PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Mengingat . . .
SK No 112784 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
Mengingat 1 Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 24 ayat (3) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
t945;
2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2OO4 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 67 , Tarnbahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44Oll;
MEMUTUSKAN:
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2OO4 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor
67 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
44oll, diubah sebagai berikut:
1 Frasa Bagian Pertama Pengertian pada BAB I
KETENTUAN UMUM dihapus.
Pasal 1
2. Jaksa
SK No 112785 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
2. Jaksa adalah pegawai negeri sipil dengan jabatan
fungsional yang memiliki kekhususan dan
melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangannya
berdasarkan Undang-Undang.
3. Penuntut Umum adalah Jaksa yang diberi wewenang
oleh Undang-Undang ini untuk melakukan
penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim
serta wewenang lain berdasarkan Undang-Undang.
4. Penuntutan adalah tindakan Penuntut Umum untuk
melimpahkan perkara ke Pengadilan Negeri yang
berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam hukum acara pidana dengan permintaan
supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
pengadilan.
Pasal 3
Pelaksanaan fungsi yang berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1), diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung, Kejaksaan
Tinggi, Kejaksaan Negeri, dan Cabang Kejaksaan Negeri.
6. Ketentuan.
SK No 112786 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-
6. Ketentuan Pasal 4 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 4
(1) Kejaksaan Agung berkedudukan di ibu kota negara
Republik Indonesia dan daerah hukumnya meliputi
wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia.
(2) Kejaksaan Tinggi berkedudukan di ibu kota provinsi
dan daerah hukumnya meliputi wilayah yang
ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden atas
usul Jaksa Agung.
(3) Kejaksaan Negeri berkedudukan di ibu kota
kabupatenlkota dan daerah hukumnya meliputi
wilayah yang ditetapkan berdasarkan Keputusan
Presiden atas usul Jaksa Agung.
(4) Cabang Kejaksaan Negeri berkedudukan di dalam
yurisdiksi Kejaksaan Negeri dan daerah hukumnya
meliputi wilayah yang ditetapkan oleh Jaksa Agung
setelah mendapatkan pertimbangan dari menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang aparatur negara.
BAB II
SUSUNAN KE^IAKSAAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
Susunan organisasi dan tata kerja Kejaksaan diatur
dengan Peraturan Presiden.
9. Ketentuan .
SK No 112787 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
9. Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 7
(1) Pembentukan Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri
ditetapkan dengan Peraturan Presiden.
(2) Dalam hal tertentu Cabang Kejaksaan Negeri dapat
dibentuk di daerah hukum Kejaksaan Negeri.
(3) Cabang Kejaksaan Negeri sebagaimana dimaksud
pada ayat (21 dibentuk oleh Jaksa Agung setelah
mendapatkan pertimbangan dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
aparatur negara.
Pasal 7A
(1) Pegawai Kejaksaan terdiri atas:
a. Jaksa; dan
b. aparatur sipil negara non-Jaksa.
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai pegawai Kejaksaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
11. Ketentuan ayat (3), ayat (41, dan ayat (5) Pasal 8 diubah,
sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 8
(1) Jaksa diangkat dan diberhentikan oleh Jaksa Agung.
(2) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Jaksa
bertindak untuk dan atas narna negara serta
bertanggung jawab menurut saluran hierarki.
(3) Demi keadilan dan kebenaran berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa, Jaksa melakukan Penuntutan.
(a) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Jaksa
senantiasa bertindak berdasarkan hukum dan hati
nurani dengan mengindahkan norna keagamaan,
kesopanan, kesusilaan, serta wajib menggali dan
menjunjung tinggr nilai kemanusiaan yang hidup
dalam masyarakat, serta senantiasa menjaga
kehormatan dan martabat profesinya.
(5) Dalam...
SK No 112788 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
(5) Dalam melaksanakan tugasdan wewenangnya,
pemanggilan, pemeriksaan, penggeledahan,
penangkapan, dan penahanan terhadap Jaksa
hanya dapat dilakukan atas izin Jaksa Agung.
Pasal 8A
(1) Dalam menjalankan tugas dan wewenang, Jaksa
beserta anggota keluarganya berhak mendapatkan
pelindungan negara dari ancaman yang
membahayakan diri, jiwa, dan/atau harta benda.
(2) Pelindungan negara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan atas permintaaan Kejaksaan
kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelindungan
negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1,) dan
ayat (21diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 8B
Dalam melaksanakan tugas dan wewenang, Jaksa
dapat dilengkapi dengan senjata api serta sarana dan
prasarana iainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
SK No 112789 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7 -
Pasal 9A
(1) Pendidikan dan pelatihan pembentukan Jaksa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (21
dilaksanakan oleh Kejaksaan melalui lembaga
pendidikan khusus Jaksa.
(2) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
pembentukan Jaksa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 98
(1) Penyusunan, penetapan kebutuhan, dan pengadaan
calon Jaksa, pangkat dan jabatan, pengembangan
karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian
kinerja, kedisiplinan, dan pengawasan untuk Jaksa
dilakukan secara terbuka, profesional, dan
akuntabel yang berdasarkan pada kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
15. Ketentuan ayat (1) Pasal 10 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 10
(1) Sebelum memangku jabatannya, Jaksa wajib
mengucapkan sumpah atau janji menurut agama
atau kepercayaannya di hadapan Jaksa Agung.
(2) Sumpah
SK No 112790 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-
(2) Sumpah atau janji sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berbunyi sebagai berikut:
16. Di antara
SK No Il279I A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9-
16. Di antara Pasal 11 dan Pasal 12 disisipkan 1 (satu) pasal,
yakni Pasal 11A sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 11A
(1) Jaksa dapat ditugaskan untuk menduduki atau
mengisi jabatan:
a. di luar instansi Kejaksaan;
b. pada perwakilan Republik Indonesia di luar negeri;
c. dalam organisasi internasional;
d. dalam organisasi profesi internasional; atau
e. pada penugasan lainnya.
(2) Pelaksanaan tugas Jaksa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilaksanakan dengan rangkap jabatan
sepanjang terkait dengan kompetensi dan kewenangan
Jaksa.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penugasan Jaksa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
c. melanggar
SK No 112792 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 10-
c. melanggar sumpah atau janji jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10;
d. melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11; atau
e. melakukan pelanggaran berat sebagaimana yang
diatur dalam kode etik Jaksa.
(21 Pengusulan pemberhentian tidak dengan hormat
dengan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e dilakukan setelah
Jaksa yang bersangkutan diberi kesempatan
secukupnya untuk membela diri di hadapan Majelis
Kehormatan Jaksa.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan,
susunan, dan tata kerja Majelis Kehormatan Jaksa
serta tata cara pembelaan diri diatur dengan
Peraturan Kejaksaan.
(4) Jaksa
SK No 112793 A
PRESIDEN
FIEPUBLIK INDONESIA
- 11-
(4) Jaksa Agung merupakan pimpinan dan penanggung
jawab tertinggi Kejaksaan yang memimpin,
mengendalikan pelaksanaan tugas, wewenang
Kejaksaan, dan tugas lain yang diberikan oleh
negara.
(5) Jaksa Agung dibantu oleh seorang Wakil Jaksa
Agung dan beberapa orang Jaksa Agung Muda.
(6) Jaksa Agung dan Wakil Jaksa Agung merupakan
satu kesatuan unsur pimpinan.
(7) Jaksa Agung Muda merupakan unsur pembantu
pimpinan.
g. tidak
SK No 112794 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t2-
g. tidak lagi memenuhi salah satu syarat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20; atau
h. melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21.
(2) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
Pasal 23
(1) Wakil Jaksa Agung diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden atas usul Jaksa Agung.
(2) Wakil Jaksa Agung bertanggung jawab kepada Jaksa
Agung.
(3) Wakil Jaksa Agung sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diangkat dari Jaksa Agung Muda atau yang
dipersamakan dengan memperhatikan jenjang dan
jabatan karier sebagai Jaksa.
Bagian Kelima
Penugasan dari Luar Kejaksaan
26. Ketentuan
SK No 112795 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-13-
26.Ketentuan Pasal 29 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 29
Pada Kejaksaan dapat ditugaskan aparatur sipil negara,
prajurit Tentara Nasional Indonesia, atau pejabat lain
yang tidak menduduki jabatan Jaksa, serta , yang
diangkat dan diberhentikan oleh Jaksa Agung sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB III
TUGAS DAN WEWENANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3OA
Dalam pemulihan aset, Kejaksaan berwenang
melakukan kegiatan penelusuran, perampasan, dan
pengembalian aset perolehan tindak pidana dan aset
lainnya kepada negara, korban, atau yang berhak.
Pasal 30B
Dalam bidang intelijen penegakan hukum, Kejaksaan
berwenang:
a. menyelenggarakan fungsi penyelidikan, pengamarlan,
dan penggalangan untuk kepentingan penegakan
hukum;
b. menciptakan kondisi yang mendukung dan
mengamankan pelaksanaan pembangunan;
c. melakukan kerja sarna intelijen penegakan hukum
dengan lembaga intelijen dan/atau penyelenggara
intelijen negara lainnya, di dalam maupun di luar
negeri;
d.melaksanakan...
SK No 112796 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t4-
d. melaksanakan pencegahan korupsi, kolusi, dan
nepotisme; dan
e. melaksanakan pengawasan multimedia.
Pasal 30C
Selain melaksanakan tugas dan wewenang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, Pasal 30A, dan
Pasal 3OB Kejaksaan:
a. menyelenggarakan kegiatan statistik kriminal dan
kesehatan yustisial Kej aksaan ;
b. turut serta dan aktif dalam pencarian kebenaran atas
perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat dan
konflik sosial tertentu demi terwujudnya keadilan;
c. turut serta dan aktif dalam penanganan perkara
pidana yang melibatkan saksi dan korban serta proses
rehabilitasi, restitusi, dan kompensasinya;
d. melakukan mediasi penal, melakukan sita eksekusi
untuk pembayaran pidana denda dan pidana
pengganti serta restitusi;
e. dapat memberikan keterangan sebagai bahan
informasi dan verifikasi tentang ada atau tidaloeya
dugaan pelanggaran hukum yang sedang atau telah
diproses dalam perkara pidana untuk menduduki
jabatan publik atas permintaan instansi yang
berwenang;
f. menjalankan fungsi dan kewenangannya di bidang
keperdataan dan/atau bidang publik lainnya
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang;
g. melakukan sita eksekusi untuk pembayaran pidana
denda dan uang pengganti;
h. mengajukan peninjauan kembali; dan
i. melakukan penyadapan berdasarkan Undang-Undang
khusus yang mengatur mengenai penyadapan dan
menyelenggarakan pusat pemantauan di bidang tindak
pidana.
30.Ketentuan...
SK No 112797 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-15-
30. Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 33
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,
Kejaksaan membina hubungan kerja sama dan
komunikasi dengan:
a. lembaga penegak hukum dan instansi lainnya;
b. lembaga penegak hukum dari negara lain; dan
c. lembaga atau organisasi internasional.
31. Ketentuan Pasal 34 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 34
Kejaksaan dapat memberikan pertimbangan dalam
bidang hukum kepada Presiden dan instansi
pemerintah lainnya.
Pasal 34A
Untuk kepentingan penegakan hukum, Jaksa dan/atau
Penuntut Umum dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya
dengan memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan kode etik.
