Anda di halaman 1dari 15

A.

Asidosis metabolik
1. Diabetes mellitus
 Definisi
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar
gula (glukosa) dalam darah, karena tubuh tidak dapat memproduksi atau
menggunakan insulin secara efektif. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh
kelenjar pankreas dan berfungsi untuk membantu sel-sel dalam tubuh mengubah
glukosa menjadi energi. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi
kesehatan jika tidak diobati atau dikendalikan dengan baik. Terdapat tiga jenis
diabetes melitus, yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional.
Diabetes tipe 1 terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin sama sekali,
sedangkan diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin
secara efektif. Diabetes gestasional terjadi pada wanita hamil yang mengalami
resistensi insulin yang lebih tinggi dari biasanya.
 Penyebab
a. Diabetes tipe 1: Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kerusakan sel-sel
pankreas yang memproduksi insulin. Kerusakan ini disebabkan oleh
sistem kekebalan tubuh yang salah mengidentifikasi sel-sel pankreas
sebagai ancaman dan menyerangnya. Seiring berjalannya waktu, produksi
insulin oleh pankreas dapat menurun atau bahkan berhenti sama sekali,
sehingga memerlukan terapi penggantian insulin.
b. Diabetes tipe 2: Diabetes tipe 2 disebabkan oleh kombinasi faktor genetik
dan gaya hidup yang tidak sehat, seperti kelebihan berat badan, kurang
olahraga, pola makan tidak sehat, dan stres. Diabetes tipe 2 terjadi ketika
tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif atau memproduksi
insulin yang cukup.
c. Diabetes gestasional: Diabetes gestasional disebabkan oleh perubahan
hormon yang terjadi selama kehamilan, sehingga menyebabkan resistensi
insulin yang lebih tinggi dari biasanya. Hal ini dapat menyebabkan kadar
glukosa dalam darah meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional.
 Gejala
1) Sering merasa haus
2) Sering buang air kecil
3) Kelaparan yang berlebihan
4) Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan (pada diabetes tipe
1)
5) Kelelahan dan kelemahan
6) Penglihatan kabur
7) Infeksi yang sulit sembuh
8) Gatal-gatal pada kulit atau daerah kelamin
9) Sering mengalami infeksi jamur pada kuku atau kulit
10) Kaki sering kesemutan atau mati rasa
 Pengaruh asam/basa
Kondisi pH yang tidak seimbang pada penderita diabetes melitus dapat
mempengaruhi fungsi tubuh secara keseluruhan. Pada diabetes melitus,
produksi asam yang berlebihan dapat menyebabkan kondisi asidosis
metabolik. Hal ini terjadi ketika tubuh tidak dapat memproses gula darah
menjadi energi karena kurangnya insulin, dan tubuh harus mencari sumber
energi alternatif dengan membakar lemak dan protein. Hasil dari pembakaran
ini adalah produksi asam keton, yang dapat menyebabkan peningkatan kadar
asam dalam darah dan menyebabkan kondisi asidosis metabolik. Kondisi ini
dapat mempengaruhi fungsi organ dan menyebabkan komplikasi serius. pH
darah pada kondisi asidosis metabolik biasanya turun di bawah 7,35.
2. gagal ginjal
 Definisi
Gagal ginjal kronis adalah kondisi di mana ginjal tidak mampu melakukan
fungsi filtrasi dan pengeluaran zat-zat yang tidak diperlukan dari darah secara
efektif, sehingga menyebabkan penumpukan racun dalam tubuh. Kondisi ini
berkembang secara bertahap dan dapat mempengaruhi keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam-basa dalam tubuh. Penderita gagal ginjal kronis
memerlukan pengobatan seumur hidup dan terapi pengganti ginjal seperti
dialisis atau transplantasi ginjal.
 Penyebab
Penyakit ginjal: Penyakit ginjal seperti glomerulonefritis, pielonefritis, atau
polikistik ginjal dapat merusak jaringan ginjal dan mengganggu fungsi normal
ginjal.
Diabetes melitus: Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang dapat merusak
pembuluh darah dan jaringan tubuh, termasuk ginjal.
Tekanan darah tinggi: Tekanan darah tinggi atau hipertensi kronis dapat
merusak pembuluh darah di ginjal dan mengganggu fungsi normal ginjal.
Penyakit autoimun: Beberapa kondisi autoimun seperti lupus eritematosus
sistemik atau vasculitis dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan ginjal.
