Anda di halaman 1dari 25

MASALAH UTAMA SETIAP PEREKONOMIAN

Nazar (1994342014)
Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas
Negeri Makassar, Jl. A.P. Pettarani Makassar, Indonesia

PEMBAHASAN

Masalah ekonomi selalu menarik perhatian besar individu, atau masyarakat,


dan berbagai cara telah dilakukan pemerintah untuk memecahkan masalah tersebut.
Realitasnya kesejahteraan masyarakat masih minim terjadi, atau dengan kata lain
tingkat kemiskinan terus bertambah. Kemiskinan merupakan suatu masalah yang
terjadi di Negara kita, meskipun sudah memasuki era globalisasi namun masalah
tersebut selalu menjadi faktor penghambat kemajuan Negara ini. Permasalahan
kemiskinan ini tidak hanya terdapat di Negara berkembang saja tetapi di Negara maju
juga mempunyai masalah dengan kemiskinan. Fakta menunjukkan bahwa kemiskinan
di Negara berkembang jauh lebih besar dibandingkan dengan Negara maju, sehingga
masalah ini dianggap menjadi masalah rumit. Hal ini disebabkan Negara berkembang
pada umumnya masih mengalami persoalan keterbelakangan hampir di berbagai
bidang, misalnya dalam hal teknologi, dan kurangnya akses-akses ke sektor ekonomi.

Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas


manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi terhadap barang
dan jasa. Istilah “ekonomi” sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu (Oicos) yang
berarti “keluarga, rumah tangga” dan (nomos) yang berarti “peraturan,hukum”.
Secara garis besar ekonom diartikan sebagai “aturan rumah tangga” atau “manajemen
rumah tangga”. Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah
orang yang menggunakan konsep ekonomi dalam bekerja.

Ilmu ekonomi sering dibedakan menjadi mikro dan makro ekonomi. Mikro
ekonomi adalah bagian dari ilmu ekonomi yang berkenaan dengan kegiatan-kegiatan
ekonomi dari unit-unit individual, sebagai bagian kecil dari keseluruhan kegiatan
ekonomi. Ekonomi Makro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari
masalah ekonomi secara keseluruhan (totalitet/aggregatif). Maksud digunakannya
istilah aggegatif adalah untuk menekankan bahwa yang menjadi variabel-variabel
total, seperti : pendapatan total (nasional/masyarakat/seluruh), tabungan masyarakat,
investasi total, dan bukannya penganalisaan terperinci atas komponen-komponen
yang bersifat total itu. Alat utama ekonomi makro adalah pendapatan nasional dan
analisa pendapatan nasional. Analisa pendapatan nasional berguna untuk mengukur
secara statistik tentang besarnya pendapatan nasional.

Dua tahun berturut-turut, ekonomi dunia terus mengalami perlambatan.


Perekonomian dunia dilanda berbagai macam gejolak ekonomi seperti perang dagang
Amerika Serikat dan Tiongkok, perang geopolitik, dan perlambatan ekonomi di
berbagai negara, dan gejolak ekonomi lainnya. Di tahun 2019, perlambatan ekonomi
dunia masih terjadi, menurut IMF (2020), perekonomian dunia pada tahun 2019
tumbuh sebesar 2,9 persen atau mengalami pertumbuhan yang melambat
dibandingkan dua tahun sebelumnya yaitu 3,9 persen pada tahun 2017 dan 3,6 persen
pada tahun 2018. Nilai pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2019 ini juga dibawah
prediksi IMF pada April 2019 yang menyatakan bahwa ekonomi dunia tumbuh
sebesar 3,3 persen.

Adanya pergeseran struktural pada perekonomian global turut andil dalam


menyebabkan belum kuatnya perekonomian dunia. Banyak negara yang
memberlakukan kebijakan yang berorientasi pada domestik, meningkatnya
volatilitas arus modal dunia, semakin pesatnya perkembangan ekonomi digital,
perubahan perilaku kegiatan ekonomi terkait respon perkembangan digital dalam
ekonomi, serta terintegrasinya berbagai kebijakan yang menyatu, merupakan bentuk
pergeseran struktural yang terjadi.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di negara berkembang lebih tinggi


dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara maju. Pertumbuhan ekonomi negara
berkembang rata-rata di tahun 2017 mencapai 4,8 persen, namun melambat hingga di
tahun 2019 tercatat sebesar 3,7 persen. Kawasan Sub-Sahara Afrika mencatatkan
perlambatan ekonomi sebesar 0,2 persen poin (menjadi 3,1 persen), Kawasan Asia
melambat 0,8 persen poin (menjadi 5,5 persen), Kawasan Amerika Latin dan Karibia
melambat 1 persen poin (menjadi 0,1 persen), Kawasan Timur Tengah dan Asia
Tengah melambat 0,6 persen poin (menjadi 1,2 persen), serta Kawasan Eropa
melambat 1,1 persen poin (menjadi 2,1 persen). Dari sekian kawasan negara
berkembang, Kawasan Asia masih menjadi kawasan dengan pencapaian pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi karena didukung masih tingginya pertumbuhan ekonomi
di Tiongkok dan India.
Di dalam jangka panjang pemerintah harus menghantarkan masyarakat
indonesia kepada kemakmuran, kesejahteraan lahir dan batin serta harus menghadapi
masalah jangka panjang sperti masalah pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di dalam
jangka pendek pemerintah dituntut untuk selaludapat membantu menciptakan iklim
usaha yang kondusif / mendukung semua pihak. Sedangkan dipihak lain masih harus
menghadapi masalah-masalah ekonomi jangka pendek yang terkenal dengan istilah
“tiga penyakit pokok ekonomi”. Dan sesungguhnya keberhasilan pemerintah dalam
jangka panjang tidak terlepas dari kemampuannya menangani masalahmasalah
ekonomi jangka pendek ini.

