Dibuat Oleh :
GILANG GINANJAR
NIM. 201011200237
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023
1
Contents
BAB II..........................................................................................................12
2.2 Kajian Variabel Penelitian............................................................23
2.2.1 Transfer Pricing..................................................................23
2.2.2 Beban Pajak..................................................................................25
2.2.3 Tunneling Incentive............................................................28
2.2.4 Mekanisme Bonus........................................................................31
2.3 Penelitian Terdahulu.....................................................................32
Tabel 2.3.......................................................................................................35
2.4 Kerangka Berpikir........................................................................38
Gambar 2.4.4 Kerangka Berpikir.................................................................47
2.4.5Hipotesis Penelitian..............................................................................38
3.1. Strategi Penelitian.........................................................................39
3.2. Populasi dan Sampel.....................................................................39
Tabel 3.1 Prosedur Pemilihan Sampel.........................................................41
Tabel 3.2.......................................................................................................41
3.2. Data dan Metode Pengumpulan Data...........................................42
3.3. Operasionalisasi Variabel.............................................................43
3.3.1. Variabel Dependen atau Variabel Terikat (Y)..............................43
3.3.2. Variabel Independen atau Variabel Bebas (X).............................43
3.3.3. Daftar Tabel Indikator..................................................................45
3.4. Metode Analisis Data...................................................................45
3.4.1. Uji Statistik Deskriptif..................................................................46
3.5.2 Uji Asumsi Klasik...............................................................................46
3.5.3. Analisis Regresi Data Panel..........................................................49
3.5.4. Pemilihan Model Regresi Data Panel...........................................49
3.5.5 Metode Estimasi Regresi Data Panel..........................................51
3.5.6. Uji Regresi Data Panel..................................................................53
3.5.7. Uji Hipotesis.................................................................................53
2
BAB I
PENDAHULUAN
arus barang, jasa, modal, dan sumber daya manusia antarnegara. Seiring dengan
terhadap kemajuan ekonomi suatu Negara maupun ekonomi dunia. Globalisasi ekonomi yang
diikuti dengan internasionalisasi investasi, bisnis, perdagangan, dan aktivitas lainnya, telah
melakukan operasi di beberapa negara yang memiliki tarif pajak yang berbeda (Pohan
(2018:175)).
melakukan Transfer Pricing. Perbedaan tarif pajak merupakan permasalahan yang sering
pilihan negara tujuan pemajakan. Dari sisi tujuan untuk melakukan penghematan pajak,
perusahaan multinasional cenderung menggeser penghasilan dari negara yang memiliki tarif
pajaknya tinggi ke negara yang memiliki tarif pajaknya lebih rendah, sebaliknya
memindahkan biaya dari negara yang tarif pajaknya rendah ke negara yang tarif pajaknya
3
bermasalah karena sering disalahgunakan untuk menghindari pajak atau menggunakan
strategi untuk mengurangi beban pajak seperti mentransfer keuntungan yang diperoleh
kepada perusahaan yang berkedudukan di negara dengan pajak rendah, karena biasanya
perusahaan akan mencari cara untuk meningkatkan laba atau paling tidak meningkatkan
efisiensi pengeluaran. Banyak perusahaan sering menggunakan Transfer Pricing sebagai alat
untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar, karena bagi pelaku usaha pajak masih
dipandang sebagai beban untuk mengurangi keutungan karena semakin tinggi tarif pajak
suatu negara maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan melakukan Transfer
Pricing. Selain memilik sifat memaksa, pajak memang merupakan hal yang harus dihindari
Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah dan dapat digunakan untuk mendanai
pengeluaran negara (fungsi anggaran) dan juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengatur
Perusahaan adalah salah satu yang memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Tetapi karena
perusahaan selalu menganggap pajak sebagai beban perusahaan maka banyak perusahaan
Transfer Pricing adalah isu sensitive di dunia bisnis dan ekonomi global, terutama
dalam hal perpajakan. Kegiatan Transfer Pricing perusahaan multinasional secara langsung
maupun tidak langsung akan mempengaruhi tingkat perpajakan nasional dalam hal
perpajakan. Transfer Pricing dilakukan untuk menentukan jumlah pendapatan yang diperoleh
setiap perusahaan yang terlibat dan pendapatan pajak penghasilan suatu negara. Karena
penerapan Transfer Pricing yang salah digunakan oleh perusahaan maka tujuan awal
Transfer Pricing menjadi hilang. Banyak pihak yang beranggapan bahwa Transfer Pricing
menjadi salah satu penyebab kerugian negara karena nilai pajak yang dibayarkan kecil.
Para ahli mengakui bahwa penetapan Transfer Pricing mungkin bisa menjadi masalah
4
bagi perusahaan, tetapi juga bisa menjadi pencari peluang untuk perusahaan yang mengejar
keuntungan yang tinggi. Bagi perusahaan yang memiliki anak perusahaan di negara yang tarif
pajaknya tinggi maka akan menjadi suatu masalah karena akan membayar pajak lebih
peluang dan membuat strategi untuk mendapatkan keuntungan lebih dari penjualan dan
penghindaran pajak. Salah satu caranya adalah dengan membuat anak perusahaan di negara
Dari sudut pandang Direktorat jendral Pajak dalam Pramana (2014), tidak diragukan
lagi bahwa Transfer Pricing sangat berpengaruh terhadap penerimaan pajak Negara.
