Anda di halaman 1dari 6

Nama : Pratiwi rahmadani

Nim : 2010512045
Kelas : E4
Tugas uang, bank dan pasar

1. Kebijakan suku bunga Indonesia, amerika serikat, jepang, jerman,perancis


a. kebijakan suku bunga indonesia
Bank Indonesia (BI) akan tetap menempuh kebijakan suku bunga rendah di tahun 2022.
Suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang saat ini berada di
level 3,5%— terendah dalam sejarah—diperkirakan terus dipertahankan, paling tidak
hingga akhir semester I-2022. Kalau pun ada perubahan, kenaikan suku bunga acuan itu
masih akan berada di level yang tidak mengganggu proses pemulihan ekonomi dari
dampak pandemi Covid-19.
Koordinasi yang padu antara kebijakan fiskal dan moneter selama pandemi diyakini juga
akan berlanjut pada 2022, sehingga normalisasi kebijakan moneter yang ditempuh BI
akan selalu dikomunikasikan dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sebagai
otoritas fiskal.

Lebih dari itu, dengan kinerja fiskal yang cukup solid, di antaranya penerimaan pajak
2021 melampaui target dan defisit hanya 3,6% dari PDB hingga November 2021,
pemerintah dinilai sudah cukup kuat untuk menghadapi normalisasi moneter oleh BI.

Demikian benang merah pandangan sejumlah sumber yang dihimpun Investor Daily dari


berbagai kesempatan hingga Senin (27/12/2021) malam.
Mereka adalah Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Kepala Pusat Kebijakan
Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Abdurohman, Kepala
Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Hariyadi
Ramelan, CorporateSecretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Rudi As Aturridha,
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, dan ekonom
Bank Mandiri Faisal Rachman.
Perry menegaskan, bank sentral akan tetap menempuh kebijakan suku bunga rendah
menyusul pengumuman bank sentral AS, The Fed, yang bakal mempercepat program
pengurangan injeksi likuiditasnya atau tapering mulai Januari mendatang dan disusul
dengan kenaikan Fed funds rate (FFR). Suku bunga acuan BI 3,5% akan terus
dipertahankan hingga tahun depan, sampai dengan ada tanda-tanda kenaikan inflasi.
“Jadi, jangan kemudian membuat konklusi kalau Fed funds rate (FFR) naik, BI
rate (BI7DRR) naik. Itu tidaklah benar. Kami akan mulai dari pengurangan likuiditas
secara bertahap. Keputusan BI rate juga akan sangat ditentukan bagaimana perkiraan kita
terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi 2022 maupun 2023 dan 2024,” ujar Perry.
The Fed telah mengumumkan akan melakukan percepatan tapering off (penurunan
pembelian aset) semula US$ 15 miiliar per bulan menjadi US$ 30 miliar, dengan
begitu quantitative easing akan berakhir pada periode Maret 2022.
Selanjutnya akan dilakukan percepatankenaikan suku bunga acuan FFR di 2022 setelah
berakhirnya tapering off.

Sumber : Bank Indonesia Pertahankan Bunga Rendah Tahun 2022 (investor.id)


b. kebijakan suku bunga amerika serikat
Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed ) diperkirakan
akan mengumumkan perubahan kebijakan dramatis pada Rabu yang akan
membuka jalan bagi kenaikan suku bunga  pertamanya pada tahun depan.
Mengutip CNBC, Rabu (15/12/2021) pasar mengantisipasi The Fed akan
mempercepat penghentian program pembelian obligasi, mengubah tanggal lebih
cepat menjadi Maret dari awalnya Juni.

Itu akan membebaskan bank sentral untuk mulai menaikkan suku bunga dari nol,
dan pejabat The Fed diperkirakan akan merilis perkiraan baru yang menunjukkan
dua hingga tiga kenaikan suku bunga pada 2022 dan tiga hingga empat kali pada
2023.

Sebelumnya, tidak ada konsensus untuk kenaikan suku bunga pada tahun 2022,
meskipun setengah dari pejabat Fed mengharapkan setidaknya satu.

“Saya pikir mereka bisa menaikkan suku bunga pada 2022. Saya tidak berpikir  
terburu-buru,” kata Rieder.

Dia mengatakan The Fed bisa menaikkan dua kali pada 2022, dan tiga hingga
empat kali pada 2023.

Sumber : The Fed Diperkirakan Ambil Kebijakan Dramatis Naikkan Suku Bunga
(suara.com)

c. kebijakan suku bunga jepang

Bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) telah memutuskan untuk
mempertahankan kebijakan pelonggaran moneter skala besar yang berpusat pada
mendorong suku bunga jangka pendek menjadi minus 0,1 persen dan suku bunga
jangka panjang menjadi sekitar 0 persen per tahun.