Masalah Ekonomi Di indonesia dan Solusinya

Sekarang ini masalah perekonomian di Indonesia masih cukup banyak yang


menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Ada sekitar 6 masalah ekonomi
di Indonesia dan solusinya yang mungkin dapat dilakukan oleh pemerintah untuk
dapat memperbaiki perekonomian ke arah yang lebih baik lagi. Apa bila suatu negara
memiliki banyak masalah ekonomi sudah tentu masyarakatnya akan sulit memiliki
kesejahteraan yang tinggi. Oleh sebab itu, setiap permasalahan ekonomi yang ada
harus dapat segera diselesaikan dengan baik supaya tidak semakin merembet ke
mana-mana. Berikut ini penjelasan singkat mengenai 6 masalah ekonomi di
Indonesia dan solusinya yang penting untuk diperhatikan, seperti:

 Peranan APBN Sebagai Stimulus Ekonomi Yang Belum Optimal :


APBN ini penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, jika
jumlahnya besar tetapi belum berperan penting untuk menstimulus ekonomi maka
bisa menjadi masalah tersendiri. Solusi yang tepat ialah pemerintah harus melakukan
pengurangan pajak penghasilan dalam jumlah dan waktu tertentu kepada investor
khusus indutri pionir.
 Tingkat Pengangguran Yang Tinggi :
Pengangguran di Indonesia disebabkan karena semakin sedikitnya jumlah
lapangan pekerjaan serta disebabkan oleh pertumbuhan tingkat tenaga kerja yang
tidak diimbangi dengan pertumbuhan jumlah usaha. Solusinya adalah dengan
memberikan fasilitas yang baik di bidang fiskal, perkreditan, maupun partnership
guna menciptakan usaha yang padat karya untuk menyerap banyak tenaga kerja.
 Sumber Daya Alam Yang Belum Dikelola Dengan Baik :
Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, tetapi sangat
disayangkan belum dapat dikelola dengan maksimal seperti di sektor pertanian yang
mana pemerintah masih melakukan impor dari luar negeri. Solusinya dengan
mengelola sumber daya alam dengan teknologi canggih ramah lingkungan agar dapat
menghasilkan barang yang lebih bernilai lagi supaya dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi rakyat.
 Inflasi Yang Disebabkan Oleh Adanya Peningkatan Harga Energi Dunia :
Inflasi yang terjadi ini menyebabkan adanya kenaikan harga pangan dan juga
harga lainnya. Hal tersebut sangat berkaitan dengan kenaikan harga energi di dunia.
Solusinya dengan melakukan antisipasi di mana menikkan BI rate di bulan-bulan
terakhir yang akan dapat menekan angka inflasi akan tetapi di sisi lain akan
mempengaruhi sektor riil.
 Transmigrasi Yang Sudah Tidak Berjalan Dengan Baik Lagi :
Jika program transmigrasi tidak berjalan dengan baik pemerataan daerah pun
juga terhambat. Terlebih dengan berlakunya otonomi daerah yang seakan
menyebabkan transmigrasi menjadi mati suri. Solusi yang tepat adalah dengan
koordinasi antara pusat dengan daerah supaya masalah transmigrasi ini dapat
terselesaikan.

Masalah ekonomi yang ada di setiap negera mungkin berbeda-beda. Akan


tetapi, dengan penjelasan mengenai 6 masalah ekonomi di Indonesia dan solusinya
mungkin bisa menjadi alternatif cara untuk dapat menyelesaikan berbagai
permasalahan ekonomi yang sedang melanda suatu negara.

Masalah Perekonomian Indonesia

Di dalam jangka panjang pemerintah harus menghantarkan masyarakat


indonesia kepada kemakmuran, kesejahteraan lahir dan batin serta harus menghadapi
masalah jangka panjang sperti masalah pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di dalam
jangka pendek pemerintah dituntut untuk selaludapat membantu menciptakan iklim
usaha yang kondusif / mendukung semua pihak. Sedangkan dipihak lain masih harus
menghadapi masalah-masalah ekonomi jangka pendek yang terkenal dengan istilah
“tiga penyakit pokok ekonomi”. Dan sesungguhnya keberhasilan pemerintah dalam
jangka panjang tidak terlepas dari kemampuannya menangani masalahmasalah
ekonomi jangka pendek ini.

 Pengangguran Dan Kesempatan Kerja

Pengangguran adalah ”kesempatan yang timpang yang terjadi antara angkatan


kerja dan kesempatan kerja sehingga sebagian angkatan kerja tidak dapat melakukan
kegiatan kerja”. Pengangguran tidak hanya disebabkan karena kurangnya lowongan
pekerjaan, tetapi juga disebabkan oleh kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh
pencari kerja. Persyaratanpersyaratan yang dibutuhkan oleh dunia kerja, tidak dapat
dipenuhi oleh pencari kerja.

 Jenis-Jenis Pengangguran :

Berdasarkan kepada faktor-faktor yang menimbulkannya, pengangguran dapat


dibedakan menjadi tiga jenis: pengangguran konjungtur, pengangguran struktural, dan
pengangguran normal atau pengangguran friksional. Ketiga-tiga jenis pengangguran
ini dapat dikelompokkan sebagai pengangguran terbuka, yaitu dalam periode di mana
tenaga kerja menganggur mereka tidak melakukan sesuatupun pekerjaan. Disamping
itu di negaranegara berkembang seperti negara kita terdapat beberapa bentuk
pengangguran lain, yaitu: pengangguran tersembunyi, pengangguran bermusim, dan
setengah menganggur.

a. Pengangguran Konjungtur:
Pengangguran konjungtur atau cyclical unemployment adalah pengangguran
yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian.
Pada waktu kegiatan ekonomi mengalami kemunduran, perusahaan-perusahaan harus
mengurangi kegiatan memproduksinya. Dalam pelaksanaannya hal itu berarti jam
kerja dikurangi, sebagian mesin untuk memproduksi tidak digunakan dan sebagian
tenaga kerja diberhentikan. Dengan demikian kemunduran ekonomi akan menaikan
jumlah dan tingkat pengangguran. Tenaga kerja akan terus bertambah sebagai akibat
dari masuknya tenaga kerja baru yang diakibatkan oleh pertambahan penduduk.
Apabila kemunduran ekonomi terus berlangsung atau kegiatan perekonomian
mulai berkembang tetapi perkembangan tersebut sangat lambat dan tidak dapat
menyerap pertambahan tenaga kerja, pengangguran konjungtur akan mernjadi
bertambah serius. Ini berarti untuk mengatasi pengangguran konjungtur bukan saja
kebijakan ekonomi untuk meningkatkan kegiatan ekonomi untuk mengatasi
pengangguran yang diakibatkan oleh kemunduran kegiatan ekonomi, tetapi harus pula
berusaha untuk menyediakan kesempatan kerja untuk tenaga kerja yang baru
memasuki pasar tenaga kerja. Pengangguran konjungtur hanya dapat dikurangi atau
diatasi masalahnya apabila pertumbuhan ekonomi yang terjadi setelah kemunduran
ekonomi adalah cukup teguh dan dapat menyediakan kesempatan kerja baru yang
lebih besar dari pertambahan tenaga kerja yang terjadi.
b. Pengangguran Struktural:
Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi selalu diikuti oleh perubahan
struktur dan corak kegiatan ekonomi. Perkembangan perekonomian dalam jangka
panjang, misalnya, akan meningkatkan peranan sektor industry pengolahan dan
mengurangi kegiatan pertambangan dan pertanian. juga industri-industri rumah
tangga dan industri kecil-kecilan akan mengalami kemunduran dan digantikan oleh
kegiatan industri yang menghasilkan barang yang sama tetap: menggunakan peralatan
yang lebih canggih. Perubahan struktur dan kegiatan ekonomi sebagai akibat
perkembangan ekonomi dapat menimbulkan masalah pengangguran yang dinamakan
pengangguran struktural.