Berdasarkan perhitungan Dirjen Pajak dinyatakan bahwa Negara berpotensi telah kehilangan
1.300 Triliun Rupiah akibat dari praktik Transfer Pricing. Negara berkembang, seperti
rekayasa Transfer Pricing untuk mengalihkan potensi pajak Indonesia ke Negara lain dan
cenderung menggeser kewajiban pajak nya dari Negara yang memiliki tarif pajak tinggi (high
tax countries) ke Negara yang mempunyai tarif pajak rendah (low tax countries).
Kasus Transfer Pricing terjadi pada PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) diduga
melakukan penggelembungan yang nilainya mencapai Rp. 4 triliun. Manajemen lama juga
diduga mengalirkan dana ke pihak terafiliasi senilai Rp. 1,78 triliun. Selain itu, ada juga
temuan dugaan penggelembungan pendapatan senilai Rp. 662 miliar dan penggelembungan
lain sebesar Rp. 329 miliar pada bisnis makanan tersebut. Dalam laporan hasil investigasi
berbasis fakta PT. Ernst & Young Indonesia (EY) kepada manajemen baru di AISA
tertanggal 12 Maret 2019 yang dikutip dari CNBC Indonesia, dugaan penggelembungan
terjadi pada akun piutang usaha, persediaan dan asset tetap grup AISA. Bentuk aliran dana
sebesar Rp. 1,78 triliun dengan berbagai skema dari grup TPS Food kepada pihakpihak yang
diduga terafiliasi dengan pihak manajemen lama terbentuknya antara lain dengan
5
menggunakan pencairan pinjaman grup TPS Food dari beberapa bank, pencairan deposito
berjangka, transfer dana di rekening bank, dan pembiayaan beban pihak terafiliasi oleh TP
Food.
Menurut EY, hal ini berpotensi melanggar keputusan ketua badan pengawas pasar
modal dan lembaga keuangan (sekarang menjadi aturan Otoritas Jasa Keuangan/OJK) No.
(detik.com).
Makanan dan Minuman yang melibatkan salah satu perusahaan untuk menghindari
pajak yang besar dengan cara mengecilkan pajaknya yang dimana membuat Negara
mengalami kerugian atas penerimaan pajak. Contoh dari praktek transfer pricing
salah satunya adalah PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMII) yang
Berkembang sebagai bagian dari perencanaan pajak korporasi, transfer pricing kini
keuntungan berlebih dari satu negara ke negara lain yang menerapkan tarif pajak
lebih murah (tax haven). Pemindahan beban dilakukan dengan memanipulasi harga
sana hanya 17 persen. Karena itulah, sejumlah industri di sini punya kantor pusat di
6
juga di sana. Kesulitan terbesar Direktorat Jenderal Pajak adalah dalam mencari
pembanding untuk menentukan wajar tidaknya nilai suatu transaksi.Di India dan
Thailand, data perusahaan lokal bisa dibuka oleh otoritas pajak. Di Indonesia,
2017).
multinasional di Inggris, contohnya Starbuck pada tahun 2011 tidak membayar pajak
sama sekali dan mengaku rugi sejak tahun 2008, padahal telah berhasil mencetak
penjualan sebesar £112 juta atau sekitar Rp 1,7 triliun. Selama beroperasi di Inggris,
Starbuck telah dialihkan dari Inggris ke perusahaan cabang di Belanda dalam bentuk
Belanda. Tetapi pihak Uni Eropa justru menilai adanya transfer pricing, dimana
mengurangi beban pajak dengan pemberian insentif secara illegal (Saifudin & Putri,
keputusan Transfer Pricing yaitu beban pajak, tunneling incentive dan mekanisme
bonus.
Beban Pajak merupakan pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atau
7
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak. Beban pajak
dan perusahaan berusaha untuk menghindari adanya pembayaran pajak yang tinggi
keuntungan atau asset kepada afiliasi pemegang saham pengendali. Hal ini dilakukan
dimana biayanya juga ditanggung oleh pemegang saham non pengendali dan dapat
oleh mekanisme bonus. Mekanisme Bonus timbul karena adanya Keinginan manajer
perusahaan untuk mendapatkan bonus menjadi salah satu faktor pendorong dalam
melakukan transfer pricing. Purwanti, (2010) bonus adalah apresiasi yang diberikan
oleh pemilik perusahaan kepada manajer apabila target laba perusahaan terpenuhi.
