Anda di halaman 1dari 6

Tujuan Kebijakan Moneter

Tujuan akhir sebuah kebijakan moneter adalah suatu kondisi ekonomi makro
yang ingin dicapai. Tujuan tersebut tidak sama dari satu negara dengan
negara lainnya serta tidak sama dari waktu ke waktu.

Tujuan kebijakan moneter tidak statis, namun bersifat dinamis karena selalu
disesuaikan dengan kebutuhan perekonomian suatu negara. Akan tetapi,
kebanyakan negara menetapkan empat hal yang menjadi tujuan dari kebijakan
moneter, yaitu:

1. Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan.


2. Kesempatan kerja.
3. Kestabilan harga.
4. Keseimbangan neraca pembayaran.

Penjelasan lebih detail dari tujuan moneter adalah sebagai berikut:

a. Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran (medium of exchange)


dalam perekonomian.

b. Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan likuiditas perekonomian


dan stabilitas tingkat harga.

c. Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai pertumbuhan


ekonomi yang diinginkan pada berbagai sektor ekonomi.

d. Membantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat


terealisasi melalui sumber penerimaan yang normal.

e. Menjaga kestabilan ekonomi, artinya pertumbuhan arus barang dan jasa


seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia.

f. Menjaga kestabilan harga. Harga suatu barang merupakan hasil interaksi


antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang yang tersedia di pasar.

g. Meningkatkan kesempatan kerja. Pada saat perekonomian stabil


pengusaha akan mengadakan investasi untuk menambah jumlah barang dan
jasa sehingga adanya investasi akan membuka lapangan kerja baru sehingga
memperluas kesempatan kerja masyarakat.

h. Memperbaiki neraca Perdagangan Kerja Masyarakat. Dengan jalan


meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk ke
dalam negeri atau sebaliknya.

Instrumen Kebijakan Moneter


Instrumen-instrumen yang biasa digunakan oleh pemerintah dalam
pengambilan kebijakan moneter adalah:

Kebijakan Operasi Pasar Terbuka


Operasi pasar terbuka adalah salah satu kebijakan yang diambil bank sentral
untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Kebijakan ini
dilakukan dengan cara menjual Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli
surat berharga di pasar modal.

Kebijakan Diskonto
Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau menambah jumlah uang
beredar dengan cara mengubah diskonto bank umum. Jika bank sentral
memperhitungkan jumlah uang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala
inflasi), bank sentral mengeluarkan keputusan untuk menaikkan suku bunga.
Dengan menaikkan suku bunga akan merangsang keinginan orang untuk
menabung.

Kebijakan Cadangan Kas


Bank sentral dapat membuat peraturan untuk menaikkan atau menurunkan
cadangan kas (cash ratio). Bank umum, menerima uang dari nasabah dalam
bentuk giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito, dan jenis tabungan
lainnya. Ada persentase tertentu dari uang yang disetorkan nasabah dan tidak
boleh dipinjamkan.

Kebijakan Kredit Ketat


Kredit tetap diberikan bank umum, tetapi pemberiannya harus benar-benar
didasarkan pada syarat 5C, yaitu Character, Capability, Collateral, Capital, dan
Condition of Economy. Dengan kebijakan kredit ketat, jumlah uang yang
beredar dapat diawasi. Langkah kebijakan ini biasa diambil pada saat
ekonomi sedang mengalami gejala inflasi.

Kebijakan Dorongan Moral


Bank sentral dapat juga memengaruhi jumlah uang beredar dengan berbagai
pengumuman, pidato, dan edaran yang ditujukan pada bank umum dan pelaku
moneter lainnya. Isi pengumuman, pidato, dan edaran dapat berupa ajakan
atau larangan untuk menahan pinjaman tabungan atau pun melepaskan
pinjaman.
 
