Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

BISNIS INTERNASIONAL
ALIANSI-ALIANSI STRATEGI INTERNASIONAL

DOSEN PENGAMPU : SRI DEWI AYU SAFITRI S,Sy M.E

Disusun oleh :

Rima : 11825077

JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PNTIANAK
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah  SWT. yang telah memberikan waktu, kesempatan, dan
kemudahan penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Bisnis Internasional” dengan
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang kami miliki dan bantuan dari beberapa
referensi. Dan kami ucapakan terimakasih kepada Sri Dewi Ayu Safitri S,Sy M.E. selaku
dosen pengampu mata kuliah “Bisnis Internasioan” yang telah memberikan tugas ini semoga
makalah ini berguna dan dapat membantu kita di segala semua aspek kehidupan, aamiiin.

Pontianak, 09 november 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliansi Strategis.................................................................3


B. Kerja Sama Perusahaan Internasional.................................................4
C. Manfaat Aliansi Strategis....................................................................6
D. Lingkup Aliansi Strategis....................................................................7
E. Implementasi Aliansi Strategis............................................................9
F. Kelemahan Aliansi strategis................................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan dunia bisnis saat ini memberikan efek reaksi yang mewajibkan setiap
pelaku usaha berfikir ekstra cepat, hal ini dikarenakan pergerakan dan persaingan dalam
dunia usaha menyebabkan pelaku usaha memiliki strategi yang tepat guna dan menekan biaya
yang besar dari efek persaingan tersebut. Kemitraan merupakan sebuah strategi yang muncul
dari strategi kerjasama. Strategi ini digunakan guna mempercepat target dan mengurangi
biaya yang biasa dilakukan secara individu.

Dalam jurnal (Prabowo, 2019), Kata strategi berbasis pada nilai positioning suatu
perusahaan dalam tingkat persaingan dan cenderung melengkapi satu dan lainnya.
Positioning yang pertama adalah berdasarkan pada variety-based positioning yaitu
berdasarkan pada variasi produk yang ditawarkan, strategi ini adalah melayani pelanggan
dalam jumlah besar dengan berbagai macam produk, dunia perbankan melakukan positioning
dengan menawarkan produk tabungan, deposito hingga kredit. Positioning kedua perusahaan
melayani hampir semua kebutuhan pelanggan, pelanggan Ace Hardware merupakan contoh
yang bagus, memenuhi semua kebutuhan peralatan rumah tangga. Jenis positioning ini, punya
pelanggan sama namun mempunyai kebutuhan yang berbeda, dengan situasi yang berlainan
pula. Positioning ketiga, segmentasi pelanggan yang dapat diakses dengan berbagai cara.
Kebutuhan sama dengan pelanggan lain, namun berbeda aktivitasnya untuk meraih
pelanggan. Traveloka perusahaan yang mempunyai segmen orang-orang yang melakukan
aktivitas traveling, namun berbeda aktivitasnya.

Dalam jurnal (Syaifullah et al., 2019), Strategi di artikan suatu rencana kegiatan yang
menyeluruh yang disusun secara sistematis dan bersifat umum, karena itu dapat diketahui
oleh setiap orang dalam perusahaan maupun luar perusahaan, tetepi taktik bagaimana
perusahaan melaksanakan strategi itu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, harus
dirahasiakan dan tidak semua orang dapat mengetahuinya (Sofyan, 2015). Herdiana (2015)
mengemukakan bahwa strategi adalah suatu kesatuan rencana yang menyeluruh,
komprehensif, dan terpadu yang diarahkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Strategi
berperan penting pada era global dan perdagangan bebas sekarang ini, ketika persaingan
semakin hebat (Herdiana, 2015). Menurut Kasmir (2016) strategi adalah langkah-langkah
yang harus dijalankan oleh suatu perusahaan untuk mencapai tujuan. Kadang-kadang langkah

1
yang harus dihadapi terjal dan berliku-liku, namun ada pula langkah yang relatif mudah. Di
samping itu, banyak rintangan atau cobaan yang di hadapi untuk mencapai tujuan. Oleh
karena itu, setiap langkah harus secara hati-hati dan terarah

Adanya kemitraan dalam aliansi strategik kian menarik peneliti karena terdapat aneka
kesempatan untuk bekerjasama antara satu pelaku usaha dengan pelaku usaha lainnya, karena
kemitraan itu sendiri merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih manfaat bersama ataupun keuntungan
bersama sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling mengisi sesuai kesepakatan yang
muncul. Strategi kinerja aliansi atau strategic alliances performance merupakan bentuk
strategi yang dilakukan berdasarkan suatu kesepakatan antara dua pihak dengan tingkat
setaraf atau horizontal.

Dalam jurnal (Sulisworo, 2010) menjelaskan bahwa Strategi merupakan terminologi


yang diambil dari militer. Strategi dalam militer pada awalnya dimaknai sebagai cara atau
pendekatan yang dilakukan untuk dapat mengalahkan lawan. Strategi akan selalu terkait
dengan taktik yaitu langkah-langkah untuk dapat menjalankan strategi secara lebih rinci.
Dalam dunia bisnis saat ini, strategi merupakan suatu pendekatan untuk menggapai masa
depan yang (1) melibatkan proses menilai keadaan saat ini dan faktor-faktor yang harus
diantisipasi terkait dengan pelanggan dan pesaing (sebagai lingkungan eksternal) dan keadaan
perusahaan itu sendiri (sebagai lingkungan internal), (2) proses envisioning peran baru
ataupun peran yang lebih efektif agar lebih kreatif, dan (3) aligning kebijakan, pengalaman,
praktek baik, dan sumberdaya untuk merealisasikan visi.

Aliansi merupakan kerjasama antar perusahaan yang menyangkut aspek strategic dan
non – strategic (teknis) (jamsley hutabarat & Martani Husaeni, 2018). Aliansi strategis adalah
kemitraan yang membantu menyatukan kekuatan dalam rangka untuk saling menguntungkan
manfaat dan daya saing jangka panjang di pasar (Kinderis & Jucevičius, 2015). Banyak
perusahaan yang berkembang menjadi multinasional dan internasional memaksa perusahaan
untuk berkolaborasi dari pada berkompetisi dengan tujuan yang jauh lebih besar. Selain itu
menurut Mandal dalam Kinderis & Jucevičius, (2015) aliansi strategis mungkin dianggap
biasa, bagi sebagian orang perusahaan merupakan niat untuk merencanakan kegiatan masa
depan untuk mencapai tujuan strategis. Aliansi strategis mengacu pada kemitraan yang
dibentuk oleh perusahaan untuk mencapai tujuan bersama dan karenanya indikatif kerja sama
antar peserta.