8
merekayasa laba. Untuk memaksimalkan bonus, manajer cenderung memaksimalkan
laba periode sekarang salah satunya dengan praktik transfer pricing. Hartati, (2014)
menyatakan bahwa ketika pemberian bonus didasarkan pada besarnya laba, maka
logis jika direksi berusaha melakukan tindakan mengatur dan memanipulasi laba
terhadap Transfer Pricing, menurut Hartati, dkk (2015) mengatakan bahwa beban
Transfer Pricing.
untuk melakukan praktik transfer pricing”. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh
penelitian Thesa Refgia,et al (2017) dan “Mispiyanti (2012) bahwa mekanisme bonus
9
tidak berpengaruh Terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
Berdasarkan latar belakang yang uraian di atas, maka penulis ingin menguji
Pricing. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mengambil penelitian yang berjudul
Transfer Pricing”
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan kajian mengenai factor – factor apa saja
Adapun tujuan yang ingin penulis sampaikan dalam penulisan Skripsi ini yaitu:
10
1.3 Manfaat penelitian
a. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan suatu usaha untuk menambah wawasan, pengetahuan dan
Transfer Pricing.
b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu pertimbangan dalam melakukan praktik
Transfer Princing dengan tujuan untuk menghindari pajak agar hal tersebut tidak
dilakukan.
Penulisan ini dapat dipakai sebagai dasar untuk mengadakanpenelitian yang lebih
mendalam terhadap ruang lingkup yang sama atau yang diperluas. Dengan demikian,
BAB I PENDAHULUAN
11
sistematika penulisan.
Dalam bab ini berisikan landasan teori yang menjelaskan secara singkat
Dalam bab ini merupakan uraian tentang metode penentuan sampel, metode
metode analisis.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sebagai kontrak di mana satu atau lebih orang (principal) melibatkan orang lain
(agen) untuk melakukan beberapa layanan atas nama mereka yang melibatkan
dapat disebut sebagai agent dan pemilik perusahaan atau yang disebut sebagai
pekerjaannya
13
Principal sangat mementingkan kinerja dan hasil pengambilan
yang dalam hal ini berperan sebagai agent lebih mementingkan sesuatu yang
pengelola perusahaan memiliki akses informasi yang lebih mudah serta lebih
keuntungan pribadi Jensen & Meckling, (1976). Konflik yang terjadi antara
pemilik dan manajemen tersebut akan menimbulkan biaya agensi. Jensen &
3. Kerugian residual
masalah informasi asimetris antara prinsipal sebagai pemegang saham dan agen
konflik antara pemegang saham dan manager (Jensen & Meckling, 1976). Konflik
14
yang timbul karena adanya ketidak sesuaian informasi, menyebabkan manajer
yang muncul akan berbeda, yaitu dimana masalah manager dengan pemegang
1) Moral Hazard
kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
3) Horison Waktu
Konflik ini muncul sebagai akibat dari kondisi arus kas, dengan mana
prinsipal lebih menekankan pada arus kas untuk masa depan yang kondisinya
15
belum pasti, sedangkan manajemen cenderung menekankan kepada hal-hal yang
sama dalam pembagian tugas yang berbeda. Konflik keagenan dapat merugikan
informasi yang memadai. Selain itu, manajemen selaku agen diberikan wewenang
transfer pricing dengan tujuan untuk menurunkan pajak yang harus dibayar
16
dalam kondisi tertentu. Teori akuntansi positif mengusulkan tiga hipotesis
manajemen laba, yaitu: hipotesis program bonus (the bonus plan hypotesis),
hipotesis perjanjian hutang (the debt covenant hypotesis), hipotesis biaya politik
bonus cenderung untuk memilih prosedur akuntansi dengan perubahan laba yang
dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini. Para manajer
menginginkan imbalan yang tinggi dalam setiap periode. Jika imbalan mereka
dengan melaporkan pendapatan bersih setinggi mungkin. Salah satu cara untuk
laba yang dilaporkan pada periode tersebut. Tentu saja, sesuai dengan karakter
dari proses akrual, hal ini akan cenderung menyebabkan penurunan pada laba dan
bonus-bonus yang dilaporkan pada masa yang akan datang, dengan faktor-faktor
lain tetap sama. Namun nilai masa kini (present value) dari kegunaan manajer dari
lini bonus masa depan yang dimilikinya akan meningkat dengan memberikan
Pilihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai sekarang bonus yang akan
17
diterima seandainya komite kompensasi dari dewan direktur tidak menyesuaikan
Hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin dekat suatu
dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini. Alasannya adalah laba
Sebagian besar dari perjanjian hutang berisi kesepakatan bahwa pemberi pinjaman
boleh sepakat memelihara level tertentu dari hutang terhadap harta, laporan
bunga, modal kerja, dan harta pemilik saham. Jika kesepakatan semacam itu
dalam operasional perusahaan itu sendiri, sehingga untuk mencegah atau paling
akuntansi tertentu yang bisa meningkatkan laba masa kini. Berdasarkan hipotesis
18
3. Hipotesis biaya politik (the political cost hypotesis)
Hipotesis biaya politik menyatakan bahwa jika semua hal lain dalam
keadaan tetap dan semakin besarnya biaya politik yang mesti ditanggung oleh
menyerah pada laba yang dilaporkan dari masa sekarang menuju masa depan.
terhadap tanggung jawab lingkungan, hanya karena mereka merasa bahwa mereka
besar dan berkuasa. Jika perusahaan besar juga memiliki kemampuan meraih
juga mungkin akan menghadapi biaya politik pada poin-poin waktu tertentu.
perusahaan yang terkena dampaknya ini bisa mempengaruhi proses politik untuk
bisa melindungi impor secara keseluruhan. Salah satu cara untuk melakukan ini
penetapan harga dari satu subunit (departemen atau divisi) untuk biaya
19
produk atau layanan yang dipasok ke sub unit lain dari organisasi yang
sama.
afiliasi).