 Gejala
1) Rasa lelah dan kelelahan yang berlebihan
2) Sesak napas atau kesulitan bernapas
3) Penurunan nafsu makan
4) Mual dan muntah
5) Peningkatan atau penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas
6) Kesemutan atau mati rasa di tangan dan kaki
7) Kulit kering dan gatal
8) Pucat atau kulit terlihat abu-abu
9) Pembengkakan pada wajah, kaki, atau tangan
10) Kesulitan tidur atau insomnia
11) Perubahan dalam pola buang air kecil seperti frekuensi, jumlah urine
yang diproduksi, dan warna urine
12) Sakit punggung atau sakit pinggang.
 Pengaruh asam/basa
Gagal ginjal kronis dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa
dalam tubuh dan menyebabkan terjadinya asidosis metabolik. Asidosis
metabolik terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak asam atau tidak
dapat mengeluarkan asam dengan cukup efektif. Kondisi ini menyebabkan
peningkatan konsentrasi asam dalam darah, menurunkan pH darah di bawah
7,35, dan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Peningkatan konsentrasi asam dalam darah dapat mempengaruhi berbagai
sistem tubuh dan menyebabkan gejala seperti kelelahan, mual, muntah, dan
sulit bernapas. Asidosis metabolik juga dapat mempengaruhi kerja organ
tubuh lainnya, seperti jantung, otak, dan saraf. Jika tidak diobati, kondisi ini
dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian.
3. Penyakit Addison
 Definisi
Penyakit Addison, atau disebut juga sebagai insufisiensi adrenal primer,
adalah kondisi medis yang terjadi ketika kelenjar adrenal tidak dapat
memproduksi cukup hormon kortisol dan aldosteron. Kondisi ini biasanya
terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang dan merusak kelenjar
adrenal atau karena kondisi medis lain yang mempengaruhi kelenjar adrenal,
seperti infeksi, kanker, atau penggunaan obat-obatan tertentu. Akibatnya,
tubuh tidak dapat mempertahankan kadar glukosa darah, natrium, dan kalium
yang seimbang, sehingga menyebabkan berbagai gejala yang tidak
menyenangkan seperti kelelahan, penurunan berat badan, mual, muntah, dan
tekanan darah rendah. Penyakit Addison dapat diobati dengan terapi
penggantian hormon kortisol dan aldosteron yang diambil secara rutin
sepanjang hidup.
 Penyebab
Penyakit Addison disebabkan oleh kerusakan pada kelenjar adrenal yang
mengakibatkan produksi hormon kortisol dan aldosteron menurun. Beberapa
penyebab kerusakan pada kelenjar adrenal antara lain:
Autoimun: Sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar adrenal dan
merusaknya. Ini adalah penyebab utama penyakit Addison di negara-negara
maju.
Infeksi: Beberapa infeksi seperti tuberkulosis, HIV/AIDS, dan sepsis dapat
merusak kelenjar adrenal.
Kanker: Kanker pada kelenjar adrenal atau kanker yang menyebar ke kelenjar
adrenal dapat merusaknya.
 Gejala
1) Kelelahan dan kelemahan yang berat
2) Kulit gelap atau kecoklatan
3) Penurunan nafsu makan dan berat badan
4) Mual, muntah, dan diare
5) Kehilangan gairah seksual
6) Tekanan darah rendah dan pusing saat berdiri
7) Kram otot dan kesulitan tidur
8) Perubahan mood seperti kecemasan dan depresi
9) Nyeri sendi dan otot
10) Gangguan menstruasi pada wanita
 Pengaruh asam/basa
Pada penyakit Addison, produksi hormon kortisol dan aldosteron yang
dihasilkan oleh kelenjar adrenal terganggu, sehingga dapat mempengaruhi
keseimbangan asam-basa dalam tubuh. Dalam kondisi normal, kelenjar
adrenal menghasilkan hormon aldosteron yang membantu tubuh
mempertahankan keseimbangan elektrolit, terutama natrium dan kalium. Jika
produksi aldosteron menurun, maka natrium akan hilang dari tubuh dan
digantikan oleh kalium, yang dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi
kalium dalam darah (hiperkalemia) dan penurunan konsentrasi natrium dalam
darah (hiponatremia).
Ketidakseimbangan elektrolit ini dapat mempengaruhi keseimbangan asam-
basa dalam tubuh, yang dapat menyebabkan asidosis metabolik. Asidosis
metabolik adalah kondisi di mana kadar asam dalam darah meningkat,
sehingga pH darah menurun di bawah 7,35. Gejala asidosis metabolik
meliputi kelelahan, mual, muntah, sakit kepala, dan nafas pendek.

B. Asidosis respiratorik
1. Obesitas
 Definisi
Obesitas adalah kondisi medis yang ditandai dengan kelebihan lemak tubuh
yang menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit dan masalah
kesehatan, seperti penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, gangguan
tidur, dan masalah persendian. Obesitas umumnya diukur dengan indeks
massa tubuh (IMT), yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi
badan. Orang dewasa dengan IMT 30 atau lebih dianggap mengalami
obesitas.