Pasal 34B
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenang,
Jaksa dapat menggunakan tanda nomor kendaraan
bermotor khusus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 34C
(1) Penuntut Umum dapat mendelegasikan sebagian
kewenangan Penuntutan kepada penyidik untuk
perkara tindak pidana ringan.
(2) Ketentuan...
SK No 112798 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 16-
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendelegasian
sebagian kewenangan Penuntutan oleh Penuntut
Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Kejaksaan.
SK No 112799 A
PRESIDEN
REPLIBLIK !NDONESIA
-t7-
j. mendelegaslkan sebagian kewenangan
Penuntutan kepada Penuntut Umum untuk
melakukan Penuntutan; dan
k. menangani tindak pidana yang menyebabkan
kerugian perekonomian negara dan dapat
menggunakan denda damai dalam tindak pidana
ekonomi berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendelegasian
kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf i dan huruf j diatur dengan Peraturan
Kejaksaan.
Pasal 35B
(1) Jaksa Agung dapat mengangkat penyidik ad hoc
yang terdiri atas unsur pemerintah atau masyarakat
dalam penyidikan perkara pelanggaran hak asasi
manusia yang berat.
(2) Jaksa Agung dapat mengangkat Penuntut Umum ad
hoc yang terdiri atas unsur pemerintah atau
masyarakat dalam Penuntutan perkara pelanggaran
hak asasi manusia yang berat.
(3) Ketentua,n lebrih lanjut mengenai pengangkatan
penyidik ad hoc dan Penuntut Umum ad hoc
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21
diatur dengan Peraturan Kejaksaan.
35. Ketentuan
SK No 112800 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-18-
35. Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 36
(1) Jaksa Agung memberikan izin kepada tersangka
atau terdakwa untuk berobat atau menjalani
perawatan di rumah sakit dalam negeri, kecuali
dalam keadaan tertentu dapat dilakukan perawatan
di luar negeri.
(21 lzin secara tertulis untuk berobat atau menjalani
perawatan di dalam negeri diberikan oleh kepala
Kejaksaan Negeri setempat dan dilaporkan secara
berjenjang kepada Jaksa Agung.
(3) Izin secara tertulis untuk berobat atau menjalani
perawatan di rumah sakit di luar negeri hanya
diberikan oleh Jaksa Agung.
(4) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (ll, ayat (21,
dan ayat (3), hanya diberikan atas dasar
rekomendasi dokter.
(5) Dalam hal diperlukan perawatan di luar negeri,
rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dengan jelas menyatakan kebutuhan untuk itu yang
dikaitkan karena fasilitas perawatan di dalam negeri
belum mencukupi.
SK No 112801 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-19-
38. Di antara Pasal 39 dan Pasal 40 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 39A sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 39A
Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus
ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak
Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal 40A
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku,
pemberhentian Jaksa yang berusia 60 (enam puluh)
tahun atau lebih tetap mengikuti ketentuan batas usia
pensiun sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2OO4 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2OO4 Nomor 67, Tambahan Lernbaran Negara Republik
Indonesia Nomor 44oll.
Pasal II
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar
SK No 112802 A
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA
-20-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam l,embaran Negara Republik
Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 31 Desember 2O2l
ttd
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 31 Desember 2O2l
ttd
YASONNA H. LAOLY
vanna Djaman
SK No 112962 A
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
I UMUM
Demi mewujudkan negara hukum sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
dibuhrhkan adanya kekuasaan kehakiman yang merdeka dalam
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Pelaksanaan kekuasaan kehakiman yang merdeka tidak dapat dipisahkan
dari kemandirian kekuasaan Penuntutan dalam rangka menjamin
terpenuhinya hak-hak warga negara atas pengakuan, pelindungan, dan
kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sarna di hadapan hukum
dalam proses peradilan pidana.
Kejaksaan merupakan lembaga pemerintahan yang fungsinya
berkaitan dengan kekuasaan kehakiman yang melaksanakan kekuasaan
negara di bidang Penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan Undang-
Undang. Kejaksaan dalam menjalankan fungsinya yang berkaitan dengan
kekuasaan kehakiman dilaksanakan secara merdeka. Pengaturan fungsi
Kejaksaan yang berkaitan dengan kekuasaan kehakiman perlu dikuatkan
sebagai landasan kedudukan kelembagaan dan penguatan tugas dan
fungsi Kejaksaan.
Dalam melaksanakan kekuasaan negara di bidang Penuntutan,
kewenangan Kejaksaan untuk dapat menentukan apakah suatu perkara
dapat atau tidak dilimpahkan ke pengadilan memiliki arti penting dalam
menyeimbangkan antara aturan yang berlaku lrechtmatigheidl dan
interpretasi yang bertumpu pada tujuan atau asas kemanfaatan
(doelmatigheid) dalam pro se s peradilan p idana.
Adanya .
SK No 112804A
PRESIDEN
IIEPUBLIK INDONESIA
-2-
Adanya perkembangan kebutuhan hukum yang melatarbelakangi
perubahan Undang-Undang tentang Kejaksaan Republik Indonesia,
termasuk beberapa putusan Mahkamah Konstitusi yang mempengaruhi
pelaksanaan tugas dan fungsi Kejaksaan, seperti Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 6-13-20IPUU/VIII l2OlO tanggal 13 Oktober 2010 yang
membuat kewenangan Jaksa untuk menarik barang cetakan dalam rangka
pengawasan harus dilakukan melalui pengujian di sidang pengadilan.
Kewenangan Jaksa dalam melaksanakan diskresi Penuntutan
Qroseantoial disqetionary atau opportuniteit beginselen) yang dilakukan
dengan mempertimbangkan kearifan lokal dan nilai-nilai keadilan yang
hidup di masyarakat memiliki arti penting dalam rangka mengakomodasi
perkembangan kebutuhan hukum dan rasa keadilan di masyarakat yang
menuntut adanya perubahan paradigma penegakan hukum dari semata-
mata mewujudkan keadilan retributif (pembalasan) menjadi keadilan
restoratif. Untuk itu, keberhasilan tugas Kejaksaan dalam melaksanakan
Penuntutan tidak hanya diukur dari banyaknya perkara yang dilimpahkan
ke pengadilan, termasuk juga penyelesaian perkara di luar pengadilan
melalui mediasi penal sebagai implementasi dari keadilan restoratif yang
menyeimbangkan antara kepastian hukum yang adil dan kemanfaatan.
Selaras dengan komitmen Indonesia dalam memajukan kerja sarna
internasional di bidang penegakan hukum melalui ratifikasi United Nations
Against Tlansnational Organized Crime (UNTOC) dan United Nations
Conuentions Against Corntption (UNCAC), terdapat beberapa ketentuan
dalam konvensi tersebut yang mempengaruhi kewenangan, tugas, dan
fungsi Kejaksaan. Pada tahun 2Ol4 United Nations OJfie on Dntgs and
Cime (UNODC) dan International Association of hoseantors (IAP)juga telah
menerbitkan pedoman tentang status dan peran Penuntut Umum (77re
Sfatus and Role of hoseantors) sebagai implementasi dari United Nations
Guidelines on The Role of hoseantors tahun 1990 yang mendorong
penguatan kelembagaan Kej aksaan, khu su snya terkait indepe nden si dalam
Penuntutan, akuntabilitas penanganan perkara, standar profesionalitas,
dan pelindungan bagi para Jaksa.
Hal lain yang menjadi penting dalam menguatkan kedudukan Jaksa
sebagai pegawai negeri sipil dengan jabatan fungsional memiliki
kekhususan yang mengakomodasi karakteristik Jaksa untuk optimalisasi
pelaksanaan tugas dan fungsinya dan penguatan organisasi, termasuk
pengaturan rangkap jabatan penugasErn Jaksa di luar instansi Kejaksaan
sesuai dengan kompetensi dan kewenangan Jaksa.
Perubahan .
SK No I12805 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
Perubahan dalam Undang-Undang ini juga mengonsolidasikan
beberapa kewenangan Jaksa Agung, Kejaksaan, dan Jaksa yang diatur
dalam berbagai ketentuan peraturan perLlndang-undangan sehingga lebih
komprehensif dan dapat dilaksanakan secara lebih optimal, seperti
kewenangan menggunakan denda damai, melakukan intelijen penegakan
hukum, dan pemulihan aset. Untuk mengoptimalkan penegakan hukum,
pelaksanaan wewenang dilakukan secara koordinatif dan terpadu dengan
instansi dan/atau lembaga lain sesuai dengan kewenangannya
sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perubahan pengaturan yang diakomodasi dalam Undang-Undang ini
juga dilakukan untuk menindaklanjuti kekhususan dari suatu wilayah di
Indonesia sebagaimana ketentuan dalam Qanun di Aceh dan penyelesaian
perkara secara adat di Papua.
Untuk terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila, hukum di Indonesia harus dapat menjamin bahwa
pembangunan dan seluruh aspeknya didukung oleh suatu kepastian
hukum yang berkeadilan. Untuk itu, Kejaksaan harus mampu terlibat
sepenuhnya dalam pembangunan di segala aspek serta wajib untuk turut
menjaga keutuhan serta kedaulatan bangsa dan negara, menjaga dan
menegakkan kewibawaan Pemerintah dan negara, melindungi kepentingan
masyarakat, serta berpartisipasi aktif dalam perkembangan hukum
antarnegara dan internasional.
Dengan demikian, perubahan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2OO4
tentang Kejaksaan Republik Indonesia adalah menjadi suatu keniscayaan
untuk dapat berjalan secara sempurna dan optimal.
Dalam Undang-Undang ini, beberapa hal yang disempurnakan antara lain:
1. Penyesuaian standar pelindungan terhadap Jaksa dan keluarganya di
Indonesia sesuai dengan standar pelindungan profesi Jaksa yang
diatur di dalam United Nations Guidelines on th.e Role of Proseantors
dan International Association of Proseantor (IAP) mengingat Indonesia
telah bergabung menjadi anggota IAP sejak tahun 2006.
2. Pengaturan mengenai intelijen penegakan hukum (intelijen yustisial)
yang disesuaikan dengan Undang-Undang yang mengatur mengenai
intelijen negara.
3. Kewenangan pengawasan barang cetakan dan multimediayang diatur
dan menyesuaikan dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 6-
l3-2OlPUUlVilIl2OlO tanggal 13 Oktober 2O1O bahwa Kejaksaan
sebagai lembaga negara yang melakukan pengamurnan terhadap
peredaran barang cetakan harus melakukan penyitaan atau tindakan
hukum lain melalui proses peradilan karena perkembangan teknologi,
termasuk di dalamnya perkembangan teknologi multimedia.
4. Pengaturan
SK No 112806 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA,
-4-
4. Pengaturan fungsi aduocaat generaal bagi Jaksa Agung.
Pada dasarnya, Jaksa Agung memiliki kewenangan aduocaat
generaal, antara lain sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
yang mengatur mengenai Mahkamah Agung, yaitu Jaksa Agung dapat
mengajukan pendapat teknis hukum dalam perkara kepada
Mahkamah Agung dalam permohonan kasasi.
5. Pengaturan mengenai penyelenggaraan kesehatan yustisial
Kejaksaan dalam mendukung tugas dan fungsi Kejaksaan.
