Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN PRODUKSI KERAJINAN SEBAGAI UPAYA

MENDUKUNG PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN


Nurainun Hr (1902070024), Yunita Ramadhani(2002070024), Muhammad Fadly
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara e-
mail: nurainunhr070720@gmail .com

ABSTRACT

The research is aimed at finding the dominan factors do develop the small-scale industry as an effort
to the poor program to empower the society. By using the methodology participation action researh
(PAR) involving the active participation of the society, Especially to the small craftsment to clarify the
problems and how find the solution. The collecting is done by using the method of simple random
sampling against 100 respondents sample of the small-scale industrial housholds. The result of the
survey shows that skill factor and the marketing factor belong to the core variable. Which each of them
has the higest elasticity against the product to the amount of 0.4147 or 41,47% and 0.2517 or 25,17%.
Accordingly, the recomendation to develop the small-scale industry as reflected on the increasing
product, it is hoped to give priority to the skill factor and marketing factor then to the capital factor or
other factor.
Keywords: skill, marketing and capital factor to develop the small craftsment solution.

PENDAHULUAN masyarakat agar mampu ke luar dari lingkaran


kemiskinan serta lebih berkembang secara mandiri.
Latar Belakang Penelitian
Secara teoritis, semakin banyak program pe-
Tujuan akhir program pembangunan adalah nanggulangan kemiskinan akan menjadikan jumlah orang
peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang antara lain miskin dapat ditekan seminimal mungkin. Sistem
terefleksi pada peningkatan pendapatan masya- rakat dan pemerintah desentralisasi dan otonomi daerah,
ketersediaan kebutuhan dasar bagi masya- rakat. Dalam semestinya juga memungkinkan pelayanan kepada
rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat miskin semakin cepat dan sesuai dengan
masyarakat tersebut, Pemerintah telah menetapkan kebutuhan masyarakat. Tetapi sayangnya, dari sejumlah
sasaran-sasaran indikator ekono- mi makro yang menjadi hasil penelitian tentang berbagai program pengentasan
arah strategi pelaksanaan kebijakan dalam tahun 2008 kemiskinan termasuk bantuan langsung tunai (BLT),
sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah ternyata hasilnya sama saja dengan kondisi sebelum
(RKP) tahun 2008, yaitu: (i) percepatan pertumbuhan digulirkannya program pengentasan kemiskinan.
ekonomi; (ii) pen- ciptaan lapangan pekerjaan; dan (iii) Padahal, dananya sudah habis untuk program tersebut,
penanggu- langan kemiskinan. tetapi jumlah orang miskin masih tetap saja tinggi.
Penetapan program pengentasan kemiskinan Karena itu, upaya program pengentasan kemiskinan harus
diupayakan sejalan dengan komitmen pemerintah untuk dapat dilak- sanakan oleh pemerintah dan masyarakat
merealisasikan program millennium develop- ment setempat sesuai dengan kondisi daerah yang
goals (MDGs). Karena itu, pelaksanaan program bersangkutan, misalkan melalui salah satu model
tersebut dilakukan agar berbagai kebijakan dan program pendekatan gerakan pembangunan ekonomi rumah tangga.
pemerintah yang lain secara langsung dapat menyentuh Industri kecil kerajinan pada hakekatnya adalah
lapisan bawah. Artinya, pelak- sanaan program tersebut pembangunan suatu sistem yang mempunyai daya hidup
tidak hanya diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan mampu berkembang secara mandiri serta mengakar
melalui berbagai kesempatan berusaha saja, melainkan pada struktur ekonomi dan struktur masyarakat. Pada
juga untuk memberikan akses yang lebih luas bagi saat ini, berbagai upaya pening- katan produktivitas dan
seluruh akses usaha mikro, kecil, dan

1
menengah (UMKM) termasuk industri kecil kerajinan “buffer” untuk pengentasan kemiskinan dan
(IKK) semakin penting peranannya dalam men- dukung pengangguran. Sayangnya, berbagai penelitian
program pengentasan kemiskinan dan pengangguran di sebelumnya menjelaskan bahwa keberadaan usaha jenis ini
Indonesia. Karena, harapan besar bahwa pertumbuhan selain fungsi dan perannya sangat penting, tetapi
yang pesat dari sektor industri modern akan dapat keberadaanya masih banyak menghadapi masalah dan
sebagai sumber pendapatan serta mampu menyelesaikan hambatan baik secara internal maupun eksternal. Berbagai
masalah kemiskinan dan pengangguran secara tuntas masalah dan hambatan tersebut berdampak pada hasil
ternyata masih berada pada rentang perjalanan yang produksi menjadi tetap rendah. Padahal, rendahnya
panjang dan melelahkan. tingkat produksi ber- dampak pada rendahnya
Pentingnya pengembangan IKK itu secara asasi tidak pendapatan dan keun- tungan, yang pada akhirnya
terlepas dari data empiris ataupun berbagai aspek bermuara pada tetap rendahnya kesejahteraan
nalariah yang melatarbelakanginya. Secara empiris, masyarakat. Karena itu, upaya pengembangan terhadap
ketika terjadi krisis ekonomi sejak Juli 1997 hingga kini usaha ini adalah semakin mutlak untuk dilakukan.
keberadaan ekonomi rakyat khususnya jenis UMKM Problematikanya adalah; masalah apa saja yang harus
dan IKK telah banyak membantu mengatasi masalah ditingkatkan untuk pengembangan produksi dalam usaha
pengangguran termasuk yang terkena PHK. Dalam ini? Bagaimana model pengembangan produksi dan
GBHN 1999-2004 dan RPJM 2005-2009 telah strategi yang harus dilakukan dalam usaha tersebut agar
memberikan petunjuk bahwa ekonomi rakyat termasuk keberadaanya mampu mendukung program pengentasan
IKK rumah tangga dan koperasi serta usaha kecil lainnya, kemiskinan?
perlu lebih dibina menjadi usaha yang semakin efisien
dan mampu berkembang mandiri untuk meningkatkan Tujuan Penelitian
penda- patan masyarakat, membuka lapangan kerja dan
berusaha, serta makin mampu meningkatkan pera- Sesuai dengan latar belakang dan pokok
nannya dalam menyediakan barang dan jasa dalam penelitian di atas, serta berdasarkan data potensi daerah
berbagai komponen baik untuk keperluan pasar dalam dalam penelitian ini tulisan ini secara umum bertujuan
negeri maupun luar negeri. untuk mengkaji dan sekaligus menganalisis tentang berbagai
hal sebagai berikut.
Pokok Masalah Penelitian 1) Faktor yang paling dominan dapat meningkatan
kapasitas produksi sebagai upaya pengentasan
Program pengentasan kemiskinan akan dapat kemiskinan.
berhasil lebih baik jika dapat dilakukan melalui salah satu
2) Model dan strategi yang mungkin dan harus
upaya pemberdayaan dan pengembangan ekonomi
dilakukan sebagai upaya untuk mendukung program
rakyat yang sesuai dengan kondisi serta karakteristik
kebijakan pengentasan kemiskinan.
daerah setempat. Dalam hal ini, tujuan program dan
masalah kemiskinan yang dihadapi oleh si miskin di daerah Artikel ini dihrapkan secara teoritis berorienasi
setempat harus sinkron. Artinya, keterlibatan mayarakat untuk pengembangan model dasar dan strategi
miskin setempat melalui kreativitas manajerial pengembangan usaha. Sedangkan, secara empiris praktis
(perencanaan, pelaksanaan, pengembangan/pengendalian dapat sebagai informasi khsusnya bagi para perajin dan
hingga evaluasi serta monitoring) merupakan keharusan. pemerintah dalam kaitanya melakukan kebijakan
penanggulangan kemiskinan yang seder - hana melalui
Salah satu bentuk program aktualisasi ekonomi rakyat
model pengembangan usaha produktif, sederhana dan dapat
yang sesuai untuk progam pengentasan kemiskinan
dilakukan oleh masyarakat.
adalah jenis UMKM termasuk IKK. Jenis usaha ini
merupakan perwujudan konkret ekonomi rakyat yang
mampu bertumpu pada kekuatan sendiri, terdesentralisasi,
beragam, serta mampu menjadi