 Penyebab
Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan kalori yang
dikonsumsi dengan kalori yang dibakar oleh tubuh. Jika seseorang
mengonsumsi lebih banyak kalori dari yang dibakar, maka kelebihan kalori
akan disimpan sebagai lemak dalam tubuh, yang akhirnya dapat menyebabkan
obesitas.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelebihan kalori yang dikonsumsi
atau kalori yang dibakar oleh tubuh meliputi:
Pola makan yang buruk: Mengonsumsi makanan yang kaya lemak, gula, dan
kalori tinggi, serta kurangnya asupan makanan yang sehat dan bergizi.
Kurangnya aktivitas fisik: Gaya hidup yang kurang aktif atau tidak
berolahraga dapat mengurangi jumlah kalori yang dibakar oleh tubuh.
Faktor genetik: Beberapa kondisi medis seperti sindrom Prader-Willi, sindrom
Cushing, dan hipotiroidisme dapat mempengaruhi berat badan dan
menyebabkan obesitas.
Faktor lingkungan: Faktor lingkungan seperti stres, kurang tidur, pengaruh
media, dan lingkungan yang tidak mendukung gaya hidup sehat juga dapat
mempengaruhi kecenderungan obesitas.
 Gejala
1) Kelelahan yang terus-menerus
2) Mudah berkeringat
3) Pernapasan yang terengah-engah
4) Kebiasaan tidur buruk
5) Kehilangan nafsu makan yang tidak normal atau meningkatnya rasa
lapar
6) Nyeri sendi
7) Kulit teriritasi atau terinfeksi pada lipatan kulit
8) Peningkatan risiko tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung,
dan kanker.
 Pengaruh asam/basa
Obesitas dapat mempengaruhi kadar asam atau basa dan pH tubuh melalui
beberapa mekanisme. Kelebihan lemak tubuh dapat menyebabkan
peningkatan produksi asam lemak bebas, yang dapat mempengaruhi
keseimbangan asam-basa tubuh. Selain itu, resistensi insulin yang sering
terjadi pada orang dengan obesitas dapat menyebabkan ketonemia, yaitu
peningkatan kadar keton dalam darah yang dapat menyebabkan asidosis
metabolik. Pada kasus obesitas yang parah, gangguan pernapasan seperti sleep
apnea dapat menyebabkan asidosis respiratorik.
Secara umum, obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya
asidosis metabolik, terutama jika tidak diobati dengan baik. Kondisi ini dapat
menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang serius, seperti kerusakan
organ, gangguan neurologis, dan gangguan jantung.
Sedangkan pengaruh asam atau basa dan pH pada penderita obesitas
tergantung pada jenis asidosis yang terjadi. Jika terjadi asidosis metabolik,
maka pH darah akan menurun dan kadar asam akan meningkat. Jika terjadi
asidosis respiratorik, maka pH darah akan menurun dan kadar karbon dioksida
akan meningkat. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi organ tubuh dan
menyebabkan berbagai gejala yang tidak menyenangkan.
2. Skoliosis
 Definisi
Skoliosis adalah kondisi medis di mana tulang belakang seseorang
melengkung secara abnormal, baik ke arah kanan atau ke kiri. Kelengkungan
tulang belakang dapat terjadi pada berbagai tingkatan keparahan dan dapat
menyebabkan ketidaknyamanan atau bahkan kecacatan jika tidak diobati
dengan tepat. Skoliosis dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih umum terjadi
pada remaja perempuan.
 Penyebab
Penyebab skoliosis sebagian besar tidak diketahui, tetapi beberapa faktor
risiko telah diidentifikasi. Beberapa faktor risiko skoliosis meliputi:
Faktor genetik: Skoliosis sering kali diturunkan dalam keluarga, sehingga ada
kemungkinan adanya faktor genetik yang memainkan peran dalam
penyebabnya.
Kelainan bawaan: Beberapa kasus skoliosis terkait dengan kelainan bawaan,
seperti kelainan saraf tulang belakang, kelainan jantung, atau kelainan
pembuluh darah.
Cedera atau infeksi: Skoliosis juga dapat disebabkan oleh cedera pada tulang
belakang atau infeksi pada tulang belakang.
Kelainan otot atau syaraf: Beberapa kondisi medis, seperti distrofi otot,
cerebral palsy, atau syringomyelia, dapat menyebabkan skoliosis.
 Gejala
1) Punggung yang miring atau tidak simetris
2) Kebulatan punggung atau penonjolan di salah satu sisi tulang belakang
3) Ketidakseimbangan atau ketidaknyamanan saat berdiri atau duduk
4) Nyeri punggung, khususnya pada area yang bengkok atau melengkung
5) Kelelahan mudah pada otot punggung
6) Kesulitan bernapas atau napas pendek jika kelainan tulang belakang
mengganggu paru-paru atau kapasitas paru-paru.