2010, pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah bila satu pihak
pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan. Transaksi antara
a. Segi ekonomi
Cox, Howe, & Boyd, (1997) menyatakan harga transfer harus menjadi
20
dasar dari transfer pricing adalah memaksimalkan laba perusahaan, perusahaan
harus secara berkala menjual produk sampai dengan titik dimana tambahan biaya
karena adanya tambahan unit yang diproduksi dan dijual (marginal cost) lebih
tersebut (marginal revenue), dalam hal penentuan harga untuk perusahaan yang
b. Segi manajemen
adalah nilai yang ditempatkan pada transfer barang dan jasa antara transaksi
dimana setidaknya satu dari dua pihak dapat menyelesaikan permasalahan laba.
Transfer pricing lebih ditujukan untuk mengukur kinerja divisi, laba perusahaan
secara keseluruhan, dan otonomi divisi menilai motivasi dan performa setiap
Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
kewajiban kenegaraan dan pengabdian serta peran aktif warga negara dan
21
berupa pembangunan nasional yang pelaksanaanya di atur dalam Undang
negara.
2013).
sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung.
utama penerimaan negara, oleh karena itu pajak harus ditingkatkan sehingga
22
dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai,
dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke
pajak. Pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, contohnya dalam
rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri
produksi dalam negeri pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk
3. Fungsi stabilitas
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, hal ini
bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
sehingga dapat membuka kesempatan kerja yang pada akhirnya akan dapat
23
Pajak mempunyai kecenderungan dan karakteristik hubungan yang searah,
dimana ada satu pihak yang mempunyai kewajiban untuk membayar, namun
pihak yang satunya lagi (pemerintah) tidak mempunyai kewajiban apapun untuk
memberikan jasa timbal balik apapun kepada pembayar. Hal ini akan
cara supaya dapat mengurangi beban pajak terutang yang akan dibayarkannya
kepada negara. Fenomena ini terjadi disebabkan karena sudut pandang pembayar
pajak merasa membayar pajak dapat mengurangi laba dan kenikmatan yang
diperolehnya dari hasil kerja kerasnya, sehingga dengan adaya hal ini
dibayarkan (Ardyaksa & Kiswanto, 2014). Oleh karena hal tersebut maka
maka jika terdapat kecurangan dalam pembayaran pajak yang dapat merugikan
negara secara otomatis akan mengurangi pendapatan negara pada sektor pajak.
negara.
24
struktur kepemilikan, yaitu struktur kemilikan tersebar dan struktur kepemilikan
saham mereka. Jika semua pemegang saham berperilaku sama, maka tidak akan
Oleh karena itu konflik keagenan yang terjadi pada struktur kepemilikan tersebar
adalah konflik keagenan antara manajer dengan pemegang saham (Jensen &
Meckling, 1976).
seperti Jepang, Eropa, dan sebagainya, dapat melakukan monitoring dan kontrol
dengan pemegang saham minoritas (Liu & Lu, 2007). Konflik keagenan yang
25
Munculnya masalah keagenan antara pemegang saham mayoritas dengan
pemegang saham minoritas ini disebabkan oleh beberapa hal berikut. Pertama,
saham minoritas (Mitton, 2002). Kedua, hak suara yang dimiliki pemegang saham
mayoritas melebihi hak atas aliran kasnya, karena adanya kepemilikan saham
dalam bentuk bersilang, piramida dan berkelas (Claessens et al., 2000). Bentuk
menjual aset atau sekuritas dari perusahaan yang mereka kontrol ke perusahaan
lain yang mereka miliki dengan harga di bawah harga pasar, dan memilih anggota
26
tersebut dapat dilakukan dengan penjualan aset, kontrak harga transfer
pemilik perusahaan atau para pemegang saham melalui RUPS kepada anggota
direksi yang dianggap mempunyai kinerja baik setipa tahun serta apabila
perusahaan memperoleh laba. Irpan, (2011) juga menyatakan bahwa skema bonus
direksi dapat diartikan sebagai pemberian imbalan diluar gaji kepada direksi
perusahaan atas hasil kerja yang dilakukan dengan melihat prestasi kerja direksi
itu sendiri. Prestasi kerja yang dilakukan dapat dinilai dan diukur berdasarkan
bonus merupakan salah satu strategi atau motif perhitungan dalam akuntansi yang
27
dengan melihat laba perusahaan secara keseluruhan. Sebagai akibat dari adanya
praktik transfer pricing maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi kerugian
pada salah satu divisi atau subunit. Merujuk kepada pendapat Horngren & Charles
bervariasi di berbagai divisi dalam satu organisasi. Sebagai tim perusahaan maka
harus bersedia untuk saling membantu, sehingga bonus direksi tidak didasarkan
pada laba subunit namun berdasarkan pada kebaikan dan laba perusahaan secara
keseluruhan.