6. Penguatan sumber daya manusia Kejaksaan melalui pengembangan
pendidikan di bidang profesi, akademik, keahlian, dan kedinasan.
7. Pengaturan kewenangan kerja sama Kejaksaan dengan lembaga
penegak hukum dari negara lain, dan lembaga atau organisasi
internasional mengingat kedudukan Kejaksaan sebagai titik tumpuan
(focal point) pada lembaga International Association of Anti Comtption
Authoities (IAACAI, International Association of Proseantor (IAP), dan
forum Jaksa Agung Cina-ASEAN.
8. Pengaturan untuk kewenangan lain Kejaksaan seperti memberikan
keterangan sebagai bahan informasi dan verifikasi tentang ada atau
tidaknya dugaan pelanggaran hukum yang sedang atau telah diproses
dalam perkara pidana untuk menduduki jabatan publik.
Pasal I
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Pasal 1
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat(2)...
SK No 112807 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "satu dan tidak terpisahkan"
adalah satu landasan dalam pelaksanaan tugas dan
wewenang Kejaksaan yang bertujuan memelihara
kesatuan kebijakan Kejaksaan sehingga dapat
menampilkan ciri khas yang menyatu dalam tata pikir,
tata laku, dan tata kerja Kejaksaan (een en
ondeelbarheids).
Angka 5
Pasal 3
Cukup jelas
Angka 6
Pasal 4
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Pasal 6
Cukup jelas.
Angka 9
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (21
SK No 112770 A
PRESIDEN
REPUBLIK !NDONESIA
-6-
Ayat (3)
Cukup jelas
Angka 10
Pasal 7A
Cukup jelas.
Angka 11
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Ketentuan dalam ayat ini bertujuan untuk memberikan
pelindungan kepada Jaksa yang telah diatur dalam
Guidelines on the Role of Proseantors dan International
Association of Proseantors, yaitu negara akan menjamin
bahwa Jaksa sanggup untuk menjalankan profesi mereka
tanpa intimidasi, gangguan, godaan, campur tangan yang
tidak tepat, atau pembeberan yang belum diuji
kebenarannya, baik terhadap pertanggungjawaban
perdata, pidana, maupun pertanggungjawaban lainnya.
Angka 12
Pasal 8A
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "keluarga" meliputi orang yang
mempunyai hubungan darah dalam garis lurus ke atas
atau ke bawah dan garis menyamping sampai derajat
ketiga, orang yang mempunyai hubungan perkawinan,
atau orang yang menjadi tanggungan dari Jaksa.
Ayat(2)...
SK No ll277l A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7 -
Ayat (21
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
Angka 13
Pasal 9
Cukup jelas.
Angka 14
Pasal 9A
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "lembaga pendidikan khusus
Jaksa" adalah unit organisasi di lingkungan Kejaksaan
yang melaksanakan fungsi pendidikan dan pelatihan,
yang memiliki kewenangan yang tidak hanya
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
pembentukan Jaksa, tetapi juga menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan profesi dan fungsional keahlian,
serta yang mendukung tugas dan fungsi Kejaksaan.
Ayat (21
Cukup jelas
Pasal 98
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "adil" adalah pelaksanaan
terhadap pen5rusunan, penetapan kebutuhan, dan
pengadaan calon Jaksa; pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi,
penilaian kinerja, dan kedisiplinan; dan pengawasan
untuk Jaksa harus mencerminkan keadilan secara
proporsional serta tidak ada diskriminasi dalam
pelaksanaannya.
Yang...
SK No 112772 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-
Yang dimaksud dengan "wajar" adalah pelaksanaan
terhadap penJrusunan, penetapan kebutuhan, dan
pengadaan calon Jaksa; pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi,
penilaian kinerja, kedisiplinan; dan pengawasan untuk
Jaksa dilakukan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
tanpa memberikan persyaratan tambahan, bebas dari
keraguan, dan ketidakjujuran serta lengkap
informasinya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Angka 15
Pasal 10
Cukup jelas
Angka 16
Pasal 1 1A
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Penugasan Jaksa pada perwakilan Republik
Indonesia dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perrrndang-undangan di bidang
hubungan luar negeri.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat(21 ...
SK No 112773 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9-
Ayat (21
Angka 17
Pasal 12
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "sakit jasmani atau rohani secara
terus-menerus" adalah sakit yang menyebabkan
penderita tidak mampu melakukan tugas dan
kewajibannya dengan baik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Angka 18
Pasal 13
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
SK No 112774 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-10-
Huruf b
Yang dimaksud dengan "melalaikan kewajiban dalam
menjalankan tugas atau pekerjaan" adalah apabila
dalam jangka waktu paling lama 46 (empat puluh
enam) hari kerja secara berturut-turut, yang
bersangkutan tidak
menyelesaikan tugas yang
dibebankan kepadanya tanpa suatu alasan yang sah.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Angka 19
Pasal 17
Cukup jelas
Angka 2O
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
SK No llz775 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11-
Ayat (a)
Karena Jaksa Agung adalah pimpinan dan penanggung
jawab tertinggi yang mengendalikan pelaksanaan tugas
dan wewenang Kejaksaan, Jaksa Agung juga merupakan
pimpinan dan penanggung jawab tertinggi dalam bidang
Penuntutan.
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan "kesatuan unsur pimpinan"
adalah wujud keterpaduan dan kebersamaan antara
Jaksa Agung dan Wakil Jaksa Agung dalam
melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh Jaksa
Agung.
Ayat (71
Cukup jelas
Angka 2 1
Pasal 2O
Cukup jelas.
Angka 22
Pasal 22
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Yang dimaksud dengan "sakit jasmani atau rohani
secara terus-menertls" adalah sakit yang
menyebabkan penderita tidak mampu melakukan
tugas dan kewajibannya dengan baik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
SK No 112754 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t2-
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (21
Cukup jelas.
Angka 23
Pasal 23
Ayat (1)
Jabatan Wakil Jaksa Agung akan sangat membantu
Jaksa Agung, khususnya dalam pembinaan administrasi
sehari-hari dan segi-segi teknis operasional lainnya.
Karena sifat tugasnya tersebut, jabatan Wakil Jaksa
Agung merupakan Jaksa karier dalam lingkungan
Kejaksaan.
Pengusulan pencalortan oleh Jaksa Agung harus
memperhatikan pembinaan karier di lingkungan
Kejaksaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "yang dipersamakan" adalah
jabatan yang setara dengan Eselon I di lingkungan
Kejaksaan.
Angka 24
Pasal 24
Cukup jelas
Angka25...
SK No 112755 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-13-
Angka 25
Cukup jelas.
Angka 26
Pasal 29
Cukup jelas.
Angka 27
Cukup jelas
Angka 28
Pasal 3OA
Yang dimaksud dengan "aset perolehan tindak pidana" adalah
aset yang diperoleh dari tindak pidana atau diduga berasal
dari tindak pidana, aset yang digunakan untuk melakukan
tindak pidana, dan aset yang terkait dengan tindak pidana.
Pasal 30B
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "pencegahan korupsi, kolusi, dan
nepotisme" adalah upaya di bidang intelijen penegakan
hukum untuk melakukan pendeteksian dan peringatan
dini terhadap korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 30C. . .
SK No 112756 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-14-
Pasal 3OC
Huruf a
Salah satu kontribusi penyelenggaraan kesehatan
yustisial Kejaksaan adalah membangun rumah sakit,
sarana dan prasararLa, serta fasilitas dan kelengkapan
pendukung kesehatan lainnya.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas. '
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Peninjauan kembali oleh Kejaksaan merupakan bentuk
tugas dan tanggung jawab Kejaksaan mewakili negara
dalam melindungi kepentingan keadilan bagi korban,
termasuk bagi negara, dengan menempatkan
kewenangan Jaksa secara proporsional pada kedudukan
yang sama dan seirnbang (equalitg of arms pinciplel
dengan hak terpidana atau ahli warisnya untuk
mengajukan peninjauan kembali. Peninjauan kembali
yang diajukan oleh oditurat dikoordinasikan dengan
Kejaksaan.
Jaksa dapat melakukan Peninjauan kembali apabila
dalam putusan itu suatu
perbuatan yang didakwakan
telah terbukti akan tetapi tidak diikuti oleh suatu
pemidanaan.
Huruf i
SK No 112757 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-15-
Huruf i
Yang dimaksud dengan "penyadapan" adalah kegiatan
mendengarkan, merekam, membelokkan, mengubah,
menghambat, dan/atau mencatat transmisi informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik, baik
menggunakan jaringan kabel komunikasi maupun
jaringan nirkabel, seperti pancaran elektromagnetik atau
radio frekuensi, termasuk memeriksa paket, pos, surat-
men5rurat, dan dokumen lain.
Angka 29
Pasal 3 1
Penempatan terdakwa di rumah sakit, tempat perawatan jiwa,
atau tempat lain dilakukan dengan mempertimbangkan
kepentingan pengobatan yang sesuai dengan hak asasi
manusia, ketertiban, dan keamanan umum.
Angka 30
Pasal 33
Kerja sama yang dilakukan oleh Kejaksaan dilandasi semangat
keterbukaan dan kebersamaan untuk mewujudkan sistem
peradilan pidana terpadu.
Hubungan kerja sama dan komunikasi Kejaksaan dengan
lembaga penegak hukum negara lainnya dan lembaga atau
organisasi internasional dilakukan sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang yang mengatur mengenai hubungan luar
negeri dan ketentuan Undang-Undang yang mengatur
mengenai perjanjian internasional serta peraturan perundang-
undangan lainnya.
Angka 3 1
Pasal 34
Cukup jelas
Angka 32
SK No 112758 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA.
-t6-
Angka 32
Pasal 34A
Prinsip diskresi yang diatur dalam Pasal 139 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ialah
"setelah penuntut umum menerima kembali hasil penyidikan
yang lengkap dari penyidik, ia segera menentukan apakah
berkas perkara itu sudah memenuhi persyaratan untuk dapat
atau tidak dilimpahkan ke pengadilan." Pengaturan
kewenangan ini dilakukan tanpa mengabaikan prinsip tujuan
penegakan hukum yang meliputi tercapainya kepastian
hukum, rasa keadilan, dan manfaatnya sesuai dengan prinsip
restoratiue justice dan diversi yang menyemangati
perkembangan hukum pidana di Indonesia.
Untuk mengakomodasi perkembangan di masyarakat yang
menginginkan tindak pidana ringan atau tindak pidana yang
bernilai kerugian ekonomis rendah tidak dilanjutkan proses
pidananya dalam prinsip upaya penegakan hukum yang
mengutamakan keadilan.
Hal itu sejalan dengan doktrin diskresi Penuntutan
Qtrosecutoial discrationary) serta kebijakan leniensi (leniencg
policg).
Pasal 348
Cukup jelas.
Pasal 34C
Cukup jelas.
Angka 33
Pasal 35
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "mengefektifkan penegakan
hukum" adalah kewenangan Jaksa Agung dalam
menetapkan dan mengendalikan kebijakan
penegakan hukum dan keadilan guna terwujudnya
sistem peradilan terpadu.
Huruf c
SK No 112759 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t7-
Huruf c
Yang dimaksud dengan "kepentingan umum" adalah
kepentingan bangsa dan negara dan/atau
kepentingan masyarakat luas.