 Pengaruh asam/basa
Skoliosis tidak secara langsung mempengaruhi keseimbangan asam-basa
dalam tubuh. Namun, jika skoliosis parah dan mempengaruhi paru-paru, maka
gangguan pernapasan yang terkait dapat mempengaruhi kadar karbon dioksida
dan oksigen dalam tubuh, sehingga dapat memengaruhi keseimbangan asam-
basa dan pH dalam tubuh. Kondisi seperti hiperkapnia atau peningkatan kadar
karbon dioksida dalam darah dapat menyebabkan peningkatan asam dalam
tubuh atau asidosis respiratorik. Kondisi ini dapat diatasi dengan bantuan
ventilasi mekanis atau pengobatan lainnya yang disesuaikan dengan penyebab
dan tingkat keparahan kondisi
3. Penyakit paru obstruksi kronis
 Definisi
Penyakit paru obstruktif kronik (bahasa Inggris: chronic obstructive
pulmonary disease, COPD) adalah penyakit paru-progresif yang ditandai
dengan kesulitan bernapas yang semakin buruk secara bertahap. Penyakit ini
memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia dan merupakan penyebab utama
kematian. Penyakit ini terjadi ketika saluran udara di paru-paru terus-menerus
meradang dan rusak, mengakibatkan saluran udara menjadi sempit dan
terhalang, sehingga udara sulit masuk dan keluar dari paru-paru.
Penyakit ini umumnya terjadi pada orang yang merokok atau yang terpapar
asap rokok dan bahan kimia lainnya dalam waktu yang lama. Namun, faktor
lain seperti polusi udara, paparan bahan kimia di tempat kerja, serta faktor
genetik dan lingkungan juga dapat memicu terjadinya penyakit ini.
 Penyebab
Penyebab penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah merokok dan
paparan zat berbahaya seperti asap rokok, polusi udara, debu, dan bahan
kimia. Beberapa faktor risiko lainnya termasuk genetik, infeksi saluran
pernapasan yang sering, dan faktor lingkungan lainnya seperti polusi industri,
asap kendaraan, dan asap pembakaran bahan bakar fosil.
 Gejala
1) Sesak napas, terutama saat melakukan aktivitas fisik.
2) Batuk kronis yang terkadang disertai dahak.
3) Produksi dahak yang meningkat, khususnya pada pagi hari.
4) Sesak napas saat tidur yang dapat menyebabkan bangun pada malam
hari.
5) Merasa lelah dan lesu.
6) Berat badan menurun.
7) Kehilangan nafsu makan.
8) Pembengkakan di kaki, pergelangan kaki, atau kaki dan tangan.
9) Peningkatan denyut jantung.
10) Peningkatan risiko infeksi saluran pernapasan.
 Pengaruh asam/basa
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dapat mempengaruhi keseimbangan
asam-basa dalam tubuh, meskipun asidosis respiratorik jarang terjadi pada
kondisi ini. Beberapa mekanisme yang terlibat dalam perubahan
keseimbangan asam-basa pada PPOK adalah:
Retensi karbon dioksida: Pada PPOK, paru-paru tidak dapat sepenuhnya
mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh. Hal ini dapat menyebabkan
peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah (hiperkapnia), yang pada
gilirannya dapat menyebabkan asidosis respiratorik.
Hipoksemia: PPOK dapat menyebabkan hipoksemia, yaitu kadar oksigen
rendah dalam darah. Hal ini dapat menyebabkan vasokonstriksi arteri
pulmonalis dan peningkatan resistensi pembuluh darah paru-paru, yang pada
akhirnya dapat menyebabkan peningkatan tekanan paru-paru (pulmonary
hypertension). Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan produksi asam
laktat dalam tubuh dan menyebabkan asidosis laktat.
Asupan makanan: Penderita PPOK mungkin mengalami penurunan nafsu
makan dan berat badan. Hal ini dapat menyebabkan metabolisme tubuh yang
tidak seimbang dan menyebabkan ketonemia, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan asidosis metabolik.
Pada PPOK, pH darah umumnya tidak mengalami perubahan yang signifikan,
tetapi ketika terjadi asidosis, pH darah bisa menurun menjadi di bawah 7,35.
Hal ini dapat mempengaruhi fungsi sel dan organ dalam tubuh serta
menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk
mengendalikan keseimbangan asam-basa pada penderita PPOK melalui terapi
yang tepat dan pemantauan secara teratur.