melakukan pengelolaan laba secara oportunis, maka informasi laba tersebut dapat
al., (2012) yang menguji pengaruh pajak dan tunneling incentive terhadap transfer
29
pengaruh pajak dan tunneling incentive terhadap transfer pricing. Hasil dari
menguji variabel pajak, bonus plan, tunneling incemtive, dan debt covenant
29
pricing, sedangkan variabel bonus plan tidak berpengaruh signifikan terhadap
transfer pricing.
pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013
yaitu profitabilitas dan leverage berpengaruh terhadap transfer pricing dalam RPT
variabel tax haven tidak berpengaruh terhadap transfer pricing dalam RPT
Selain itu ada penelitian Saraswati & Sujana, (2017) yang menguji
penelitian tersebut yang memberi hasil bahwa variabel pajak dan tunneling
30
hasil berbeda pada penelitian sebelumnya yaitu variabel pajak yang tidak
Tabel 2.3
Kajian Penelitian Terdahulu
31
Pricing terhadap transfer
(Perusahaan pricing.
Manufaktur
yang terdaftar
di BEI Tahun
2011-2013)
3 Zeliria Pengaruh X= Regresi variabel
(2015) Karakteristik 1. Profitabilitas Logistik independen yaitu
Keuangan dan 2. Leverage profitabilitas dan
Non Keuangan 3. leverage
Terhadap Multinasionality berpengaruh
Transfer 4. Tax Heaven terhadap transfer
Pricing di Y= pricing dalam
Indonesia 1. Transfer RPT Pembelian
Pricing dan RPT
Penjualan,
sedangkan untuk
variabel
multinationality
berpengaruh
terhadap transfer
pricing dalam
RPT Pembelian
dan
multinationality
tidak
berpengaruh
terhadap transfer
pricing dalam
RPT Penjualan.
Adapun variabel
tax haven tidak
berpengaruh
terhadap transfer
pricing dalam
RPT Pembelian
dan RPT
Penjualan.
4 Gusti dan Pengaruh X= Regresi pajak dan
Ketut (2017) Pajak, 1. Pajak Logistik tunneling
Mekanisme 2. Tunneling incentive
Bonus, dan Incentive berpengaruh
Tunneling 3. Mekanisme positif terhadap
Incentive Pada Bonus indikasi
Indikasi Y= melakukan
Melakukan 1.Transfer transfer pricing
Transfer Pricing sedangkan
Pricing mekanisme
bonus tidak.
32
5 Mispiyanti Pengaruh X= Regresi pajak yang tidak
(2015) Pajak, 1. Pajak Logistik berpengaruh
Tunneling 2. Tunneling signifikan
Incentive, dan Incentive terhadap transfer
Mekanisme 3. Mekanisme pricing,
Bonus Bonus sedangkan
Terhadap Y= variabel
Keputusan 1.Transfer tunneling
Transfer Pricing berpengaruh
Pricing signifikan dan
mekanisme
bonus tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap transfer
pricing.
33
1. Transfer transfer pricing.
Pricing
9 Kenneth Transfer X= Regresi Beban pajak
Klassen,Petro Pricing: 1. Beban Pajak Logistik berpengaruh
Lisowsky, Strategies, Y= positif
dan Devan Practices, and 1. Transfer signifikan
Tax Pricing
Mescall terhadap
Minimization.
(2013) transfer pricing.
Suatu perusahaan tentunya wajar jika menginginkan laba yang tinggi. Hal
berdampak pada pengurangan laba perusahaan oleh sebab itu maka perusahaan
laba yang optimal. Beban pajak perusahaan yang tinggi akan mendorong
legal maupun ilegal. Menurut Lestari & Kusmuriyanto, (2015) perlawanan pajak
dibedakan menjadi perlawanan pasif dan aktif, perlawanan pajak aktif dibedakan
34
Perusahaan multinasional melakukan perencanaan pajak untuk menekan
beban pajak juga dapat dilakukan dengan berbagai cara. Perencanaan pajak yang
2014:42).