2
Jurnal (Siyamtinah, 2009) menjelaskan bahwa Aliansi strategik merupakan
persetujuan kerjasama suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang berlangsung secara
relatif, meliputi aliran dan keterkaitan sumberdaya dan/ atau struktur governance dari
organisasi otonom (Parkhe, 1993). Cung et al.(2000) menemukan bahwa pembentukan aliansi
berhubungan positif dengan sifat komplementer kapabilitas perusahaan dan sifat kesamaan
status perusahaan yang melakukan aliansi. Sedangkan Beverland dan Bretherton (2001)
menemukan bahwa dengan membentuk aliansi strategik berarti menurunkan ketidakpastian
pada peluang pasar yang dimasukinya. Sejalan dengan Jap (1999) dari hasil penelitiannya
yang mengindikasikan bahwa proses kolaborasi akan bermanfaat terhadap investasi dan
usaha koordinasi yang mengarah pada peningkatan kinerja dan keunggulan bersaing.

Berdasarkan pengertian sebelumnya maka aliansi mungkin dianggap sebagai kerja


sama antara dua perusahaan di tingkat aktivitas mereka dan sering di beberapa bidang bisnis
pengelolaan. Dalam pendekatan hirarkis strategis aliansi berada di posisi tertinggi: kerja
sama, kemitraan, aliansi dan aliansi strategis (Kinderis & Jucevičius, 2015). Dalam hal ini
bisa disimpulkan bahwa bentuk aliansi sendiri memiliki tingkatan dan aliansi yang terbentuk
bukan saja Sebuah kerjasama dikatakan beraliansi bila memenuhi beberapa hal dalam motif,
karakteristik, pembentukan atau jenis dan manfaat yang dihasilkan. Dalam menganalisa motif
kelompok dari terbentuknya aliansi strategik, terdapat dua kelompok motif yang
mendominasi yaitu strategis dan sosial. Motif strategis perusahaan membentuk aliansi
strategis untuk mencapai tujuan strategis dan mendapatkan keuntungan (Kinderis &
Jucevičius, 2015). Motif sosial perusahaan membentuk aliansi strategis melalui kontak sosial
masyarakat, nilainilai sosial seperti kepercayaan dan komitmen adalah dasar untuk aliansi
strategis formasi (Kinderis & Jucevičius, 2015). Tetapi bagaimanapun juga, motif ini terkait
dengan niat strategis (penggunaan sumber daya dalam dan luar, manajemen situasi),
keharusan (kepatuhan dengan standar, kebersamaan) dan peluang (jejaring sosial karyawan di
perusahaan).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian aliansi strategi?
2. Bagaimana kerjasama perusahaan internasional?
3. Apa manfaat dari aliansi strategis?
4. Bagaimana ruang lingkup aliansi strategis?

3
5. Bagaimana implementasi aliansi strategis?
6. Apa kelemahan dari aliansi strategis?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa pengertian aliansi strategi?
2. Untuk mengetahui bagaimana kerjasama perusahaan internasional?
3. Untuk mengetahui apa manfaat dari aliansi strategis?
4. Untuk mengetahui bagaimana ruang lingkup aliansi strategis?
5. Untuk mengetahui bagaimana implementasi aliansi strategis?
6. Untuk mengetahui apa kelemahan dari aliansi strategis?
1.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliansi Strategi

Pengertian Aliansi strategis adalah hubungan formal antara dua atau lebih kelompok
untuk mencapai satu tujuan yang disepakati bersama ataupun memenuhi bisnis kritis tertentu
yang dibutuhkan masing-masing organisasi secara independen. Aliansi strategis pada
umumnya terjadi pada rentang waktu tertentu, selain itu pihak yang melakukan
aliansi bukanlah pesaing langsung, namun memiliki kesamaan produk atau layanan yang
ditujukan untuk target yang sama. Dengan melakukan aliansi, maka pihak-pihak yang terkait
haruslah menghasilkan sesuatu yang lebih baik melalui sebuah transaksi. Rekan dalam aliansi
dapat memberikan peran dalam aliansi strategis dengan sumber daya
seperti produk, saluran distribusi, kapabilitas manifaktur, pendanaan projek, pengetahuan,
keahlian ataupun kekayaan intelektual.

Dalam jurnal (Kasus et al., n.d.), Tentang aliansi, studi literatur menghasilkan
beberapa definisi, yaitu: Pertama, menurut Rich (2003), aliansi adalah hubungan kooperatif
antara dua atau lebih organisasi independen, untuk mencapai tujuan keuntungan bisnis
bersama selama aliansi tersebut secara ekonomis memungkinkan. Kedua, menurut Lambe,
Spekman, dan Hunt (2002), aliansi adalah suatu usaha kolaboratif antara dua atau lebih
perusahaan, mereka menyatukan sumber daya masing-masing untuk mencapai tujuan
bersama yang tidak dapat dicapai dengan mudah apabila dilakukan sendiri. Ketiga, menurut
Parkhe (dalam Varadarajan dan Cunningham, 1995), aliansi strategis adalah perjanjian
kooperasi antar-perusahaan dalam jangka waktu cukup lama, meliputi aliran dan keterkaitan
yang menggunakan sumber daya dan/atau struktur dominasi dari organisasi yang otonom,
untuk mencapai tujuan bersama yang terkait dengan misi korporat masing-masing pihak.
Berdasarkan ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa aliansi adalah hubungan kerja
sama antara dua perusahaan yang independen, masing-masing pihak memberikan kontribusi
sumber daya untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam jurnal (Afifah, 2018) menjelaskan bahwa Aliansi strategis merupakan sebuah
cara bagi UMKM agar dapat menerobos hambatan-hambatan yang terjadi baik secara internal
maupun eksternal untuk bersaing secara internasional maupun domestik untuk mendapatkan
keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif adalah kemampuan dalam mengatasi

5
tantangan yang ada dan memanfaatkan peluang usaha yang ada, termasuk peluang dalam
mengembangkan diri menjadi lebih besar (Hamel dan Prahalad, 1989).