Ada dua kemungkinan yang menyebabkan pengangguran struktural: (i)


sebagai akibat dari kemerosotan permintaan, atau (ii) sebagai akibat dari semakin
canggihnya teknik memproduksi. Faktor yang kedua memungkinkan sesuatu
perusahaan menaikkan produksi dan pada waku yang sama mengurangi pekerja.
Pengangguran yang diakibatkan oleh kemajuan teknik memproduksi dinamakan
pengangguran teknologi.

Salah satu contoh dari pengangguran struktural yang diakibatkan oleh


kemerosotan permintaan adalah pengangguran yang berlaku di kalangan tukang jahit
dan tukang sepatu tradisional sebagai akibat perkembangan industri garmen dan
sepatu modern. Para konsumen lebih suka membeli baju dan sepatu yang siap-pakai,
dan tidak lagi memesan ke tukang jahit dan tukang sepatu. Mereka menghadapi
masalah kekurangan permintaan dan lebih banyak menganggur daripada bekerja.

Contoh pengangguran yang diakibatkan penggunaan mesin yang lebih


canggih, atau pengangguran teknologi, antara lain dapat dilihat di sektor
pembangunan jalan raya. Mesinmesin berat dapat digunakan untuk menyorong dan
meratakan tanah, menggali parit dan membersihkan kawasan. Penggunaan mesin-
mesin berat ini akan mengurangi tenaga manusia yang diperlukan dalam kegiatan
membangun jalan-jalan raya. Untuk menghindari pengangguran seperti ini, di
Indonesia penggunaan mesin-mesin berat untuk membangun jalan raya agak dibatasi.
Akan tetapi di Malaysia, yang menghadapi masalah kekurangan buruh yang serius,
lebih banyak mesin-mesin berat digunakan untuk menggantikan tenaga manusia.

c. Pengangguran Normal:
Apabila dalam suatu periode tertentu perekonomian terus menerus mengalami
perkembangan yang pesat, jumlah dan tingkat pengangguran akan menjadi semakin
rendah. Pada akhimya perekonomian dapat mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja
penuh, yaitu apabila pengangguran tidak melebihi dari 4 persen. Pengangguran yang
berlaku dinamakan pengangguran normal. Segolongan ahli ekonomi menggunakan
istilah pengangguran friksional (frictional unemployment) atau pengangguran mencari
(search unemployment) sebagai ganti istilah pengangguran normal.

Pengangguran normal bukanlah wujud sebagai akibat dari ketidakmampuan


mendapatkan pekerjaan. Ia berlaku sebagai akibat dari keinginan. uniuk mencari kerja
yang lebih baik. Apabila perekonomian mencapai masa bum (kemakmuran) dan
tingkat pengangguran adalah sangat rendah, para pengusaha akan menghadapi
kesulitan untuk memperoleh pekerja baru untuk lebih meningkatkan lagi kegiatan
memproduksi. Keadaan seperti ini akan menimbulkan beberapa perubahan dalam
pasaran tenaga buruh. Salah satu keadaan yang akan timbul adalah para pekeia di
kegiatan-kegiatan yang cepat berkembang akan menuntut kenaikan gaji. Disamping
itu akan didapati pula keadaan di mana segolongan tenaga kerja – buruh kasar
maupun tenaga ahli dan tenaga profesional - akan meninggalkan kerjanya yang lama
dan mencari, pekerjaan yang baru yang lebih baik masa depannya dan memberikan
pendapatan yang tinggi. Di dalam proses mencari kerja yang lebih baik tersebut
adakalanya mereka harus menganggur. Akan tetapi pengangguran ini tidak serius
karena ia bersifat sementara.

Masalah Utama Dalam Perekonomian Indonesia

Permasalahan utama dalam perekonomian Indonesia, dan harus mampu


dipecahkan secara baik oleh setiap pemerintah Indonesia agar kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat dapat tercapai, adapun permasalahan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Masalah Pertumbuhan Ekonomi
Tahun 2019 menjadi tahun yang penuh tantangan dimana perekonomian
global mengalami pertumbuhan terendah dalam 10 tahun terakhir, dimana hanya
mampu tumbuh 2,3 persen pada 2019. Pertumbuhan yang melambat ini terjadi karena
melemahnya aktivitas perdagangan dan manufaktur dunia, akibat terjadinya
perselisihan perdagangan yang berkepanjangan, antara 2 negara adidaya Amerika
Serikat dan Tiongkok. Selain itu pertumbuhan yang melambat juga disebabkan oleh
gejolak keuangan atau peningkatan ketegangan geopolitik.
Pada saat yang sama, digitalisasi ekonomi dan keuangan semakin marak,
dengan segala manfaat dan risikonya. Perekonomian global yang melambat telah
mendorong ketidakpastian di pasar keuangan dunia tetap tinggi dan memengaruhi
pola arus modal global. Secara keseluruhan, berbagai dinamika ini berdampak pada
melambatnya arus modal asing ke negara berkembang dan memberikan tekanan
kepada banyak mata uang negara berkembang. Namun di tengah ekonomi global yang
menurun, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 tetap mampu tumbuh dikisaran
angka 5 persen lebih. Keberhasilan ini merupakan hasil dari sinergi kebijakan yang
ditempuh Pemerintah, Bank Indonesia dan otoritas terkait. Kebijakan
makroprudensial yang akomodatif ditempuh untuk mendorong kredit sebagai sumber
pembiayaan.

Dalam implementasinya, sinergi kebijakan ditujukan untuk mendorong


momentum pertumbuhan ekonomi, mempertahankan stabilitas perekonomian dan
stabilitas sistem keuangan, serta memperkuat struktur perekonomian. Dalam kaitan
ini, Pemerintah pada 2019 meningkatkan stimulus kebijakan fiskal guna mendorong
pertumbuhan ekonomi, dengan tetap menjaga kesinambungan fiskal. Kebijakan
fiskal diimplementasikan melalui tiga strategi utama, yaitu memobilisasi pendapatan
dengan tetap mendukung penguatan iklim investasi, meningkatkan kualitas belanja
agar lebih efektif dan produktif untuk mendukung program prioritas, serta mendorong
efisiensi dan inovasi pembiayaan (creative financing).

Tujuan Kebijakan Moneter adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan


nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia, yang sebagaimana diubah melalui UU No. 3 Tahun 2004 dan UU
No. 6 Tahun 2009 pada pasal 7. Kestabilan rupiah yang dimaksud mempunyai dua
dimensi. Dimensi pertama kestabilan nilai rupiah adalah kestabilan terhadap harga-
harga barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan laju inflasi. Sementara itu,
dimensi kedua terkait dengan perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang
negara lain.

