Anda di halaman 1dari 11

Nama : Asri Maharani

NPM : 170410200017
Kelas :A
Mata Kuliah : Hukum Pemerintahan
Dosen Pengampu : Ivan Darmawan, S.IP., M.Si.
Prof. Dr. Nandang Alamsah Deliarnoor, SH., M.Hum.

1.
Matriks Perbandingan Perubahan Undang – Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara
PERUBAHAN PERTAMA PERUBAHAN KEDUA
UU Nomor 5 Tahun
1986 yang telah UU Nomor 51 Tahun
UU Nomor 5 Tahun 1986 UU Nomor 9 Tahun 2004
diundangkan dalam UU 2009
Nomor 9 Tahun 2004
Semula, ketentuan pada Pasal 2 Ketentuan Pasal 2 huruf f Ketentuan Pasal 1 Terdapat pembagian
huruf f yang berbunyi : mengalami perubahan. menempatkan Badan fungsi – fungsi atas
“Keputusan Tata Usaha Negara kata “Angkatan atau Pejabat Tata Usaha Pengadilan, Hakim,
mengenai Tata Usaha Angkatan Bersenjata Republik Negara sebagai Mahkamah Agung,
Bersenjata Republik Indonesia” Indonesia” (ABRI) pemegang keputusan Komisi Yudisial,
menjadi “Tentara dan penindak. Pengadilan Khusus, dan
Nasional Indonesia” Hakim ad hoc sebagai
(TNI). pemegang keputusan dan
penindak
Semula, ketentuan pada Pasal 4 Ketentuan Pasal 4 Semula, ketentuan pada Ketentuan Pasal 9A
yang berbunyi : mengalami perubahan, Pasal 9A yang berbunyi mengalami perubahan,
“Peradilan Tata Usaha Negara kata “pelaksana” menjadi : terdapat penambahan pada
adalah salaha satu pelaksana “pelaku”. “Di lingkungan ayat 2 serta 3 mengenai
kekuasaan kehakiman bagi rakyat Peradilan Tata Usaha pengangkatan hakim ad
pencari keadilan terhadap Negara dapat diadakan hoc.
sengketa Tata Usaha Negara” pengkhususan yang
diatur dalam undang –
undang.