"Mengenai keadaan ekonomi domestik saat ini, kami melemahkan ekspresi dari
"pemulihan jelas" Januari 2022," ungkap sumber Tribunnews.com, Jumat
(18/3/2022).

Walaupun ada beberapa pergerakan melemah karena pengaruh Covid-19, hal itu
dianggap sebagai catatan.
"Ketika Amerika Serikat dan Eropa bergerak menuju pelonggaran moneter yang
menyusut, perbedaan dari kebijakan moneter Jepang menjadi lebih jelas saat ini,"
ujar sumber itu.

"Dampak pada ekonomi dan harga-harga di Jepang melalui pasar keuangan dan
modal internasional serta harga sumber daya juga menjadi sangat tidak pasti saat
ini. Hal ini perlu perhatian serius," ujarnya mengenai situasi di Ukraina saat ini.

Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di
Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom
terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah
di Jepang.
sumber : Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga Minus 0,1 Persen di Tengah
Ketidakpastian - Tribunnews.com

d. kebijakan suku bunga inggris

Bank of England (BOE) bakal menjadi bank sentral pertama di negara utama yang
mengikuti langkah pengetatan kebijakan moneter Federal Reserve dengan menaikkan
suku bunga ke level sebelum Covid-19.

Dilansir Bloomberg pembuat kebijakan moneter yang dipimpin oleh Gubernur BOE
Andrew Bailey diperkirakan akan meningkatkan benchmark hingga 0,25–0,75 persen.

Hal ini dilakukan seiring dengan memburuknya prospek inflasi sehingga


memaksanya untuk memasang perkiraan kenaikan harga di puncak 7,25 persen pada
tahun ini.

Tingkat inflasi sudah mencapai yang tertinggi dalam tiga dekade terakhir dan akan
semakin terkerek seiring dengan kenaikan harga pangan dan energi.

Bloomberg Economics mengatakan tingkat suku bunga bisa mencapai 10 persen pada
Oktober, lima kali lipat dari target sebesar 2 persen BOE.

Peperangan di Ukraina langsung menyentak harga energi. Sejumlah ekonom


memprediksi minoritas dari sembilan anggota panel kebijakan BOE akan terus
menekan kenaikan suku bunga hingga 50 basis poin.
Rencana kenaikan ini akan diikuti dengan tiga kali kenaikan suku bunga berturut-
turut, yang tercepat sejak awal kemerdekaan BOE pada 1997.

Seperti diketahui, The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga acuan AS untuk
pertama kalinya sejak 2018 pada Rabu dan memperlihatkan sinyal kenaikan pada 6
kali pertemuan ke depan pada tahun ini.

Investor harus bertaruh dengan rencana kenaikan suku bunga acuan hingga 1 persen
pada Mei yang akan diiringi dengan membeli aset keuangan dengan skala besar atau
quantitative easing.

Risalah dari rapat mungkin akan berisi beberapa sinyal tentang bagaimana BOE
menangani divestasi itu. BOE telah memulai proses pengurangan neraca keuangan
dengan menghentikan reinvestasi hasil dari aset yang jatuh tempo.

Hal ini membuat BOE membawa kepemilikan mereka turun dari puncak 875 miliar
pound (US$1,1 triliun)

"Bank of England tampaknya akan menaikkan suku bunga dalam tiga kali pertemuan
pada Maret. Pada bulan ini, kami memperkirakan pengetatan akan dibatasi karena
kekhawatiran perang Rusia di Ukraina," ujar analis Bloomberg Economics Dan
Hanson.

Pemerintah berada di bawah tekanan untuk membantu meringankan dampak krisis


biaya hidup bagi pelaku usaha dan rumah tangga.

Dengan demikian, diperlukan lebih banyak bantuan fiskal yang dalam beberapa bulan
mendatang oleh kebijakan moneter.

Sumber : Inggris Ikuti Langkah The Fed, Naikkan Suku Bunga hingga 75 BPS -
Ekonomi Bisnis.com

e. kebijakan suku bunga jerman

Suku Bunga Acuan Jerman dilaporkan sebesar 0.00 % pa pada 2021-04. Angka ini
tetap dibanding sebelumnya yaitu 0.00 % pa untuk 2021-03. Data Suku Bunga Acuan
Jerman diperbarui bulanan, dengan rata-rata 1.00 % pa dari 1999-01 sampai 2021-04,
dengan 268 observasi. Data ini mencapai angka tertinggi sebesar 4.75 % pa pada
2001-04 dan rekor terendah sebesar 0.00 % pa pada 2021-04. Data Suku Bunga
Acuan Jerman tetap berstatus aktif di CEIC dan dilaporkan oleh European Central
Bank.