Dalam upaya mencapai tujuan rersebut, Bank Indonesia sejak 1 Juli 2005
menerapkan kerangka kebijakan moneter Inflation Targeting Framework (ITF).
Kerangka kebijakan tersebut dipandang sesuai dengan mandat dan aspek
kelembagaan yang diamanatkan oleh Undang-Undang. Dalam kerangka ini, inflasi
merupakan sasaran yang diutamakan (overriding objective). Bank Indonesia secara
konsisten terus melakukan berbagai penyempurnaan kerangka kebijakan moneter,
sesuai dengan perubahan dinamika dan tantangan perekonomian yang terjadi, guna
memperkuat efektivitasnya.

Pada tahun 2019, sinergi yang ditempuh Pemerintah, Bank Indonesia, dan
otoritas terkait mampu merespon dan mengarahkan kebijakan untuk mendorong
perekonomian agar dapat kembali meningkat dan mampu menahan gejolak
perekonomian dunia. Kebijakan yang diambil pemerintah mampu membuat
perekonomian Indonesia tetap tumbuh, namun pertumbuhan kredit Indonesia
terindikasi perlu terus didorong menuju kapasitas optimumnya. Dorongan tidak
hanya untuk meningkatkan level pertumbuhan ekonomi, namun juga untuk
memperpendek siklus perlambatan pertumbuhan sehingga dapat segera kembali
menuju level optimum.

Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan


dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai
masalah makroekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainya
kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.
Kemampuan yang meningkat disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu
mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah
jumlah barang modal, teknologi yang digunakan berkembang.

2. Masalah Pengangguran
Pengangguran adalah suatu kedaan dimana orang yng tergolong dalam
angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum memperolehnya. Sebagai
contoh, seorang ibu rumah tangga yang tidak ingin bekerja karen ingin mengurus
keluarganya tidak tergolong sebagai pengangguran. Seorang anak keluarga kaya yang
tidak mau bekerja karena gajinya lebih rendah dari uang suku yang yang bisa di
dapattidak tergolong sebagai pengangguran. Ibu rumah tangga dan anak keluarga
kaya tersebut dinamakan sebagai penganggran sukarela.
Faktor utama yang menimbulkan pengangguran dalah kekurangan pengeluaran
agregat. Para pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan maksut untuk mencari
keuangan. Keuangan tersebut hanya akan dapat diperoleh apabila para pengusaha
dapat menjual barang yang di produksi, kenaikan produksi akan menambah
penggunaan tenaga kerja. Dengan demikian terdapat hubungan erat antara pendapatan
nasional yang dicapai dengan penggunaan tenaga kerja yang dilakukan. Semakin
tinggi pendapatan nasional, semakin banyak penggunaan tenaga kerja dalam
perekonomian.
Salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat
adalah tingkat pendapatan, pendaatan masyarakat mencapai maksimum apabila
tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat diwujudkan. Pengangguran mengurangi
pendapatan masyarakat, ini berarti individu pengangguran menimbulkan berbagai
masalah ekonomi dan sosial kepada yang mengalami. Ketidaan pendapatan
menyebabkan para pengangguran harus mengurangi pengeluaran konsumsinya.
Disamping itu, ia dapat memberikan efek psikologis yang kuarng baik
kepadapenganggur dan keluarganya. Apabila tingkat pengangguran disuatu negara
sangat tinggi maka akan dapat mengakibatkan kekacauan politik dan sosial. Salah satu
contoh adalah penjarahan besar-besaran yang terjadi di indonesia pada tahun 1998
merupakan akibat dari tingginya tingkat pengangguran akibat banyaknya pemutusan
hubungan kerja (PHK) pada waktu tersebut.
Pengangguran atau tunakarya merupakan istilah untuk seseorang yang tidak
melakukan pekerjaan sama sekali. Dengan kata lain, pengangguran merupakan,
seseorang yang dalam angkatan kerja, yang sedang mencari pekerjaan namun belum
mendapatkan pekerjaan. Pengangguran umumnya dikarenakan jumlah angkatan kerja
tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja di suatu wilayah. Pengangguran
seringkali menjadi masalah dan selalu ada di setiap pengertian negara berkembang.
3. Masalah Kenaikan Harga-harga (Inflasi)
Permasalahn inflasi adalah masalah ekonomi yang disebabkan karena kenaikan
tingkat harga secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Secara sederhananya,
kenaikan harga ini naik dari bulan ke bula, atau dari tahun ke tahun. Karena adanya
beban seperti ini, maka perekonomian tidak dapat mencapai tujuan stabilitasnya.
Inflasi dapat menyebabkan meningkatnya rata-rata harga produksi dan jasa.
Ketika inflasi terjadi, harga dalam keadaan ini naik diatas rata-rata. Dan hanya
beberapa saja yang naik dibawah rata-rata. Karena harga naik, maka tingkat
produktivitas juga bisa meningkat bebannya, sehingga harga yang diproduksi juga
meningkat. Ketika inflasi terjadi pada salah satu jenis, maka juga dapat
mempengaruhi harga pada jenis lain.
Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang
berlaku secara umum dan dalam waktu tertentu pada suatu perekonomian. Tingkat
inflasi berbeda dari suatu periode ke periode lainnya dan berbeda pula dari satu
negara ke negara lainnya. Tingkat inflasi adakalanya rendah yaitu hanya 2-3 persen,
ada pula yang moderat 4-10 persen, atau bahkan ada yang sangat tinggi mencapai
beberapa puluh atau beberapa ratus persen atau beberapa ribu persen dalam setahun
(hyper inflation).
4. Masalah Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran
Kegiatan ekspor dan impor merupakan bagian yang penting dari Kegiatan
perekonomian suatu Negara. Istilah perekonomian terbuka berarti suatu
perekonomian itu mempunyai hubungan ekonomi dengan Negara-negara lain dan
terutama ini dilakukan dengan menjalankan Kegiatan ekspor dan impor. Disamping
itu, aliran modal untuk investasi juga berlaku diantara berbagai Negara. Sejak lama
para ekonom klasik telah menunjukkan bahwa Kegiatan perdagangan luar negeri
mempunyai sumbangan penting kepada tingkat pertumbuhan ekonomi suatu Negara.
Dengan ekspor, perusahaan dalam negeri mampu mengembangkan kegiatannya.
Kegiatan impor juga dapat member sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi.
Industri-industri dapat mengimpor mesin-mesin dan bahan mentah yang
diperlukannya.

Kinerja Perekonomian Indonesia

Sistem demokrasi yang dianut Indonesia setelah merdeka, adalah Demokrasi


Terpimpin, yaitu era dimana “politik menjadi panglima”. Presiden Soekarno
memfokuskan pembangunan pada upaya peningkatan “persatuan dan kesatuan
bangsa”. Fokus ini membuat perekonomian di Indonesia tidak tertata dengan rapi
(miss management). Sebagai akibatnya perekonomian menjadi semakin hancur.
Disebabkan oleh Politik Isolasi Nasional dan menumpuknya defisit APBN dari tahun
ke tahun sejak tahun 50-an hingga penggalan pertama tahun 1960-an, maka di tahun
1965-66 terjadi suatu krisis ekonomi nasional yang sangat merisaukan, dan
puncaknya Presiden Soekarno harus turun dari pucuk pimpinan Indonesia. Keadaan
ini telah menumbangkan Orde Lama (Demokrasi Terpimpin) dan terbentuknya Orde
Baru.

Di era pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia memfokuskan diri pada


pembangunan di “bidang perekonomian”. Ini ditandai dengan adanya grand planning
pembangunan yaitu Repelita yang dimulai tahun 1969. Pada masa ini pembangunan
perekonomian fokus pada upaya meningkatkan investasi luar negeri dan perdagangan.
Perkembangan perekonomian Indonesia secara keseluruhan terlihat mengesankan.
Secara umum, indikator makroekonomi menunjukkan perkembangan angka dan
kondisi mutakhir yang sangat baik. Tidak ada pertanda yang membuat khawatir
banyak pihak, terutama bagi pemerintah dan otoritas moneter. Indikator
makroekonomi yang dimaksud adalah: pertumbuhan ekonomi, angka inflasi, nilai
tukar rupiah, cadangan devisa dan neraca pembayaran. Data BPS menunjukkan bahwa
pada tahun 1980-an sampai tahun 1990-an perekonomian Indonesia mengalami
kenaikan pesat. Kenaikan ini sebagian besar ditopang dari kontribusi eksploitasi
sumber daya alam. Antara tahun 1985 – 1995 GDP Indonesia tumbuh 95% sementara
inflasi dapat ditekan dibawah 10%. Pertumbuhan ekonom meningkatnya karena
konsumsi masyarakat serta kegiatan investasi baik PMDN maupun PMA serta
beberapa sektor kegiatan perekonomian lainnya.

Namun di sisi lain, pertumbuhan yang tinggi ini ternyata dibarengi oleh
ketimpangan yang sangat besar antara Indonesia Bagian Barat dan Indonesia Bagian
Timur, antara perusahaan besar dan perusahaan kecil, antara perkotaan dan perdesaan,
antara kelompok etnis yang satu dengan kelompok etnis lainnya. Pembangunan
ekonomi dibarengi dengan tumbuh kembangnya KKN, dengan utang pemerintah yang
meningkat terus sampai pemerintah tidak mempunyai kekuatan dana untuk
melakukan tugas pokok dan fungsinya dalam bidang pendidikan, kesehatan,
perumahan, infrastruktur, pertahanan / keamanan dan sebagainya.
Pembangunan ekonomi selama Orde Baru juga tidak mampu menghapus
adanya ekonomi dualistik yang membuat tidak adanya hubungan sama sekali antara
ekonomi perkotaan dan perdesaan. Masing-masing bekerja sendiri-sendiri dimana
ekonomi perdesaan dan rakyat kecil tidak pernah disentuh oleh kebijakan maupun
bantuan pemerintah dalam memakmurkan mereka, Ekonomi rakyat/ekonomi
tradisional dan ekonomi modern tidak perlu diadakan dikhotomi. “Dual economy”
nya Prof. Boeke, adalah suatu kenyataan dan merupakan dua kekuatan ekonomi yang
perlu diintegrasikan menjadi sokoguru dari bangunan ekonomi nasional yang modern.

Banyak pengamat menilai bahwa terjadinya dampak krisis yang begitu besar
disebabkan karena rapuhnya fundamental perekonomian Indonesia. Sistem ekonomi
yang berlaku sekarang ini nyata-nyata telah mendorong perilaku konsumtif
masyarakat dan telah menyeret begitu jauh perekonomian nasional untuk tumbuh
secara instant. Hanya negaranegara kaya dengan perangkat kelembagaan ekonomi
politik yang mantaplah yang bisa mengeliminasikan dampak-dampak negatif dari
gelombang pergerakan finansial global ini. Pemerintahan pasca Soeharto, terutama
era Habibie (yang seterusnya dinamakan era reformasi), menjalankan program
stabilisasi makroekonomi melalui kebijakan moneter dan fiskal. Program awal
difokuskan untuk mengatasi permasalahan yang sangat mendesak pada saat krisis,
yaitu: meredam tekanan laju inflasi dan gejolak nilai tukar.

Pemerintah berupaya agar keadaan moneter menjadi stabil dengan pertanda


suku bunga yang normal dan nilai tukar rupiah yang realistis, sehingga dapat
membantu kebangkitan kembali dunia usaha. Secara bersamaan, pemerintah
melakukan berbagai langkah konsolidasi di bidang fiskal melalui peningkatan disiplin
anggaran dengan melakukan penghematan atas berbagai pengeluaran pemerintah.
Pemerintah juga terpaksa melakukan penjadwalan dan penyesuaian terhadap beberapa
proyek pembangunan. Dalam keseluruhan langkah tersebut, upaya restrukturisasi dan
penyehatan perbankan menjadi prioritas yang sangat penting. Pengeluaran biaya yang
amat besar untuk itu juga dianggap wajar.

Perbankan dan non ekonomi-rakyat‟ yang notabene menjadi penyebab krisis


berusaha „diselamatkan‟ dengan menggunakan dana trilyunan rupiah dari
sumberdaya negara yang telah sangat terbatas. Pertimbangan utamanya, stabilitas
moneter menjadi prasyarat bagi pemulihan ekonomi, dan itu memerlukan stabilitas
sistem keuangan. Stabilitas sistem keuangan mensyaratkan pembenahan sektor
perbankan, termasuk BI sebagai Bank Sentral.

Kegiatan perekonomian yang diharapkan akan bergairah dengan munculnya


rezim pernerintahan baru ternyata tidak terbukti, keadaan perekonomian yang
rnemburuk pada saat bersamaan dengan negara-negara lain seperti, Malaysia,
Thailand, Korea, Brazil, danlain-lain tidak dapat ditingkatkan, di lain pihak
perekonomian dunia, bahkan negara-negara tetangga seperti yang disebutkan di atas
telah mampu keluar dari kemelut krisis moneter namun di pihak Indonesia hal
tersebut tidak semakin membaik namun para elit dan kelompok partai-partai politik
terus saja berpacu dan bergelut dengan perebutan kekuasaan sehingga lupa pada apa
yang berhubungan dengan kondisi perekonomian masyarakat yang semakin
menimbulkan gejolak sosial, pengangguran semakin bertambah, tingkat kemiskinan
semakin besar, keluarnya investor-investor asing, pencucian uang, tingkat korupsi
semakin merajalela mulai dari tingkat desa sampai ke pemerintah pusat tidak
terkecuali para anggota legislatif yang dikenal dengan money politiknya semakin
tidak dapat dibendung sehingga menempatkan Indonesia sebagai negara paling korup
nomor 3 (tiga) di dunia dan nomor 1 (satu) di Asia.