Jaksa Agung memperhatikan saran dan pendapat
dari badan-badan kekuasaan negara yang
mempunyai hubungan dengan masalah tersebut.
Huruf d
Pengajuan kasasi demi kepentingan hukum ini
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Huruf e
Kewenangan ini dalam rangka Jaksa Agung sebagai
aduocaat generaal yang melaksanakan kekuasaan
negara di bidang Penuntutan.
Huruf f
Pelaksanaan tindakan pencegahan dan penangkalan
ini melibatkan instansi yang menyelenggarakan urusan
di bidang keimigrasian.
Huruf g
Pelaksanaan ketentuan ini dilakukan dalam rangka
penanganan perkara koneksitas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Pendelegasian sebagian kewenangan Penuntutan
kepada Oditur Jenderal merupakan konsekuensi
jabatan Jaksa Agung selaku Penuntut U*um
tertinggi di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Huruf j
T\rgas dan wewenang Kejaksaan di bidang pidana
ditentukan clengan memperhatikan asas single
proseantion sgstem, asas een en ondelbaar, dar:. asas
oportunitas.
Pendelegasian kewenangan Penuntutan dari Jaksa
Agung kepada Penuntut Umum harus sejalan dengan
kebijakan penegakan hukum yang telah ditetapkan
oleh Jaksa Agung selaku pemilik tunggal
kewenangan Penuntutan.
Yang
SK No 112742 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-18-
Yang dimaksud dengan "melakukan Penuntutan"
dalam ketentuan ini, termasuk koordinasi teknis
Penuntutan seluruh perkara tindak pidana yang
dipertanggungjawabkan pada Jaksa Agung selaku
Penuntut Umum tertinggi di Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Huruf k
Perekonomian Negara adalah kehidupan perekonomian
yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara
mandiri yang didasarkan pada kebijakan Pemerintah,
baik di tingkat pusat maupun di daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
bertujuan memberikan manfaat, kemakmuran, dan
kesejahteraan kepada seluruh kehidupan ralryat.
Yang dimaksud dengan "denda damai" adalah
penghentian perkara di luar pengadilan dengan
membayar denda yang disetujui oleh Jaksa Agung.
Penggunaan denda damai dalam hal tindak pidana
ekonomi merupakan salah satu bentuk penerapan
asas oportunitas yang dimiliki oleh Jaksa Agung
dalam tindak pidana perpajakan, tindak pidana
kepabeanan, atau tindak pidana ekonomi lainnya
berdasarkan Undang- Undang.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Angka 34
Pasal 35A
Cukup jelas.
Pasal 35B
Cukup jelas.
Angka 35
SK No 112777 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t9-
Angka 35
Pasal 36
Ayat (1)
Untuk memperolehizin berobat atau menjalani perawatan
di dalam negeri, tersangka atau terdakwa atau
keluarganya mengajukan permohonan secara tertulis
kepada Jaksa Agung atau pejabat yang ditunjuk sesuai
dengan Keputusan Jaksa Agung. Diperlukannya izin
dalam ketentuan ini disebabkan status tersangka atau
terdakwa sedang dikenai tindakan hukum, misalnya
berupa penahanan, kewajiban lapor, dan/atau
pencegahan dan penangkalan.
Yang dimaksud dengan "tersangka atau terdakwa" adalah
tersangka atau terdakwa yang berada dalam tanggung
jawab Kejaksaan untuk penyidikan dan Penuntutan serta
untuk kepentingan persidangan.
Yang dimaksud dengan "dalam keadaan tertentu" adalah
fasilitas pengobatan atau perawatan di dalam negeri tidak
ada.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Angka 36
Pasal 37
Ayat (1)
Sebagai perwujudan dari keadilan restoratif, Penuntutan
dilakukan dengan menimbang antara kepastian hukum
(re chtm ati g heid sl d a n ke m an faatan n y a (d o elm atig he id sl .
Ayat (2) . .
SK No 112906 A
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA
-20-
Ayat (2)
Laporan pertanggungiawaban yang disampaikan kepada
Dewan Perwakilan Ralcyat dilakukan melalui rapat kerja.
Angka 37
Pasal 39
Yang dimaksud dengan "menangani perkara pidana" adalah
seluruh proses yang menjadi kewenangan Kejaksaan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai hukum acara pidana.
Angka 38
Pasal 39A
Cukup jelas
Angka 39
Pasal 4OA
Cukup jelas
Pasal II
Cukup jelas.
SK No 112907 A
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 2016
TENTANG
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR
NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK
INDONESIA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING
KEMASYARAKATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN
adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang bekerja pada
instansi pemerintah.
-6-
BAB II
RUMPUN JABATAN DAN KEDUDUKAN
Bagian Kesatu
Rumpun Jabatan
Pasal 2
Jabatan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan termasuk
dalam rumpun hukum dan peradilan.
Bagian Kedua
Kedudukan
Pasal 3
(1) Pembimbing Kemasyarakatan berkedudukan sebagai
pelaksana teknis di bidang bimbingan kemasyarakatan.
(2) Pembimbing Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan jabatan karier PNS.
-9-
BAB III
KATEGORI DAN JENJANG JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 4
(1) Jabatan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan
merupakan jabatan fungsional kategori keahlian.
(2) Jenjang Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dari jenjang terendah sampai jenjang tertinggi, terdiri
atas:
a. Pembimbing Kemasyarakatan Pertama/Ahli Pertama;
b. Pembimbing Kemasyarakatan Muda/Ahli Muda;
c. Pembimbing Kemasyarakatan Madya/Ahli Madya; dan
d. Pembimbing Kemasyarakatan Utama/Ahli Utama.
(3) Jenjang pangkat Pembimbing Kemasyarakatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(4) Pangkat untuk masing-masing jenjang Jabatan
Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) berdasarkan jumlah angka
kredit yang ditetapkan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II, Lampiran III, dan Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(5) Penetapan jenjang Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan ditetapkan berdasarkan angka kredit
yang dimiliki setelah ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang menetapkan angka kredit.
- 10 -
BAB IV
TUGAS JABATAN, UNSUR, DAN SUB UNSUR KEGIATAN
Bagian Kesatu
Tugas Jabatan
Pasal 5
Tugas jabatan Pembimbing Kemasyarakatan yaitu
melaksanakan kegiatan di bidang bimbingan kemasyarakatan.
Bagian Kedua
Unsur dan Sub Unsur Kegiatan
Pasal 6
(1) Unsur kegiatan tugas Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan yang dapat dinilai angka kreditnya,
terdiri atas:
a. unsur utama; dan
b. unsur penunjang.
(2) Unsur utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri atas:
a. pendidikan;
b. bimbingan kemasyarakatan; dan
c. pengembangan profesi.
(3) Sub unsur dari unsur utama sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), terdiri atas:
a. pendidikan, meliputi:
1. pendidikan formal dan memperoleh ijazah/gelar;
2. pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional/
teknis di bidang bimbingan kemasyarakatan serta
memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan
Pelatihan atau sertifikat; dan
3. diklat Prajabatan.
- 11 -
BAB V
URAIAN KEGIATAN DAN HASIL KERJA
Bagian Kesatu
Uraian kegiatan sesuai jenjang jabatan
Pasal 7
(1) Uraian kegiatan Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan sesuai jenjang jabatannya, sebagai
berikut:
- 12 -
Bagian Kedua
Hasil Kerja
Pasal 8
Hasil kerja tugas jabatan Pembimbing Kemasyarakatan sesuai
jenjang jabatan, sebagai berikut:
a. Pembimbing Kemasyarakatan Pertama/Ahli Pertama,
meliputi:
1. laporan hasil penelitian kemasyarakatan untuk
penanganan anak yang belum berumur 12 tahun
untuk tindak pidana kategori 5 dan 6;
2. laporan hasil penelitian kemasyarakatan untuk diversi
untuk tindak pidana kategori 5 dan 6;
3. laporan hasil penelitian kemasyarakatan untuk sidang
pengadilan anak untuk tindak pidana kategori 5 dan 6;
4. laporan hasil penelitian kemasyarakatan untuk
saksi/korban untuk tindak pidana kategori 5 dan 6;
- 35 -
Pasal 9
Apabila pada suatu unit kerja tidak terdapat Pembimbing
Kemasyarakatan yang sesuai dengan jenjang jabatannya
untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1), maka Pembimbing Kemasyarakatan yang
berada satu tingkat di atas atau satu tingkat di bawah jenjang
jabatannya dapat melakukan kegiatan tersebut berdasarkan
penugasan secara tertulis dari pimpinan unit kerja yang
bersangkutan.
Pasal 10
Penilaian angka kredit atas hasil penugasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ditetapkan sebagai berikut:
a. Pembimbing Kemasyarakatan yang melaksanakan tugas
Pembimbing Kemasyarakatan yang berada satu tingkat di
atas jenjang jabatannya, angka kredit yang diperoleh
ditetapkan sebesar 80% (delapan puluh persen) dari angka
kredit setiap butir kegiatan, sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
- 53 -
BAB VI
PENGANGKATAN DALAM JABATAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 11
Pejabat yang Berwenang mengangkat dalam Jabatan
Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan yaitu pejabat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 12
Pengangkatan PNS ke dalam Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan dilakukan melalui pengangkatan:
a. Pertama;
b. Perpindahan dari jabatan lain; dan
c. Penyesuaian/Inpassing.
Bagian Kedua
Pengangkatan Pertama
Pasal 13
(1) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan melalui pengangkatan pertama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- 54 -
a. berstatus PNS;
b. mempunyai minat, perhatian, dan dedikasi di bidang
pelayanan dan pembimbingan pemasyarakatan serta
perlindungan anak;
c. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
d. sehat jasmani dan rohani;
e. berijazah paling rendah Sarjana (S1)/Diploma IV (DIV)
bidang ilmu sosial;
f. mengikuti dan lulus diklat fungsional kategori
keahlian di bidang bimbingan kemasyarakatan; dan
g. nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam
1 (satu) tahun terakhir.
(2) Pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan pengangkatan untuk mengisi
kebutuhan dari Calon PNS.
(3) CPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setelah
diangkat sebagai PNS paling lama 2 (dua) tahun harus
mengikuti dan lulus diklat fungsional kategori keahlian di
bidang bimbingan kemasyarakatan.
(4) PNS yang telah mengikuti dan lulus diklat fungsional
kategori keahlian di bidang bimbingan kemasyarakatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lama 1 (satu)
tahun harus diangkat dalam Jabatan Fungsional
Pembimbing Kemasyarakatan.
Bagian Ketiga
Perpindahan dari Jabatan Lain
Pasal 14
(1) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan melalui perpindahan dari jabatan lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b, harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. memenuhi persyaratan pengangkatan pertama;
- 55 -
Bagian Keempat
Pengangkatan melalui Penyesuaian/Inpassing
Pasal 15
(1) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan melalui penyesuaian/inpassing
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c, harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing
Kemasyarakatan;
- 56 -
BAB VII
PENGANGKATAN JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING
KEMASYARAKATAN DARI JABATAN FUNGSIONAL ASISTEN
PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Pasal 16
(1) Pengangkatan Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan dapat berasal dari Jabatan Fungsional
Asisten Pembimbing Kemasyarakatan yang telah
memperoleh ijazah Sarjana (S1)/Diploma IV (DIV), dengan
ketentuan:
- 57 -
BAB VIII
KOMPETENSI
Pasal 17
(1) PNS yang menduduki Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan harus memenuhi standar kompetensi
sesuai dengan jenjang jabatan.