Sumber : Jerman | Suku Bunga Acuan | 1999 – 2022 | Indikator Ekonomi | CEIC
(ceicdata.com) Jerman | Suku Bunga Acuan | 1999 – 2022 | Indikator Ekonomi | CEIC
(ceicdata.com)

2. Negara yang menerapkan suku bunga negative

1. Denmark - Denmark Nationalbank


Dilihat dari sejarahnya, bank sentral Denmark menjadi bank sentral pertama yang
mengadopsi kebijakan suku bunga deposito negatif sebesar -0,2 persen pada Juli 2012.
Sejak saat itu, suku bunga deposito terus ditekan hingga mencapai -0,65 persen.

2. Swiss - Swiss National Bank (SNB)


Swiss dikenal dengan ketahanan fiskalnya yang tinggi dan penjagaan kerahasiaan ketat di
bank-banknya, sehingga sering menjadi safe haven di masa-masa krisis. Tak terkecuali
saat krisis Rusia.
Para investor buru-buru memindahkan dananya ke Swiss begitu nilai mata uang Rusia,
Rubel, jatuh di pasar uang, sehingga mendorong Swiss Franc ke level tinggi, melampaui
nilai fundamental asli Swiss Franc itu sendiri. Padahal penguatan Swiss Franc yang
berlebihan akan mengancam sektor ekspor Swiss dan bisa mencemplungkan Swiss
kedalam jurang deflasi.
Karenanya, SNB memutuskan untuk menerapkan suku bunga deposit negatif di level -0,5
persen.

3. Swedia - Sveriges Riksbank


Bank sentral Swedia, Riksbank, menurunkan suku bunganya sebesar 0,15 persen poin ke
tingkat terendah selama ini pada -0,50 persen, setelah memperkenalkan tingkat suku
bunga negatif untuk pertama kalinya setahun lalu.

Harga barang-barang di Swedia tetap datar selama 2015, dengan inflasi sebesar 0,9
persen. Riksbank mengatakan kebijakan suku bunga rendah telah membantu memperkuat
ekonomi Swedia dan mengurangi pengangguran.

4. Uni Eropa - European Central Bank (ECB)


Untuk alasan yang berbeda dengan Swiss, ECB juga telah memangkas suku bunga
deposit hingga dibawah nol pada Juni 2014. ECB ingin menggiring dana-dana bank
umum keluar dari bank sentralnya, kemudian mengalir ke investasi dan kredit agar
perekonomian negara-negara zona Euro terpacu.

Tetapi langkah tersebut gagal mencapai target, sehingga ECB pun didesak banyak pihak
untuk segera menjalankan pelonggaran kuantitatif (Quantitative Easing/QE). Suku bunga
acuan ECB saat ini pun berada di level -0,3 persen.
5. Jepang - Bank of Japan (BoJ)
BoJ jarang mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang berpotensi mengejutkan pasar.
Akibatnya, para analis dan pengamat pasar pun terlena dengan memprediksi bahwa
dalam rapat kebijakan moneter BoJ Januari 2016, bank sentral tersebut diperkirakan
masih akan mempertahankan kebijakan longgarnya dan tak memberi tambahan stimulus.

Namun, Jumat (29/1/2016) menjadi hari bersejarah bagi Bank Sentral Jepang.

Seperti yang dilansir dalam Financial Times, Gubernur Haruhiko Kuroda memang tidak


menambah jumlah penggelontoran stimulus, akan tetapi, ia dan rekan-rekannya
memutuskan untuk mencari cara lain dalam menggeliatkan inflasi konsumen Jepang,
yakni dengan cara mengadopsi penerapan suku bunga negatif sebesar -0,1 persen.
Dengan demikian, "resmi"-lah bank sentral ini bergabung ke dalam "klub bank sentral
bersuku bunga negatif" menyusul Bank Sentral Eropa (ECB). Pasar pun tersentak.

6. Hungaria - The National Bank of Hungary


Selasa (22/3/2016), bank sentral Hungaria memangkas suku bunganya sebesar 15 basis
poin menjadi -0,05 persen. Selain itu, suku bunga pinjaman juga diturunkan dari 2,1
persen menjadi 1,45 persen.

Anda mungkin juga menyukai