Dampak krisis ini telah menernpatkan Indonesia sebagai negara yang


mengalami penurunan dalam GNP maupun pertumbuhan ekonomi paling parah di
dunia. Krisis moneter telah membuyarkan “buaian” Indonesia dengan GNP dan
pertumbuhan ekonomi serta pendapatan per kapita yang rnengagumkan dan cukup
“fantatis” untuk ukuran sebuah negara sedang berkembang telah hilang, kondisi
perekonomian Indonesia menjadi terpuruk yakni mengalami kemunduran.
Merosotnya kondisi perekonomian ini dalam jangka waktu yang sangat pendek
menunjukkan indikasi bahwa sendi-sendi atau fondasi perekonomian Indonesia yang
dibangun selama ini tidak memperlihatkan kekuatannya. Terbukti GNP Indonesia atas
dasar harga konstan tahun 1993 mengalami penurunan pada tahun 1998 sekitar
374.718,8 milyar dari sekitar 434.095,5 milyar, dan penurunan nilai ini hampir terjadi
di semua sektor kegiatan perekonomian.

Kondisi Pertumbuhan Ekonomi di Negara-negara Sedang Berkembang

Berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan


(subprime mortgage default) di Amerika Serikat (AS), krisis kemudian
menggelembung merusak sistem perbankan bukan hanya di AS namun meluas hingga
ke Eropa lalu ke Asia. Secara beruntun menyebabkan effect domino terhadap
solvabilitas dan likuiditas lembaga-lembaga keuangan di negara negara tersebut, yang
antara lain menyebabkan kebangkrutan ratusan bank, perusahaan sekuritas, reksadana,
dana pensiun dan asuransi. Krisis kemudian merambat ke belahan Asia terutama
negara-negara seperti Jepang, Korea, China, Singapura, Hongkong, Malaysia,
Thailand termasuk Indonesia yang kebetulan sudah lama memiliki surat-surat beharga
perusahaan-perusahaan tersebut.

Dari berbagai kritik para ahli, bahwa problem tersebut dipicu maraknya
penggelembungan harga perumahan di AS yang didorong kebijakan-kebijakan Bank
Sentral Amerika (the Fed) yang kurang pruden untuk menstabilkan sistem keuangan
sejak bertahuntahun. Kondisi ini didorong oleh keinginan untuk memelihara
permintaan properti perumahan agar tetap tinggi, maka bank-bank di Amerika Serikat
banyak mengucurkan kredit perumahan terutama bagi kalangan berpenghasilan
rendah yang tidak memiliki kapasitas keuangan yang memadai (ninja loan yaitu
pinjaman terhadap nasabah yang no income, no job, & no asset).

Kredit perumahan ini kemudian disekuritisasi secara hibrid agar lebih menarik
bagi investor yang terdiri dari bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana pensiun
dan asuransi. Celakanya, banyak kredit tak terbayar dalam jumlah besar dan merata.
Akibatnya, bank-bank kesulitan untuk membayar dan investor dengan cepat menarik
dananya dari produk-produk perbankan disaat harga masih tinggi sehingga hal ini
memacetkan perputaran uang di pasar hipotik. Hal ini menyebabkan pula struktur
pasar uang yang produknya saling terkait satu sama lain menjadi terganggu. Termasuk
juga jaminan obligasi utang (collaterlaised debt obligation/CDO) sebagai bentuk
investasi kolektif dari sub-prime mortgage.

Lehman Brothers mengumumkan kerugian bertahap sebelum akhirnya


bangkrut. Pada 16 Juni 2008, perusahan itu mengumumkan kerugian senilai 2,8 miliar
dolar AS untuk paruh ke-dua 2008. Dilanjutkan dengan kerugian sebesar 3,9 miliar
dolar AS pada paruh ke-tiga 2008 (10 September) dan berujung pada pengumuman
kepailitannya pada 15 September 2008. Keguncangan serupa juga dialami secara
hampir bersamaan oleh Merryl Linch, Citigroup, AIG dan berbagai lembaga
keuangan besar lain.
Permasalahan – permasalahan Pertumbuhan Ekonomi Yang di Hadapi

Indonesia termasuk salah satu negara berkembang. Seperti juga negara


berkembang lainnya, Indonesia menghadapi masalah ekonomi yang sama.
Kemiskinan terjadi di manamana, jumlah pengangguran meningkat, tingkat
kecerdasan masyarakat masih rendah, dan distribusi pendapatan tidak merata. Di kota
besar seperti Jakarta, keadaan seperti ini sudah menjadi pemandangan umum. Banyak
orang yang hidup kurang beruntung terpaksa hidup sebagai pemulung sampah. Oleh
karena pendapatan yang diperoleh sangat rendah, anaknya tidak dapat disekolahkan
sehingga tingkat kecerdasan anak tersebut tidak berkembang.

Hal ini juga menimbulkan kesenjangan ekonomi yang tajam antara orang
yang berpenghasilan tinggi dan orang yang berpenghasilan rendah.

a. Masalah Ekonomi di Negara Berkembang :