C. Alkalosis metabolik
1. Hypovolemia
 Definisi
Hipovolemia adalah kondisi ketika terjadi kekurangan volume cairan dalam
tubuh, terutama volume darah yang beredar di dalam pembuluh darah. Hal ini
dapat terjadi karena kehilangan cairan dan elektrolit yang signifikan, baik
melalui pendarahan, diare, muntah berlebihan, atau karena dehidrasi yang
disebabkan oleh kekurangan asupan cairan.
 Penyebab
Dehidrasi: Kekurangan cairan dalam tubuh bisa terjadi karena berbagai alasan
seperti diare, muntah, dan keringat berlebihan.
Pendarahan: Pendarahan akut yang signifikan dapat menyebabkan kehilangan
volume darah yang cukup dan mengakibatkan hipovolemia.
Cedera: Cedera yang mengakibatkan kehilangan darah atau cairan dari tubuh
seperti luka bakar yang luas atau trauma bisa menjadi penyebab hipovolemia.
Penyakit: Beberapa penyakit seperti diabetes insipidus, penyakit Addison, dan
insufisiensi adrenal bisa menyebabkan hipovolemia.
Obat-obatan: Beberapa jenis obat seperti diuretik dan pencahar dapat
mengakibatkan kehilangan cairan dari tubuh dan memicu hipovolemia.
Gangguan kardiovaskular: Masalah pada jantung atau pembuluh darah, seperti
serangan jantung atau syok kardiogenik, dapat menyebabkan hipovolemia.
 Gejala
1) Kulit kering dan dingin
2) Pusing atau pingsan
3) Nyeri kepala
4) Nyeri dada
5) Mual atau muntah
6) Detak jantung cepat atau tidak teratur
7) Pernapasan cepat atau pendek
8) Tekanan darah rendah
9) Kelelahan atau kelemahan
10) Kehilangan kesadaran (dalam kasus yang parah)
 Pengaruh asam/basa
Hipovolemia dapat mempengaruhi keseimbangan asam-basa tubuh karena
menyebabkan penurunan volume darah dan dehidrasi. Hal ini dapat
menyebabkan peningkatan konsentrasi zat-zat asam dalam darah (asidosis)
karena ketidakseimbangan antara produksi dan penghilangan zat asam. Pada
kondisi hipovolemia, biasanya terjadi peningkatan laju pernapasan yang dapat
menyebabkan peningkatan kadar karbon dioksida (CO2) dalam darah,
sehingga menurunkan pH darah dan menyebabkan gangguan keseimbangan
asam-basa.
Pada hipovolemia yang disertai dengan muntah atau diare yang berlebihan,
terjadi kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang banyak, termasuk
natrium, kalium, dan bikarbonat. Kekurangan bikarbonat dalam tubuh akan
menyebabkan peningkatan asam dalam darah, yang pada gilirannya dapat
menyebabkan asidosis metabolic.
2. Diare
 Definisi
Diare adalah kondisi ketika seseorang mengalami peningkatan frekuensi dan
cairan tinja yang berlebihan. Alkalosis metabolik adalah kondisi di mana pH
darah menjadi lebih tinggi dari normal karena kelebihan basa dalam tubuh.
Diare dapat menyebabkan alkalosis metabolik melalui hilangnya cairan dan
elektrolit dalam tinja yang berlebihan, terutama natrium dan kalium.
Kehilangan natrium dan kalium dapat menyebabkan pengurangan kadar asam
dalam tubuh dan akibatnya meningkatkan pH darah, yang dapat menyebabkan
alkalosis metabolik.
 Penyebab
Alkalosis metabolik biasanya terjadi ketika terlalu banyak bikarbonat
terbentuk dalam tubuh atau ketika ginjal tidak dapat mengeluarkan cukup
asam dari tubuh. Beberapa penyebab yang dapat menyebabkan diare alkalosis
metabolik antara lain:
Konsumsi terlalu banyak antasida, obat yang digunakan untuk mengobati sakit
maag dan gangguan pencernaan. Antasida mengandung bikarbonat yang dapat
menyebabkan peningkatan kadar bikarbonat dalam darah.
Peningkatan produksi hormon aldosteron, hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar adrenal. Hormon ini dapat meningkatkan pengeluaran asam dari
tubuh dan menyebabkan peningkatan kadar bikarbonat dalam darah.
Peningkatan konsumsi makanan yang mengandung banyak alkali seperti
sayuran hijau dan buah-buahan.
Gangguan pada ginjal, seperti gagal ginjal, yang dapat mengganggu
kemampuan ginjal untuk mengeluarkan cukup asam dari tubuh.
Penyakit kronis seperti penyakit hati dan diabetes juga dapat menyebabkan
alkalosis metabolik.