2
LANDASAN TEORI dan semakin melebarnya perbedaan antarpelaku ekonomi
Penelitian Sebelumnya (pengusaha besar dengan usaha UMKM).
Belajar dari kelemahan pendekatan pada generasi
Sebenarnya faktor apa yang menyebabkan pertama, pendekatan pembangunan gene- rasi kedua mulai
kemiskinan di Indonensia masih tetap tinggi? Fadjri menggunakan keuangan mikro sebagai metode
(2002:31) mengatakan bahwa kondisi ini disebabkan karena utamanya. Kontribusi dari pende- katan generasi kedua
pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak berkualitas ini yakni melalui; (1) diversifikasi pelaku utama
kemudian disusul dengan keguncangan krisis ekonomi pembangunan; (2) pem- biayaan pembangunan yang
yang sangat besar pada tahun 1997. Sedangkan, hasil menggunakan sumber- sumber keuangan dari masyarakat
penelitian Tarumingkeng dan Coto (dalam Yustika, 2005: sendiri ; (3) pendekatan pembangunan yang memiliki
34) dengan menggunakan analisis model Rostow, potensi untuk berlanjut (sustainable). Selanjutnya,
ditekankan bahwa pada pergeseran aggregate supply lembaga keuangan mikro ini menurut hasil penelitian
yang disebabkan oleh meningkatnya produksi, khususnya Budiantoro, (2003:1) berfungsi memberikan dukung- an
produksi per efektif tenaga kerja (y). Di mana faktor y modal bagi pengembangan produksi pengusaha mikro
sangat tergantung kepada kapital per efektif tenaga kerja. untuk meningkatkan usahanya.
Secara matematis, model tersebut dapat ditulis Y = ƒ (k),
sedangkan k dipengruhi oleh investasi dan jumlah Berdasarkan penelitian dasar sebelumnya, industri
penduduk. kecil kerajinan bambu (IKK) secara umum memiliki ciri-
ciri sebagi berikut.
Berbagai hasil penelitian (Sumodiningrat, 2003;
Krisnamurti, 2003; Brata, 2003; Prasetyo, 2008) 1) Berbentuk industri rumah tangga dengan tenaga kerja
menjelaskan bahwa peran dan fungsi keberadaan sebagian besar kurang dari 10 orang, dan sebagian
ekonomi rakyat termasuk UMKM dan IKK sangat besar jumlah tenaga kerjanya meru- pakan tenaga
penting, karena mampu mengurangi masalah kerja keluarga sendiri yang tidak dibayar.
kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan distri- busi 2) Teknologi produksi yang digunakan masih bersifat
pendapatan serta arus urbanisasi berlebih. Dengan tradisional dan sangat sederhana serta banyak
begitu, setiap upaya penanggulangan kemiskinan dan menggunakan tangan.
pemberdayan ekonomi rakyat (tidak dapat tidak) harus 3) Bahan baku dasar produksi umumnya hanya didapat
dikaitkan dengan kegiatan ekonomi yang dapat dari daerah pedesaan sendiri dan sekitarnya.
dikerjakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Selain
4) Pemasaran hasil produksi masih banyak yang hanya
itu, hasil penelitian Ismail (2003:5) dalam Yustika
berorientasi lokal saja, tanpa promosi dan sebagian
(2005:46) menyebutkan bahwa proses pembangunan
besar juga berupa pesanan.
ekonomi di Indonesia sebenarnya berjalan seperti banyak
negara berkem- bang lainnya, yakni meyikapi persoalan 5) Pada awalnya IKK ini merupakan kerja
kemiskinan dengan ekonomi rakyat (UKM), dan melihat sampingan, selain bertani dan berladang secara turun
sebagai keadaan sementra yang secara otomatis menghilang temurun.
melalui proses trickle down effect. Dengan demikian, keberadaan IKK di daerah
Selanjutnya, model dasar ini disebut sebagai model sampel ini lebih tepat dapat digolongkan ke dalam
pendekatan generasi pertama yang mampu industri kecil rumah tangga (IKRT), karena selain
meningkatkan berbagai indikator sosial secara batasan di atas, proses kerjanya dikerjakan secara rajin,
signifikan. Namun, harus diakui pula bahwa pende- teliti dan rutin serta banyak menggunakan tangan dan
katan ini telah menimbulkan berbagai persoalan seperti; peralatan yang tradisional dan tenaga kerjanya sebagian
berkurangnya sikap kemandirian dan lemahnya modal besar hanya tenaga kerja keluarga (ayah, ibu,anak dan
sosial yang dimiliki masyarakat, serta tidak dapat menantu) tanpa upah. Selain itu, tempat usahanya
diselesaikannya akar masalah penyebab kemiskinan kebanyakan hanya dilakukan di dalam rumahnya sendiri.
(ketimpangan distribusi penda- patan dan akses terhadap Namun begitu,
sumber daya ekonomi),

