Tujuan akhir sebuah kebijakan moneter adalah suatu kondisi ekonomi makro
yang ingin dicapai. Tujuan tersebut tidak sama dari satu negara dengan
negara lainnya serta tidak sama dari waktu ke waktu.
Tujuan kebijakan moneter tidak statis, namun bersifat dinamis karena selalu
disesuaikan dengan kebutuhan perekonomian suatu negara. Akan tetapi,
kebanyakan negara menetapkan empat hal yang menjadi tujuan dari kebijakan
moneter, yaitu:
Kebijakan Diskonto
Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau menambah jumlah uang
beredar dengan cara mengubah diskonto bank umum. Jika bank sentral
memperhitungkan jumlah uang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala
inflasi), bank sentral mengeluarkan keputusan untuk menaikkan suku bunga.
Dengan menaikkan suku bunga akan merangsang keinginan orang untuk
menabung.
"Pada sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia (BI) akan terus menempuh
stance kebijakan moneter yang terukur dan sesuai dengan upaya menjaga
inflasi dalam kisaran sasarannya," ujar Gubernur BI Agus DW Martowardojo
pada Pertemuan Tahunan BI 2017, Selasa (28/11).
Selain itu, lanjut Agus, arah kebijakan moneter BI juga untuk mengendalikan
defisit transaksi berjalan (CAD) di level yang aman. Tahun ini, CAD
diperkirakan akan berada di bawah dua persen di bawah Pendapatan
Domestik Bruto (PDB). Sementara tahun depan CAD diperkirakan melebar
menjadi di bawah tiga persen dari PDB seiring meningkatnya aktivitas
ekonomi.
Bank sentral juga akan memberikan ruang lebih bagi bank dalam mengelola
likuiditasnya. Caranya dengan memperkuat implementasi Giro Wajib
Minimum (GWM) rata-rata (averaging). Ke depan, GWM averaging akan
dikembangkan tidak hanya untuk bank konvensional tetapi juga untuk bank
syariah.
Secara bertahap, ketentuan ini juga akan diberlakukan untuk likuditas valuta
asing (valas), tidak hanya rupiah. Dengan cara ini, BI berharap biaya dana
perbankan bisa ditekan dan berujung pada turunnya suku bunga kredit.
Terkait nilai tukar, bank sentral akan selalu berada di pasar untuk menjaga
rupiah agar sesuai nilai fundamentalnya dengan memperhatikan mekanisme
pasar. BI ingin mengurangi ketergantungan Indonesia kepada mata uang
tertentu sehingga bisa meredam dampak negatif jika terjadi gejolak pada
satu mata uang. Salah satu caranya, adalah dengan terus mendorong swap
lindung nilai dengan mata uang non dolar AS.
Kenaikan suku bunga ini merupakan kali kedua yang dilakukan oleh BI pada
Mei ini. Sebelumnya, dalam Rapat Dewan Gubernur yang digelar 16- 17 Mei
lalu, BI juga menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen.
Perry mengatakan pengetatan kebijakan yang dilakukan dengan menaikkan
suku bunga tersebut dilakukan untuk menjaga pergerakan inflasi dan
pertumbuhan ekonomi agar sesuai dengan target yang telah ditetapkan
pemerintah.