Strategi Aliansi (Strategic Alliances) yaitu perjanjian bisnis di mana dua atau lebih
perusahaan memutuskan untuk melakukan kerjasama guna mendapatkan keuntungan
bersama. Partner-partner dalam aliansi strategi setuju untuk menggabungkan aktivitas riset
dan pengembangan, keahlian dalam pemasaran dan kemampuan manajerial. Aliansi strategi
hanyalah salah satu metode yang dilakukan perusahaan agar dapat masuk atau melakukan
ekspansi operasi internasional. Usaha patungan (join venture) adalah bentuk khusus aliansi
strategis yang merupakan gabungan dua atau lebih perusahaan untuk menciptakan entitas
bisnis baru yang secara hokum terpisah dan berbeda dari induk perusahaannya. Usaha
patungan biasanya berbentuk perusahaan dan dimiliki oleh induk perusahaan dengan proporsi
sesuai hasil negoisasi.

Aliansi strategis non usaha patungan dapat dibentuk semata-mata untuk membuat
partner-partner mampu mengatasi halangan yang dihadapi setiap partner dalam jangka
pendek. Aliansi strategis non usaha patungan  biasanya memiliki tujuan dan lingkup yang
lebih sempit. Aliasi strategis non usaha patungan sering dibentuk untuk tujuan tertentu yang
akan berakhir secara alami. Karena misinya sempit dan tidak adanya struktur organisasi
formal, aliansi strategi non usaha patngan biasanya kurang stabil dibandingkan dengan usaha
patungan (joint venture).

Dalam jurnal (Hidayat, n.d.) Menurut Wheelen dan Hungar dalam Elmuti dan
Kathawala, aliansi strategis adalah perjanjian antara unit-unit usaha yang melakukan bisnis
bersama melalui perjanjian usaha dengan cara menciptakan usaha yang lebih baik kinerjanya,
tetapi cara tersebut dilakukan dalam jangka waktu pendek atau kemitraan kerja penuh.
Buckley (1992, hlm. 91) dalam Saffu and Mamman (2000) mendefinisikan aliansi sebagai
kolaborasi antarunit usaha yang memberikan secara lebih ruang ekonomi dan waktu untuk
pencapaian sasaran yang akan dituju. Sankar et al. dalam Saffu and Mamman mendefinisikan
aliansi strategis sebagai kerja sama dari kemampuan bersaing di antara unit-unit usaha. Setiap
partner mencari tambahan kemampuannya dengan mengombinasikan beberapa sumber yang
ada di unit usaha dengan partnernya.

Rothaermel et. al. (2004) menyatakan aliansi strategis dapat mempengaruhi dalam
portfolio aliansi sehingga paralel terhadap pengembangan produk melalui akumulasi
kompetensi dalam proses inovasi. Keterbatasan sumber daya sering menjadi salah satu

6
hambatan dalam melakukan inovasi pengembangan produk. Oleh karena itu dengan adanya
pengalaman dari masing-masing aliansi dapat memaksimalkan inovasi pengembangan produk
nantinya.

Jurnal (Waluyo, 2017) Menurut Chandra (2004) aliansi adalah salah satu strategi
pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengembangkan usahanya (strategi ini
dilakukan dengan membina hubungan atau kerjasama yang erat dan saling sinergis dengan
perusahaan lain (pemasok, pelanggan atau produsen yang komplementer)). Menurut B. Borys
dan DB Jemison yang dikutip oleh Hitt (1999) aliansi strategis adalah merupakan
persekutuan antara perusahaan-perusahaan yang menggabungkan sumberdaya, kemampuan,
dan kompetensi inti bersama-sama untuk mencapai kepentingan bersama. Elmuti dan
Kathawala (2001) mendefinisikan aliansi strategis adalah kerjasama (partnerships) antara dua
atau lebih perusahaan atau unit bisnis yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
signifikan secara strategis yang saling menguntungkan. Robinson (2013) menyatakan bahwa
aliansi strategis adalah kontrak jangka panjang antara organisasi hukum yang berbeda yang
menyediakan pembagian biaya dan manfaat dari suatu kegiatan yang saling menguntungkan.
Dapat disimpulkan bahwa aliansi strategis adalah suatu strategi pemasaran yang merupakan
kontrak jangka panjang dalam bentuk kerjasama (persekutuan) antara dua perusahaan atau
lebih untuk berusaha bersama dalam mencapai tujuan yang saling menguntungkan, berbagi
biaya dan manfaat dengan menggabungkan sumberdaya, kemampuan, dan kompetensi inti.

Jurnal (Ii, 2001) Pada prinsipnya, aliansi dilakukan oleh perusahaan untuk saling
berbagi biaya, resiko dan manfaat. Alasan rasional ditempuhnya aliansi strategi adalah untuk
memanfaatkan keunggulan sesuatu perusahaan dan mengkompensasi kelemahannya dengan
keunggulan yang dimiliki partnernya (Kuncoro, 1994, p. 30). Dengan demikian, masing-
masing pihak yang beraliansi saling memberikan kontribusi dalam pengembangan satu atau
lebih strategi kunci dalam bidang usaha yang dialiansikan. Jadi, apapun bentuk serta lingkup
kegiatan yang dilakukan, semua pihak menghendaki suatu keuntungan serta manfaat bersama
yang diciptakan melalui interaksi terpadu.

B. Kerjasama perusahaan internasional

Aliansi menjadi semakin umum karena globalisasi dan percepatan laju perubahan
teknologi. Perusahaan dapat membentuk dan mereformasi aliansi dengan pemangku
kepentingan untuk mengakses dan mengelola sumberdaya yang berharga, bergerak, dan