Kemiskinan Kemiskinan merupakan perwujudan keadaan serta kekurangan.
Setiap negara memilik ukuran batas kemiskinan yang berbeda dengan negara lain.
Pemerintah Indonesia memberikan perhatian serius dalam menanggulangi masalah
kemiskinan yang dialami masyarakat. Dari tahun ke tahun pemerintah terus berupaya
menurunkan jumlah dan persentase penduduk miskin dengan berbagai cara, antara
lain subsidi silang. Subsidi silang yang dilakukan pemerintah yaitu dengan
menetapkan harga BBM untuk minyak tanah lebih rendah daripada bensin. Subsidi
untuk bensin sedikit demi sedikit dikurangi dan nantinya dihilangkan sama sekali.
Subsidi untuk minyak tanah masih dipertahankan agar masyarakat berpenghasilan
rendah mampu membeli minyak tanah.
b. Masalah Ekonomi di Negara Berkembang :
Keterbelakangan Masalah keterbelakangan sangat berhubungan dengan
masalah kualitas sumber daya manusia. Disamping itu, masalah keterlebakangan
sangat erat hubungannya dengan rendahnya tingkat kemajuan dan pelayanan
kesehatan, kurang terpeliharanya fasilatasfasilitas umum, dan rendahnya disiplin
masyarakat. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, pemerintahan Indonesia
berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, misalnya dengan
meningkatkan mutu pendidikan nasional. Persentase alokasi dana untuk pendidikan
pada anggaran APBN setiap tahunnya ditingkatkan. Hal ini dimaksudkan untuk
membantu sekolah yang kekurangan sarana dan prasarana belajar, seperti gedung
sekolah yang rusak, buku-buku pelajaran yang kurang dan murid-murid yang
memerlukan bantuan biaya sekolah.
c. Masalah Ekonomi di Negara Berkembang :
Pengangguran Masalah lain yang dihadapi negara berkembang dalam
pembangunan ekonomi adalah masalah keterbatasan lapangan pekerjaan. Masalah
pengangguran timbul karena ada ketimpangan antara jumlah angkatan kerja dan
jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Hal ini biasa terjadi karena negara yang
bersangkutan sedang mengalami masa transisi perubahan struktur ekonomi dari
negara agraris menjadi negara industry. Negara berkembang memiliki pertumbuhan
penduduk lebih cepat daripada pertumbuhan kesempatan kerja. Untuk mengatasi
masalah pengangguran, pemerintahan melakukan pelatihan kerja sehingga tenaga
kerja memiliki keahlian sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia. Pelatihan kerja
biasanya diselenggarakan oleh balai latihan kerja (BLK). Melalui program ini
diharapkan peserta pelatihan dapat mengembangkan bakat dan keahlian untuk bekerja
atau bahkan membuka usaha sendiri.
d. Masalah Ekonomi di Negara Berkembang :
Kekurangan Modal Kekurangan modal adalah satu cirri setiap negara yang
sedang mengalami proses pembangunan ekonomi. Kekurangan modal tidak hanya
menghambat percepatan pembangunan, tetapi juga menyebabkan kesukaran negara
tersebut keluar dari kemiskinan. Perkembangan zaman dan modernisasi
perekonomian memerlukan modal yang besar. Negara berkembang mengalami
kesulitan yang sama, yaitu kekurangan modal. Hal ini disebabkan tingkat tabungan
dan tingkat pembentukan modal yang rendah. Untuk mengatasi kekurangan modal,
pemerintah menarik investor, baik dari dalam maupun luar negeri. Misalnya BUMN
menawarkan saham kepada investor agar bersedia bekerjasama. Dengan
meningkatkan investasi, diharapkan tabungan permintahan juga meningkat. Jika
tabungan pemerintah meningkat, modal yang dikumpulkan pun akan lebih banyak.
e. Masalah Ekonomi di Negara Berkembang :
Ketidakmerataan hasil pembangunan Masalah lain yang dihadapi negara
berkembang adalah melaksanakan pembangunan ekonomi adalah masalah pemerataan
pendapatan. Contohnya di Indonesia, perekonomian terkonsentrasi di kota-kota besar,
terutama di pulau jawa. Sementara itu, dilihat dari hak penguasaan sector industry,
perekonomian didominasi oleh kurang lebih 200 konglomerat. Hal ini disebabkan
sistem perekonomian yang terlau terpusat kepada negara sehingga potensi daerah
kurang diperhatikan.
Melalui perubahan sistem perundang-undangan pemerintah Indonesia mulai
memperbaiki sistem perekonomian negara. Sistem perundang-undangan yang
memihak praktik monopoli mulai dihapus. Di samping itu, untuk mengurangi
kesenjangan pembangunan antara pemerintah pusat dan daerah, diberlakukan undang-
undang otonomi daerah. Daerah diberi kebebasan untuk mengembangkan potensi dan
pemerintah pusat tidak lagi terlalu campur tangan dalam urusan rumah tangga
pemerintah daerah.
Prngaruh Faktor-faktor Ekonomi Terhadap Inflasi Di Indonesia
Pengendalian tingkat inflasi atau menjaga kestabilan harga merupakan salah
satu masalah utama makroekonomi, disamping beberapa masalah makroekonomi
penting lainnya seperti mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
mengatasi masalah pengangguran, menjaga keseimbangan neraca pembayaran dan
pendistribusian pendapatan yang adil dan merata. Sebagai indikator perekonomian
yang sangat penting, fenomena inflasi telah banyak mendapat perhatian para ahli
ekonomi. Setiap kali ada gejolak sosial, politik dan ekonomi di dalam maupun di luar
negeri, masyarakat selalu mengaitkan dengan masalah inflasi. Stabilitas ekonomi
suatu negara di antaranya tercermin dari adanya stabilitas harga, dalam arti tidak
terdapat gejolak harga yang besar yang dapat merugikan masyarakat, baik konsumen
maupun produsen yang akan merusak sendi-sendi perekonomian.
Pengendalian inflasi sangat penting menjadi salah satu perhatian pemerintah
karena beberapa alasan Pertama, inflasi memperburuk distribusi pendapatan (menjadi
tidak seimbang). Kedua, inflasi menyebabkan berkurangnya tabungan domestik yang
merupakan sumber dana investasi bagi negara-negara berkembang. Ketiga, inflasi
mengakibatkan terjadinya defisit neraca perdagangan serta meningkatkan besarnya
utang luar negeri. Keempat, inflasi dapat menimbulkan ketidakstabilan politik.
Tingkat inflasi yang rendah dan stabil akan menjadi stimulator bagi
pertumbuhan ekonomi. Laju inflasi yang terkendali akan menambah keuntungan
pengusaha, pertambahan keuntungan akan menggalakkan investasi di masa datang
dan pada akhirnya akan mempercepat terciptanya pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya
tingkat inflasi yang tinggi akan berdampak negatif pada perekonomian yang
selanjutnya dapat mengganggu kestabilan sosial dan politik. Dampak negatif pada
perekonomian diantaranya mengurangi kegairahan penanam modal, tidak terjadinya
pertumbuhan ekonomi, memperburuk distribusi pendapatan dan mengurangi daya beli
masyarakat. Oleh karena itu perlu diupayakan jangan sampai penyakit ekonomi itu
menjadi penghambat jalannya roda pembangunan.
Menurut Lerner (Gunawan, 1995), inflasi adalah keadaan dimana terjadi
kelebihan permintaan (excess demand) terhadap barang dan jasa secara keseluruhan.
Sedangkan menurut Sukirno (1998), inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-
harga yang berlaku secara umum dalam suatu perekonomian. Sementara itu Mankiw
(2000) menyatakan bahwa inflasi merupakan peningkatan dalam seluruh tingkat
harga. Hampir semua negara, menjaga inflasi agar tetap rendah dan stabil adalah tugas
bank sentral. Tingkat inflasi yang rendah dan stabil, akan tercipta pertumbuhan
ekonomi yang diharapkan, perluasan lapangan kerja, dan ketersediaan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sejumlah teori telah dikembangkan untuk menjelaskan gejala inflasi. Menurut
pandangan monetaris penyebab utama inflasi adalah kelebihan penawaran uang
dibandingkan yang diminta oleh masyarakat. Sedangkan golongan non monetaris,
yaitu keynesian, tidak menyangkal pendapat pandangan monetaris tetapi
menambahkan bahwa tanpa ekspansi uang beredar, kelebihan permintaan agregat
dapat saja terjadi jika terjadi kenaikan pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran
pemerintah atau ekspor netto. Dengan demikian inflasi dapat disebabkan oleh
faktorfaktor moneter dan non moneter (Gunawan, 1995). Selanjutnya pandangan
tentang inflasi disempurnakan dengan munculnya teori ekspektasi, yang
mengungkapkan bahwa para pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi
berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional.
Berdasarkan beberapa teori dasar tentang inflasi tersebut berbagai penelitian
mengenai inflasi telah dilakukan di banyak negara, baik di negara maju maupun di
negara berkembang. Jika diklasifikasikan secara umum maka inflasi dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat berasal sisi
permintaan (demand-side inflation), inflasi yang berasal dari sisi penawaran (supply-
side inflation) atau kombinasi dari keduanya (demand-supply inflation). Dari sisi
penawaran penyebab inflasi misalnya adalah karena kenaikan upah (wage cost push
inflation) dan kenaikan harga barang-barang impor (import cost inflation). Sementara
itu, dari sisi permintaan disebabkan oleh kenaikan permintaan yang tidak diimbangi
oleh penawaran (demand pull inflation).
Inflasi yang terkendali akan menciptakan kestabilan sehingga dapat
memberikan kontribusi positif bagi perekonomian, walaupun kadang-kadang terjadi
trade off antara pengendalian inflasi dengan beberapa variabel ekonomi lainnya
seperti pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. Di sisi lain, dinamisnya
perkembangan ekonomi yang terjadi, serta belum konsistennya hasil penelitian
mengenai perilaku inflasi, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang,
menunjukkan bahwa penelitian mengenai variabel yang mempengaruhi inflasi ini
tetap penting untuk dilakukan di Indonesia Penelitian ini akan difokuskan pada inflasi
dari sisi permintaan (demand side inflation), yaitu inflasi yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang menggeser permintaan agregat sehingga tercipta kelebihan
permintaan (excess demand), yang merupakan inflationary gap dan dapat menekan
harga untuk naik.
Peningkatan permintaan agregat pada situasi produksi telah mencapai
kapasitas penuh (full employment) dan akan menyebabkan terjadinya kelebihan
permintaan pada pasar barang dan jasa, sehingga harga barang dan jasa akan
meningkat. Dari uraian di atas dapat diambil pokok permasalahannya yaitu: faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi inflasi di Indonesia. Tujuan yang hendak dicapai
dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor ekonomi yang
mempengaruhi inflasi di Indonesia.
KESIMPULAN
Masalah ekonomi selalu menarik perhatian besar individu, atau masyarakat,
dan berbagai cara telah dilakukan pemerintah untuk memecahkan masalah tersebut.
Realitasnya kesejahteraan masyarakat masih minim terjadi, atau dengan kata lain
tingkat kemiskinan terus bertambah. Kemiskinan merupakan suatu masalah yang
terjadi di Negara kita, meskipun sudah memasuki era globalisasi namun masalah
tersebut selalu menjadi faktor penghambat kemajuan Negara ini. Permasalahan
kemiskinan ini tidak hanya terdapat di Negara berkembang saja tetapi di Negara maju
juga mempunyai masalah dengan kemiskinan.