ekspor dan impor akan menghadapi berbagai jenis pajak. Perbedaan beban pajak
perusahaannya yang kurang maju sering mengenakan tarif pajak yang lebih
pengurang laba. Apabila pajak dapat ditekan, maka dapat mengurangi cost
perusahaan. Salah satu cara yang digunakan untuk menekan pajak adalah transfer
di negara-negara yang menetapkan tarif pajak yang lebih tinggi (high tax country)
pajak yang lebih rendah (low tax country). Apabila dalam suatu perusahaan
terdapat pajak yang tinggi, maka tingkat kegiatan transfer pricing perusahaan
35
tersebut ke anggota atau anak perusahaannya yang menerapkan tarif pajak lebih
transfer pricing. Klassen, Lang, & Wolfson, (1993) menemukan bahwa terjadi
pembayaran pajak lebih rendah secara global pada umumnya. Penelitian tersebut
pajak rendah. Namun, mitigasi pajak juga ada peluang untuk penjualan domestik
menemukan bahwa tarif dan pajak berpengaruh pada insentif untuk melakukan
transaksi transfer pricing. Bernard, Jensen, & Schott, (2006) menemukan bahwa
harga transaksi pihak terkait dan arm’s-length berhubungan dengan tingkat pajak
36
dengan cara sedapat mungkin memindahkan penghasilan ke negara dengan beban
pajak rendah atau minimal dimana di negara tersebut perusahaan memiliki grup
untuk melakukan transfer pricing. Beban pajak yang semakin besar memicu
Berdasarkan rumusan di atas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ada 2 macam struktur kepemilikan, yaitu struktur kemilikan tersebar dan struktur
pemegang saham oleh karena itu tidak semua perusahaan membagikan deviden
secara konsisten atau bahkan ada yang tidak membagikan deviden tunai (Candra
& Fachrurrozie, 2016). Struktur kepemilikan ini, pemegang saham secara umum
kepemilikan saham mereka. Jika semua pemegang saham berperilaku sama, maka
37
tidak akan terjadi pengawasan terhadap manajemen (Zhuang et al., 2000). Konflik
keagenan yang terjadi pada struktur kepemilikan tersebar adalah konflik keagenan
seperti Jepang, Eropa, dan sebagainya, dapat melakukan monitoring dan kontrol
pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas (Liu & Lu, 2007).
Kondisi ini sesuai dengan pernyataan Prowsen, (1998) bahwa konflik keagenan
mayoritas yang mentransfer aset dan profit perusahaan untuk kepentingan mereka
membagikan deviden, menjual aset atau sekuritas dari perusahaan yang mereka
kontrol ke perusahaan lain yang mereka miliki dengan harga di bawah harga
pasar, dan memilih anggota keluarganya yang tidak memenuhi kualifikasi untuk
38
untuk dirinya sendiri dengan mengorbankan hak para pemilik minoritas, dan
(2010) menemukan bahwa tunneling incentive setelah initial public offering (IPO)
mendapatkan laba yang tinggi pemilik saham mayoritas akan melakukan berbagai
atau anak perusahaan dengan transfer pricing agar dapat menekan beban-beban
juga akan meningkat dan sebaliknya. Berdasarkan rumusan di atas maka hipotesis
bonus jika manajemen dapat menjalankan perusahaan dengan baik. Tolak ukur
didasarkan pada berbagai hal, salah satunya adalah laba perusahaan. Jadi
39
menejemen dikatakan berhasil dalam menjalankan usahanya dengan baik jika laba
perusahaan tinggi.
atau manajer, maka adalah logis bila direksi yang remunerasinya didasarkan pada
menggeser laba dari periode yang akan datang ke periode saat ini. Hal ini
merupakan salah satu strategi atau motif perhitungan dalam akuntansi yang
Namun, sebagai akibat dari adanya praktik transfer pricing, maka tidak menutup
kemungkinan akan terjaadi kerugian pada salah satu divisi atau subunit. Oleh
(Chan & Lo, 2005). Jadi,dapat disimpulkan bahwa mekanisme bonus merupakan
salah satu strategi atau motif perhitungan dalam akuntansi yang tujuannya adalah
40
Penghargaan itu dapat berupa bonus yang diberikan berdasarkan kinerja para
kepada direksi yang berhasil menghasilkan laba untuk divisi atau subunitnya,
namun juga kepada direksi yang bersedia bekerjasama demi kebaikan dan
Horngren, Srikant, & Foster, (2008) yang menyatakan bahwa bonus direksi dilihat
dari kinerja berbagai divisi atau tim dalam satu organisasi. Semakin besar laba
perusahaan secara keseluruhan yang dihasilkan, maka semakin baik citra para
transfer pricing yang ilegal dalam akuntansi menjadi hal yang wajar. Bonus yang
ada dalam suatu perusahaan akan menciptakan insentif bagi manajemen untuk
Zimmerman, 1990). Hal ini mengakibatkan manajer akan lebih menyukai metode
akuntansi yang meningkatkan laba periode berjalan. Sejalan dengan itu, Scott
memilih prosedur akuntansi yang dapat menggeser laba dari periode yang akan
datang ke periode saat ini. Hal ini juga didukung oleh Healy, (1985) yang
ekpektasi mereka.