7
langka untuk bertahan dalam persaingan di lingkungan yang dinamis (Teece et al., 1997).
Pembentukan aliansi strategis juga dimotivasi untuk meningkatkan skill dan teknologi
(Hamel et al., 1989; Palakshappa dan Gordon, 2007), penyebaran teknologi baru dengan
cepat dan efektif, atau untuk mempelajari sesuatu dari perusahaan yang lebih unggul (Dyer et
al., 2001) meningkatkan pembelajaran tentang penggunaan teknologi baru (Lei et al., 1997)
memperoleh akses sumberdaya yang bersifat komplementer dan menggabungkan sumber
keahlian (Hitt et al., 1997).
Pengertian kerjasama internasional adalah kerjasama yang dilakukan antara satu
negara dengan negara lainnya, dengan memiliki tujuan bersama dan saling menguntungkan
namun tetap berpedoman dengan politik,dan ekonomi dari negara-negara yang menjalin
kerjasama.
Dalam jurnal (Dan et al., 2011) menjelaskan bahwa Pengertian kinerja seperti yang
disampaikan oleh Kuncoro (2007) adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan
perilaku industri di mana hasil biasa diidentikkan dengan besarnya penguasaan pasar atau
besarnya keuntungan suatu perusahaan di dalam suatu industri. Untuk mengantisipasi tidak
tersedianya data-data kinerja obyektif dalam sebuah penelitian, maka dimungkinkan untuk
menggunakan ukuran subyektif, yang mendasarkan pada persepsi manajer. Zahra and Das
dalam Estika (2006), membuktikan bahwa ukuran kinerja subyektif memiliki tingkat
reliabilitas dan validitas yang tinggi. Disamping itu penelitian Voss & Voss dalam Estika
(2006), menunjukkan adanya korelasi yang erat antara ukuran kinerja subyektif dan ukuran
kinerja obyektif. Berdasarkan uraian diatas, kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan
pengukuran subyektif yang mendasarkan pada persepsi staf dan manajer perusahaan atas
berbagai dimensi pengukuran kinerja perusahaan. Indikator yang digunakan untuk mengukur
variabel Kinerja perusahaan mengacu pada penelitian Narver & Slater yaitu efisiensi,
efektivitas, dan adaptabilitas.
Biasanya kerjasama internasional meliputi beberapa bidang, mulai dari kerjasama
dibidang ekonomi, pertahanan, pendidikan, teknologi serta keamanan. Kerjasama
internasional juga dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati oleh
negara yang bekerjasama. Selain itu kerjasama sama bisa dilakukan oleh semua negara tanpa
pengeculian berdasarkan kebutuhan dari negara tersebut.
Selain akan berdampak terhadap keuntungan negara masing-masing, kerjasama
internasional nantinya akan mempererat hubungan diplomasi yang baik dari negara yang
mengikuti atau menjalani kerjasama.

8
Untuk anggota yang mengikuti kerjasama tidak ada batasan berapa banyak anggota
yang mengikuti kerjasama. Hal tersebut tergantung dari kesepakatan yang disetuju oleh
negara-negara yang melakukan kerjasama. Kerjasama Internasional juga memilki juga
memiliki tujuan yang positif.
Di dalam jurnal ini menjelaskan bahwa (Azis, 2018) pada zaman modern saat ini,
suatu perusahaan perlu menyadari bahwa dengan menerapkan ‘go it alone’ ketika bersaing
hanya akan menimbulkan masalah berupa kekurangan bahan baku dan luas pasar yang
dikuasai. Berdasarkan hal tersebut inilah yang membuat para pelaku usaha dan pihak
manajemen perusahaan harus mampu membuat suatu pilihan strategi yang efektif untuk
menghadapi terjadinya perubahan tersebut. Menurut Huseini dan Mmahit (1994) pada
kenyataannya sangat sulit bagi perusahaan untuk dapat menjadi pemimpin pasar dengan
kemampuan sendiri sehingga perlu menerapkan strategi fight’em or join ‘em (saling melawan
atau bergabung).
Tujuan kerjasama internasional pada umumnya memberikan dampak baik kepada
negera tersebut. Berikut diantaranya tujuan kerjasama internasional yang bisa kita pahami.
1. Mempererat Persahabatan
Menjalin hubungan kerjasama internasional nantinya akan berdampak pada
eratnya persahabatan antara negara-negara yang saling melakukan kerjasama. Hal
ini mampu menghindari kita dari rasa permusuhan antara negara-negara yang
mengikuti kerjasama.
2. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi pada Setiap Negara
Salah satu faktor banyak negara yang menjalin kerjasama adalah untuk menunjang
serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Indonesia contohnya
bagi negara berkembang. Untuk mencapai dan menjadikannya negara yang maju
Indonesia melakukan kerjasama Internasional dalam bidang ekonomi misalnya
saja pada sektor pariwisata. Indonesia melakukan kerjasama kepada pihak asing
atau negara lain seperti yang baru-baru terjadi pada saat Indonesia kedatangan
Raja Arab, dimana indonesia menjalin kerjasama kepada negara Arab Saudi pada
saat itu.
3. Memperluas Tenaga Kerja
Kerjasama internasional juga mampu memperluas tenaga kerja. Bukan TKW
melainkan tenaga ahli. Biasanya berawal dari pertukaran pelajar. Adanya
pertukuran pelajar hasil dari kerjasama internasional nantinya akan memberi
dampak baik pada tenaga kerja ahli yang handal.

9
Serta dengan pertukaran pelajar menbuat sektor tenaga kerja menjadi lebih luas
dan mempunyai skill yang cukup baik.

Bentuk Kerjasama Internasional


Selain tujuan yang disebutkan, kerjasama internasional memiliki bentuk kerjasama
yang berbeda-beda. Bentuk kerjasama internasional meliputi beberapa sektor seperti,
ekonomi, politik, budaya, sosial dan lain sebagainya. Berikut kita bahas bentuk kerjasama
internasional yang umum dilakukan.
1. Kerjasama Bilateral
Kerjasama ini bukan hal yang baru lagi kita kenal. Kerjasama bilateral adalah
kerjasama yang dijalin oleh dua negara atau lebih, biasanya didasari oleh hubungan
baik dan manfaat yang saling menguntungkan. Misalnya kerjasama pada sektor
ekonomi ataupun pariwisata.
2. Kerjasama Regional
Sedikit berbeda dengan kerjasama bilateral, untuk kerjasama regional sendiri
adalah merupakan suatu bentuk kerjasama antar negara dimana negara-negara
tersebut berada dalam satu wilayah atau satu kawasan saja. Misalnya saja negara-
negara yang ada di Asia Tenggara, yang tergabung dalam kelompok ASEAN.
Sektor kerjasama yang dilakukan biasanya pada sektor pertahanan, politik dan
ekonomi.
3. Kerjasama Multi Lateral
Kerjasama sama ini merupakan kerjasama yang dilakukan oleh lebih dari dua
negara dan tidak terbatas pada status negara serta wilayah negara tersebut. Anggota
yang mengikuti kerjasama ini dibagi menjadi dua tipe yaitu anggota aktif dan
anggota utama. Contoh kerjasama pada hal ini adalah organisasi Kenferensi Islam
yang sering kita sebut dengan OKI.
Bentuk kerjasama yang berbeda-beda juga memberikan manfaat yang baik dalam
kerjasama internasional. Manfaat kerjasama internasional diantaranya adalah memberikan
dampak terhadap terjalinnya persahabatan yang baik antara bangsa-bangsa, hal ini berdampak
agar terhindar dari permusuhan dan peperangan, selain itu manfaat dari kerjasama
internasinal dapat kita rasakan pada tercukupnya kebutuhan pada suatu negara. Misalnya saja
Indonesia.