3
misi utamanya yang terus berkembang secara rutin (produksi). Tuntutan menggunakan manajemen
adalah tetap diupayakan untuk dapat menambah konvensional baru dapat dilakukan jika para pelaku
produksi dan pendapatan keluarga. Dalam pengusaha kecil (perajin bambu) memiliki kemampuan
perkembangannya sampai sekarang, keberadaan usaha dan ketrampilan (managerial skill) yang memadahi pula,
IKK ini telah banyak yang telah dijadikan sebagai mata (Prasetyo, 2002; 2008).
pencaharian pokok mereka.
Pada dasarnya UMKM termasuk IKK mem-
Keberadaan UMKM termasuk IKK sebagai usaha punyai banyak fungsi: misalkan fungsi sosial yakni;
yang produktif telah mendominasi lebih dari 99% dalam selain dapat mengurangi kemiskinan juga dapat
struktur perekonomian Indonesia, (Anoraga, 2002; memperluas lapangan pekerjaan dan kesempatan
Tambunan, 2002; Kuncoro, 2003; Prasetyo, 2008). berusaha serta meningkatkan pendapatan. Fungsi
Berbagai pihak telah mengakui pentingnya peranan dan ekonomi yakni; mampu memanfaatkan sumber daya alam
fungsi UMKM ini dalam perekonomian nasional, dan meningkatkan pendapatan daerah atau negara serta
terutama dalam aspek- aspek seperti, peningkatan menghemat devisa. Fungsi budaya; dapat meningkatkan
kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, ketrampilan masyarakat serta mencerdaskan rakyat
pembangunan ekonomi pedesaan dan peningkatan dalam melestarikan budaya bangsa. Fungsi ketahanan
ekspor nonmigas serta termmasuk mampu mengurangi nasional yakni dapat meningkatkan keuletan dan
kemiskinan, (Anoraga, 2002; Tambunan, 2002; Prasetyo, ketangguhan, memupuk kepribadian dan kemampuan serta
2008). Namun, di sisi lain, sektor UMKM ini dianggap menumbuhkan kepercayaan diri sendiri dan kepribadian.
masih banyak menghadapi masalah termasuk masalah
Anehnya selain banyak fungsi dan manfaatnya,
produksi, permodalan, pemasaran dan manajemen
keberadaan UMKM juga masih mengandung berbagai
administrasi, sehingga bank dan lembaga keuangan sendiri
masalah mendasar yang perlu segera dikaji dan diatasi.
kurang tertarik untuk membiayai sektor ini. Berbagai
Selain masalah mendasar di bidang manajemen,
permasalah pokok yang lebih mendasar tentu masih
pengusaha kecil (termasuk IKK) juga menghadapi
banyak jika kita masih mau dan mampu menggalihnya
masalah; pemasaran, sumber daya manusia, permodalan,
secara lebih teliti dan sabar.
kemitraan serta masalah - masalah sosial, ekonomi, politik
Permasalahan mendasar dalam bidang mena- jemen dan budaya lainnya, (Anoraga,2002; Tambunan, 2002;
bagi pengusaha kecil pada berbagai sektor usaha secara Kuncoro, 2003;
umum adalah kekurangmampuan pengusaha Prasetyo, 2008).
menentukan pola manajemen yang sesuai dengan
Masalah pemasaran oleh banyak pengusaha sering
kebutuhan dan tahap perkembangan usaha (Anoraga, 2002).
dianggap sebagai aspek yang paling penting. Menurut
Hal ini penting, karena setiap periode tahap perkembangan
Prasetyo, (2008) bahwa kemampuan produksi tanpa
usaha akan menuntut tingkat pengelolaan usaha yang
diimbangi kemampuan pemasaran produk yang baik
berbeda. Pada awal perkembangan usaha dan skala usaha
adalah suatu “kehancuran”. Dengan kata lain, adanya
produksi masih relatif kecil, gaya manajemen keluarga
faktor pemasaran yang baik permasalahan yang lain
yang sederhana juga masih mendominasi, sehingga
seperti modal usaha dan tenaga kerja juga akan semakin
mengarah kepemusatan pengelolaan hanya pada
baik. Dengan pemasaran yang baik modal usaha dapat
seseorang (one man show) sebagai kepala keluarga
bertambah dengan sendirinya, tanpa pinjam dari pihak lain.
mungkin masih akan tetap relevan.
Oleh karena itu, masalah pemasaran hasil produksi sering
Sejalan dengan perkembangan dan lingkungan usaha dianggap sebagai masalah yang paling utama diantara
(baik intern maupun ekstern), maka gaya manajemen masalah-masalah lainnya.
konvensional tidak dapat dipaksakan begitu saja, karena
Masalah permodalan pada dasarnya meru- pakan
pemaksaan hal tersebut justru akan dapat menjadi
masalah utama tetapi pada usaha kecil sering dianggap
pangkal munculnya berbagai masalah baru. Dengan
bukan yang paling pertama, karena modal usaha kecil juga
demikian, pengusaha kecil dituntut harus selalu dinamis
sedikit. Masalah sering dijumpai dan dirasakan
dalam menerapan manajemen sesuai dengan
kekurangan modal pada dasarnya
perkembangan usaha

4
merupakan masalah derevatif dari akibat masih fasilitator, badan ini mampu menjadi penghubung antara
sempitnya jangkauan pemasaran serta masih lemahnya para donor dengan pelaku utama (SMERU, dalam
sumber daya manusia yang terampil dalam usaha itu. Yustika, 2005: 29).
Sempitnya pemasaran berakibat pada perputaran modal
Pendekatan kelembagaan tersebut secara teoritis
juga menjadi seret, dan masih lemahnya SDM
dapat diartikan bagaimana semangat “soli- daritas sosial”
berakibat pada produk menjadi tidak efisien. Selain itu,
dapat ditumbuhkembangkan pada golongan masyarakat
adanya sumber daya manusia yang lemah dan tak mampu
menengah ke atas agar mereka mau membantu golongan
membuat administrasi yang baik berdampak kepada
masyarakat bawah atau miskin. Tolak ukur dari perubahan
penam- bahan modal menjadi sulit dicari. Karena
kelembagaan ini diharapkan ada perubahan yang dapat
kelemahan SDM pada dasarnya juga merupakan
meningkatkan pendapatan masyarakat miskin.
kelemahan manajerial pengusaha.
Secara teori, masalah-masalah industri meru-
pakan bagian dari suatu sistem yang berkaitan dengan
Lingkaran Kemiskinan (Vicious Circle) masyarakat yang lebih luas. Karena itu, menggambarkan
Sejak terbentuknya badan koordinasi penang- masalah kegiatan industri tidak boleh hanya ditinjau dari
gulangan kemisinan (BKPK) pada tahun 2001 hingga saat timbal baliknya yang pen- ting saja, akan tetapi perlu
ini, ada empat peran yang harus disangga oleh lembaga diperhatikan hubungan- hubungannya di luar batas-batas
ini yakni; sebagai koordinator, katalisator, mediator dan sistem itu. Chistian Lempelius (1979) dalam bukunya
fasilitator. Sebagai koordinator, badan ini bertugas berjudul “Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat”
mengoordinasi perumusan standar- standar dasar menyebutkan bahwa masalah-masalah yang menyangkut
mengenai konsep kemiskinan yang digunakan oleh IKK baik secara langsung maupun tidak langsung harus
sebagian instansi di pusat dan daerah. Sebagai didekati dari segi manajemen karyawan dan lingkungan.
katalisator, badan ini berupaya memecahkan kendala Ia mengambarkan lingkaran tak berujung (Vicious
utama dalam pelaksanaan kebijakan program Circle) dari keterbelakangan usaha IKK sebagai berikut.
pengentasan kemiskinan. Seba- gai mediator, badan ini
diharapkan menjadi wahana untuk menampung beragam
aspirasi. Sebagai