Semula, ketentuan pada Pasal 6 Ketentuan Pasal 4 Semula, Pasal 13A – F Di antara Pasal 13 serta 14
yang berbunyi : mengalami perubahan, tidak ada. disisipkan enam pasal
1. “Pengadilan Tata Usaha kata “kota madya” pada tambahan, yaitu Pasal
Negara berkedudukan di ayat 1 dihapus dan 13A, 13B, 13C, 13D, 13E,
kota madya atau ibukota “provinsi” diubah dan 13F.
kabupaten, dan daerah menjadi kata baku
hukumnya meliputi “provinsi”.
wilayah kota madya atau
kabupaten.”
2. “Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara
berkedudukan di ibukota
provinsi, dan daerah
hukumnya meliputi
wilayah propinsi.”
Semula, ketentuan pada Pasal 7 Ketentuan Pasal 7 Ketentuan Pasal 14 Ketentuan Pasal 14
yang berbunyi : mengalami perubahan, huruf b terdapat kata mengalami perubahan,
1. “Pembinaan teknis ayat 1 ditiadakan. Kata “taqwa”. Pada huruf e, kata “taqwa” menjadi
peradilan bagi Pengadilan “Departemen hanya terdapat kata “takwa”. Terdapat
dilakukan oleh Kehakiman” pada ayat 2 “serendah – rendahnya penambahan satu huruf
Mahkamah Agung.” menjadi “Mahkamah berumuh 25 (dua lima) dalam pasal yang berbunyi
2. “Pembinaan organisasi, Agung”, serta rujukan tahun. Pada huruf f, “lulus Pendidikan hakim”
administrasi, dan pada ayat 3 juga hanya terdapat kata dan ada patokan maksimal
keuangan Pengadilan mengalami perubahan. “sehat jasmani dan mur yaitu 40 tahun. Pada
dilakukan oleh rohani”. Pada huruf h, huruf h, kata “bukan
Departemen tertulis bahwa calon merupakan bekas anggota
Kehakiman.” Hakim Pengadilan Tata organisasi Partai
3. Pembinaan sebagaimana Usaha Negara bukan Komunis” menjadi “tidak
dimaksud dalam dalam merupakan bekas pernah dijatuhi pidana
ayat (1) dan ayat (2) tidak anggota organisasi penjara”. Ayat 2
boleh mengurangi Partai Komunis. Pada ditiadakan dan pada Ayat
kebebasan Hakim dalam Pasal 2 tertulis bahwa 3, pengalaman
memeriksa dan memutus untuk diangkat menjadi pengangkatan ketuan dan
sengketa Tata Usaha Hakim haruslah seorang wakil ketua Pengadilan
Negara.” Pegawai Negeri, dan Tata Usaha Negara
pada Ayat 3 syarat minimal 7 tahun.
untuk diangkat sebagai
ketua atau wakil ketua
Pengadilan Tata Usaha
Negara harus
berpengalaman
sekurang – kurangnya
sepuluh tahun.
Semula, ketentuan pada Pasal 9 Isi substantif pada Pasal 9 Semula, Pasal 14A Di antara Pasal 14 serta 15
yang berbunyi : tetap, namun penjelasan tidak ada. disisipkan satu pasal
“Pengadilan Tata Usaha Negara pasal ditiadakan. tambahan, yaitu pasal
dibentuk dengan Keputusan 14A.
Presiden.”
Semula, Pasal 9A tidak ada. Di antara Pasal 9 serta 10 Semula, pada Pasal 15 Penambahan satu huruf
disisipkan satu pasal Ayat 1 terdapat empat pada pasal 15, yaitu huruf
tambahan, yaitu pasal 9A huruf yaitu a, b, c, dan e. yang berbunyi :
yang berbunyi : d. “Tidak pernah dijatuhi
“Di lingkungan Peradilan sanksi pemberhentian
Tata Usaha Negara dapat sementara akibat
diadakan pengkhususan melakukan pelanggaran
yang diatur dengan Kode Etik dan atau
undang – undang. Pedoman Perilaku
Hakim.”
Semula, ketentuan pada Pasal 12 Ketentuan Pasal 12 Semula, Ayat 1a dan 1b Di antara Pasal 16 Ayat 1
yang berbunyi : mengalami perubahan, tidak ada. dan 2 disisipkan dua ayat
1. “Hakim adalah pejabat kata “melaksanakan” tambahan, yaitu ayat 1a
yang melaksanakan tugas menjadi “melakukan”. dan 1b.
kekuasaan kehakiman.”
2. “Syarat dan tata cara
pengangkatan,
pemberhentian, serta
pelaksanaan tugas Hakim
ditetapkan dalam undang
– undang ini.”
Semula, ketentuan pada Pasal 13 Ketentuan Pasal 13 Semula, ketentuan pada Penambahan dua tahun
yang berbunyi : mengalami perubahan, Pasal 19 Ayat 1 huruf c masa pemberhentian