(2) Kompetensi Pembimbing Kemasyarakatan meliputi:
a. Kompetensi Teknis;
b. Kompetensi Manajerial; dan
c. Kompetensi Sosial Kultural.
(3) Rincian standar kompetensi setiap jenjang jabatan dan
pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Instansi Pembina.
- 58 -
BAB IX
PELANTIKAN DAN PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI
Pasal 18
(1) Setiap PNS yang diangkat menjadi pejabat fungsional
Pembimbing Kemasyarakatan wajib dilantik dan diambil
sumpah/janji menurut agama atau kepercayaannya
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB X
PENILAIAN KINERJA
Pasal 19
(1) Pada awal tahun, setiap Pembimbing Kemasyarakatan
wajib menyusun Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang
akan dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun berjalan.
(2) SKP Pembimbing Kemasyarakatan disusun berdasarkan
penetapan kinerja unit kerja yang bersangkutan.
(3) SKP untuk masing-masing jenjang jabatan diambil dari
kegiatan sebagai turunan dari penetapan kinerja unit
dengan mendasarkan kepada tingkat kesulitan dan
syarat kompetensi untuk masing-masing jenjang jabatan.
(4) SKP yang telah disusun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus disetujui dan ditetapkan oleh atasan
langsung.
Pasal 20
(1) Penilaian kinerja Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan bertujuan untuk menjamin objektivitas
pembinaan yang didasarkan sistem prestasi dan sistem
karier.
- 59 -
Pasal 21
(1) Penilaian kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ditetapkan berdasarkan pencapaian angka kredit setiap
tahun.
(2) Pencapaian angka kredit kumulatif digunakan sebagai
salahsatu syarat untuk kenaikan pangkat dan/atau
kenaikan jabatan.
(3) Pencapaian angka kredit kumulatif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) merupakan penjumlahan
pencapaian angka kredit pada setiap tahun.
Pasal 22
(1) Jumlah angka kredit kumulatif paling kurang yang harus
dipenuhi untuk dapat diangkat dalam jabatan dan
kenaikan jabatan dan/atau pangkat Pembimbing
Kemasyarakatan, untuk:
a. Pembimbing Kemasyarakatan dengan pendidikan
Sarjana (S1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
- 60 -
Pasal 23
(1) Pembimbing Kemasyarakatan Muda/Ahli Muda yang
akan naik jabatan setingkat lebih tinggi menjadi
Pembimbing Kemasyarakatan Madya/Ahli Madya, angka
kredit yang disyaratkan sebanyak 6 (enam) berasal dari
sub unsur pengembangan profesi.
(2) Pembimbing Kemasyarakatan Madya/Ahli Madya yang
akan naik jabatan setingkat lebih tinggi menjadi
Pembimbing Kemasyarakatan Utama/Ahli Utama, angka
kredit yang disyaratkan sebanyak 12 (dua belas) berasal
dari sub unsur pengembangan profesi.
Pasal 24
(1) Pembimbing Kemasyarakatan yang memiliki angka kredit
melebihi angka kredit yang disyaratkan untuk kenaikan
jabatan dan/atau pangkat setingkat lebih tinggi,
kelebihan angka kredit tersebut dapat diperhitungkan
untuk kenaikan jabatan dan/atau pangkat berikutnya.
- 61 -
Pasal 25
Pembimbing Kemasyarakatan Utama/Ahli Utama yang
menduduki pangkat tertinggi dari jabatannya, setiap tahun
sejak menduduki pangkatnya wajib mengumpulkan paling
kurang 25 (dua puluh lima) angka kredit dari kegiatan
bimbingan kemasyarakatan dan pengembangan profesi.
Pasal 26
(1) Pembimbing Kemasyarakatan yang secara bersama-sama
membuat Karya Tulis/Karya Ilmiah di bidang bimbingan
kemasyarakatan, diberikan angka kredit dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. apabila terdiri dari 2 (dua) orang penulis maka
pembagian angka kredit yaitu 60% (enam puluh
persen) bagi penulis utama dan 40% (empat puluh
persen) bagi penulis pembantu;
b. apabila terdiri dari 3 (tiga) orang penulis maka
pembagian angka kredit yaitu 50% (lima puluh
persen) bagi penulis utama dan masing-masing 25%
(dua puluh lima persen) bagi penulis pembantu; dan
c. apabila terdiri dari 4 (empat) orang penulis maka
pembagian angka kredit yaitu 40% (empat puluh
persen) bagi penulis utama dan masing-masing 20%
(dua puluh persen) bagi penulis pembantu.
- 62 -
BAB XI
PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT
Pasal 27
(1) Untuk mendukung objektivitas dalam penilaian kinerja,
pejabat fungsional Pembimbing Kemasyarakatan
mendokumentasikan hasil kerja yang diperoleh sesuai
dengan SKP yang ditetapkan setiap tahunnya.
(2) Untuk kelancaran penilaian dan penetapan angka kredit,
setiap Pembimbing Kemasyarakatan wajib mencatat,
menginventarisasi seluruh kegiatan yang dilakukan dan
mengusulkan Daftar Usulan Penilaian dan Penetapan
Angka Kredit (DUPAK).
(3) DUPAK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat
kegiatan sesuai dengan SKP yang ditetapkan setiap
tahunnya, dengan dilampiri bukti fisik.
(4) Penilaian dan penetapan angka kredit dilakukan sebagai
bahan pertimbangan dalam penilaian kinerja
Pembimbing Kemasyarakatan.
BAB XII
PEJABAT YANG MENGUSULKAN ANGKA KREDIT,
PEJABAT YANG MENETAPKAN ANGKA KREDIT
DAN TIM PENILAI
Bagian Kesatu
Pejabat yang Mengusulkan Angka Kredit
Pasal 28
Usul penetapan angka kredit Pembimbing Kemasyarakatan
diajukan oleh:
- 63 -
Bagian Kedua
Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit
- 64 -
Pasal 29
Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, yaitu:
a. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi
bimbingan kemasyarakatan untuk angka kredit bagi
Pembimbing Kemasyarakatan Madya/Ahli Madya dan
Pembimbing Kemasyarakatan Utama/Ahli Utama di
lingkungan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
b. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia untuk angka kredit bagi:
1) Pembimbing Kemasyarakatan Muda/Ahli Muda dan
Pembimbing Kemasyarakatan Madya/Ahli Madya di
lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
2) Pembimbing Kemasyarakatan Madya/Ahli Madya di
lingkungan Balai Pemasyarakatan Kelas I; dan
3) Pembimbing Kemasyarakatan Pertama/Ahli Pertama
sampai dengan Pembimbing Kemasyarakatan Madya/
Ahli Madya di lingkungan Balai Pemasyarakatan
Kelas II.
c. Kepala Balai Pemasyarakatan Kelas I Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk angka kredit bagi
Pembimbing Kemasyarakatan Pertama/Ahli Pertama dan
Pembimbing Kemasyarakatan Muda/Ahli Muda di
lingkungan Balai Pemasyarakatan Kelas I Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Bagian Ketiga
Tim Penilai
Pasal 30
Dalam menjalankan tugasnya, pejabat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 dibantu oleh:
- 65 -
Pasal 31
(1) Tim Penilai Kinerja Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan terdiri atas pejabat yang berasal dari
unsur teknis yang membidangi bimbingan
kemasyarakatan, unsur kepegawaian, dan pejabat
fungsional Pembimbing Kemasyarakatan.
- 66 -
Pasal 32
Tata kerja Tim Penilai Kinerja Jabatan Fungsional
Pembimbing Kemasyarakatan dan tata cara penilaian angka
kredit Pembimbing Kemasyarakatan ditetapkan oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia selaku Pimpinan Instansi
Pembina Jabatan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan.
BAB XIII
KENAIKAN PANGKAT DAN KENAIKAN JABATAN
Bagian Kesatu
Kenaikan Pangkat
Pasal 33
(1) Persyaratan dan mekanisme kenaikan pangkat Jabatan
Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
- 68 -
Bagian Kedua
Kenaikan Jabatan
Pasal 34
(1) Persyaratan dan mekanisme kenaikan jabatan bagi
pejabat fungsional Pembimbing Kemasyarakatan
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(2) Kenaikan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan memperhatikan ketersediaan
kebutuhan jabatan.
(3) Selain memenuhi syarat kinerja, pejabat fungsional
Pembimbing Kemasyarakatan yang akan dinaikkan
jabatannya setingkat lebih tinggi harus mengikuti dan
lulus uji kompetensi.
BAB XIV
PELATIHAN
Pasal 35
(1) Untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme
pejabat fungsional Pembimbing Kemasyarakatan
diikutsertakan pelatihan.
(2) Pelatihan yang diberikan bagi pejabat fungsional
Pembimbing Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disesuaikan dengan hasil analisis
kebutuhan pelatihan dan/atau pertimbangan dari Tim
Penilai Kinerja Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan.
- 69 -
BAB XV
KEBUTUHAN PNS DALAM JABATAN FUNGSIONAL
PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Pasal 36
(1) Penetapan kebutuhan PNS dalam Jabatan Fungsional
Pembimbing Kemasyarakatan dihitung berdasarkan
beban kerja yang ditentukan dari indikator antara lain:
a. ruang lingkup bidang bimbingan kemasyarakatan;
dan
- 70 -
BAB XVI
PEMBERHENTIAN DARI JABATAN
Pasal 37
(1) Pembimbing Kemasyarakatan Pertama/Ahli Pertama
sampai dengan Pembimbing Kemasyarakatan Utama/Ahli
Utama diberhentikan dari jabatannya apabila:
a. diberhentikan sementara sebagai PNS;
b. menjalani cuti di luar tanggungan negara;
c. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;
d. ditugaskan secara penuh pada Jabatan Pimpinan
Tinggi, jabatan Administrator, Pengawas, atau jabatan
fungsional lainnya; atau
e. tidak memenuhi persyaratan jabatan.
(2) Pembimbing Kemasyarakatan yang diberhentikan karena
alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
huruf b, dan huruf d dapat diangkat kembali sesuai
dengan jenjang jabatan terakhir apabila tersedia
kebutuhan jabatan Pembimbing Kemasyarakatan.
(3) Pembimbing Kemasyarakatan yang diberhentikan karena
alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
diangkat kembali dalam jabatan Pembimbing
Kemasyarakatan setelah selesai menjalani tugas belajar.
- 71 -
BAB XVII
INSTANSI PEMBINA DAN TUGAS INSTANSI PEMBINA
Pasal 38
(1) Instansi Pembina Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan adalah Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia.
(2) Pelaksanaan tugas Instansi Pembina sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh Direktorat
Jenderal yang mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pemasyarakatan.
Pasal 39
(1) Instansi Pembina berperan sebagai pengelola Jabatan
Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan yang
bertanggung jawab untuk menjamin terwujudnya standar
kualitas dan profesionalitas jabatan.
(2) Instansi Pembina mempunyai tugas sebagai berikut:
a. menyusun pedoman kebutuhan Jabatan Fungsional
Pembimbing Kemasyarakatan;
b. menetapkan kebutuhan Jabatan Fungsional
Pembimbing Kemasyarakatan;
- 72 -
Pasal 40
(1) Jabatan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan wajib
memiliki 1 (satu) organisasi profesi dalam jangka waktu
paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal
penetapan Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan.