Sekian pembahasan mengenai kebijakan moneter. Pengaturan keluar
masuknya keuangan adalah hal terpenting bagi setiap badan usaha. Untuk itu,
diperlukan adanya laporan keuangan yang baik. Kini, Anda dapat membuat
laporan keuangan perusahaan dengan mudah menggunakan software
akuntansi. Jurnal adalah salah satu software akuntansi online yang dapat
membantu Anda mengelola keuangan hingga membuat laporan keuangan
secara instan di mana pun dan kapan pun. Dengan memiliki laporan
keuangan, Anda dapat lebih mudah melihat kondisi sekaligus menganalisa
keuangan perusahaan. Temukan info dan fitur lain dari Jurnal di sini.
BI Paparkan Arah kebijakan Moneter Tahun Depan
Safyra Primadhyta, CNN Indonesia | Selasa, 28/11/2017 20:43 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menyatakan arah kebijakan


moneter bank sentral tahun depan tetap mengarah pada upaya menjaga
tingkat inflasi agar sesuai dengan sasarannya. Seperti diberitakan
sebelumnya, tahun depan BI menargetkan inflasi akan ada di kisaran 3,5 plus
minus 1 persen.

"Pada sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia (BI) akan terus menempuh
stance kebijakan moneter yang terukur dan sesuai dengan upaya menjaga
inflasi dalam kisaran sasarannya," ujar Gubernur BI Agus DW Martowardojo
pada Pertemuan Tahunan BI 2017, Selasa (28/11).

Selain itu, lanjut Agus, arah kebijakan moneter BI juga untuk mengendalikan
defisit transaksi berjalan (CAD) di level yang aman. Tahun ini, CAD
diperkirakan akan berada di bawah dua persen di bawah Pendapatan
Domestik Bruto (PDB). Sementara tahun depan CAD diperkirakan melebar
menjadi di bawah tiga persen dari PDB seiring meningkatnya aktivitas
ekonomi.

Bank sentral juga akan memberikan ruang lebih bagi bank dalam mengelola
likuiditasnya. Caranya dengan memperkuat implementasi Giro Wajib
Minimum (GWM) rata-rata (averaging). Ke depan, GWM averaging akan
dikembangkan tidak hanya untuk bank konvensional tetapi juga untuk bank
syariah.

Secara bertahap, ketentuan ini juga akan diberlakukan untuk likuditas valuta
asing (valas), tidak hanya rupiah. Dengan cara ini, BI berharap biaya dana
perbankan bisa ditekan dan berujung pada turunnya suku bunga kredit.

Terkait nilai tukar, bank sentral akan selalu berada di pasar untuk menjaga
rupiah agar sesuai nilai fundamentalnya dengan memperhatikan mekanisme
pasar. BI ingin mengurangi ketergantungan Indonesia kepada mata uang
tertentu sehingga bisa meredam dampak negatif jika terjadi gejolak pada
satu mata uang. Salah satu caranya, adalah dengan terus mendorong swap
lindung nilai dengan mata uang non dolar AS.

Selanjutnya, BI akan terus mendorong upaya pendalaman pasar keuangan


melalui kerja sama dengan berbagai instansi, Kementerian Keuangan dan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Salah satunya dilakukan dengan penyusunan
penguatan cetak biru (blue print) penguatan kelembagaan untuk transaksi
derivatif, pengembangan industri jangka pendek sesuai kebutuhan pasar.

BI Pastikan Perketat Kebijakan Moneter


Setyo Aji Harjanto, CNN Indonesia | Rabu, 30/05/2018 19:11 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --


Bank Indonesia (BI) menyatakan akan mengubah kebijakan mereka ke
depan, dari yang saat ini masih akomodatif menjadi lebih ketat. Dengan
pengetatan kebijakan tersebut, kemungkinan dalam beberapa waktu ke
depan tidak akan menurunkan suku bunga acuan mereka lagi.

Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia mengatakan, pengetatan


kebijakan tersebut diambil sebagai respon BI terhadap kenaikan suku
bunga acuan yang dilakukan Bank Sentral Amerika.
BI dalam Rapat Dewan Gubernur tembahan yang digelar Rabu ini
memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.
Alhasil dengan kenaikan ini, suku hunga acuan menjadi 4,75 persen.

Kenaikan suku bunga ini merupakan kali kedua yang dilakukan oleh BI pada
Mei ini. Sebelumnya, dalam Rapat Dewan Gubernur yang digelar 16- 17 Mei
lalu, BI juga menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen.
Perry mengatakan pengetatan kebijakan yang dilakukan dengan menaikkan
suku bunga tersebut dilakukan untuk menjaga pergerakan inflasi dan
pertumbuhan ekonomi agar sesuai dengan target yang telah ditetapkan
pemerintah.

Dalam jangka pendek, kebijakan tersebut juga dilakukan untuk menstabilkan


nilai tukar rupiah.

Anda mungkin juga menyukai