EKONOMI MANAJERIAL
Oleh:
Kelompok 4 / Ruang Kelas E III 2
Dosen Pengempu: Drs. I Wayan Mudiartga Utama, M.M.
Anggota Kelompok:
1. Ida Ayu Gede Tantyani Dhaniswari (1707522023)
2. Anak Agung Wulan Kumala (1707522028)
3. Dyajeng Yuning Surya Savira (1707522030)
4. Ni Putu Ayu Sri Kusuma Dewi (1707522036)
Sehingga, suatu perusahaan harus terus mempekerjakan tenaga kerja sepanjang MRPL
> MRCL sampai dengan MRPL = MRCL. Kita dapat membahas masalah penggunaan tenaga
kerja secara optimum (dan maksimisasi laba) oleh perusahaan yang menghadapi fungsi
produksi jangka pendek sebagaimana didiskusikan pada Subbab 6-2 dengan dibantu oleh
Tabel 6-3.
Kolom 2 pada Tabel 6-3 menunjukkan produk marginal tenaga kerja yang diperoleh
dari kurva MPL dalam tingkat II dari produksi di panel bagian bawah Figur 6-3 dan 6-4.
Unit tenaga kerja dalam bentuk pecahan didasarkan atas asumsi bahwa perusahaan dapat
mempekerjakan tenaga kerja untuk setengah hari atau sehari penuh. Hanya MPL dalam
tahap II yang ditunjukkan dalam kolom 2, karena perusahaan tidak akan pernah
menghasilkan dalam tahap III (di mana MPL negatif) atau pada tahap l (berkaitan dengan
tahap III di mana produk marginal untuk produk negatif). Kolom 3 menunjukkan
pendapatan marginal sebesar $10 dari penjualan tambahan unit komoditas yang diproduksi,
dengan asumsi bahwa perusahaan tersebut kecil dan dapat menjual tambahan unit
komoditas pada tingkat harga pasar (P) sebesar $10. Kolom 4 menunjukkan produk
pendapatan marginal dari tenaga kerja yang diperoleh dengan mengalikan MPL pada kolom
2 dan MR = P dari komoditas pada kolom 3. Ingat bahwa MRPL menurun karena MPL
menurun. Kolom 5 menunjukkan biaya sumber daya marginal tenaga kerja dengan asumsi
bahwa pemsahaan kecil dapat mempekerjakan tambahan unit tenaga kerja pada tingkat
upah pasar yang tetap (w) sebesar $20 untuk setiap setengah hari kerja.
Dari Tabel 6-3, kita dapat melihat bahwa perusahaan sebaiknya mempekerjakan 3,5
unit tenaga kerja karena pada saat itulah MRPL= MRCL = 20. Pada jumlah tenaga kerja
kurang dari 3,5L unit, MRPL > MRCL, dan perusahaan akan menambah dalam jumlah yang
lebih besar ke dalam penerimaan total dibandingkan ke dalam biaya total dengan
mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja. Sebagai contoh, dengan 3L, MRPL = $30,
MRCL sebesar $20. Dengan mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja, perusahaan akan
meningkatkan laba total. Di sisi lain, apabila perusahaan menggunakan lebih banyak dari
3,5L tenaga kerja, MRPL < MRCL, maka kenaikan biaya total akan lebih besar daripada
kenaikan penerimaan total. dan laba total akan lebih rendah. Sebagai contoh, dengan tenaga
kerja sebanyak 4L, MRPL = $10, sedangkan MRCL = $20. Sehingga perusahaan dapat
meningkatkan labanya dengan meningkatkan sedikit tenaga kerja. Hanya dengan tenaga
kerja sebanyak 3,5L, MRPL = MRCL = $20. dan laba perusahaan mencapai maksimum.