10
Negara Indonesia sendiri salah satu negara dengan tingkat konsumtif terbesar
dikawasan Asia bahkan dunia. Tidak bisa kita pungkiri untuk urusan produksi Indonesia
masih tergolong lambat dari pada negara-negara lain.
Hal ini disebabkan jumlah penduduknya yang banyak secara otomatis kebutuhan pun
meningkat. Hal tersebut juga yang menyebabkan kita tidak bisa mencukupi kebutuhan dalam
negeri sendiri. Namun dengan adanya kerjasama internasional akan memberikan manfaat
untuk tercukupnya kebutuhan pada negara kita.
Selain bermanfaat kepada hubungan persahabatan dan ekonomi, kerjasama
internasional juga memberikan manfaat bagi kita untuk bisa belajar dari pengalaman yang
ada di negara-negara lain. Kita bisa belajar bagaimana membentuk kekuatan untuk menjadi
negara maju.

Dengan adanya pembelajaran dari negara lain, dapat kita jadikan contoh dan pedoman
untuk negara menjadi lebih maju dan bisa menguasai pasar global.

C. Manfaat Strategi Aliansi


Manfaat dari strategi aliansi yaitu:
1. Kemudahan masuk pasar : strategi aliansi akan membuat perusahaan mampu
memperoleh manfaat dari cepatnya masuk ke pasar baru dengan biaya rendah.
2. Berbagi resiko : berbagi resiko menjadi petimbangan yang sangat penting ketika
perusahaan masuk ke pasar yang relative baru atau memiliki tingkat ketidakpastian
dan instabilitas tinggi.
3. Berbagi pengetahuan dan keahlian : dengan strategi aliansi, perusahaan berpotensi
untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian yang dianggap kurang baik mengenai
cara produksi, cara memperoleh sumber daya tertentu, cara menghadapi peraturan
pemerintah local atau cara mengelola lingkungan yang berbeda.
4. Sinergi dan keunggulan bersaing : melalui beberapa kombinasi untuk masuk ke pasar,
berbagi resiko dan potensi pengetahuan, setiap perusahaan yang berkolaborasi ini
akan dapat mencapai lebih banyak keunggulan dan bersaing dengan lebih efisien
dibandingkan jika perusahaan ini berusaha masuk ke pasar atau industry baru
sendirian.
5. meningkatkan keunggulan bersaing bisnisnya melalui akses kepada sumber
daya partner atau rekanan.Akses ini dapat mencakup pasar, teknologi, kapital dan
sumber daya manusia.Pembentukan team dengan korporasi lain akan menambahkan

11
sumber dya dankapabilitas yang saling melengkapi (komplementer), sehingga
korporasi mampuuntuk tumbuh dan memperluas secara lebih cepat dan efisien.
6. Memperoleh kecukupan sumber daya dan kompetensi yang sesuai agar organisasi
dapat hidup
7. Memungkinkan partner untuk konsentrasi pada aktivitas terbaik yang sesuai dengan
kapabilitasnya.
8. Berbagi pengetahuan dan keahlian : dengan strategi aliansi, perusahaan
berpotensiuntuk memperoleh pengetahuan dan keahlian yang dianggap kurang baik
mengenaicara produksi, cara memperoleh sumber daya tertentu, cara menghadapi
peraturan pemerintah local atau cara mengelola lingkungan yang berbeda.
Aliansi strategis akan menjadi strategis karena perusahaan akan mendapatkan
manfaat berupa:
1. memfasilitasi terca- painya tujuan bisnis penting misalnya penghematan biaya,
meningkatkan kua- litas, menambah fitur.
2. Membantu untuk membangun, memperkuat, atau memperta- hankan kompetensi
inti atau keunggulan kompetitif.
3. Membantu menghilangkan defisiensi sumber daya atau kelemahan kompetitif
4. Membantu bertahan mela- wan ancaman persaingan, atau mitigasi risiko
signifikan dalam bisnis perusahaan
5. Meningkatkan kekuatan tawar-menawar diatas pesaing atau pembeli
6. Membantu membuka peluang pasar baru.
7. Mempercepat pengembangan tek- nologi baru dan inovasi produk

D. Lingkup Strategi Aliansi


Sebelum korporasi melakukan aliansi strategi dengan rakanan, secara internal
korporasi harus melakukan beberapa persiapan. Hal ini dilakukan agar aliansi yang
dijalankan berhasil sukses. Pemikiran yang mendalam tentang struktur dan rincian bagaimana
aliansi akan dikelola perlu mempertimbangkan hal berikut dalam perencanaan proses aliansi.
Korporasi terlebih dahulu mendefinisikan outcome yang diharapkan melalui hubungan aliansi
strategis, selain juga menentukan elemenelemen apa saja yang dapat disediakan oleh masing-
masing pihak dan keuntungan yang akan diperoleh. Korporasi juga perlu terlebih dahulu
melakukan proteksi atas berbagai hak kekayaan intelektual melalui beberapa kesepakatan dan
perjanjian legal agar tidak terjadi proses transfer pengetahuan yang merugikan. Korporasi
juga harus sejak awal menentukan pada layanan atau produk apa yang akan dijalankan. Untuk