Permasalahan utama dalam perekonomian Indonesia, dan harus mampu


dipecahkan secara baik oleh setiap pemerintah Indonesia agar kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat dapat tercapai, adapun permasalahan tersebut adalah masalh
pertumbuhanekonomi, masalah pengangguran, masalah kenaikan harga-harga dan
masalah neraca perdagangan dan neraca pembayaran.

Di dalam jangka panjang pemerintah harus menghantarkan masyarakat


indonesia kepada kemakmuran, kesejahteraan lahir dan batin serta harus menghadapi
masalah jangka panjang sperti masalah pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di dalam
jangka pendek pemerintah dituntut untuk selaludapat membantu menciptakan iklim
usaha yang kondusif / mendukung semua pihak
DAFTARPUSTAKA

Banurea, S. (2021). Jurnal Ekonomi Indonesia Dan Permasalahannya. Balikpapan.

Didu, S. (2016). Pengaruh Jumlah Penduduk Pendidikan Dan Pertumbuhan Ekonomi


Terhadap Kemiskinan.

Jurnal Masalah Perekonomian Indonesia. (n.d.).

Lubis, D. S. (n.d.). Jurnal Analisis Pengaruh Inflasi Dan Pertumbuhan Ekonomi


Terhadap Pengangguran.

Megasari, H. (2013). Jurnal Analisis Perekonomian Dan Kemiskinan Di Indonesia.

Nasution, Z. (2014). Jurnal Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan.

Soleh, A. (2017). Jurnal Masalah Ketenagkerjaan Dan Pengangguran Di Indonesia.


PROFIL PENULIS

Penulis atas nama Nazar, lahir pada tanggal 20


November 1998 di Kabupaten pasangkayu, Sulawesi
Barat, anak dari pasangan suami istri bapak Mursalim
dan ibu Hamsinar, penulis merupakan anak bungsu dari
tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan pada tahun
2006 di SDN Impres Kasoloang dan memperoleh ijazah
sekolah dasar pada tahun 2011. Dan Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan Sekolah Menegah Pertama
(SMP) pada tahun yang sama, dan lulus serta memperoleh ijazah (SMP) pada tahun
2014 dan kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
dan lulus pada tahun 2017. Dan pada tahun 2018 penulis sempat terhenti dalam
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, namun pada tahun 2018 tersebut penulis
sempat mengikuti pemilihan duta wisata Kabupaten Pasangkayu dan menjadi
keluarga besar Ikatan Duta Wisata Kabupaten Pasangkayu pada periode tahun 2018.
Dan pada tahun 2019 kemudian penulis menempuh pendidikan perguruan tinggi di
Universitas Negeri Makassar (UNM) dan mengambil Program Studi Pendidikan
Ekonomi S1.
DATA PENGIRIMAN DAN PENGAJUAN HKI

Nama Lengkap : Nazar


Alamat : Jl. Trans Sulawesi, Dusun Binoli
Desa/Kec : Desa Kasoloang, Kec. Bambaiara
Kab/Kota : Kabupaten Mamuju Utara, Kota Pasangkayu
Provinsi : Sulawesi Barat
Kode Pos : 91574
Email : nazaralmurham@gmail.com
Hp.Aktif : 082394802197

FOTO KTP

TTD DIATAS MATERAI

Anda mungkin juga menyukai