Jadi penggunaan tenaga kerja yang optimum adalah sebanyak 3,5 unit. Ingat bahwa skedul
penerimaan produk marginal dari tenaga kerja (MRPL) pada kolom 4 dalam Tabel 6-3
mencerminkan skedul permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja. Hal ini menunjukkan
jumlah tenaga kerja yang diminta oleh perusahaan pada berbagai tingkat upah. Sebagai
contoh, jika upah tenaga kerja per hari (w) adalah $40, perusahaan akan mempekerjakan
2,5 unit tenaga kerja karena akan memberikan MRPL = MRCL = w = $40. Jika w = $30.
perusahaan akan meminta 3 unit tenaga kerja. Jika w = $20 perusahaan akan meminta 3,5L,
dengan w = $10, permintaan perusahaan akan tenaga kerja adalah sebesar 4L. Hal ini
ditunjukkan dalam Figur 6-5, di mana dL = MRPL menceminkan kurva permintaan
perusahaan akan tenaga kerja. Figur tersebut menunjukkan bahwa jika tingkat upah per hari
(w) konstan pada harga $20, perusahaan akan meminta tenaga kerja sebanyak 3,5L, seperti
ditunjukkan di atas.
Diskusi dapat diaplikasikan tidak hanya untuk tenaga kerja, tetapi untuk berbagai jenis
input variabel. Perlu dicatat bahwa MRP dari input variabel dapat diperoleh tidak hanya
dengan mengalikan produk marginal dari input dengan pendapatan marginal dari penjualan
output yang diproduksi tetapi dapat juga diperoleh dari perubahan dalam penerimaan total
yang akan menghasilkan perubahan per unit dari input variabel yang digunakan (lihat soal
5, dengan jawaban di akhir buku ini). Aplikasi Kasus 6-1 membahas hubungan antara
produktivitas tenaga kerja dan kompensasi total di Amerika Serikat dan luar negeri.
7.3 Nilai MPL dan APL dari Input Tenaga Kerja dan MPK dan APK dari Input Modal
Isoquan
Keempat kombinasi tenaga kerja dan modal ini diberi label a, b, c, dan d pada kurva “q
= 24" pada Gambar 5.2. Kami menyebut kurva seperti itu sebagai isoquan, yaitu kurva yang
menunjukkan kombinasi tenaga kerja dan modal yang efisien yang dapat menghasilkan
tingkat output (kuantitas) yang sama (iso).
Isoquan menunjukkan jumlah input terkecil yang akan menghasilkan jumlah output
tertentu. Artinya, jika suatu perusahaan mengurangi salah satu input, itu tidak dapat
menghasilkan output sebanyak mungkin. Jika fungsi produksi adalah q = f (L, K), maka
persamaan untuk isokuan di mana output dipertahankan konstan pada q Error! Bookmark
q = f (L, K)
Sifat Isoquan
Isoquan memiliki sebagian besar sifat yang sama dengan kurva indiferen. Perbedaan
terbesar antara kurva indiferens dan isoquan adalah bahwa isoquan memegang konstanta
kuantitas, sedangkan kurva indiferens menjaga konstanta utilitas. Kita sekarang membahas
tiga sifat utama isoquan. Sebagian besar sifat ini dihasilkan dari perusahaan yang
memproduksi secara efisien.
Pertama, semakin jauh isoquan berasal dari asalnya, semakin besar tingkat outputnya.
Artinya, semakin banyak input yang digunakan perusahaan, semakin banyak output yang
didapat jika menghasilkan secara efisien. Pada titik e dalam Gambar 5.2, perusahaan
memproduksi 14 unit output dengan 1 pekerja dan 2 unit modal. Jika perusahaan
memegang modal konstan dan menambah 2 pekerja lagi, itu menghasilkan pada titik c.
Poin c harus pada isoquan dengan tingkat output yang lebih tinggi — di sini, 24 unit —
jika perusahaan memproduksi secara efisien dan tidak menyia-nyiakan tenaga tambahan.