12
keberhasilan pengoperasian layanan ataupun produk, korporasi perlu mengkaji sejauh mana
terdapat kompatibilitas budaya perusahaan agar tercipta tingkat kepercayaan yang baik.
Setelah beberapa kajian tersebut dilakukan, sesungguhnya proses pembentukan aliansi
strategis adalah melalui tahapan berikut:
1. Pengembangan Strategi. Pada tahap ini akan dilakukan kajian tentang kelayakan
aliansi, sasaran dan rasionalisasi, pemilihan fokus isu yang utama dan menantang,
pengembangan sumberdaya strategi untuk mendukung produksi, teknologi, dan
sumber daya manusia. Pada tahapan ini dilakukan penyesuaian sasaran dengan
strategi keseluruhan perusahaan/ korporasi.
2. Penilaian Rekanan. Pada tahap ini dilakukan analisis potensi rekan yang akan
dilibatkan, baik kekuatan maupun kelemahan, penciptaan strategi untuk
mengakomodasi semua gaya manajemen rekanan, menyiapkan kriteria pemilihan
rekanan, memahami motivasi rekanan dalam membangun aliansi dan memperjelas
kapabilitas sumber daya yang mungkin akan dikeluarkan oleh rekanan.
3. Negosiasi Kontrak. Tahap ini mencakup penentuan apakah semua pihak memiliki
sasaran yang realistik, pembentukan team negosiasi, pendefinisian kontribusi masing-
masing pihak dan pengakuan atas proteksi informasi penting, pasal-pasal terkait
pemutusan hubungan, hukuman/penalti untuk kinerja yang buruk, dan prosedur yang
jelas dan dapat dipahami dalam interaksi.
4. Operasionalisasi Aliansi. Operasionalisasi aliansi mencakup penegasan komitmen
manajemen senior masing-masing pihak, penentuan sumber daya yang digunakan
untuk aliansi, menghubungkan dan menyesuaian anggaran dan sumberdaya dengan
prioritas strategis, penegasan kinerja dan hasil dari aktivitas aliansi. e. Pemutusan
Aliansi. Aliansi dapat dihentikan dengan syarat-syarat tertentu yang disepakati. Pada
umumnya ketika sasaran tidak tercapai, atau ketika partner melakukan perubahan
prioritas strategis, atau melakukan realokasi sumberdaya
ke tempat yang berbeda.
Lingkup strategi aliansi antara lain:
1. Aliansi Komprehensif (comprehensive alliances)
Aliansi komprehensif terbentuk ketika para partisipan setuju untuk melaksanakan
secara  bersama-sama berbagai tahapan proses yang membuat produk atau jasa yang
dapat dibawa ke pasar meliputi : R&D, desain, produksi, pemasaran dan distribusi.
2. Aliansi Fungsional

13
Aliansi fungsional merupakan lingkup strategi aliansi yang lebih sempit dengan  
menyertakan hanya satu fungsi bisnis meliputi:
 Aliansi produksi : merupakan aliansi fungsional dimana dua atau lebih perusahaan
membuat produk atau jasanya masing-masing dengan fasilitas yang dipakai
bersama . Aliansi produksi dapat memakai fasilitas yang telah dimiliki oleh salah
satu partner.
 Aliansi pemasaran : merupakan aliansi fungsional dimana dua atau lebih
perusahaan berbagi jasa atau keahlian pemasaran. Perusahaan yang sudah mapan
membantu perusahaan pendatang baru dalam mempromosikan, mengiklankan dan
mendistribusikan produk atau jasanya.
 Aliansi keuangan : merupakan aliansi fungsional dimana perusahaan-perusahaan
ingin mengurangi resiko finansial yang terkait dengan proyek tertentu. Partner-
partner memberikan sumber finansial ke proyek dalam proporsi yang sama atau
salah satu partner memberikan sebagian besar finansial sementara partner-partner
lain menyediakan keahlian khusus atau memberikan kontribusi lain untuk
mengimbangi kecilnya investasi finansial yang diberikan.
 Aliansi riset dan pengembangan : merupakan aliansi fungsional dimana partner-
partner setuju untuk mengadakan riset (research and development = R&D)
bersama untuk mengembangkan produk atau jasa baru.

E. Implementasi Aliansi Strategi

Aliansi strategis adalah hubungan formal antara dua atau lebih kelompok untuk
mencapai satu tujuan yang disepakati bersama ataupun memenuhi bisnis kritis tertentu yang
dibutuhkan masing-masing organisasi secara independen. Aliansi strategis pada umumnya
terjadi pada rentang waktu tertentu, selain itu pihak yang melakukan aliansi bukanlah pesaing
langsung, namun memiliki kesamaan produk atau layanan yang ditujukan untuk target yang
sama. Dengan melakukan aliansi, maka pihak-pihak yang terkait haruslah menghasilkan
sesuatu yang lebih baik melalui sebuah transaksi. Rekanan dalam aliansi dapat memberikan
peran dalam aliansi strategis dengan sumberdaya seperti produk, saluran distribusi,
kapabilitas manufaktur, pendanaan proyek, pengetahuan, keahlian ataupun kekayaan
intelektual. Dengan aliansi maka terjadi kooperasi atau kolaborasi dengan tujuan muncul
sinergi.

14
Aliansi strategis adalah hubungan formal antara dua atau lebih kelompok untuk
mencapai suatu tujuan yang disepakati bersama atau memenuhi kebutuhan bisnis kritis
tertentu yang dibutuhkan masing-masing organisasi secara independen. Strategi aliansi ini
dilakukan diantara perusahaan yang berbeda dalam berbagai bidang keahlian sebagai aliansi
yang saling menguntungkan dan pengembangan peluang bisnis. Dalam bisnis internasional
tidak selamanya mengalami kemudahan dalam mengembangkan perusahaan. Hal ini
mengartikan bahwa berbisnis memerlukan strategi untuk meningkatkan perdagangan
internasional dengan menggunakan teknologi serta pengembangan yang ada di era globalisasi
saat ini.

Dalam jurnal (Pada et al., 2008) menjelaskan bahwa Sebagai contoh perusahaan dapat
memberikan kontribusi sumber daya produk yang dimilikinya dan menjalin kerjasama
dengan perusahaan lain untuk mengembangkan pemasarannya. Hal ini berarti perusahaan lain
bertindak sebagai pemasar pada daerah tersebut. Dengan adanya aliansi stratejik semacam ini
maka perusahaan dapat mengurangi resiko yang terjadi sekaligus juga menghemat biaya yang
harus dikeluarkannya. Dengan demikian perusahaan akan mampu bersaing secara glbal
dengan perusahaan-perusahaan lain (Elmuti, 2001).

Dalam jurnal (RAHAYU, 2014) menjelaskan bahwa Sebagai salah satu contoh
perusahaan dalam negeri yang mengolah biji coklat (kakao) yaitu PT Bumitangerang
Mesindotama (BM), perusahaan yang mememenuhi kebutuhan ekspornya terhadap biji
cokelat (kakao) sebanyak 45.000 ton/tahun melalui kemitraan dengan para petani. Model
kerja samanya melalui koperasi dan langsung ke petani-petani. Sebab, 90% lahan kakao
adalah milik petani yang dikelola secara perorangan.