(2) Pembimbing Kemasyarakatan wajib menjadi anggota
organisasi profesi Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan.
- 74 -
BAB XIX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 41
Untuk kepentingan organisasi dan pengembangan karier,
pejabat fungsional Pembimbing Kemasyarakatan dapat
dipindahkan ke dalam jabatan lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dengan persetujuan Pejabat
Pembina Kepegawaian.
- 75 -
Pasal 42
Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan berdasarkan Peraturan Menteri ini tidak
dapat dilakukan sebelum ditetapkan pedoman perhitungan
kebutuhan Jabatan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan.
Pasal 43
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Jabatan
Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan diatur dengan
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
BAB XX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
- 76 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 November 2016
ttd
ASMAN ABNUR
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 14 November 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
Herman Suryatman
-1-
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN 2016
TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
2. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,18 MUDA/AHLI MUDA
penanganan anak yang belum berumur 12 tahun Untuk kemasyarakatan untuk
tindak pidana kategori 3 dan 4 penanganan anak yang belum
berumur 12 tahun untuk tindak
pidana kategori 3 dan 4
3. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,08 PERTAMA/AHLI
penanganan anak yang belum berumur 12 tahun untuk kemasyarakatan untuk PERTAMA
tindak pidana kategori 5 dan 6 penanganan anak yang belum
berumur 12 tahun untuk tindak
pidana kategori 5 dan 6
4. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,18 MUDA/AHLI MUDA
diversi untuk tindak pidana kategori 3 dan 4 kemasyarakatan untuk diversi
untuk tindak pidana kategori 3
dan 4
-2-
7. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,18 MUDA/AHLI MUDA
sidang pengadilan anak untuk tindak pidana kategori 3 dan kemasyarakatan untuk sidang
4 pengadilan anak untuk tindak
pidana kategori 3 dan 4
8. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,08 PERTAMA/AHLI
sidang pengadilan anak untuk tindak pidana kategori 5 dan kemasyarakatan untuk sidang PERTAMA
6 pengadilan anak untuk tindak
pidana kategori 5 dan 6
9. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,30 MADYA/AHLI MADYA
saksi/ korban untuk tindak kategori 1 dan 2 kemasyarakatan untuk saksi/
korban untuk tindak kategori 1
dan 2
10. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,18 MUDA/AHLI MUDA
saksi/ korban untuk tindak pidana kategori 3 dan 4 kemasyarakatan untuk saksi/
korban untuk tindak pidana
kategori 3 dan 4
11. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,08 PERTAMA/AHLI
saksi/ korban untuk tindak pidana kategori 5 dan 6 kemasyarakatan untuk saksi/ PERTAMA
korban untuk tindak pidana
kategori 5 dan 6
12. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,30 MADYA/AHLI MADYA
tersangka dewasa untuk tindak pidana kategori 1 dan 2 kemasyarakatan untuk tersangka
Dewasa Untuk tindak pidana
kategori 1 dan 2
13. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,18 MUDA/AHLI MUDA
tersangka dewasa untuk tindak pidana kategori 3 dan 4 kemasyarakatan untuk tersangka
dewasa untuk tindak pidana
kategori 3 dan 4
14. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,08 PERTAMA/AHLI
tersangka dewasa untuk tindak pidana kategori 5 dan 6 kemasyarakatan untuk tersangka PERTAMA
dewasa untuk tindak pidana
kategori 5 dan 6
15. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,30 MADYA/AHLI MADYA
perawatan anak di LPAS untuk tindak pidana kategori 1 kemasyarakatan untuk perawatan
dan 2 anak di LPAS untuk tindak pidana
kategori 1 dan 2
-3-
17. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,08 PERTAMA/AHLI
perawatan anak di LPAS untuk tindak pidana kategori 5 kemasyarakatan untuk perawatan PERTAMA
dan 6 anak di LPAS untuk tindak pidana
kategori 5 dan 6
18. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,30 MADYA/AHLI MADYA
perawatan tahanan di Rutan untuk tindak pidana kategori kemasyarakatan untuk perawatan
1 tahanan di Rutan untuk tindak
pidana kategori 1
19. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,18 MUDA/AHLI MUDA
perawatan tahanan di rutan untuk tindak pidana kategori 2 kemasyarakatan untuk perawatan
tahanan di Rutan untuk tindak
pidana kategori 2
20. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,08 PERTAMA/AHLI
perawatan tahanan di Rutan untuk tindak pidana kategori kemasyarakatan untuk perawatan PERTAMA
3 tahanan di Rutan untuk tindak
pidana kategori 3
21. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,30 MADYA/AHLI MADYA
menentukan program pembinaan awal/ asimilasi/ PB / CB kemasyarakatan untuk
/ CMB / CMK anak untuk tindak kategori 1 dan 2 menentukan program pembinaan
awal/ asimilasi/ PB / CB / CMB /
CMK anak untuk tindak pidana
kategori 1 dan 2
22. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,18 MUDA/AHLI MUDA
menentukan program pembinaan awal/ asimilasi/ PB / CB kemasyarakatan untuk
/ CMB / CMK anak untuk tindak pidana kategori 3 dan 4 menentukan program pembinaan
awal/ asimilasi/ PB / CB / CMB /
CMK anak untuk tindak pidana
kategori 3 dan 4
23. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,08 PERTAMA/AHLI
menentukan program pembinaan awal/ asimilasi/ PB / CB kemasyarakatan untuk PERTAMA
/ CMB / CMK anak untuk tindak pidana kategori 5 dan 6 menentukan program pembinaan
awal/ asimilasi/ PB / CB / CMB /
CMK anak untuk tindak pidana
kategori 5 dan 6
24. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,30 MADYA/AHLI MADYA
menentukan program pembinaan awal/ asimilasi/ PB / CB kemasyarakatan untuk
/ CMB / CMK narapidana untuk tindak pidana kategori 1 menentukan program pembinaan
awal/ asimilasi/ PB / CB / CMB /
CMK narapidana Untuk tindak
pidana kategori 1
-4-
26. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,08 PERTAMA/AHLI
menentukan program pembinaan awal/ asimilasi/ PB / CB kemasyarakatan untuk PERTAMA
/ CMB / CMK narapidana untuk tindak pidana kategori 3 menentukan program pembinaan
awal/ asimilasi/ PB / CB / CMB /
CMK narapidana untuk tindak
pidana kategori 3
27. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,30 MADYA/AHLI MADYA
pemindahan narapidana / anak untuk tindak pidana kemasyarakatan untuk
kategori 1 pemindahan narapidana / anak
Untuk tindak pidana kategori 1
28. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,18 MUDA/AHLI MUDA
pemindahan narapidana / anak untuk tindak pidana kemasyarakatan untuk
kategori 2 pemindahan narapidana / anak
untuk tindak pidana kategori 2
29. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,08 PERTAMA/AHLI
pemindahan narapidana / anak untuk tindak pidana kemasyarakatan untuk PERTAMA
kategori 3 pemindahan narapidana / anak
untuk tindak pidana kategori 3
30. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,36 MADYA/AHLI MADYA
usulan perubahan pidana dari hukuman mati menjadi kemasyarakatan untuk usulan
pidana penjara seumur hidup perubahan pidana dari hukuman
mati menjadi pidana penjara
seumur hidup
31. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,20 MUDA/AHLI MUDA
usulan perubahan pidana dari pidana penjara seumur kemasyarakatan untuk usulan
hidup menjadi pidana penjara sementara perubahan pidana dari pidana
penjara seumur hidup menjadi
pidana penjara sementara
32. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,30 MADYA/AHLI MADYA
program pembimbingan klien anak di Bapas untuk tindak kemasyarakatan untuk program
pidana kategori 1 dan 2 pembimbingan klien anak di
Bapas untuk tindak pidana
kategori 1 dan 2
33. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,18 MUDA/AHLI MUDA
program pembimbingan klien anak di Bapas untuk tindak kemasyarakatan untuk program
pidana kategori 3 dan 4 pembimbingan klien anak di
Bapas untuk tindak pidana
kategori 3 dan 4
-5-
37. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,08 PERTAMA/AHLI
program pembimbingan di Bapas untuk tindak pidana kemasyarakatan untuk program PERTAMA
kategori 3 pembimbingan di Bapas untuk
tindak pidana kategori 3
38. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,30 MADYA/AHLI MADYA
permintaan instansi lain bagi anak/ narapidana untuk kemasyarakatan untuk
tindak kategori 1 dan 2 permintaan instansi lain bagi
anak/ narapidana untuk tindak
kategori 1 dan 2
39. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,18 MUDA/AHLI MUDA
permintaan instansi lain bagi anak/ narapidana untuk kemasyarakatan untuk
tindak pidana kategori 3 dan 4 permintaan instansi lain bagi
anak/ narapidana untuk tindak
pidana kategori 3 dan 4
40. Melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk Laporan hasil penelitian 0,08 PERTAMA/AHLI
permintaan instansi lain bagi anak/ narapidana untuk kemasyarakatan untuk PERTAMA
tindak pidana kategori 5 dan 6 permintaan instansi lain bagi
anak/ narapidana untuk tindak
pidana kategori 5 dan 6
41. Melakukan analisa, penilaian, verifikasi dan evaluasi hasil Laporan pengawasan pelaksanaan 0,12 UTAMA/AHLI UTAMA
penelitian kemasyarakatan untuk tindak pidana kategori 1 penelitian kemasyarakatan untuk
dan 2 tindak pidana kategori 1 dan 2
42. Melakukan analisa, penilaian, verifikasi dan evaluasi hasil Laporan pengawasan pelaksanaan 0,06 MADYA/AHLI MADYA