 Gejala
1) Peningkatan frekuensi buang air besar
2) Feses berwarna terang dan berbau asam
3) Kram perut
4) Dehidrasi
5) Lemah dan lesu
 Pengaruh asam/basa
Diare alkalosis metabolik dapat menyebabkan pH darah menjadi lebih tinggi
dari normal. Kondisi ini disebabkan oleh kehilangan asam lambung yang
berlebihan atau peningkatan kadar bikarbonat dalam tubuh. Akibatnya, pH
darah menjadi lebih alkali dan mengganggu keseimbangan asam-basa dalam
tubuh. Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti mual, muntah, kram perut,
dehidrasi, dan penurunan berat badan. Jika tidak segera diobati, kondisi ini
dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius seperti gangguan irama
jantung, kejang, dan komaPada alkalosis metabolik, pH darah akan menjadi
lebih tinggi dari normal, yaitu di atas 7,45. Kondisi ini terjadi karena
konsentrasi bikarbonat (HCO3-) dalam darah meningkat atau kadar asam (H+)
menurun. Sebagai akibatnya, kadar basa dalam darah akan lebih tinggi dari
normal. Pengaruh yang ditimbulkan terhadap tubuh dapat berupa pusing,
kelemahan, kram otot, dan gangguan irama jantung. Namun, pengaruh yang
lebih berbahaya terjadi pada organ-organ penting seperti ginjal dan sistem
saraf pusat.
3. Edema perifer
 Definisi
Edema perifer merupakan suatu kondisi ketika terjadi penumpukan cairan di
jaringan tubuh di bawah kulit, terutama pada kaki, pergelangan kaki, dan kaki
bagian bawah. Terkait dengan alkalosis metabolik, edema perifer dapat terjadi
akibat penurunan kadar karbon dioksida dalam darah, sehingga menyebabkan
arteriol yang menyuplai darah ke kapiler mengecil dan menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah. Hal ini
mengakibatkan cairan lebih banyak dipompa keluar dari pembuluh darah dan
masuk ke ruang interstitial, sehingga menyebabkan terjadinya edema perifer.
 Penyebab
Edema perifer dapat disebabkan oleh berbagai hal, termasuk gangguan pada
sistem kardiovaskular, ginjal, hati, atau sistem limfatik. Pada kasus alkalosis
metabolik, edema perifer dapat disebabkan oleh kelebihan basa dalam tubuh
yang mengganggu keseimbangan elektrolit dan cairan di dalam tubuh. Hal ini
dapat terjadi akibat penggunaan obat-obatan tertentu, seperti diuretik, atau
gangguan keseimbangan elektrolit seperti hipokalemia.
 Gejala
Gejala edema perifer terkait dengan alkalosis metabolik bisa bervariasi
tergantung pada penyebabnya. Namun, gejala umum yang sering terjadi
adalah pembengkakan pada bagian-bagian tubuh tertentu seperti kaki,
pergelangan kaki, dan tangan. Selain itu, orang yang mengalami edema perifer
juga mungkin merasakan rasa berat atau kaku pada daerah yang bengkak, dan
kulit pada daerah tersebut bisa terlihat kemerahan atau mengkilap.
Pada kasus yang lebih parah, edema perifer bisa disertai dengan gejala lain
seperti sakit kepala, pusing, mual, muntah, dan sulit bernapas. Jika terjadi
peradangan pada daerah yang bengkak, orang yang mengalami edema perifer
bisa merasakan nyeri, panas, dan kemerahan pada daerah tersebut.
 Pengaruh asam/basa
Pada edema perifer terkait alkalosis metabolik, pH darah akan cenderung
meningkat, sehingga bersifat basa. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi sel
dan jaringan tubuh, termasuk sistem kardiovaskular dan sistem saraf pusat.
Peningkatan pH darah juga dapat menyebabkan peningkatan reabsorpsi
natrium oleh ginjal dan penurunan kadar kalsium serum. Hal ini dapat
menyebabkan retensi cairan dan elektrolit dalam tubuh, yang pada gilirannya
dapat menyebabkan edema perifer. Namun, pengaruh pasti dari pH darah pada
edema perifer tergantung pada penyebab alkalosis metabolik tersebut.
D. Alkalosis respiratorik
1. Gangguan cemas
 Definisi
Alkalosis respiratorik merupakan kondisi di mana pH darah menjadi lebih
tinggi dari normal akibat peningkatan kadar bikarbonat. Gangguan cemas
dapat menjadi salah satu faktor yang memicu alkalosis respiratorik. Gangguan
cemas adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami rasa cemas yang
berlebihan dan terus-menerus, bahkan tanpa ada ancaman yang nyata. Kondisi
ini dapat memicu pernapasan yang lebih cepat dan dalam (hiperventilasi),
yang pada akhirnya dapat menyebabkan alkalosis respiratorik.