Sedangkan beberapa penelitian lain menemukan adanya kegagalan dalam hubungan


kemitraan bisnis perusahaan, seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Landeros et al.,
(1995; Ellram dan Hendrik 1995 dalam Lemke et al.,2003) menyatakan bahwa hubungan
kemitraan cenderung hanya memusatkan kepada apa yang akan dicapai perusahaan atau
hubungan kemitraan hanya merupakan sebuah konsep yang membingungkan yang
diibaratkan seperti menemukan sesuatu yang ada dalam pikiran kita dan merupakan slogan.
Lambert et al., (1999) dalam penelitiannya menyatakan kegagalan dari hubungan
kemitrakerjaan adalah kurangnya komunikasi, kurangnya dukungan manajemen puncak,
kurangnya kepercayaan, kurang dalam perencanaan, kurang jelasnya strategi bagi hubungan

15
kemitraan dan kurangnya dalam berbagi Visi dan Misi yang merupakan arah dan tujuan
perusahaan.

Aliansi strategis yang dilakukan oleh perusahaan haruslah menghasilkan sesuatu yang
baik melalui sebuah transaksi bisnis. Dengan aliansi, perusahaan dapat saling berbagi
kemampuan transfer teknologi, risiko, dan pendanaan. Salah satu bentuk Strategi Aliansi
yang dipergunakan oleh perusahaan pada kasus PT Chevron Pacific Indonesia daerah operasi
Sumatera (CPI Sumatera) adalah strategi kemitraan dengan cara melakukan pembinaan dan
pelatihan bisnis terhadap penduduk tempatan di daerah operasi CPI Sumatera. Anggaran
pelatihan dan pembinaan dialokasikan khusus untuk pemberian kerja-sama bisnis dalam
pengadaan barang dan jasa skala kecil kepada penduduk tempatan yang mendaftar sebagai
rekanan dalam katagori Local Business Development (LBD). Kemitraan ini berdasarkan
undang-undang nomor 9 tahun 1995.

F. Kelemahan aliansi strategi

Dalam kelemahan strategi aliansi ini berkaitan dengan masalah kepemimpinan,


kontribusi dengan rekan aliansi, pengawasan kontribusi, dan strategi dalam bisnis. Aliansi
dapat berhasil apabila di dalam atau bekerja sama mempunyai tujuan untuk pemenuhan
sumber daya memperoleh akses terhadap aset dan kemampuan yang tidak dimiliki
perusahaan atau pembagian biaya dan risiko secara umum. Biasanya aliansi didesain sebagai
hubungan jangka pendek, karena aliansi dianggap sebagai bentuk strategi yang lemah apabila
diterapkan untuk jangka panjang, kurangnya kontrol, membantu pesaing potensial,
kelangsungan jangka panjang dipertanyakan, sukar untuk mengintegrasikan pembelajaran.

Jurnal (Khouroh et al., n.d.) Menjelaskan bahwa ada beberapa jenis strategi aliansi
yaitu wholly owned subsidiaries, joint venture, licence agreement, subcontracting and
outsourcing. Setiap strategi tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut :

1. Wholly Owned Subsidiaries : Ada beberapa kelebihan pada strategi ini yaitu strategi
masuk yang lebih cepat, pengalaman manajemen sudah terbentuk dan nama merek dan
reputasi sudah terbentuk. Sedangkan kelemahan dari strategi ini adalah masalah kordinasi dan
masalah integrasi dengan operasi yang ada. Pada dasarnya pemilihan strategi ini didasari
pada faktor spesifik negara dan faktor spesifik perusahaan (Moon & Kwon, 2010).

16
2. Joint Venture : Kelebihan dari strategi ini adalah mitra lebih memahami akan keadaan
yang ada di lingkungan, dimana perusahaan joint venture itu didirikan dan sekutu atau mitra
lokal mempunyai teknologi yang cocok dengan kondisi lingkungan setempat sedangkan
kelemahan dari startegi ini adalah adanya harga transfer produk atau komponen akan
menimbulkan konflik kepentingan antara kedua belah pihak. Pada saat terjadi pasar gagal,
transaksi pasar tidak pasti dan informasi akan dibagikan secara asimetris antara pihak-pihak
yang berdagang, dalam situasi ini, Wholly Owned Subsidiaries lebih baik dari pada joint
venture (Moon & Kwon, 2010).

3. Licence Agreement : Kelebihan dari strategi ini adalah perusahaan membuat kontrak
pembelian dengan distributor lokal untuk barang atau jasa pada waktu tertentu untuk
memotong biaya dan kerugian persediaan terkait dengan ketidakpastian permintaan (Wang,
Li, Liang, Huang, & Ashley, 2015). Dari sudut pandang pelanggan, kontrak pembelian sangat
penting untuk meningkatkan integrasi layanan strategis, yang membawa kecenderungan
untuk menciptakan aliansi strategis dengan suppliers lokal.

4. Subcontracting dan Outsourcing : Kelebihan dari startegi ini adalah subkontrak dapat
mengarahkan subkontraktor untuk fokus pada pengetahuan yang sudah dikembangkan oleh
klien. Hal ini menunjukkan bahwa dengan subkontrak, sebuah perusahaan akan terlibat dalam
"reconfiguring existing knowledge" untuk menghasilkan hasil tambahan sebagai lawan dari
"encompassing new knowledge" yang dapat menghasilkan hasil yang radikal (Oke &
Onuegbuzie, 2013). Tetapi kelemahan dari strategi ini adalah bahwa subkontrak dapat
membatasi perolehan pengetahuan perusahaan pada apa yang berkaitan dengan pekerjaan
tertentu yang sedang disubkontrakkan. Akibatnya, perusahaan subkontraktor mungkin tidak
memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi pengetahuan baru yang bersifat transformasional
dan dapat mendorong inovasi (Oke & Onuegbuzie, 2013).