penelitian kemasyarakatan untuk tindak pidana kategori 3 penelitian kemasyarakatan untuk
dan 4 tindak pidana kategori 3 dan 4
-6-
44. Melakukan telaahan kebijakan (Permen /Kepmen Telaahan kebijakan (Permen 0,28 UTAMA/AHLI UTAMA
/Pedoman /SE /Juklak /Juknis dll) di bidang penelitian /Kepmen /Pedoman /SE /Juklak
kemasyarakatan /Juknis dll) di bidang penelitian
kemasyarakatan
45. Melaksanakan tugas sebagai ketua tim penyusun modul / Modul / bahan ajar bimbingan 0,40 UTAMA/AHLI UTAMA
bahan ajar bimbingan teknis di bidang penelitian teknis di bidang penelitian
kemasyarakatan kemasyarakatan
46. Melaksanakan tugas sebagai anggota tim penyusun modul Modul / bahan ajar bidang 0,30 MADYA/AHLI MADYA
/ bahan ajar bimbingan teknis di bidang penelitian penelitian kemasyarakatan
kemasyarakatan
47. Melaksanakan tugas sebagai ketua tim penyelenggaraan Laporan pelaksanaan tugas 0,40 UTAMA/AHLI UTAMA
bimbingan teknis di bidang penelitian kemasyarakatan sebagai ketua tim
penyelenggaraan bimbingan teknis
di bidang di Bidang penelitian
kemasyarakatan
48. Melaksanakan tugas sebagai anggota tim penyelenggaraan Laporan pelaksanaan tugas 0,30 MADYA/AHLI MADYA
bimbingan teknis di bidang penelitian kemasyarakatan sebagai Anggota Tim
penyelenggaraan bimbingan teknis
di bidang penelitian
kemasyarakatan
B Pendampingan 49. Melakukan kegiatan pendampingan untuk anak usia Laporan hasil pendampingan 0,12 MADYA/AHLI MADYA
dibawah 12 tahun pada saat pengambilan keputusan dalam untuk anak usia dibawah 12
rangka penyelesaian perkara anak untuk tindak pidana tahun pada saat pengambilan
kategori 1 dan 2 keputusan dalam rangka
penyelesaian perkara Anak Untuk
tindak pidana kategori 1 dan 2
50. Melakukan kegiatan pendampingan untuk anak usia Laporan hasil pendampingan 0,06 MUDA/AHLI MUDA
dibawah 12 tahun pada saat pengambilan keputusan dalam untuk anak usia dibawah 12
rangka penyelesaian perkara anak untuk tindak pidana tahun pada saat pengambilan
kategori 3 dan 4 keputusan dalam rangka
penyelesaian perkara anak untuk
tindak pidana kategori 3 dan 4
51. Melakukan kegiatan pendampingan untuk anak usia Laporan hasil pendampingan 0,02 PERTAMA/AHLI
dibawah 12 tahun pada saat pengambilan keputusan dalam untuk anak usia dibawah 12 PERTAMA
rangka penyelesaian perkara anak untuk tindak pidana tahun pada saat pengambilan
kategori 5 dan 6 keputusan dalam rangka
penyelesaian perkara Anak Untuk
tindak pidana kategori 5 dan 6
-7-
53. Melakukan kegiatan pendampingan terhadap anak dalam Laporan hasil pendampingan 0,06 MUDA/AHLI MUDA
rangka pemeriksaan awal di tingkat penyidikan untuk terhadap anak dalam rangka
tindak pidana kategori 3 dan 4 pemeriksaan awal di Tingkat
penyidikan untuk tindak pidana
kategori 3 dan 4
54. Melakukan kegiatan pendampingan terhadap anak dalam Laporan hasil pendampingan 0,02 PERTAMA/AHLI
rangka pemeriksaan awal di tingkat penyidikan untuk terhadap anak dalam rangka PERTAMA
tindak pidana kategori 5 dan 6 pemeriksaan awal di tingkat
penyidikan untuk tindak pidana
kategori 5 dan 6
55. Melaksanakan tugas sebagai wakil fasilitator pada proses Laporan hasil pendampingan 0.12d MADYA/AHLI MADYA
musyawarah/ mediasi dalam rangka pelaksanaan diversi diversi untuk tindak pidana
untuk tindak pidana kategori 1 dan 2 kategori 1 dan 2
56. Melaksanakan tugas sebagai wakil fasilitator pada proses Laporan hasil pendampingan 0,06 MUDA/AHLI MUDA
musyawarah/ mediasi dalam rangka pelaksanaan diversi diversi untuk tindak pidana
untuk tindak pidana kategori 3 dan 4 kategori 3 dan 4
57. Melaksanakan tugas sebagai wakil fasilitator pada proses Laporan hasil pendampingan 0,02 PERTAMA/AHLI
musyawarah/ mediasi dalam rangka pelaksanaan diversi diversi untuk tindak pidana PERTAMA
untuk tindak pidana kategori 5 dan 6 kategori 5 dan 6
58. Melakukan kegiatan pendampingan terhadap anak dalam Laporan hasil pendampingan 0,09 MADYA/AHLI MADYA
rangka pemeriksaan anak di Kejaksaan pada saat terhadap anak dalam rangka
pelimpahan berkas perkara dari Kepolisian untuk tindak pemeriksaan anak di Kejaksaan
pidana kategori 1 dan 2 pada saat pelimpahan berkas
perkara dari Kepolisian untuk
tindak pidana kategori 1 dan 2
59. Melakukan kegiatan pendampingan terhadap anak dalam Laporan hasil pendampingan 0,04 MUDA/AHLI MUDA
rangka pemeriksaan anak di Kejaksaan pada saat terhadap anak dalam rangka
pelimpahan berkas perkara dari Kepolisian untuk tindak pemeriksaan anak di Kejaksaan
pidana kategori 3 dan 4 pada saat pelimpahan berkas
perkara dari Kepolisian untuk
tindak pidana kategori 3 dan 4
60. Melakukan kegiatan pendampingan terhadap anak dalam Laporan hasil Pendampingan 0,01 PERTAMA/AHLI
rangka pemeriksaan anak di Kejaksaan pada saat terhadap anak dalam rangka PERTAMA
pelimpahan berkas perkara dari Kepolisian untuk tindak pemeriksaan anak di Kejaksaan
pidana kategori 5 dan 6 pada saat pelimpahan berkas
perkara dari Kepolisian untuk
tindak pidana kategori 5 dan 6
-8-
62. Melakukan kegiatan pendampingan musyawarah/ mediasi Laporan hasil musyawarah / 0,05 MUDA/AHLI MUDA
bagi perkara anak yang tidak memenuhi syarat diversi mediasi bagi perkara anak yang
untuk tindak pidana kategori 3 dan 4 tidak memenuhi syarat diversi
untuk tindak pidana kategori 3
dan 4
63. Melakukan kegiatan pendampingan musyawarah/ mediasi Laporan hasil musyawarah / 0,03 PERTAMA/AHLI
bagi perkara anak yang tidak memenuhi syarat diversi mediasi bagi perkara anak yang PERTAMA
untuk tindak pidana kategori 5 dan 6 tidak memenuhi syarat diversi
untuk tindak pidana kategori 5
dan 6
64. Melakukan kegiatan pendampingan terhadap anak pada Laporan hasil pendampingan 0,09 MADYA/AHLI MADYA
pelaksanaan kesepakatan diversi/ penetapan pengadilan/ terhadap anak pada pelaksanaan
putusan pengadilan dalam rangka memastikan kesiapan kesepakatan diversi/ penetapan
anak dan pihak terkait untuk tindak pidana kategori 1 dan pengadilan/ putusan pengadilan
2 dalam rangka memastikan
kesiapan anak dan pihak terkait
untuk tindak pidana kategori 1
dan 2
65. Melakukan kegiatan pendampingan terhadap anak pada Laporan hasil pendampingan 0,04 MUDA/AHLI MUDA
pelaksanaan kesepakatan diversi/ penetapan pengadilan/ terhadap anak pada pelaksanaan
putusan pengadilan dalam rangka memastikan kesiapan kesepakatan diversi/ penetapan
anak dan pihak terkait untuk tindak pidana kategori 3 dan pengadilan/ putusan pengadilan
4 dalam rangka memastikan
kesiapan anak dan pihak terkait
untuk tindak pidana kategori 3
dan 4
66. Melakukan kegiatan pendampingan terhadap anak pada Laporan hasil pendampingan 0,01 PERTAMA/AHLI
pelaksanaan kesepakatan diversi/ penetapan pengadilan/ terhadap anak pada pelaksanaan PERTAMA
putusan pengadilan dalam rangka memastikan kesiapan kesepakatan diversi/ penetapan
anak dan pihak terkait untuk tindak pidana kategori 5 dan pengadilan/ putusan pengadilan
6 dalam rangka memastikan
kesiapan anak dan pihak terkait
untuk tindak pidana kategori 5
dan 6
67. Melakukan kegiatan pendampingan terhadap anak/ dewasa Laporan hasil pendampingan 0,06 MADYA/AHLI MADYA
dalam rangka memberikan pertimbangan/ rekomendasi terhadap anak/ dewasa dalam
pada proses persidangan untuk tindak pidana kategori 1 rangka memberikan
dan 2 pertimbangan/ rekomendasi pada
proses persidangan untuk tindak
pidana kategori 1 dan 2
-9-
69. Melakukan kegiatan pendampingan terhadap anak/ dewasa Laporan hasil pendampingan 0,02 PERTAMA/AHLI
dalam rangka memberikan pertimbangan/ rekomendasi terhadap anak/ dewasa dalam PERTAMA
pada proses persidangan untuk tindak pidana kategori 5 rangka memberikan
dan 6 pertimbangan/ rekomendasi pada
proses persidangan untuk tindak
pidana kategori 5 dan 6
70. Melakukan kegiatan pendampingan terhadap klien anak/ Laporan hasil pendampingan 0,09 MADYA/AHLI MADYA
dewasa ke pihak terkait dalam rangka pemenuhan terhadap klien anak/ dewasa ke
kebutuhan berdasarkan hasil asesmen untuk tindak pidana pihak terkait dalam rangka
kategori 1 dan 2 pemenuhan kebutuhan
berdasarkan hasil asesmen untuk
tindak pidana kategori 1 dan 2
71. Melakukan kegiatan pendampingan terhadap klien anak/ Laporan hasil pendampingan 0,04 MUDA/AHLI MUDA
dewasa ke pihak terkait dalam rangka pemenuhan terhadap klien anak/ dewasa ke
kebutuhan berdasarkan hasil asesmen untuk tindak pidana pihak terkait dalam rangka
kategori 3 dan 4 pemenuhan kebutuhan
berdasarkan hasil asesmen untuk
tindak pidana kategori 3 dan 4
72. Melakukan kegiatan pendampingan terhadap klien anak/ Laporan hasil pendampingan 0,02 PERTAMA/AHLI
dewasa ke pihak terkait dalam rangka pemenuhan terhadap klien anak/ dewasa ke PERTAMA
kebutuhan berdasarkan hasil asesmen untuk tindak pidana pihak terkait dalam rangka
kategori 5 dan 6 pemenuhan kebutuhan
berdasarkan hasil asesmen untuk
tindak pidana kategori 5 dan 6
73. Melakukan pengawasan dalam pelaksanaan pendampingan Laporan pengawasan pelaksanaan 0,12 UTAMA/AHLI UTAMA
untuk tindak kategori 1 dan 2 pendampingan untuk tindak
kategori 1 dan 2
74. Melakukan pengawasan dalam pelaksanaan pendampingan Laporan pengawasan pelaksanaan 0,06 MADYA/AHLI MADYA
untuk tindak pidana kategori 3 dan 4 pendampingan untuk tindak
pidana kategori 3 dan 4
75. Melakukan pengawasan dalam pelaksanaan pendampingan Laporan pengawasan pelaksanaan 0,04 MUDA/AHLI MUDA
untuk tindak pidana kategori 5 dan 6 pendampingan untuk tindak
pidana kategori 5 dan 6
76. Melakukan telaahan kebijakan di bidang pendampingan Telaahan kebijakan di bidang 0,28 UTAMA/AHLI UTAMA
pendampingan
- 10 -