1. “Pembinaan dan pengawasan terhadap yang berbunyi : Ketua, Wakil Ketua, dan
pengawasan terhadap Hakim yang semula “Ketua, wakil ketua, Hakim Pengadilan
Hakim sebagai pegawai dilaksanakan oleh dan hakim pengadilan menjadi 65 tahun bagi
negeri, dilakukan oleh Menteri Kehakiman, kini diberhentikan dengan Pengadilan Tata Usaha
Menteri Kehakiman.” digantikan oleh hormat dari jabatannya Negara dan 67 tahun bagi
2. Pembinaan dan Mahkamah Agung. jika telah berumur 63 Pengadilan Tinggi Tata
pengawasan sebagaimana tahun bagi Pengadilan Usaha Negara.
dimaksud dalam ayat 1, Tata Usaha Negara dan
tidak boleh mengurangi 65 tahun bagi
kebebasan Hakim dalam Pengadilan Tinggi Tata
memeriksa dan memutus Usaha Negara.”
sengekta Tata Usaha
Negara.”
Semula, ketentuan pada Pasal 14 Ketentuan Pasal 14 Semula, ketentuan pada Ketentuan Pasal 20
yang berbunyi : mengalami perubahan Pasal 20 mengatur mengalami perubahan,
1. Untuk dapat diangkat berupa tata letak Ayat 1 mengenai hal dan isinya menjadi penegasan
menjadi Hakim pada serta perubahan syarat alasan pemberhentian terhadap hal dan alasan
Pengadilan Tata Usaha seperti penggantian syarat secara tidak hormat. pemberhentian secara
Negara, seorang calon “pegawai negeri” menjadi tidak hormat.
harus memenuhi syarat “sehat jasmani dan
sebagai sebagai berikut : rohani”. Lalu, huruf f
a. Warga Negara diubah menjadi “harus
Indonesia sarjana hukum”.
b. Bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha
Esa
c. Setia kepada
Pancasila dan Undang
– Undang Dasar 1945
d. Bukan bekas anggota
organisasi terlarang
Partai Komunis
Indonesia, termasuk
organisasi massanya
atau bukan seseorang
yang terlibat langsung
ataupun tak langsung
dalam "Gerakan
Kontra Revolusi
G30S/PKI" atau
organisasi terlarang
lainnya;
e. pegawai negeri;
f. sarjana hukum atau
sarjana lain yang
memiliki keahlian di
bidang Tata Usaha
Negara;
g. berumur serendah-
rendahnya dua puluh lima
tahun
h. berwibawa,jujur, adil,
dan berkelakuan tidak
tercela.
Semula, ketentuan pada Pasal 15 Ketentuan Pasal 15 Semula, ketentuan pada Ketentuan Pasal 15
yang berbunyi : mengalami perubahan Pasal 21 yang berbunyi mengalami perubahan,
2. Untuk dapat diangkat pada Ayat 2 berupa syarat : “…diberhentikan dengan
menjadi Ketua pengangkatan Ketua “Seorang Hakim yang hormat dari jabatannya
Pengadilan Tinggi Tata Pengadilan Tinggi Tata diberhentikan dari karena atas permintaan
Usaha Negara diperlukan Usaha Negara memiliki jabatannya dengan sendiri.” seperti yang
pengalaman sekurang- pengalaman minimal 5 sendirinya tertulis pada Pasal 19 Ayat
kurangnya sepuluh tahun tahun sebagai Hakim diberhentikan sebagai 1 huruf a.
sebagai Hakim pada Pengadilan Tinggi Tata pegawai negeri.”
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, 3 tahun
Usaha Negara atau bagi Hakim Pengadilan
sekurang-kurangnya lima Tinggi Tata Usaha
tahun bagi Hakim pada Negara.
Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara yang Perubahan pada Ayat 3
pernah menjabat Ketua berupa syarat
Pengadilan Tata Usaha pengangkatan Wakil
Negara. Ketua Pengadilan Tinggi
3. Untuk dapat diangkat Tata Usaha Negara
menjadi Wakil Ketua memiliki pengalaman
Pengadilan Tinggi Tata minimal 4 tahun sebagai
Usaha Negara diperlukan Hakim Pengadilan Tinggi
pengalaman sekurang- Tata Usaha Negara atau 2
kurangnya delapan tahun (dua) tahun bagi Hakim
sebagai Hakim pada Pengadilan Tinggi Tata
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang
Usaha Negara atau pernah menjabat Ketua
sekurang-kurangnya tiga Pengadilan
tahun bagi Hakim pada Tata Usaha Negara.
Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara yang
pernah menjabat Ketua
Pengadilan Tata Usaha
Negara.
Semula, ketentuan pada Pasal 16 Ketentuan Pasal 15 Semula, Ayat 1a di Di antara antara ayat (1)
yang berbunyi : mengalami perubahan antara Ayat 1dan 2 dan
1. Hakim diangkat dan mengenai pemberhentian Pasal 22 tidak ada. ayat (2) disisipkan satu
diberhentikan oleh Hakim Pengadilan yang ayat tambahan, yaitu ayat
Presiden selaku Kepala semula dilaksanakan oleh 1a.
Negara atas usul Menteri Presiden atas usul
Kehakiman berdasarkan Menteri Kehakiman.
persetujuan Ketua
Mahkamah Agung.
2. Ketua dan Wakil Ketua
Pengadilan diangkat dan
diberhentikan oleh
Menteri Kehakiman
berdasarkan persetujuan
Ketua Mahkamah Agung.
Semula, ketentuan pada Pasal 17 Ketentuan Pasal 15 Semula, pada Pasal 25 Ketentuan Pasal 25
Ayat 1 yang berbunyi : mengalami perubahan terdapat dua ayat yaitu 1 mengalami perubahan
“Sebelum memangku jabatannya, berupa sumpah dan janji dan 2. berupa penambahan tiga
Ketua,Wakil Ketua, dan Hakim P Hakim menjadi, “Demi ayat pada pasal 25, yaitu
engadilan wajib mengucapkan Allah saya bersumpah Ayat 3, 4, dan 5.
sumpah atau janji menurut agama bahwa saya akan
atau kepercayaan; bunyi sumpah memenuhi kewajiban
atau janji itu adalah sebagai Hakim dengan sebaik -
berikut: "Saya baiknya dan seadil -
bersumpah/berjanji dengan adilnya, memegang teguh
sungguh -sungguh bahwa saya Undang - Undang Dasar
untuk memperoleh jabatan saya Negara Republik
ini, langsung atau tidak langsung, Indonesia Tahun 1945,
dengan menggunakan nama atau dan menjalankan segala
cara apa pun juga, tidak peraturan perundang -
memberikan atau menjanjikan undangan dengan selurus
barang sesuatu kepada siapa pun -lurusnya menurut
juga". "Saya bersumpah/berjanji Undang - Undang Dasar
bahwa saya, untuk melakukan Negara Republik
atau tidak melakukan sesuatu Indonesia Tahun 1945,
dalam jabatan ini, tidak sekali - serta berbakti kepada
kali akan menerima langsung nusa dan bangsa." Janji :
atau tidak langsung dari siapa pun "Saya berjanji bahwa
juga suatu janji atau pemberian". saya dengan sungguh -
"Saya bersumpah/berjanji bahwa sungguh akan memenuhi
saya akan setia kepada dan akan kewajiban Hakim dengan
mempertahankan serta sebaik - baiknya dan
mengamalkan Pancasila sebagai seadil - adilnya,
pandangan hidup bangsa, dasar memegang teguh Undang
negara, dan ideologi - Undang Dasar Negara
nasional:Undang -Undang Dasar Republik Indonesia
1945, dan segala undang - Tahun 1945, dan
undang, serta peraturan lain yang menjalankan segala
berlaku bagi negara Republik peraturan perundang -
Indonesia". "Saya undangan dengan selurus
bersumpah/berjanji bahwa saya -lurusnya menurut
senantiasa akan menjalankan Undang - Undang Dasar
jabatan saya ini dengan jujur, Negara Republik
seksama dan dengan tidak Indonesia Tahun 1945,
membeda -bedakan orang dan serta berbakti kepada
akan berlaku dalam nusa dan bangsa."
melaksanakan kewajiban saya ini
sebaik -baiknya dan seadil -
adilnya seperti layaknya bagi
seorang Ketua/Wakil
Ketua/Hakim yang berbudi baik
dan jujur dalam menegakkan
hukum dan keadilan".
Semula, ketentuan pada Pasal 18 Ketentuan Pasal 18 Ayat Semula, ketentuan Penambahan satu huruf
Ayat 2 yang berbunyi : 2 mengalami perubahan Pasal 28 hanyat terdiri pada Pasal 28, yaitu huruf
“Hakim tidak boleh merangkap menjadi “Hakim tidak atas enam huruf yaitu a, g. yang berbunyi :
menjadi penasihat hukum.” boleh merangkap menjadi b, c, d, e, dan f. “Mampu secara rohani dan
advokat”. jasmani untuk
menjalankan tugas dan
kewajiban.”

