MODUL PERKULIAHAN
W322100016 –
Teori Akuntansi
TEORI AKUNTANSI POSITIF DAN
TEORI KEAGENAN
Abstrak Sub-CPMK
Vernon Kam (1986) mengemukakan fungsi dari adanya teori akuntansi sebagai berikut:
Memberikan kerangka rujukan sebagai dasar untuk menilai prosedur dan praktek
akuntansi
Teori normatif berusaha untuk membenarkan tentang apa saja yang harus
dipraktekkan, misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan keuangan
seharusnya di dasarkan pada metode pengukuran aktiva tertentu. Menurut Nelson
(1973) teori normatif hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana akuntansi
seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hasil hipotesis tersebut. Perumusan
Teori Akuntansi Normatif yang berbentuk Praktik Akuntansi Berterima Umum (PABU)
merupakan acuan teori dalam memberikan jalan terbaik untuk meramalkan berbagai
fenomena akuntansi dan menggambarkan bagaimana interaksi antar-variabel
akuntansi dalam dunia nyata yang merupakan Fungsi pendekatan Teori Akuntansi
Positif. Tidak menutup kemungkinan, fakta yang ada di dunia nyata (praktek
akuntansi) akan mempengaruhi Akuntansi Normatif. Hubungan ini Sesuai dengan
paham Dialektika Hegel. Dimana antitasi dan tesis akan menghasilkan sistesis. Dan
sistesis akan menghasilkan antithesis.
Agensi Teori.
Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam
teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus
of contract) antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent)
yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut. Menurut
Meisser, et al., (2006:7) hubungan keagenan ini mengakibatkan dua permasalahan
yaitu : (a) terjadinya informasi asimetris (information asymmetry), dimana manajemen
secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang
sebenarya dan posisi operasi entitas dari pemilik; dan (b) terjadinya konflik
kepentingan (conflict of interest) akibat ketidak samaan tujuan, dimana manajemen
tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik. Dalam upaya mengatasi
atau mengurangi masalah keagenan ini menimbulkan biaya keagenan (agency cost)
yang akan ditanggung baik oleh principal maupun agent. Jensen dan Meckling (1976)
membagi biaya keagenan ini menjadi monitoring cost, bonding cost dan residual loss.
Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk
memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku
Agency Theory Pengertian teori agensi menurut Scott (2015) yaitu suatu
pengembangan dari teori yang mempelajari suatu desain kontrak dimana para agen
(pihak manajemen) bekerja atas nama prinsipal (investor) Teori agensi berisi
hubungan kontraktual antara dua pihak yaitu agen dan prinsipal, dimana investor atau
pemilik perusahaan menunjuk agen sebagai manajemen yang mengelola perusahaan
atas nama pemilik perusahaan. Teori agensi menyatakan bahwa masing-masing
pihak hanya termotivasi oleh kepentingannya sendiri sehingga menimbulkan konflik
yang terjadi antara agen dengan prinsipal. Dengan terdapat perbedaan dua
kepentingan dalam suatu perusahaan dimana masing-masing pihak sama-sama tetap
berupaya mempertahankan keuntungan dan sering menimbulkan masalah keagenan
maka dapat disebut sebagai konflik agensi.Oleh sebab itu untuk mengatasi konflik
agensi diperlukan pengungkapan informasi secara sukarela yang berkaitan dengan
perusahaan sebagai salah satu bentuk tanda pertanggungjawaban dari pihak
manajemen kepada investor. Ketika perbedaan kepentingan terjadi antara pihak
manajemen dan investor, maka terdapat biaya agensi (agency cost),diantaranya
adalah biaya monitoring, biaya proses auditing, dan biaya sistem kompensasi agen.
Hampir mustahil bagi perusahaan untuk memiliki zero agency cost dalam hal
menjamin manajemen untuk mengambil keputusan yang optimal dari pandangan
investor dikarenakan terdapat perbedaan kepentingan yang besar diantara mereka.
Cara yang dapat digunakan untuk mengurangi biaya agensi iyalah dengan
memberikan informasi melalui pengungkapan sukarela pada laporan tahunan
perusahaan serta dapat mengurangi terjadinya asimetri informasi. 14 2.2 Signalling
Theory Menurut Febrianty (2011) Isyarat atau signal adalah langkah yang diambil oleh
manajemen perusahaan dimana manajemen mengetahui informasi yang lebih akurat
dan lengkap mengenai internal perusahaan dan prospek perusahaan di masa depan
dari pada pihak. Teori Signalling berakar pada teori akuntansi pragmatik. Menurut
Suwarjono (2012), teori akuntansi pragmatik yang memusatkan perhatiannya kepada
pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai laporan. Salah satu
informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman yang dilakukan oleh suatu
emiten. Pengumuman ini nantinya dapat mempengaruhi naik turunnya harga saham
Teori Efficient Market Hypothesis menyatakan bahwa harga saham yang terbentuk
merupakan refleksi dari seluruh informasi yang ada, baik fundamental ditambah
insider information. Statman (1998, p.18) menyatakan bahwa investor tidak dapat
mengalahkan return pasar secara sistematis dan harga saham adalah rasional. Yang
dimaksud rasional adalah harga saham mencerminkan fundamental seperti nilai risiko
dan tidak mencerminkan aspek psikologis seperti sentimen dari para investor. Fama
(1970) memberikan pengertian bahwa konsep pasar yang efisien berarti harga saham
yang sekarang mencerminkan segala informasi yang ada. Hal ini berarti bahwa
informasi baik dari informasi masa lalu, sekarang dan ditambah oleh informasi dari
perusahaan itu sendiri (insider information). Efficient Market Hypothesis memiliki tiga
asumsi, yaitu (Shleifer, 2000, p.2): 1. Investor diasumsikan akan berlaku rasional
sehingga akan menilai saham secara rasional. 2. Beberapa investor akan berlaku
tidak rasional tetapi perilaku mereka dalam melakukan transaki perdagangan bersifat
acak (random) sehingga pengaruhnya adalah saling menghilangkan dan tidak
mempengaruhi harga. 3. Investor arbiter yang berlaku rasional akan mengurangi
pengaruhdari perilaku investor yang tidak rasional pada harga di pasar modal.
Investor yang berlaku rasional akan menilai saham berdasarkan nilai fundamental
yaitu nilai sekarang (net present value) dari pengembalian kas masa depan (future
cash flows) dengan mendiskontokan sebesar tingkat risiko saham tersebut. Ketika
pada prospek perusahaan ke pasar dan bertindak sebagai sinyal yang kompatibel
bagi pihak luar perusahaan. Signaling theory juga dapat dilihat dari perspektif
risiko bisnis, dimana risiko bisnis yang semakin tinggi dianggap negatif oleh calon
investor sehingga mempengaruhi keinginannya untuk berinvestasi. Kesempatan
peluang investasi yang tinggi juga akan dipersepsikan sebagai sinyal positif yang
akan mempengaruhi penilaian investor terhadap perusahaan. Tingginya IOS
perusahaan menandakan bahwa perusahaan dapat meningkatkan kinerja
keuangan dan nilai perusahaannya di masa mendatang.
Teori Legitimasi
Lambert, Richard A. 2001. Contracting Theory and Accounting, Working Paper, http: //
papers.ssrn.com, The Wharton School University of Pennsylvania