7 Peralatan sederhana, pendidikan dan 8


mutu bahan baku rendah

6 9

Tidak banyak Cara berproduksi masih


investasi baru. tradisional

5 1
Modal tak cukup dan tak Hasil produksi
ada jaminan sederhana/kecil

Keuntungan yang diperoleh 2


4 hanya sedikit atau
pendapatannya rendah. 3

Gambar 1. Lingkaran Kemiskinan dari Usaha Industri Kecil dan Kerajinan

5
1. Pasaran sempit, daya beli rendah dilakukan. Artinya, ide dasar model pemberdayaan
2. Persaingan dari perusahaan padat modal/ modern ekonomi rakyat secara battom up nampak lebih mengenai
3. Ketergantungan pada pedagang besar setempat sasaran dalam upaya pengentasan kemis- kinan tanpa
4. Kemungkinan untuk mendapatkan kridit tidak mengesampingkan peran dari pende- katan kelembagaan
memadai di atas.
5. Sedikitnya penawaran alat-alat produksi yang Apabila kendala dan kelemahan utama yang
sesuai dengan situasi usahanya. dihadapi oleh IKK tidak segera ditangani secara serius
6. Tempat kedudukannya di daerah pedesaan dan terpadu (kelembagaan dan battom up), dikuatirkan
7. Kemungkinan pendidikan tidak mencukupi berbagai peran dan fungsi IKK yang sangat baik di atas
tersebut tidak akan dapat tercapai seperti apa yang
8. Kurangnya usaha penyuluhan dan pembinaan yang
diharapkan bersama. Oleh karena itu, pemerintah dan
berpedoman pada masalah
lembaga terkait seperti; pendidikan termasuk para
9. Situasi budaya setempat. peneliti, perlu bekerja sama secara berkesinambungan
Peran dan fungsi IKK seperti yang diungkapkan di dalam membangun keberadaan sektor IKK ini agar ke
atas sangat baik namun, untuk mendorong depan mampu tumbuh dan berkembang seperti yang
pengembangan IKK agar lebih maju secara mandiri dan diharapkan.
tangguh bukanlah pekerjaan yang mudah. Apalagi
karakteristik seperti yang dijelaskan di atas sangat METODE PENELITIAN
berbeda-beda. Adanya berbagai keterbatasan seperti;
lemahnya manajerial, pemasaran yang masih banyak Penelitian ini mengambil obyek kasus pada desa
bersifat lokal (lokal market oriented), keterbatasan miskin yang memiliki usaha indutri kecil kerajinan
modal usaha, terbatasanya teknologi, rendahnya tingkat bambu dan kayu di kecamatan Dlingo kabupaten Bantul.
pendidikan tenaga kerja, meru- pakan kendala yang Obyek penelitian daerah yang dijadikan sebagai sampel
utama dalam pengembangan sektor IKK ini. di khususkan pada rumah tangga keluarga di daerah
tertinggal yang khusus memiliki usaha kerajinan tersebut.
Dalam era globalisasi dunia yang semakin maju,
Penarikan respen- doen sebagai sampel dilakukan dengan
tantangan utama ke depan bagi pengem- bangan IKK
metode simple random sapling, sehingga setiap keluarga
tidak hanya sebatas untuk memenuhi pasar lokal. Namun,
perajin yang ada di wilayah daerah tersebut memiliki
dapat dikembangkan lebih lanjut untuk memasarkan
kesempatan yang sama sebagai responden. Jumlah
hasilnya ke pasar global (ekspor). Problem ini perlu
responden sebagai sampel ditentukan dengan rumus
dikaji dan digali lebih lanjut melalui berbagai penelitian
toleransi σ% = Z. p.q/n (Sosrodiharjo, 1995; Sugiarto, 2001).
dan pengembang- an (research and development)
Di mana σ% adalah standar deviasi populasi, Z adalah
secara lebih komperhensif, terpadu dan
derajat kepercayaan, p adalah proporsi dari pemasaran
berkesinambungan. Dengan semangat demokrasi yang
lokal, dan q adalah proporsi dari pemasaran non lokal
saat ini sedang berkembang, perencanaan pembangunan
serta n adalah jumlah sampel.
dari bawah (battom up) barangkali akan lebih utama
dilakukan untuk mendorong pengembangan IKK ini. Mengingat penelitian ini di daerah pedesaan yang
Rencana pembangunan dari tingkat dusun, kelu- tradisional di mana sepenuhnya belum mema- suki
rahan/desa, kecamatan dan selanjutnya ke tingkat ekonomi uang dan pasar secara bebas, maka toleransi
kabupaten dan propinsi adalah lebih baik untuk penyimpangan yang diinginkan ditetapkan sebesar 10%,
diperioritaskan karena lebih menyangkut kepentingan interval keyakinan 90% dan pengam- bilan proporsi untuk
rakyat banyak secara lebih riil, misalkan pemba- ngunan sampel terbesar adalah “ fifty- fifty. Dengan memanfaatkan
infrastruktur pasar, listrik, jembatan, dan jalan sebagai rumus toleransi T2 akan diperoleh besarnya sampel
saran dan prasarana transpotasi ekonomi pedesaan-kota penelitian sebagai berikut: T2 = Z.p.q./n. Dalam hal ini,
di daerah pedesaan yang masih sangat kurang adalah nilai Z = 1,960 dibulatkan menjadi 2 berarti n =
mutlak untuk segera 22.p.q/T2 n = 4.50.50/100 n = 100. Dengan pengambilan
sampel sebesar 100 rumah tangga perajin dianggap
telah