2. Perbedaan Keputusan Tata Negara menurut UU PTUN dan UU Administrasi


Negara
a. Konsep KTUN dalam UU PTUN adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan
oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum tata usaha
negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata. Dilihat dari ketentuan tersebut, maka unsur
unsur dari beschikking adalah (Rasyad, 2019): 1) Bentuk penetapan itu harus
tertulis; 2) dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN; 3) Berisi tindakan hukum
TUN; 4) Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 5) Bersifat
konkret, individual dan final; dan 6) Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata.
b. Unsur-unsur KTUN menurut Pasal 87 UU Administrasi Pemerintahan yaitu: (Anita
Marlin Restu Prahastapa, 2017) 1) Penetapannya merupakan penetapan tertulis
yang juga mencakup tindakan faktual; 2) Keputusan Badan dan/atau Pejabat Tata
Usaha Negara di lingkungan eksekutif, legislatif, yudikatif dan penyelenggara
negara lainnya; 3) Berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan Asas-Asas
Umum Pemerintahan yang baik; 4) Bersifat final dalam arti luas; 5) Keputusan yang
berpotensi menimbulkan akibat hukum; dan 6) Keputusan yang berlaku bagi Warga
Masyarakat.

3. Klasifikasi Keputusan Tata Usaha Negara


a. KTUN Perorangan, keputusan yang diterbitkan atas kualitas pribadi orang
perseorangan tertentu. Contoh : surat pengangkatan jabatan, SIM (pokok dari
KTUN ini adalah keputusan ini bersifat khusus untuk satu individu, tidak bisa
dialihkan kepada pihak lain.)
b. KTUN Kebendaan, keputusan yang diterbitkan atas kualitas kebendaan. Contoh :
sertifikat hak atas tanah (pokok dari KTUN ini adalah keputusan ini ditetapkan
kepada benda, sehingga dapat dialihkan kepada pihak lain.)

a. KTUN Konstitutif, keputusan itu melahirkan atau mengahapuskan suatu hukum


atau keputusan itu menimbulkan suatu hak baru yang sebelumnya tidak dipunyai
oleh seseorang. Berikut adalah bentuk keputusan konstitutif, antara lain :
• Memberikan sebuah kewajiban untuk melakukan sesuatu, tidak melakukan
sesuatu, dan memperkenankan sesuatu. Contoh : putusan perceraian yang
mengakibatkan hak dan kewajiban suami istri semasa pernikahan menjadi
hilang, diganti menjadi hak dan kewajiban pra-nikah (pembagian harta, hak
asuh anak).
• Memberikan status baru sehingga dapat menerapkan aturan hukum
tertentu. Contoh : Pemberian status daerah istimewa kepada Provinsi Aceh
sehingga bisa memberlakukan hukum berasas syariat Islam.
• Memberikan prestasi atau harapan atas perbuatan pemerintah. Contoh :
Pemberian subsidi atau bantuan sembako dengan harapan dapat
mengentaskan permasalahan naiknya harga sembako di masyarakat.
b. KTUN Deklaratif, keputusan yang tidak mengubah hak dan kewajiban yang telah
ada, tetapi sekedar menyatakan hak dan kewajiban tersebut sesuai dengan hukum
yang riil telah ada. Contoh : pengadaan akta kelahiran untuk menyatakan bahwa
seseorang telah lahir, pengadaan akta kematian untuk menyatakan bahwa seseorang
telah meninggal.

a. KTUN Terikat, sebuah keputusan yang hadir berlandaskan ketentuan yang sudah
ada sebelumnya. Contoh : keputusan hakim berupa hukuman mati kepada Amrozi
bin Nurhasyim, pelaku bom Bali yang didasarkan atas pasal 6-16 UU No 15 Tahun
2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
b. KTUN Bebas, sebuah keputusan yang hadir berlandaskan kebebasan bertindak
secara adaptif tanpa perlu adanya kententuan yang sudah ada sebelumnya. Contoh
: Pemerintah Kota Bekasi mengeluarkan keputusan berupa penertiban pelaku
remaja kriminal begal melalui hukuman kerja sosial di masyarakat ketimbang
hukuman penjara.
a. KTUN Positif, sebuah keputusan yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi yang
dikenai keputusan. Contoh : Pemberian mandat.
b. KTUN Negatif, sebuah keputusan yang tidak menimbulkan perubahan keadaan
hukum yang telah ada. Contoh : Penolakan aturan perpanjangan pencairan JHT
BPJS Ketenagakerjaan sehingga kembali ke Permenaker Nomor 19 Tahun 2015.

a. KTUN Eenmalig / Kilat, sebuah keputusan yang hanya berlaku sekali dan seringkali
disebut sebagai keputusan sepintas lalu. Contoh : Izin mengadakan rapat umum
yang mana hanya berlaku sekali untuk satu rapat umum saja.
b. KTUN Permanen / Langgeng, sebuah keputusan permanen adalah keputusan yang
masa berlakunya relatif lama. Contoh : Pemberian konsesi oleh pemerintah kepada
PT Freeport sejak tahun 1967 (konsesi adalah pemberian hak, izin, atau tanah oleh
pemerintah, perusahaan, individu, atau entitas legal lainnya.)

Anda mungkin juga menyukai