 Penyebab
Gangguan cemas atau kecemasan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik
faktor fisik maupun psikologis. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
gangguan cemas meliputi stres, trauma, keturunan, kecemasan sosial,
kekhawatiran kesehatan, dan penggunaan obat-obatan tertentu. Namun, tidak
ada penyebab yang spesifik terkait dengan alkalosis respiratorik.
 Gejala
1) Kebingungan atau sulit berkonsentrasi
2) Kesulitan bernapas atau sesak napas
3) Peningkatan detak jantung atau denyut nadi yang cepat
4) Gemetar atau menggigil
5) Rasa gelisah atau khawatir yang berlebihan
6) Keringat berlebihan
7) Nyeri dada atau ketidaknyamanan di dada
8) Mual atau muntah
 Pengaruh asam/basa
Gangguan cemas terkait alkalosis respiratorik dapat menyebabkan
peningkatan pH darah di atas 7,45 dan penurunan kadar karbondioksida di
dalam darah. Hal ini terjadi karena pengeluaran karbondioksida yang
berlebihan melalui sistem pernapasan. Pengaruh asam/basa dan pH nya pada
alkalosis respiratorik adalah peningkatan kadar basa dan penurunan kadar
asam di dalam darah, sehingga pH darah menjadi lebih alkali. pH darah pada
alkalosis respiratorik dapat mencapai nilai lebih dari 7,45.
2. Hiperventilasi
 Definisi
Hiperventilasi adalah kondisi di mana seseorang menghirup dan
mengeluarkan napas lebih cepat dan lebih dalam dari yang diperlukan oleh
tubuh. Hal ini menyebabkan penurunan kadar karbon dioksida dalam darah
dan meningkatkan kadar oksigen. Hiperventilasi dapat terjadi karena kondisi
medis atau faktor psikologis, seperti kecemasan atau stres. Kondisi ini dapat
memicu berbagai gejala yang tidak menyenangkan, termasuk kesulitan
bernapas, sakit kepala, pusing, dan mati rasa.
 Penyebab
Kondisi kecemasan atau stres
Gangguan kejiwaan, seperti kepanikan, fobia atau gangguan obsesif-
kompulsif (OCD)
Gangguan neurologis, seperti migrain atau stroke
Infeksi saluran pernapasan atas
Gangguan jantung atau paru-paru, seperti asma, emfisema atau penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK)
Keracunan karbon dioksida
Gangguan metabolik, seperti ketoasidosis diabetik atau gangguan
metabolisme asam basa
 Gejala
1) Kesulitan bernapas atau sesak napas
2) Nafas pendek atau cepat
3) Pusing atau rasa tidak stabil
4) Rasa lelah atau letih
5) Nyeri dada atau jantung berdebar-debar
6) Kesemutan atau mati rasa pada tangan dan kaki
7) Keringat dingin
8) Gelisah atau cemas
 Pengaruh asam/basa
Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik, yaitu kondisi di
mana pH darah menjadi lebih tinggi dari normal (lebih dari 7,45) karena
mengalami peningkatan kadar bikarbonat. Kondisi ini terjadi karena
pernafasan yang terlalu cepat dan dalam mengakibatkan terlalu banyak karbon
dioksida (CO2) yang keluar dari tubuh. Karena CO2 berperan dalam menjaga
pH darah pada kisaran normal, maka penurunan kadar CO2 akan
menyebabkan peningkatan pH darah. Sehingga, pH darah pada alkalosis
respiratorik dapat mencapai angka 7,5 atau lebih.
3. Emboli paru
 Definisi
Emboli paru adalah kondisi ketika terjadi penyumbatan pada arteri paru-paru
oleh bekuan darah atau benda lainnya yang dapat merusak jaringan paru-paru.
Alkalosis respiratorik adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar karbon
dioksida dalam darah menurun, sehingga pH darah meningkat. Kedua kondisi
ini dapat terkait, di mana emboli paru dapat menyebabkan hiperventilasi dan
alkalosis respiratorik.
Namun, secara umum emboli paru dapat menyebabkan gangguan pernapasan
seperti sesak napas, sakit dada, batuk dengan darah, detak jantung yang cepat
atau tidak teratur, pingsan, dan kebingungan. Sedangkan alkalosis respiratorik
dapat menyebabkan gejala seperti kesemutan atau mati rasa di sekitar mulut
atau tangan, kebingungan, pusing, dan detak jantung yang cepat.
 Penyebab
Emboli paru terjadi ketika terdapat penyumbatan pada pembuluh darah yang
menuju ke paru-paru, biasanya oleh gumpalan darah atau bekuan darah.