41
Lo et al., (2010), yang menemukan bahwa terdapat kecenderungan
bonus yang mereka terima jika bonus tersebut didasarkan pada laba. Chan &
Chow (1997) dan Chan & Lo (2005) juga menyatakan bahwa manajemen dapat
bahwa pemilik perusahaan akan melihat laba perusahaan yang dihasilkan secara
transfer pricing. Berdasarkan rumusan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini
43
Dari analisis penelitian-penelitian tersebut maka dapan disusun hipotesis
sebagai berikut :
H2
Tunneling Intencive (X2) Transfer Pricing (Y)
H4
Gambar 2.4.4
Kerangka Berpikir
43
2.4.5Hipotesis Penelitian
perusahaan.
berpengaruh positif
43
BAB III METODE
PENELITIAN
43
menyatakan bahwa pemegang saham pengendali adalah pemegang saham
yang bersifat ekuitas sebesar 20% atau lebih.
3. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama periode pengamatan
tahun 2015-2019. Hal ini dikarenakan perusahaan yang mengalami
kerugian tidak memiliki kewajiban perpajakan di tingkat perusahaan
sehingga motivasi pajak tidak relevan.
43
Tabel 3.1
Prosedur Pemilihan
Sampel
No Kriteria Jumlah
Tabel 3.2
43
5 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
43
tahun 2015-2019. Tujuan dari metode ini adalah untuk memperoleh data-
data yang lebih tepat yang nantinya akan digunakan dalam penelitian.
43
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 15 (Saraswati & Sujana,
2017).
43
3.3.3. Daftar Tabel Indikator
Tabel 3.4
Tabel Indikator
No. Variabel Indikator Rumus Skala
1 = adanya transaksi penjualan
dengan pihak yang mempunyai
Dependen: hubungan istimewa;
1 TP Nominal
Transfer Pricing 0 = tidak adanya transaksi
penjualan dengan pihak yang
mempunyai hubungan istimewa
Independen:
Jumlah kepemilikan saham terbesar
3 Tunneling TNC Rasio
Jumlah saham yang beredar
Incentive
Independen:
Laba bersih tahun t
4 Mekanisme ITRENDLB Rasio
Laba bersih tahun t − 1
Bonus
Independen:
5 Ukuran SIZE Log (Total Aset) Rasio
Perusahaan
43
data panel berganda atau lebih umum disebut dengan analisis regresi data panel.
Menurut Ghozali (2018), regresi data panel merupakan teknik regresi yang
menggabungkan data runtun waktu (time series) dengan data silang (cross
section), oleh karena itu, data panel memiliki gabungan karakteristik yaitu data
yang terdiri atas beberapa obyek dan meliputi beberapa waktu. Dengan
menggabungkan data time series dan cross section maka dapat memberikan data
yang lebih informatif, lebih bervariasi, tingkat kolinearitas antar variabel yang
rendah, lebih besar degree of freedom dan lebih efisien. Analisis dilakukan
dengan mengelola data menggunakan software Econometric Views (EViews) versi
10.0. Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua
variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen (Ghozali, 2018). Analisis regresi data panel dalam
penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh pajak, tunneling incentive,
mekanisme bonus dan ukuran perusahaan terhadap keputusan transfer pricing
pada perusahaan consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2015-2019.
43
klasik alat analisis uji kualitas data dengan menggunakan uji asumsi klasik.
Dalam menguji hipotesis menggunakan model analisis regresi linear data
panel berganda atau biasa disebut dengan analisis regresi data panel. Hasil
dari regresi berganda akan dapat digunakan sebagai alat prediksi yang lebih
baik dan tidak bias bila memenuhi beberapa asumsi yang disebut sebagai
asumsi klasik. Agar mendapatkan regresi yang baik harus memenuhi asumsi-
asumsi yang diisyaratkan untuk memenuhi asumsi normalitas dan bebas dari
multikolinearitas, heterokedastisitas serta autokolerasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel independen dan bebas semuanya memiliki distribusi normal atau
tidak (Ghozali, 2018). Salah satu cara untuk melihat normalitas residual
adalah dengan menggunakan metode jarque-bera (JB). Jarque-bera merupaka
uji statistik untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal. Untuk
mengambil keputusan data berdistribusi normal atau tidak dapat digunakan
cara sebagai berikut:
a. Jika nilai Jarque-bera (J-B) ≤ X2 tabel dan probability ≥ 0,05
(lebih besar dari 5%), maka dapat dikatakan bahwa data
terdistribusi normal.
b. Jika nilai Jarque-bera (J-B) ≥ X2 tabel dan probability ≤ 0,05
(lebih kecil dari 5%) maka dapat dikatakan bahwa data tidak
terdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
adalah model regresi yang variabel-variabel bebasnya tidak memliki korelasi
antara variabel independen atau bebas dari multikolinearitas. Dasar
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai korelasi > 0,80 maka H0 ditolak, sehingga ada masalah
multikolinieritas.