6
mewakili seluruh populasi perajin yang ada (respre- jinan kayu tetapi tidak tergolong desa tertinggal.
sentatif). Sementara untuk Desa Dlingo, Temuwuh dan Jatimulyo
Setelah dilakukan koding, editing dan tabulating serta tidak memiliki usaha kerajinan, baik kayu maupun
verifikasi terhadap data, selanjutnya data akan diolah dan bambu.
dianalisis serta dikaji lebih lanjut sebelum disajikan. Dalam Usaha industri kecil kerajinan (IKK) di daerah
upanyanya mencapai penyajian atau laporan yang baik, sampel merupakan usaha yang secara turun temurun
maka sejalan dengan permasalahan, tujuan dan hipotesis dari nenek moyang mereka. Pada saat ini usaha IKK ini
serta skala data yang diperoleh, data penelitian ini akan telah berkembang cukup baik dan telah dijadikan sebagai
dianalisis baik secara verbal kualitatif maupun kuantitatif. salah satu matapencaharian pokok warga selain bertani.
Untuk menjawab persoalan penelitian yang secara kuali- Berdasarkan eksistensi dan dinamisasi perkembangan
tatif, akan digunakan teknik SWOTE Analysis mau- IKK tersebut, maka secara struktur usaha IKK di
pun teknik tabulasi silang dan penjelasan verbal lainnya. daerah ini dapat di kelompokan ke dalam industri lokal
Sesuai dengan skala data yang diperoleh, teknik dan dan industri sentra.
analisis data yang bersifat kuantitatif akan digunakan Jenis produk yang utama diproduksi pada IKK
model regresi-korelasi berganda (Gujarati, 2003). Adapun bambu adalah dapat digolongkan menjadi dua kelompok
model dasar teknik analisis regresi berganda yang yakni; jenis produk hiasan dan produk kelengkapan dapur-
dimaksud dapat dirumuskan sebagai berikut. rumah tangga. Jenis produk yang paling sering diproduksi
Q = α0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + adalah kemarang (bakul), gorong-gorong (tempat
pakaian kotor) dan barang- barang souvenir lainnya yang
β5 X5 + ε1. mempunyai estetika. Selain itu, jenis produknya ada yang
Setelah dilakukan terhadap uji asumsi klasik serta untuk berupa: tempat pensil, tempat koran, tempat tisu, kap
menghindari adanya pelanggaran terhadap asumsi kalsik, lampu, tenong, tampah, tambir, irig dan sebagainya.
maka model regresi yang digunakan sebagai alat analisis Sedangkan, pada IKK kayu yang paling banyak di
selanjutnya tersebut di atas dirubah menjadi: produksi adalah; pintu, kusen, menja, kursi, dan lainnya.
Diferensiasi produk ini merupakan hasil pembinaan dan
Ln Q = α0 + β1 Ln X1 + β2 Ln X2 + β3 Ln X3 +
perkembangan dari dinas perindustrian dan depnaker
β4 Ln X4 + β5 Ln X5 + ε2. setempat. Secara universal, IKK bambu dan kayu ini
tumbuh atas dorongan naluri ekonomi manusia untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN memiliki barang-barang dan jasa yang dibutuhkan.
Keberadaan IKK ini semula hanya untuk memenuhi
Pada mulanya usaha industri kecil kerajinan (IKK) kebutuhan sehari-hari, kini telah berkembang menjadi
di daerah sampel ini sifatnya hanya usaha sambilan saja. IKK dalam arti luas secara ekonomi.
Namun demikian, usaha ini lama kelamaan dapat Argumentasi mendasar dapat digolongkannya ke
dijadikan mata pencaharian pokok mereka selain bertani. dalam industri lokal pada sebagian dusun di wilayah
Berdasarkan data potensi desa inti yang ada di kecamatan daerah tersebut karena hasil produksi pada dusun
Dlingo (2002), Desa Muntuk adalah merupakan salah satu tersebut pola pemasarannya masih meng- gantungkan diri
desa tertinggal (miskin) dari enam desa yang ada di kepada pasar lokal setempat seperti pasar Imogiri, pasar
kecamatan Dlingo yakni; Muntuk, Dlingo, Temuwuh, Bantul dan pasar Bringharjo. Selain itu, secara skala
Mangunan, Jatimulyo dan Terong. Dari ketiga desa miskin usaha produksi, kelompok industri lokal ini umumnya
yakni; Muntuk, Jatimulyo dan Temuwuh, hanya Desa sangat kecil, dan masih berpola subsisten. Dalam pada itu,
Muntuk yang banyak memiliki usaha kerajinan bambu. target pemasaran dari jenis produk ini masih sangat terbatas,
Sedangkan, dua desa lain yakni; Desa Mangunan dan sehingga alat transpotasinya masih sangat sederhana dan
Desa Terong memiliki usaha kera- tidak jarang mereka menggunakan alat pikul sendiri atau
grobak untuk di bawa ke pasar.

7
Pada kelompok industri sentra yang terpusat di masyarakat sedang menurun seperti sekarang ini, maka
Tangkil dan Karangasem, jenis produknya lebih kondisi ini berdampak semakin menurunnya pendapatan
beraneka ragam dan dinamis, serta daerah jang- kauan dan keuntungan perajin.
pemasarannya lebih luas, dan peranan pedagang
Selain itu, turunnya pendapatan riil perajin ini juga
perantaran di sini mulai nampak. Dalam
disebabkan karena produk kerajinan hanya sebagai
perkembangannya, ada beberapa produk yang dibuat
barang sekunder (bukan produk primer), sehingga sedikit
untuk memenuhi permintaan pasar di luar daerah seperti
saja naiknya harga produk akan berakibat barang
ke Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Bali
menjadi kurang diminati pembeli. Padahal, jika harganya
dan sebagainya. Perkem- bangan produknya lebih dinamis,
tidak dinaikan, mereka dapat rugi karena naiknya harga
sehingga kelompok ini cenderung lebih dapat
bahan baku seperti bambu, kayu, tali, warna, paku dan
beradaptasi dengan teknologi yang cukup canggih dalam
transpotasi yang sudah naik lebih dahulu dan dengan
berproduksinya. Dilihat dari segi penyerapan tenga
kenaikan yang lebih tinggi. Akibat selanjutnya, secara
kerjanya, kelompok industri sentra ini cenderung lebih
riil dapat dilihat jika kondisi ekonomi itu berlangsung
banyak menyerap tenaga kerja dan mampu berkembang
lama, maka lambat laun akan semakin memperburuk
mandiri, produknya lebih fisibel, sehinga mereka sedikit
kondisi IKK di desa miskin yang saat ini masih sedang
lebih sejahtera dan lebih mampu bangkit dari
mengalami kesulitan.
kemiskinan.
Sesuai dengan metode penelitian yang meng-
Mengapa masyarakat daerah penelitian ini lebih
ikutkan rakyat miskin (perajin kecil) terlibat dalam
memilih usaha kerajinan bambu dan kayu sebagai mata
mengumpulkan data, maka upaya untuk member-
pencaharianya?. Pada dasarnya ada banyak hal yang
dayakan masyarakat ini lebih mengacu kepada
mendorongnya, namun sebagian besar atau 63% karena
pendekatan model empowerment dari Schumacher.
alasan tidak adanya pilihan kerja baik lainnya,
Versi Schumacher menekankan tidak perlu meng-
selebihnya 21,67% karena sesuai dengan keahlian dan
hilangkan ketimpangan struktural yang ada di dalam
tingkat pendidikan yang mereka miliki, serta 15,33%
masyarakat, karena yang paling tepat “memberikan kail
karena sudah warisan dari nenek moyang. Semuanya ini
daripada ikan”. Karena, jika struktur masyarakat desa
saling mendorog dan bahu membahu di dalam kehidupan
miskin dirubah terlebih dahulu, justru akan menambah
mereka untuk memilih usaha IKK sebagai alternatif yang
masalah baru yang lebih rumit dan dapat mempersulit upaya
terbaik.
pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, lebih tepat
Jika dicermati lebih dalam lagi, nampaknya hasil memberikan kail dan kesem- patan untuk mengail kepada
produksi IKK ini telah mengalami peningkatan yang perajin.
berarti, karena permintaan pasar terhadap produk
Untuk melihat kemampuan dan potensi serta
tersebut juga meningkat. Peningkatan yang terbaik dan
kelemahan dalam usaha IKK di desa miskin agar lebih
mencapai puncaknya ketika di tahun 1995, sedangkan
mudah diberdayakan digunakan alat bantu SWOT
pada saat ini (setelah terjadinya gempa bumi Yogja-Jateng
(Strength Weaknesses Opportunities and Threats).
27 Mei 2006) nampaknya cenderung menurun. Kondisi
Analisis penggunaan SWOT (kekuatan, kelemahan,
penurunan ini karena dipengaruhi oleh krisis bahan baku
peluang dan ancaman) ini dititikbertkan kepada seluruh
yang kini semakin mahal sedangkan kenaikan dari hasil
kondisi dan potensi yang ada di desa miskin dan khususnya
produksi lebih kecil dari kenaikan bahan baku. Padahal
terhadap keberadaan IKK bambu dan kayu yang
untuk menaikan harga produk dapat dikuatirkan justru
dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini.
produk menjad tidak laku dan dapat berdampak kepada
Kemudian, agar mudah dibaca maka analisis
kematian usaha ini. Ketika kondisi daya beli
selengkapnya dapat dilihat pada tabel- 1 di bawah ini.