Emboli paru dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
Bekuan darah pada vena kaki atau panggul (deep vein thrombosis)
Penyakit jantung, seperti atrial fibrilasi, yang dapat menyebabkan
pembentukan bekuan darah
Kerusakan pada pembuluh darah paru-paru, misalnya karena penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK)
Trauma pada dada atau kaki
Kanker yang menyebar ke paru-paru.
 Gejala
1) Sesak napas yang tiba-tiba dan parah
2) Nyeri dada yang tiba-tiba dan parah
3) Batuk yang mungkin mengeluarkan darah
4) Detak jantung yang cepat atau tidak teratur
5) Berkeringat dan merasa lelah
6) Pusing atau kebingungan
7) Nyeri di kaki atau bengkak di kaki, pergelangan kaki, atau kaki bagian
bawah.
 Pengaruh asam/basa
alkalosis respiratorik dapat terjadi pada emboli paru karena hiperventilasi
yang disebabkan oleh peningkatan stimulasi saraf pernafasan sebagai respon
terhadap hilangnya perfusi ventilasi di paru-paru. Pada alkalosis respiratorik,
pH darah akan naik di atas 7,45 karena penurunan kadar karbon dioksida
dalam darah. Namun, dampak spesifik alkalosis respiratorik pada emboli paru
perlu dipertimbangkan dalam konteks kondisi pasien secara keseluruhan dan
kemungkinan adanya komplikasi lain.
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. (2021). Standards of Medical Care in Diabetes--2021. Diabetes
Care, 44(Supplement 1), S1-S232.
Westerberg, D. P., & Roback, M. G. (2016). Metabolic acidosis. Emergency medicine clinics of
North America, 34(2), 317-330.
Kovesdy, C. P. (2016). Acid-base disorders in patients with chronic kidney disease. Clinical
journal of the American Society of Nephrology, 11(12), 2233-2239.
Batlle DC, Haque SK. Genetic causes and mechanisms of distal renal tubular acidosis. Nephrol
Dial Transplant. 2012;27(10):3691-3704. doi:10.1093/ndt/gfs397
Kellum JA, Lameire N. Diagnosis, evaluation, and management of acute kidney injury: a
KDIGO summary (Part 1). Crit Care. 2013;17(1):204. doi:10.1186/cc11454
Marx, J. A., Hockberger, R. S., Walls, R. M., & Adams, J. G. (2013). Rosen's Emergency
Medicine: Concepts and Clinical Practice. Elsevier Health Sciences.
Nolte, M. S. (2010). The Human Body in Health & Disease. Elsevier Health Sciences.
National Heart, Lung, and Blood Institute. (2021). Pulmonary embolism.
https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/pulmonary-embolism
National Heart, Lung, and Blood Institute. (2021). Pulmonary embolism.
https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/pulmonary-embolism
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (5th ed.). https://doi.org/10.1176/appi.books.9780890425596
Mayo Clinic. (2021). Edema. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/edema/symptoms-
causes/syc-20366493
World Health Organization. (2017). Diarrhoeal disease.
https://www.who.int/water_sanitation_health/diseases-risks/diseases/diarrhoea/en/
Darby, J. M., & Marcus, R. J. (2020). Respiratory alkalosis. StatPearls Publishing.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482155/
Jindal, A., Pandey, R., & Narang, R. (2018). Metabolic Alkalosis. In StatPearls [Internet].
StatPearls Publishing.
Laffey, J. G., & Kavanagh, B. P. (2003). Carbon dioxide and the critically ill—too little of a
good thing?. The Lancet, 362(9398), 311-312.
Garella, S., & Chang, B. S. (1998). Acid-base physiology. In Critical care clinics (Vol. 14, No. 2,
pp. 285-295). WB Saunders.
Gennari, F. J., & Weise, W. J. (2008). Acid-base disturbances in gastrointestinal disease. Clinics
in geriatric medicine, 24(3), 441-457.
Balasubramanian, S. K., Manikandan, S., & Sivakumar, R. (2015). Respiratory acidosis. Indian
journal of critical care medicine: peer-reviewed, official publication of Indian Society of
Critical Care Medicine, 19(11), 686.
Moloney, E. D., Evans, T. W., & Reid, L. M. (1999). Mixed acid-base disturbances in the
critically ill: a point prevalence study. Anaesthesia, 54(2), 166-172.
Waseem, M., Khan, F. Y., & Rauf, S. U. (2021). Respiratory Alkalosis. In StatPearls [Internet].
StatPearls Publishing.
Durward, A., Tibby, S. M., Skellett, S., Austin, T., Anderson, D., Murdoch, I. A., & Tibby, M.
(2002). The value of the pre‐exercise VCO2 measurement for predicting outcomes in
children following the fontan procedure. Anaesthesia, 57(12), 1198-1203.

Anda mungkin juga menyukai