43
b. Jika nilai korelasi < 0,80 maka H 0 diterima, sehingga ada tidak ada
masalah multikolieritas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam regresi
terjadi ketidaksamaan varian nilai residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain (Ghozali, 2018). Dalam penelitian ini, untuk mengetahui ada atau
tidaknya heterokedastisitas digunakan uji Glejser, yang syaratnya apabila
probabilitas signifikansi di atas 5% atau 0,05 maka tidak terjadi
heterokedastisitas (Ghozali, 2018). Sehingga dasar pengambilan
keputusannya adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai dari p-value ≥ 0,05 maka H0 diterima, yang artinya tidak
terdapat masalah heterokedastisitas.
b. Jika nilai p-value ≤ 0,05 maka H0 ditolak, yang artinya terdapat
masalah heterokedastisitas.
4. Uji Autokolerasi
Uji autokolerasi merupakan kolerasi yang terjadi antara residual pada
satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Autokorelasi
dapat diketahui melalui Uji Breunch-Godfrey adalah pengujian yang
digunakan untuk menguji ada atau tidak adanya korelasi serial dalam model
regresi atau untuk mengetahui apakah di dalam model yang digunakan
terdapat autokorelasi diantara variabel-variabel yang diamati. Jika nilai prob <
0,05 maka terjadi gejala autokorelasi sedangkan jika nilai prob > 0,05 maka
tidak terjadi gejala autokorelasi adalah pengujian yang digunakan untuk
menguji ada atau tidak adanya korelasi serial dalam model regresi atau untuk
mengetahui apakah di dalam model yang digunakan terdapat autokorelasi
diantara variabel- variabel yang diamati.
43
3.5.3. Analisis Regresi Data Panel
Menurut Sholfyta dan Filianti (2018) metode regresi data panel
digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari
variabel independen yang jumlahnya lebih dari satu terhadap variabel
dependen dan merupakan teknik regresi yang menggabungkan data runtut
waktu (time series) dan data silang (cross section). Keunggulan regresi data
panel antara lain (Ajija, 2011):
43
dengan Random Effect Model (REM) dalam mengestimasi data panel.
Random Effect Model dikembangkan oleh Breusch-pangan yang digunakan
untuk menguji signifikansi yang didasarkan pada nilai residual dari metode
OLS. Dalam pengujiannya dengan menggunakan EViews, maka hasilnya
dapat dilihat pada nilai dalam kolom Cross–Section Breusch Pagan baris
yang kedua (bawah). Dasar kriteria sebagai berikut:
43
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : Common Effect Model (CEM)
H1 : Fixed Effect Model (FEM)
3. Uji Hausman
Uji Hausman adalah pengujian yang digunakan untuk memilih
pendekatan terbaik antar model pendekatan Random Effect Model (REM)
dengan Fixed Effect Model (FEM) dalam mengestimasi data panel. Dalam
pengujiannya dengan menggunakan EViews, maka hasilnya dapat dilihat pada
nilai dalam kolomProb. Cross–Section Random. Dasar kriteria penguji
sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas (P-value) untuk cross section random > 0,05
(nilai signifikan) maka H0 diterima, sehingga model yang paling
tepat digunakan adalah Random EffectModel (REM).
b. Jika nilai probabilitas (P-value) untuk cross section random < 0,05
(nilai signifikan) maka H0 ditolak, sehingga model yang tepat
digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM).
43
dan cross section sebagai satu kesatuan tanpa melihat adanya perbedaan
waktu dan individu (entitas). Common Effect Model mengabaikan adanya
perbedaan dimensi individu maupun waktu atau dengan kata lain perilaku
data antar individu sama dalam berbagai kurun waktu. Kelemahan dari model
ini adalah ketidaksesuaian antara model dengan keadaan sebenarnya, dimana
kondisi tiap objek dapat berbeda dan kondisi suatu objek dari satu waktu ke
waktu yang lain dapat berbeda pula.
43
3.5.6. Uji Regresi Data Panel
Untuk menguji hipotesis yang sebelumnya telah penulis buat, maka
penulis menggunakan teknik analisis regresi data panel. Tujuannya untuk
menjawab permasalahan penelitian hubungan antara dua variabel independen
atau lebih dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini, variabel dependen
yang digunakan adalah transfer pricing, sedangkan variabel independennya
adalah pajak, tunneling incentive, mekanisme bonus dan ukuran perusahaan.
Perumusan model persamaan analisis regresi data panel secara sistematis
adalah sebagai berikut :
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4X4 + €
Keterangan :
Y = Transfer pricing
α = Koefisien konstanta
β1 = Koefisien regresi pajak
X1 = Pajak
β2 = Koefisien regresi tunneling incentive
X2 = Tunneling incentive
β3 = Koefisien regresi mekanisme bonus
X3 = Mekanisme bonus
Β4 = Koefisien ukuran perusahaan
X4 = ukuran perusahaan
€ = Tingkat Kesalahan (error)
43
1. Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara individual (parsial). Uji signifikansi
koefisien regresi (Uji t) dilakukan untuk menguji apakah suatu variabel
independen secara parsial berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel
dependen dan juga untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel
untuk pengambilan keputusan dalam menerima atau menolak hipotesis
penelitian yang sebelumnya telah penulis buat (Ghozali, 2018).
Uji statistik t ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing
variabel independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Uji t dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t table
43
55