8
Tabel 1. Analisis Kekuatan dan Kelemahan Keberadaan IKK di Daerah Penelitian
Faktor-2 Kekuatan Kelemahan
1. Sumber Daya:
a. Manusia ▪ Motivasi tetap berusaha yang kuat paling
▪ Kemampuan melihat peluang pengembangan
tidak untuk tetap dapat mempertahankan usahanya
usaha masih terbatas.
di saat krisis ekonomi seperti saat ini merupakan
modal utama. ▪ Proses belajar dari pengalaman (keberhasilan/
kegagalan) orang lain masih sangat minim.
▪ Sumplai tenaga kerja yang berlimpah
▪ nilai tambah yang diperoleh masih kecil karena
b. Ekonomi ▪ Mengandalkan sumber-sumber keuangan
hanya memegang segmentasi pasar bawah saja,
informal yang mudah diperoleh.
“(residual demand)”.
▪ Mengisi segmen pasar bawah yang tinggi
▪ Pengelolaan uang untuk konsumsi & produksi
permintaan karena segmen pasar atas telah
belum dipisahkan (one managemen)
dipegang/dikuasai pedagang.
▪ Distribusi informasi kepada para perajin dan
c. Informasi ▪ Interaksi yang terjadi antar dan inter
usaha produktif lainya masih sangat terbatas pada
kelompok-kelompok usaha yang ada (simpan-
kelompoknya masing-masing (baru secara
pinjam, arisan, PKK, pokmas) merupakan ajang
kuantitatif)
informasi yang efektif.
2. Program
Intervens:
a. Permodalan ▪ Dana IDT dan pinjaman dari pihak informal ▪ Perbedaan kebutuhan modal menyebabkan
yang masuk baru sedikit dapat membantu upaya pengembangannya juga berbeda.
kelancaran usaha kerajinan
▪ Kendala administrasi akuntansi uang
b. Pemasaran ▪ Peluang membuka pasar masih besar dan dapat ▪ Posisi tawar -menawar hasil kerajinan masih
berkolaborasi rendah dan cenderung menyudutkan perajin kecil
▪ Pengelompokan (aglomerasi) di dalam batas- sebagai produsen (terkoptasi ), serta kuantitas
batas tertentu masih memberikan keuntungan produk masih dalam jumlah terbatas.
melalui penekanan ongkos produksi, meningkatkan ▪ Meningkatnya persaingan hanya melalui
akses sumberdaya berkelanjutan proses meniru model dan corak, sehingga
akumulasi produk menjadi terbatas.
c. Pelatihan ▪ Dapat bermanfaat untuk meningkatkan jumlah ▪ Ketidakberlajutannya program, dan
produksi para perajin bambu.
pelatihan yang lama perlu persiapan
besar & matang.
3. Kinerja:
a. Padat karya ▪ Mampu mengatasi masalah kesempatan kerja ▪ Cenderung eksploitatif terhadap tenaga kerja
/ penganguran dan kemiskinan untuk mengejar pendapatannya.
b. Nilai Tambah ▪ Efisien menggunakan bahan baku, sehingga ▪ Proses akumulasi sulit terjadi karena nilai
menekan ongkos tambah yang diperoleh masih kecil
c. Kelenturan ▪ Daya tahan hidupnya tetap tinggi terutama dalam ▪ Spesialisasi dan akumulasi masih terbatas pada
dan Strategi situasi krisis ekonomi, serta dapat berkolaborsi produksi untuk memenuhi pesanan pedang
usaha bisnis untuk meningkatkan profit. lokal, dan jumlah produk kurang fisibel.
Sumber: Data primer, 2006.

Lebih lanjut, hasil penelitian menunjukkan bahwa


adalah faktor marketing dan produksi yang masing-
nilai sub faktor sisi kekuatan internal nampak lebih besar
masing memiliki nilai sub skor 1.55 dan 0.80.
daripada nilai sub sisi faktor eksternal. Dalam faktor
Sedangkan, nilai faktor internal dari sub faktor sisi
internal tersebut nampak bahwa nilai skor tertinggi yang
kelemahan adalah sub faktor financial dan marketing, yang
menjadi kekuatan usaha IKK ini
memiliki skor 0.80 dan 0.75. Artinya, strategi

9
pemberdayaan dari faktor internal yang paling pertama peluang pemasaran hasil produksi, maka industri tersebut
dan utama harus diupayakan terlebih dahulu adalah akan terus tumbuh dan berkembang sema- kin maju dan
meningkatkan dan mengembangkan kapasi- tas produksi mandiri di masa yang akan datang. Dengan semakin
dan marketing, baru diikuti faktor lainnya. maju dan berkembangnya usaha IKK ini secara lebih
Logika rasionalnya adalah, sekalipun faktor mandiri dan tangguh, serta pelaksanaannya sederhana
financial melalui modal usaha ditambah besar, sehingga dan dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat setempat,
proses produksi lancar dan produk melim- pah tetapi, maka diharapkan usaha IKK ini ke depan akan lebih mampu
jika pemasarannya kurang baik dan produk tidak dapat untuk ikut mengentaskan masalah kemiskinan secara
terjual, akibatnya industri kecil tersebut akan bangkrut dan mandiri dan berkelanjutan. Inilah harapan yang
bisa jadi mati karena rugi terus-menerus. Dengan asumsi diinginkan dalam bentuk model dasar (proto-type)
IKK tersebut tetap ramah lingkungan, dan jika dengan sebagai upaya untuk pengentasan kemiskinan dalam
semakin baiknya artikel ini.
Tabel 2. Hasil Analisis SWOT Kuantitatif
Keterangan Weighted Ranting Sub Score Total Score
A. Faktor Eksternal:
Opportunitie:
0.50 : 2.45 :
a. Ekonomi
0.20 6 1.20
b. Teknologi
c. Sosial-budaya 0.10 4 0.60
d. Politik
0.15 5 0.50
Treaths:
0.05 3 0.15
a. Ekonomi
b. Teknologi 0.50 : 1.80 :
c. Sosial-budaya
0.15 5 0.75
d. Politik
0.05 3 0.15
0.15 2 0.30
0.15 4 0.60
Total Eksternal 1.00 4.30
B. Faktor Internal:
Strength: 0.50 : 3.15 :

a. Marketing 0.25 6 1.50


b. Financial
0.05 7 0.35
c. SDM
d. Produksi 0.10 5 0.50
Weakness:
0.10 8 0.80
a. Marketing
0.50 : 1.95 :
b. Financial
c. SDM 0.15 5 0.75
d. Produksi 4 0.80
0.20
0.05 2 0.10
0.10 3 0.30