Kedua, isoquan tidak bersilangan. Persimpangan seperti itu tidak konsisten dengan
persyaratan yang selalu dihasilkan perusahaan secara efisien. Sebagai contoh, jika q = 15
dan q = 20 isoquan bersilangan, perusahaan dapat memproduksi pada kedua tingkat output
dengan kombinasi tenaga kerja dan modal yang sama. Perusahaan harus memproduksi
secara tidak efisien jika menghasilkan q = 15 ketika dapat menghasilkan q = 20. Sehingga
kombinasi modal kerja tidak boleh terletak pada q = 15 isoquan, yang seharusnya hanya
mencakup kombinasi input yang efisien. Dengan demikian, efisiensi mensyaratkan bahwa
isoquan tidak boleh bersilangan.
Ketiga, isoquan miring ke bawah. Jika isoquan miring ke atas, perusahaan dapat
menghasilkan tingkat output yang sama dengan input yang relatif sedikit atau relatif banyak
input. Memproduksi dengan input yang relatif banyak akan menjadi tidak efisien.
Akibatnya, karena isoquan hanya menunjukkan produksi yang efisien, isoquan yang miring
ke atas tidak mungkin. Sebenarnya argumen yang sama dapat digunakan untuk
menunjukkan bahwa isoquan harus tipis.
Bentuk Isoquan
Lengkungan isokuan menunjukkan betapa mudahnya suatu perusahaan dapat
menggantikan satu input dengan input lainnya. Dua kasus ekstrem adalah proses produksi
di mana input adalah pengganti sempurna atau di mana mereka tidak dapat saling
menggantikan. Jika input adalah pengganti yang sempurna, masing-masing isokuan adalah
garis lurus. Misalkan kentang dari Maine, x, atau kentang dari Idaho, y, keduanya diukur
dalam pound per hari, dapat digunakan untuk menghasilkan salad kentang, q, diukur dalam
pound. Fungsi produksi adalah:
q=x+y
Satu pon salad kentang dapat diproduksi dengan menggunakan 1 pon kentang Idaho
dan tidak ada kentang Maine, 1 pon kentang Maine dan tidak ada kentang Idaho, atau
kombinasi apa pun yang menambahkan total 1 pon. Panel a dari Gambar 5.3 menunjukkan
q = 1, 2, dan 3 isokuan. Isokuan ini adalah garis lurus dengan kemiringan -1 karena kita
perlu menggunakan satu pon tambahan kentang Maine untuk setiap pon lebih sedikit
kentang Idaho yang digunakan.
Kadang-kadang tidak mungkin untuk mengganti satu input dengan yang lain: Input
harus digunakan dalam kondisi tetap proporsi. Fungsi produksi semacam itu disebut fungsi
produksi proporsi tetap. Misalnya, input yang diperlukan untuk menghasilkan 12 ons kotak
sereal adalah sereal (dalam 12 ons unit per hari) dan kotak kardus (kotak per hari). Jika
perusahaan memiliki satu unit sereal dan satu kotak, itu dapat menghasilkan satu kotak
sereal. Jika memiliki satu unit sereal dan dua kotak, ia masih dapat membuat hanya satu
kotak sereal. Jadi, pada panel b, satu-satunya titik produksi yang efisien adalah titik-titik
besar di sepanjang garis 45 °.
Garis putus-putus menunjukkan bahwa isokuan akan menjadi sudut siku-siku jika
isokuan dapat mencakup proses produksi yang tidak efisien. Proses produksi lainnya
memungkinkan substitusi antar input yang tidak sempurna. Proses-proses ini memiliki
isokuan yang cembung ke titik asal (sehingga bagian tengah isokuan lebih dekat ke titik
asalnya daripada jika isokuan berbentuk garis lurus). Mereka tidak memiliki kemiringan
yang sama di setiap titik, tidak seperti isokuan garis lurus. Sebagian besar isokuan halus,
miring ke bawah, melengkung dari asalnya, dan terletak di antara kasus ekstrem garis lurus
(pengganti sempurna) dan sudut kanan (proporsi tetap), seperti yang digambarkan panel c.
7.4 Elastisitas Input Modal dan Input Tenaga Kerja
Fungsi produksi Cobb – Douglas jangka panjang dapat digunakan untuk menganalisis
performansi system produksi perusahaan dalam periode waktu jangka panjang, agar
memberikan informasi yang bermanfaat bagi perencanaan jangka panjang.