Jurnal (Wholly Owned Subsidiary (2) Joint Venture (3) Licence Agreement (4)
Subcontracting, 2019) menjelaskan bahwa Strategi pertama adalah Wholly owned subsidiary,
kelebihan menggunakan strategi ini yang adalah perusahaan bisa melakukan diversifikasi
barang yang bertujuan untuk meminimalisir risiko yang akan terjadi di masa depan (López-
Duarte & Vidal-Suárez, 2013). Kekurangan menggunakan strategi ini adalah biaya maupun
risiko yang nantinya akan terjadi akan ditanggung dan di bebankan kepada satu orang saja
yaitu pemilik (White, Joplin, Hemphill, & Marsh, 2014). Strategi yang kedua adalah Joint
venture. Kelebihan menggunakan strategi ini perusahaan akan mendapatkan keuntungan

17
dengan pertukaran sumber daya (pengetahuan, keuangan dan teknologi) antar perusahaan
satu dengan yang lain dengan itu perusahaan akan lebih mudah untuk menjangkau pasar yang
lebih luas. (Chan, Kensinger, & Martin, 2007) Dengan bergabungnya dua perusahaan atau
lebih akan terjadi ketidakseimbangan sumber daya yang dimiliki antar perusahaan serta
perbedaan budaya dan manajemen antar perusahaan akan berdampak pada kerjasama yang
kurang baik. (DePamphilis, 2019) Strategi yang ketiga adalah Licence Agreement.
Perusahaan lokal hanya membayar persentase tertentu dari pendapatan kepada perusahaan
multinasional sebagai biaya lisensi sedangkan perusahaan multinasional tidak hanya
menyediakan produk akan tetapi juga memberikan layanan ke pelanggan dan juga
menggunakan strategi ini memiliki risiko yang terbilang rendah dikarenakan penerima lisensi
sudah cukup terpercaya dan memiliki pengetahuan yang luas mengenai pengolahan produk.
(Cabaleiro-Cervino & Burcharth, 2020) Strategi ini membutuhkan pengembangan jangka
panjang dan juga perusahaan akan kehilangan kendali atas proses produk yang akan dijual
(DePamphilis, Domestic and Cross-Border Business Alliances: Joint Ventures, Partnerships,
Strategic Alliances, and Licensing, 2019). Strategi keempat adalah subcontracting dan
outsourcing dengan menggunakan strategi ini risiko yang akan dihadapi akan lebih kecil
karena jika menggunakan sub-kontraktor maupun outsourcing sudah ahli terhadap bidang
yang akan dikerjakan hal itu akan membuat perusahaan menjadi flexible dan cepat untuk
beradaptasi dengan kondisi maupun tantangan yang akan berubah (Bhaskaran & Jenkins,
2009). Kelemahan menggunakan strategi ini akan lebih mahal dibandingkan merekrut
karyawannya sendiri dan juga perusahaan tidak bisa mengembangkan keterampilannya
sendiri (Bhaskaran & Jenkins, 2009).

18
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aliansi merupakan kerjasama antar perusahaan yang menyangkut aspek strategic dan
non – strategic (teknis) (jamsley hutabarat & Martani Husaeni, 2018). Aliansi strategis adalah
kemitraan yang membantu menyatukan kekuatan dalam rangka untuk saling menguntungkan
manfaat dan daya saing jangka panjang di pasar (Kinderis & Jucevičius, 2015).

Strategi Aliansi (Strategic Alliances) yaitu perjanjian bisnis di mana dua atau lebih
perusahaan memutuskan untuk melakukan kerjasama guna mendapatkan keuntungan
bersama. Partner-partner dalam aliansi strategi setuju untuk menggabungkan aktivitas riset
dan pengembangan, keahlian dalam pemasaran dan kemampuan manajerial. Aliansi strategi
hanyalah salah satu metode yang dilakukan perusahaan agar dapat masuk atau melakukan
ekspansi operasi internasional.

Manfaat dari strategi aliansi yaitu: Kemudahan masuk pasar, Berbagi resiko, Berbagi
pengetahuan dan keahlian, Sinergi dan keunggulan bersaing, meningkatkan keunggulan
bersaing bisnisnya melalui akses kepada sumber daya partner atau rekanan, Memperoleh
kecukupan sumber daya dan kompetensi yang sesuai agar organisasi dapat hidup,
Memungkinkan partner untuk konsentrasi pada aktivitas terbaik yang sesuai dengan
kapabilitasnya dan, Berbagi pengetahuan dan keahlian.

19
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, U. (2018). Aliansi Strategis Untuk Membangun Keunggulan Kompetitif UMKM


(Studi pada SP Alumunium Yogyakarta). Journal of Accounting and Business
Information Systems, 6(3), 1–11.

Azis, N. (2018). Peranan Aliansi Strategis Terhadap. 1(1), 1–13.


https://www.researchgate.net/publication/329563702_PERAN_ALIANSI_STRATEGIS
_TERHADAP_PENGEMBANGAN_PRODUK_BARU

Dan, S., Perusahaan, S., & Stock, M. (2011). Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia
(JRMSI) – Vol. 2, No. 1, Tahun 2011. 2(1), 73–94.

Hidayat, A. (n.d.). Kompetitif Usaha Kecil Menengah Di Indonesia Strategic Alliances To


Develop a Competitive Advantage. 1–10.

Ii, B. A. B. (2001). (Kuncoro, 1994, p. 30). Dengan demikian, masing-masing pihak yang
beraliansi saling memberikan 9. 9–36.

Kasus, S., Pt, A., & Bank, A. (n.d.). Kinerja aliansi.

Khouroh, U., Windhyastiti, I., & Handayani, K. (n.d.). Peran Kebijakan Pemerintah Dalam
Memperkuat Aliansi Strategis Dan Meningkatkan Daya Saing Ekonomi Kreatif. 205–
224.

Pada, S., Kahar Duta, P. T., Semarang, S., Oleh, D., & Handoko, J. (2008). Strategi Aliansi:
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesuksesannya Serta Implikasinya Pada
Keunggulan Bersaing Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro Semarang 2008.

Prabowo, R. G. M. (2019). Manajemen Strategi. https://doi.org/10.31227/osf.io/xu37y

RAHAYU, D. I. (2014). No Title. ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP


KUALITAS PELAYANAN PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk
(Studi, 22(564), 1–73.
20
Siyamtinah. (2009). Aliansi Strategik: Faktor Pendorong Dan Hambatannya. Sultan Agung
Vol XLV, 1999, 1–20.

Sulisworo, D. (2010). Strategi korporasi. September, 41–42.

Syaifullah, M., Fachrurazi, F., Achmad, F., Usman, S. A., & Wahyuni, R. (2019).
Manajemen Strategi Galeri Investasi Syariah Dalam Meningkatkan Minat Mahasiswa
Untuk Berinvestasi Di Pasar Modal Syariah. Al-Mashrafiyah: Jurnal Ekonomi,
Keuangan, Dan Perbankan Syariah, 3(2), 108. https://doi.org/10.24252/al-
mashrafiyah.v3i2.10037

Waluyo, B. (2017). Model Aliansi Untuk Peningkatan. 1(2), 147–162.

Wholly Owned Subsidiary (2) Joint Venture (3) Licence agreement (4) subcontracting.
(2019).

21

Anda mungkin juga menyukai