Total Faktor Internal 1.00 5.10


Sumber: Data primer (diolah)

10
Selanjutnya, jika kondisi di atas saling dikaitkan satu Berdasarkan analisis SWOT, faktor internal dalam
sama lain dalam pola hubungan sebab akibat, maka IKK ini sangat urgen untuk lebih diperhatikan dan
munculah wajah ketidakberdayaan dan kemis- kinan yang diberdayakan terlebih dahulu baru didukung strategi
terjadi di daerah penelitian. Ketidakber- dayaan ini dapat pemberdayaan dari faktor ekstenal seperti; kebijakan
berbentuk rendahnya pendapatan atau keuntungan pemerintah, sosial, dan politik. Hasil penelitian
perajin, sehingga tidak nampak adanya keterlibatan menunjukkan faktor total internal dari kekuatan dan
kelompok miskin dalam suatu proses penyelenggaraan kelemhan (strength and weakness) lebih tinggi yakni
sistem ekonomi daerah maupun nasional, atau rendahnya sebesar skor 5.10 daripada pengaruh faktor eksternal
partisipasi dalam proses pembangunan berkelanjutan. yakni peluang dan ancaman (opportunity and treaths)
Kondisi kausa- litas ini, jika ditelusuri akar penyebabnya yang hanya mencapai nilai skor sebesar 4.25. Artinya,
adalah karena masih sangat kecilnya distribusi Jumlah Uang strategi usaha dengan cara memupuk kekuatan usaha
Beredar (JUB) di dalam masyarakat pedesaan itu sendiri yang disertai dengan berupaya mengurangi kelemahan
dibanding daerah lain yang lebih maju. Dengan dan keterbatasanya adalah lebih urgen dan tepat daripada
demikian, salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk upaya strategi yang lain.
mengatasinya adalah dengan cara empowerment
Secara teori maupun empiris banyak faktor yang
(memberikan kekuatan dan mening- katkan kemampuan
mempengaruhi produksi IKK. Dalam kaitannya dengan
SDM masyarakat para perajin dan petani miskin yang
penelitian ini, beberapa faktor yang dominan
ada pada daerah itu sendiri agar dapat berswadaya
mempengaruhi pengembangan produksi IKKB adalah;
mandiri).
besar kecilnya tenaga kerja (X1), tingkat keahlian
Tindakanya secara nyata dapat dilakukan dengan pengusaha (X2), besarnya modal usaha yang digunakan
cara pemberian bantuan modal kerja, dan kerja sama (X3), tingkat manajemen usaha (X4) dan faktor pemasaran
atau kolaborasi produk dan pemasaran (aliansi strategis hasil produksi (X 5).
yang saling menguntungkan dengan industri kecil sejenis,
Berdasarkan model analisis terpilih yang
menengah atau besar). Selain itu, bantuan teknologi yang
digariskan dalam metode penelitian di depan yakni
disertai dengan bim- bingan terhadap SDM masih sangat
model regresi berganda double log linear dengan bentuk
diperlukan, karena mengingat tingkat pendidikan sebagian
model persamaan: Ln Q = α0 + β1 Ln X1 + β2 Ln X2 + β3 Ln
besar perajin masih rendah. Persoalanya, bantuan faktor
X3 + β4 Ln X4 + β5 Ln X5 + ε2. Dengan demikian beberapa
internal apa yang harus diberikan agar bantuan tersebut
faktor yang dianggap banyak mempengaruhi peningkatan
dapat bermanfaat? Secara kausalitas nampaknya adalah
produksi IKKB di daerah penelitian dapat diketahui
berbentuk penambahan distribusi JUB yang dapat berupa
sebagai berikut (lihat gambar 2).
bantuan modal kerja dalam bentuk pinjaman modal uang
(kredit) lunak dan peningkatan manajerial SDM perajin Hasil penelitian di bawah menunjukkan bahwa
sebagai langkah awal pengembangan dalam usahanya. dengan asumsi ceteris paribus, besarnya pengaruh faktor
yang paling dominan mempengaruhi pengembangan
tingkat produksi kerajinan adalah disubangkan dari
faktor tingkat keahlian (Skill) yakni

Ln Q = α0 + β1 Ln X1 + β2 Ln X2 + β3 Ln X3 + β4 Ln X4 + β5 Ln X5 + ε2.
LnQ = -5.1470 + 0.0465LnX1 + 0.4147LnX2 + 0.2292LnX3 + 0.1390LnX4 + 0.2517LnX5
Std. Error = (0.0160) (0.0423) (0.0547) (0.0295) (0.0436)
T-Statistik = 2.911 9.799 4.189 4.713 5.772
R Squared = 0.9741 R2 Adjusted = 0.9754 R Multiple = 0.9876
F-Statistik = 745.751 D.W., Test = 1.8511 Responden = 100