Apabila suatu system produksi jangka panjang menggunakan dua jenis input modal, K,
dan tenaga kerja, L, dalam periode produksi jangka panjang , fungsi produksi Cobb –
Douglas jangka panjang dapat dibangun menggunakan model berikut :
Q = 𝜸𝑲𝜶 𝑳𝜷
Dari fungsi produksi Cobb – Douglas jangka panjang di atas, beberapa informassi
penting berikut dapat dipeoleh:
1. Produk marjinal jangka panjang darai tenaga kerja (MPL) , yang menunjukan
produktivitas majinal jangka panjang dari tenaga kerja dalam system produksi
jangka panjang diukur melalui :
MPL = ∆𝑸/∆𝑳 = 𝜷𝜸 𝑲𝜶 𝑳𝜷−𝟏 = 𝜷 (𝑸/𝑳)
Tampak bahwa produktivitas marjinal jjangkka panjang dari tenaga kerja diukur
melalui penggadaan koefissien elastisitas output jangka panjang daari tenaga kerja
(𝛽, bacaa : beta) dengan produktivitas rata – rata jangka panjang dari tenaga kerja
( APL = Q/L)
2. Produk marjinal jangka panjang dari modal (MPK) , yang menunjukan produktivitas
marjinal jangk apanjang dari modal dalam system produksi jangkaa diukur melalui:
MPK = ∆𝑸/∆𝑲= 𝜶𝜸 𝑲𝜶−𝟏 𝑳𝜷 = 𝜶 (Q/K)
Tampak bahwa produktivitas marjinal jangka panjang dari modal diukur melalui
penggadaan koefisien elastisitas output jangka panjang dari modal (α, baca: alpha)
dengan produktivitas rata – rata jangka panjang dari modal (APK = Q/K)
3. Tingkat substitusi teknikal marjinal (MRTS) dari input tenaga kerja, L , untuk input
modal , K , diukur melalui :
MRTS = MPL / MPK = 𝜷/𝜶 (K/L)
Tampak bahwa tingkat substitusi teknikal marjinal (MRTS ) dari tenaga kerja untuk
modal, diukur melalui penggadaan nilai rasio elastisitas ouput jangka panjang dari
tenaga kerja terhadap elastisitas output jangka panjang dari modal (𝜷/𝜶 ) dengan
rasio modal jangka panjang terhadap tenaga kerja jangka panjang (long-run capital
– labor ratio).
4. Indeks efisiensi produksi jangka panjang diukur secara langsung melalui koefisien
konstanta (intersep) dari fungsi produksi jangka panjang yaitu : 𝜸 (baca : gamma).
5. Elastisitas ouput jangka panjang dari tenaga kerja diukur melalui :
EL = % ∆𝑸/%∆𝑳 = (∆𝑸/∆𝑳) (L/Q) = (MPL) (L/Q) = 𝜷 (Q/L) (L/Q) = 𝜷
Tampak bahwa elastisitas ouput jangka panjang dari tenaga kerja diukur secara
langsung melalui koefisien 𝛽 dari fungsi produksi Cobb – Dougles jangka panjang.
6. Elasitisitas output jangka panjang dari input modal diukur melalui :
EK= % ∆𝑸/%∆𝑲 = (∆𝑸/∆𝑲) (K/Q) = (MPK) (K/Q) = 𝜷 (Q/K) (L/K) = 𝜶
Tampak bahwa elatisitas output jangka panjang dari modal diukur secara langsung
melalui koefisien α dari fungsi produksi Cobb – Douglas jangka panjang.
1. Gaspersz, Vincent. 1999. Ekonomi Manajerial: Pembuatan Keputusan Bisnis Edisi Revisi
dan Perluasan. Yogyakarta: Gramedia Pustaka Utama
2. Arsyad, Lincoln. 2008. Ekonomi Manajerial: Ekonomi Mikro Terapan untuk Manajemen
Bisnis. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE UGM
3. Perloff. M Jeffrey and James A. Brander. 2014. Managerial Economics and Strategy. First
Edition. Pearson Education, Inc.