Anda di halaman 1dari 4

Nama : Asri Maharani

NPM : 170410200017
Kelas :A
Mata Kuliah : Studi Konstitusi

Tugas 2 : Analisis Nilai Konstitusi

Dalam pengimplementasiannya, konstitusi memiliki sejumlah nilai yang


membentuknya, pokok pembahasan kali ini adalah mengenai nilai – nilai yang terkandung di
dalam setiap konstitusi berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu Undang –
Undang Dasar 1945. Berikut adalah nilai – nilai konstitusi dalam negara :

 Nilai Normatif : Diterima bukan hanya berlaku dalam arti hukum tetapi merupakan
suatu kenyataan hidup.
 Nilai Nominal : Secara hukum berlaku tapi kenyataannya kurang sempurna.
 Nilai Semantik : Secara hukum berlaku namun sekedar untuk melaksanakan
kekuasaan politik.

Berdasarkan klasifikasi nilai di atas, saya pribadi menyimpulkan bahwa UUD 1945
mengandung ketiga nilai tersebut. Meskipun tidak di setiap era, semua nilai tersebut lengkap
terkandung. Namun secara umum, UUD 1945 memiliki ketiga nilai tersebut.

Pertama, Nilai Normatif terkandung dalam UUD 1945 dengan alasan, terdapat beberapa
pasal serta ayat terkandung yang bersifat kenyataan hidup, yang diimplementasikan dalam
kehidupan sehari – hari dengan tanpa adanya paksaan, tapi lebih kepada kesadaran individu
akan pentingnya hal tersebut. Seperti isi Pasal 1 ayat 1, yang berbunyi : “Negara Indonesia
adalah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.” Hal ini merupakan sebuah kenyataan
akan bentuk negara Indonesia yang sah, yang mana sulit untuk berubah dan sudah tertanam
menjadi sebuah kenyataan hidup. Kemudian, Pasal 29 ayat 1, yang berbunyi : “Negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.” Mungkin ini akan menimbulkan pro dan kontra, di
satu sisi akan ada yang berbicara tapi masih ada rakyat Indonesia yang agnostik, memeluk
kepercayaan yang tidak seharusnya, dan hal – hal lain yang menyimpang dari “Ketuhanan
Yang Maha Esa” itu sendiri.
Namun, jika kita meniliki kembali dari isi pasal tersebut, dimana yang dibicarakan adalah
“negara” yang berarti proses berjalannya pemerintah dalam mengatur rakyatnya dan
menjalankan kebijakan, selalu berkiblat kepada “Tuhan Yang Maha Esa”. Bukan sebagian
komponen kecil dari rakyat, namun mayoritas dari berjalannya negara tersebut. Selain itu,
bentuk nyata dari pasal ini adalah, pengakuan enam agama di Indonesia yang membuktikan
bahwa pengimplementasiannya nyata dan diterima oleh rakyat banyak sebagai sebuah
kenyataan hidup. Tidak ada paksaan dalam pembentukannya, tapi sadar bahwa kehadiran
agama dan nilai religius dalam penyelenggaraan negara itu penting adanya.

Kedua dan Ketiga dapat kita satukan, Nilai Nominal serta Nilai Semantik dalam
Undang – Undang Dasar 1945 dapat dilihat dalam berbagai era pemerintahan, beberapa
contoh dari penyimpangan di masa Orde Lama dan Orde Baru, hal ini menunjukkan
pengimplementasian konstitusi yang tidak sempurna dan cenderung menguntungkan pihak
tertentu saja. Berikut beberapa penyimpangan di Orde Lama :

 Produk Hukum Presiden tanpa persetujuan DPR seperti Penetapan Presiden


 Manifesto Politik RI sebagai GBHN
 Presiden seumur hidup
 Rangkap jabatan pemerintah, Presiden menjadi Ketua DPA

Selain di masa Orde Lama, penyelewengan konstitusi pun masih berlanjut hingga masa
Orde Baru yang mana konstitusi hanya dimanfaatkan sebagai alat untuk pelanggengan
kekuasaan, berikut adalah penjabarannya :

 MPR sebagai wadah penyokong rezim Orde Baru


 Referendum
 Kebebasan berpolitik dalam Sistem Pemilu

Beberapa contoh tertera di atas, sudah cukup membuktikan bahwa Undang – Undang
Dasar 1945 masih berjalan namun pengimplementasiaannya masih jauh dari kata sempurna
bahkan cenderung hanya bersifat formalitas untuk kepentingan pribadi. Padahal kita semua
paham bahwa konstitusi dibentuk untuk kepentingan orang banyak bukan hanya segelintir,
sehingga dengan adanya bukti – bukti penyelewengan, menunjukkan beberapa government
failure dalam menyikapi hadirnya konstitusi pada penyelenggaraan negara.

Menyikapi penyelewengan konstitusi di masa Orde Baru dan Orde Lama, mungkin
bersifat lampau. Sehingga saya ingin mencoba menganalisis beberapa pincangnya konstitusi
di era reformasi, jelas kita pahami bahwa pada Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 23 ayat 1
tertera anggaran pendapatan dan belanja negara dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab untuk sebesar – besarnya kemakmuran rakyat. Akan tetap dalam realitas
kenegaraannya, masih banyak pengelolaan keuangan negara yang “tercecer” dan tidak
transparan, baik secara internal di birokrasi atas hingga birokrasi terbawah. Masih banyak
pula kepincangan konstitusi dalam penyelenggaraan pemerintahan Indonesia, namun hal ini
tidak seharusnya menjadi tombak yang diacungkan ke salah satu pihak saja. Akan tetapi,
kesalahan tersebut dijadikan evaluasi ke depannya agar tidak terulang dan menjadikan
pemerintahan Indonesia lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Undang - Undang Dasar 1945. (t.thn.). Diambil kembali dari Regulasi UUD 1945 : Perubahan IV:
https://bappenas.go.id/files/pendanaan/regulasi/uud-1945-perubahan-iiiiiiiv.pdf

Thaib, Dahlan. 2008. Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Radjab, Dasril. 2005. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai