komunikator
adalah mengusahakan agar pesan-pesannya dapat diterima oleh komunikan
sesuai dengan kehendak pengirim. Model proses komunikasi secara umum
dapat memberikan gambaran kepada pengelola organisasi, bagaimana
mempengaruhi atau mengubah sikap anggota/stakeholder nya melalui
desain dan implementasi komunikasi. Dalam hal ini, pengirim atau sumber
pesan bisa individu atau berupa organisasi sebagaimana dapat dilihat dalam
gambar proses komunikasi di bawah ini :

Berdasarkan pada bagan atau gambar proses komunikasi tersebut,


suatu pesan, sebelum dikirim, terlebih dahulu disandikan (encoding) ke
dalam simbol-simbol yang dapat menggunakan pesan yang sesungguhnya
ingin disampaikan oleh pengirim. Apapun simbol yang dipergunakan, tujuan
utama dari pengirim adalah menyediakan pesan dengan suatu cara yang
dapat
memaksimalkan
kemungkinan
dimana
penerima
dapat
menginterpretasikan maksud yang diinginkan pengirim dalam suatu cara
yang tepat. Pesan dari komunikator akan dikirimkan kepada penerima melaui
suatu saluran atau media tertentu. Pesan yang di terima oleh penerima
melalui simbol-simbol, selanjutnya akan ditransformasikan kembali

(decoding) menjadi bahasa yang dimengerti sesuai dengan pikiran penerima


sehingga menjadi pesan yang diharapkan (perceived message) .
Hasil akhir yang diharapkan dari proses komunikasi yakni supaya
tindakan atau pun perubahan sikap penerima sesuai dengan keinginan
pengirim. Akan tetapi makna suatu pesan dipengaruhi bagaimana penerima
merasakan pesan itu sesuai konteksnya. Oleh sebab itu, tindakan atau
perubahan sikap selalu didasarkan atas pesan yang dirasakan.
Adanya umpan balik menunjukkan bahwa proses komunikasi terjadi
dua arah, artinya individu atau kelompok dapat berfungsi sebagai pengirim
sekaligus penerima dan masing-masing saling berinteraksi. Interaksi ini
memungkinkan pengirim dapat memantau seberapa baik pesan-pesan yang
dikirimkan dapat diterima atau apakah pesan yang disampaikan telah
ditafsirkan secara benar sesuai yang diinginkan.
Dalam kaitan ini sering digunakan konsep kegaduhan (noise) untuk
menunjukkan bahwa ada semacam hambatan dalam proses komunikasi yang
bisa saja terjadi pada pengirim, saluran, penerima atau umpan balik. Dengan
kata lain, semua unsur-unsur atau elemen proses komunikasi berpotensi
menghambat terjadinya komunikasi yang efektif.

Sumber :
Muhammad, Arni. 2001. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara : Jakarta.
Stephen P. Robbins, Thimothy A. Judge. 2004. Perilaku
(organizational Behavior) buku 2 . Salemba Empat : Jakarta

Organisasi

http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2014/12/proses-komunikasi-danpenjelasannya.html
http://mahmudnoorbiyadli.blogspot.co.id/2014/06/makalah-komunikasiorganisasi-strutur.html

Anda mungkin juga menyukai