Gambar 2. Hasil Penelitian

11
secara signifikan menyumbang sebesar 41,47% dan urutan sampel adalah selain sebagai usaha warisan nenek
terbesar kedua disumbangkan dari faktor pemasaran moyang mereka, juga secara ekonomi keberadaan
yang secara signifikan sebesar 25,17%. Sumbangan usaha ini telah banyak memberikan keuntungan yang
terbesar besar ketiga baru diberikan dari faktor modal sangat berarti dalam penening- katan pendapatan
usaha yakni sebesar 22,92 persen. Artinya bahwa dalam mereka selain bertani. Hasil penelitian menegaskan
usaha ini modal sekalipun bukan merupakan faktor bahwa usaha ini telah lama menjadi matapencaharian
dominan pertama masih tetap sebagai faktor pokok utama di desa penelitian ini selain bertani
penyumbang yang cukup dominan setelah sumbangan dari karena bagi mereka sudah tidak ada alternatif
kedua faktor dasar utama yakni; faktor skill dan faktor pekerjan yang lebih baik lainnya serta sesuai dengan
pemasaran. Selain itu, hasil penelitian ini sejalan dengan tingkat pendidikan dan ketrampilan yang mereka
model SWOT di atas, bahwa faktor utama dan pertama miliki.
yang harus dikembangkan terlebih dahulu agar tingkat
2) Faktor-faktor yang dominan berpengaruh terha- dap
produksi dapat meningkat adalah faktor pemasaran.
peningkatan produksi IKK adalah faktor tena- ga kerja,
Jika faktor pemasaran meningkat, maka tingkat keahlian (skill), modal usaha, manajemen
keberadaan IKK di daerah miskin ini akan mampu usaha dan faktor pemasaran. Faktor yang paling
berkembang mandiri seperti yang diharapkan. Artinya dominan pertama terhadap peningkatan produksi
keberdaan usaha ini dapat sebagai salah satu strategi kerajinan adalah faktor tingkat keahlian atau skill dan
alternatif yang produktif, sederhana, dan mampu dilakukan pemasaran. Faktor modal usaha dalam IKK ini
sendiri oleh warga miskin untuk mengentaskan dirinya sekalipun bukan sebagai faktor dominan yang
dari masalah kemiskinan dan pengangguran. Namun pertama, tetapi faktor modal merupakan faktor
demikian, secara simultan tidaklah mudah untuk dapat dominan yang utama untuk dapat mempengaruhi
meningkatkan masalah pemasaran dari hasil produksi perkem- bangan tingkat produksi kerajinan selain
ini, karena masih mendapatkan tantangan dari faktor-faktor faktor keahlian (skiil) dan faktor pemsaran.
lain.
3) Keberadaan IKK di desa sampel penelitian ini sangat
Hasil penelitian tingkat korelasi parsial antara bermanfaat sekali bagi masayarakat, terutama dalam
tingkat produksi (Q) dengan faktor independen (X) membantu program pengentasan kemiskinan di
yakni; masing-masing dengan faktor tenaga kerja (X1) wilayah tersebut. Hasil penelitian menegaskan
sebesar 81,34 persen, faktor skill (X2) 95,53 persen, bahwa ada kenaikan tingkat kesejahteraan yang
faktor modal usaha (X3) 90,96 persen, faktor manajemen signifikan pada kelompok masyarakat setelah
usaha (X4) 89,60 persen, dan dengan faktor pemasaran menekuni usaha IKK ini sebagai mata pencaharian
(X5) sebesar 95,27 persen. Dengan demikian, besarnya pokok mereka selain bertani. Kenaikan tingkat
tingkat hubungan antara faktor-faktor tersebut secara kesejahteraan ini nampak lebih riil dan berarti lagi
parsial dapat dikatakan sangat erat sekali, sehingga naik jika dilihat pada kelompok perajin yang semula dari
turunya tingkat produksi untuk pengentasan kemiskinan sebagai pedagang dan petani buruh.
secara parsial maupun simultan sangat tergantung pada
4) Hasil penelitian merekomendasikan masih perlu
kondisi masing-masing faktor tersebut.
dilakukan penelitian lebih lanjut yang sifatnya lebih
luas dan lebih komprehensif, terutama terhadap
KESIMPULAN DAN SARAN beberapa hambatan pokok dan sekaligus peluang
dalam upaya meningkatkan produksi, pendapatan dan
Kesimpulan
keuntungan bagi para perajin ekonomi lemah atau
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat miskin di pedesaan atau daerah lain, sehingga
ditarik kesimpulan sebagai berikut: keberadaan UMKM termasuk IKK lainnya dapat
1) Alasan mendasar yang melatarbelakangi tetap dapat meningkatkan kesejahteraan diri dan masyarakat
berlangsungnya usaha kerajinan di daerah sekitarnya.

12
Saran Gujarati, Darmodar, 2003, “Basic Econometric”,
Bantuan modal usaha untuk pengembangan Fourth Edition, Mc Graw-Hill, Inc.
produksi pada berbagai usaha IKK yang kecil ini masih Jaya, Wihana K., 2001, “Ekonomi Industri; Konsep
perlu dan mutlak diberikan, tetapi bantuan cara Dasar, Strukur, Perilaku dan Kinerja Pasar, Edisi
memasarkan hasil produksi lebih mutlak diberikan. 2, Yogyakarta: BPFE
Bantuan dalam bidang pemasaran dapat diberikan Krisnamurti, Bayu, 2003, “Usaha Mikro, Kecil dan
melalui keikutsertaan mereka dalam berbagai iven Menengah: Ekonomi Rakyat dengan Cara
pameran untuk mengenalkan produk kepada para buyer Berekonomi Sendiri, Bogor: Pusat Studi
asing atau pembeli dari luar daerah secara langsung. Jika Pembangunan, IPB.
bantuan diberikan melalui bantuan modal usaha (kredit)
Kuncoro, M., 2003, “Usaha Kecil di Indonesia”, Jurnal
yang diberikan, maka bantuan kredit sebaiknya yang lebih
Ekonomi & Kewirausahaan, Vol II, No. 1 Jan,
bersifat lunak dan tetap berprinsip “berikan kailnya
Bandung: ISEI
daripada umpan”.
Pardede, F.R., 2000, “Analisis Kebijakan Pengem-
bangan Industri Kecil” dalam Setiana, 2003, Free
DAFTAR PUSTAKA
Download, http:www.paramartha.org.
Anoraga, dan Djoko, 2002, “Koperasi, Kewirausahan Prasetyo, P. Eko, 2008, “Peran Usaha Mikro, Kecil dan
dan Usaha Kecil”, Jakarta: Rineka Cipta. Menengah dalam Mendukung Program
Beattie Bruce R., and Taylor C.R., 1996, “The Penanggulangan Kemiskinan”, Jurnal Akmenika, FE-
Economics of Production”, Montana State UPY, Vol. 1.
University, John Wiley & Sons, Inc. Sosrodiharjo, Soedjito, 1995 “Penyusunan Disain
Berg, Gerry C., 2003, “Markets, Competition, and Penelitian”, Makalah Penataran Metodologi
Industrial Analysis; Modern Views in A New Penelitian, Yogyakarta: Kopertis V.
Economy”, Journal in download, http://www. Sumodiningrat, G., 2002, “Menanggulangi Kemis-
aercafrica.org. kinan Dengan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat”,
Brata, GA, 2003, “Distribusi Spasial UKM di Masa Makalah Sarasehan, 5-6 Juli 2002, di UST,
Krisis Ekonomi”, Jurnal Ekonomi Rakyat, Tahun II, Yogyakarta.
No. 8. November Sumodiningrat, Gunawan, 2003, “Peranan Lembaga
Budiantoro, Setyo, 2003, “RUU Lembaga Keuangan Mikro: Keuangan Mirko dalam Menanggulangi Kemis-
Jangan Jauhkan Lembaga Keuangan dari kinan Terkait Dengan Otonomi Daerah”, Jurnal
Masyarakat”, Jurnal Ekonomi Rakyat, Tahun II, Ekonomi Rakyat, Tahun II, No. 1, Maret.
No. 8, November. Tambunan, Tulus, 2002, “Usaha Kecil dan Menengah di
Fadjri, Papan Ahmad, 2002, “Pemikiran Dasar Indonesia; Beberapa Isu Penting”, Jakarta:
Pengentasan Kemiskinan dalam Era Otonomi Salemba Empat.
Daerah,” Warta Demografi, No. 1

13

Anda mungkin juga menyukai