78. Melaksanakan tugas sebagai anggota tim penyusun modul Modul / bahan ajar bidang 0,30 MADYA/AHLI MADYA
/ bahan ajar bimbingan teknis di bidang pendampingan pendampingan
79. Melaksanakan tugas sebagai ketua tim penyelenggaraan Laporan pelaksanaan tugas 0,40 UTAMA/AHLI UTAMA
bimbingan teknis di bidang pendampingan sebagai ketua Tim
penyelenggaraan bimbingan teknis
di bidang pendampingan
80. Melaksanakan tugas sebagai anggota tim penyelenggaraan Laporan pelaksanaan tugas 0,30 MADYA/AHLI MADYA
bimbingan teknis di bidang pendampingan sebagai anggota tim
penyelenggaraan bimbingan teknis
di bidang pendampingan
C Pembimbingan 81. Melaksanakan kegiatan verifikasi dokumen serta Dokumen penerimaan klien 0,01 PERTAMA/AHLI
mencocokan dengan narapidana yang diserah terimakan pemasyarakatan PERTAMA
dari Lapas / Rutan dalam kegiatan penerimaan dan
registrasi klien pemasyarakatan
82. Melaksanakan kegiatan assesmen resiko dan kebutuhan Laporan assesmen resiko dan 0,06 MADYA/AHLI MADYA
dalam rangka menilai tingkat resiko dan mengidentifikasi kebutuhan dalam rangka menilai
kebutuhan pembimbingan klien untuk tindak pidana tingkat resiko dan
kategori 1 dan 2 mengidentifikasi kebutuhan
pembimbingan klien untuk tindak
pidana kategori 1 dan 2
83. Melaksanakan kegiatan assesmen resiko dan kebutuhan Laporan assesmen resiko dan 0,03 MUDA/AHLI MUDA
dalam rangka menilai tingkat resiko dan mengidentifikasi kebutuhan dalam rangka menilai
kebutuhan pembimbingan klien untuk tindak pidana tingkat resiko dan
kategori 3 dan 4 mengidentifikasi kebutuhan
pembimbingan klien untuk tindak
pidana kategori 3 dan 4
84. Melaksanakan kegiatan assesmen resiko dan kebutuhan Laporan assesmen resiko dan 0,02 PERTAMA/AHLI
dalam rangka menilai tingkat resiko dan mengidentifikasi kebutuhan dalam rangka menilai PERTAMA
kebutuhan pembimbingan klien untuk tindak pidana tingkat resiko dan
kategori 5 dan 6 mengidentifikasi kebutuhan
pembimbingan klien untuk tindak
pidana kategori 5 dan 6
85. Menyusun program pembimbingan klien anak tahap awal/ Rencana program pembimbingan 0,06 MADYA/AHLI MADYA
lanjutan/akhir/tambahan (after care) dalam rangka klien anak tahap awal/
menentukan kegiatan bimbingan untuk tindak pidana lanjutan/akhir/tambahan (after
kategori 1 dan 2 care) dalam rangka menentukan
kegiatan bimbingan untuk tindak
pidana kategori 1 dan 2
- 11 -
87. Menyusun program pembimbingan klien anak tahap awal/ Rencana program pembimbingan 0,02 PERTAMA/AHLI
lanjutan/akhir/tambahan (after care) dalam rangka klien anak tahap awal/ PERTAMA
menentukan kegiatan bimbingan Untuk tindak pidana lanjutan/akhir/tambahan (after
kategori 5 dan 6 care) dalam rangka menentukan
kegiatan bimbingan untuk tindak
pidana kategori 5 dan 6
88. Menyusun program pembimbingan klien dewasa tahap Rencana program pembimbingan 0,05 MADYA/AHLI MADYA
awal/ lanjutan/akhir/tambahan (after care) dalam rangka klien dewasa tahap awal/
menentukan kegiatan bimbingan untuk tindak pidana lanjutan/akhir/tambahan (after
kategori 1 care) dalam rangka menentukan
kegiatan bimbingan untuk tindak
pidana kategori 1
89. Menyusun program pembimbingan klien dewasa tahap Rencana program pembimbingan 0,04 MUDA/AHLI MUDA
awal/ lanjutan/akhir/tambahan (after care) dalam rangka klien dewasa tahap awal/
menentukan kegiatan bimbingan untuk tindak pidana lanjutan/akhir/tambahan (after
kategori 2 care) dalam rangka menentukan
kegiatan bimbingan untuk tindak
pidana kategori 2
90. Menyusun program pembimbingan klien dewasa tahap Rencana program pembimbingan 0,02 PERTAMA/AHLI
awal/ lanjutan/akhir/tambahan (after care) dalam rangka klien dewasa tahap awal/ PERTAMA
menentukan kegiatan bimbingan untuk tindak pidana lanjutan/akhir/tambahan (after
kategori 3 dan 4 care) dalam rangka menentukan
kegiatan bimbingan untuk tindak
pidana kategori 3 dan 4
91. Melaksanakan kegiatan konseling dalam rangka Catatan hasil bimbingan 0,03 MADYA/AHLI MADYA
pembimbingan kepribadian / kemandirian klien anak kepribadian / kemandirian klien
untuk tindak pidana kategori 1 anak untuk tindak pidana
kategori 1
92. Melaksanakan kegiatan konseling dalam rangka Catatan hasil bimbingan 0,01 MUDA/AHLI MUDA
pembimbingan kepribadian / kemandirian Klien anak kepribadian / kemandirian Klien
untuk tindak pidana kategori 2 anak untuk tindak pidana
kategori 2
93. Melaksanakan kegiatan konseling dalam rangka Catatan hasil bimbingan 0,01 PERTAMA/AHLI
pembimbingan kepribadian / kemandirian Klien anak kepribadian / kemandirian klien PERTAMA
untuk tindak pidana kategori 3 dan 4 anak untuk tindak pidana
kategori 3 dan 4
- 12 -
95. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling dalam Catatan hasil bimbingan dan 0,02 MUDA/AHLI MUDA
rangka pembimbingan kepribadian / kemandirian klien konseling dalam rangka
dewasa untuk tindak pidana kategori 2 pembimbingan kepribadian /
kemandirian Klien dewasa untuk
tindak pidana kategori 2
96. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling dalam Catatan hasil bimbingan dan 0,01 PERTAMA/AHLI
rangka pembimbingan kepribadian / kemandirian klien konseling dalam rangka PERTAMA
dewasa untuk tindak pidana kategori 3 pembimbingan kepribadian /
kemandirian klien dewasa untuk
tindak pidana kategori 3
97. Melaksanakan kegiatan kunjungan rumah dalam rangka Laporan hasil kunjungan rumah 0,06 MADYA/AHLI MADYA
pembimbingan kepribadian / kemandirian klien anak dalam rangka pembimbingan
untuk tindak pidana kategori 1 dan 2 kepribadian / kemandirian klien
anak untuk tindak pidana
kategori 1 dan 2
98. Melaksanakan kegiatan kunjungan rumah dalam rangka Laporan hasil kunjungan rumah 0,04 MUDA/AHLI MUDA
pembimbingan kepribadian / kemandirian klien anak dalam rangka pembimbingan
untuk tindak pidana kategori 3 dan 4 kepribadian / kemandirian klien
anak untuk tindak pidana
kategori 3 dan 4
99. Melaksanakan kegiatan kunjungan rumah dalam rangka Laporan hasil kunjungan rumah 0,02 PERTAMA/AHLI
pembimbingan kepribadian / kemandirian klien anak dalam rangka pembimbingan PERTAMA
untuk tindak pidana kategori 5 dan 6 kepribadian / kemandirian klien
anak untuk tindak pidana
kategori 5 dan 6
100. Melaksanakan kegiatan kunjungan rumah dalam rangka Laporan hasil kunjungan rumah 0,07 MADYA/AHLI MADYA
pembimbingan kepribadian / kemandirian klien dewasa dalam rangka pembimbingan
untuk tindak pidana kategori 1 dan 2 kepribadian / kemandirian klien
dewasa untuk tindak pidana
kategori 1 dan 2
101 Melaksanakan kegiatan kunjungan rumah dalam rangka Laporan hasil kunjungan rumah 0,04 MUDA/AHLI MUDA
pembimbingan kepribadian / kemandirian klien dewasa dalam rangka pembimbingan
untuk tindak pidana kategori 3 dan 4 kepribadian / kemandirian klien
dewasa untuk tindak pidana
kategori 3 dan 4
- 13 -
103. Menyusun materi bimbingan kelompok dalam rangka Dokumen materi bimbingan 0,12 MADYA/AHLI MADYA
pembimbingan kepribadian / kemandirian klien
pemasyarakatan
104. Melaksanakan kegiatan penyampaian materi bimbingan Laporan sebagai pemateri 0,06 MUDA/AHLI MUDA
kelompok dalam rangka pembimbingan kepribadian / bimbingan kelompok
kemandirian
105. Melakukan evaluasi perkembangan bimbingan klien anak Laporan perkembangan 0,06 MADYA/AHLI MADYA
secara berkala untuk tindak pidana kategori 1 dan 2 bimbingan klien anak untuk
tindak pidana kategori 1 dan 2
106. Melakukan evaluasi perkembangan bimbingan klien anak Laporan perkembangan 0,04 MUDA/AHLI MUDA
secara berkala untuk tindak pidana kategori 3 dan 4 bimbingan klien anak untuk
tindak pidana kategori 3 dan 4
107. Melakukan evaluasi perkembangan bimbingan klien anak Laporan perkembangan 0,02 PERTAMA/AHLI
secara berkala untuk tindak pidana kategori 5 dan 6 bimbingan klien anak untuk PERTAMA
tindak pidana kategori 5 dan 6
108. Melakukan evaluasi perkembangan bimbingan klien dewasa Laporan perkembangan 0,06 MADYA/AHLI MADYA
secara berkala untuk tindak pidana kategori 1 bimbingan Klien dewasa secara
berkala untuk tindak pidana
kategori 1
109. Melakukan evaluasi perkembangan bimbingan klien dewasa Laporan perkembangan 0,04 MUDA/AHLI MUDA
secara berkala untuk tindak pidana kategori 2 bimbingan klien dewasa secara
berkala untuk tindak pidana
kategori 2
110. Melakukan evaluasi perkembangan bimbingan klien dewasa Laporani perkembangan 0,02 PERTAMA/AHLI
secara berkala untuk tindak pidana kategori 3 bimbingan klien dewasa secara PERTAMA
berkala untuk tindak pidana
kategori 3
111. Menelaah surat permintaan pindah bimbingan dari klien Dokumen usulan pindah 0,06 MADYA/AHLI MADYA
Anak dan membuat dokumen usulan pindah bimbingan ke bimbingan ke Bapas Lain untuk
Bapas Lain Untuk tindak pidana kategori 1 dan 2 tindak pidana kategori 1 dan 2
112. Menelaah surat permintaan pindah bimbingan dari klien Dokumen usulan pindah 0,04 MUDA/AHLI MUDA
Anak dan membuat dokumen usulan pindah bimbingan ke bimbingan ke Bapas Lain untuk
Bapas lain untuk tindak pidana kategori 3 dan 4 tindak pidana kategori 3 dan 4
113. Menelaah surat permintaan pindah bimbingan dari klien Dokumen usulan pindah 0,02 PERTAMA/AHLI
Anak dan membuat dokumen usulan pindah bimbingan ke bimbingan ke Bapas lain untuk PERTAMA
Bapas lain untuk tindak pidana kategori 5 dan 6 tindak pidana kategori 5 dan 6
- 14 -
115. Melaksanakan kegiatan verifikasi, klarifikasi dan menyusun Dokumen jawaban permintaan 0,08 MUDA/AHLI MUDA
rekomendasi dalam rangka menindaklanjuti surat usulan pindah bimbingan klien anak dari
dan dokumen permintaan pindah bimbingan klien anak Bapas lain untuk tindak pidana
dari Bapas lain untuk tindak pidana kategori 3 dan 4 kategori 3 dan 4
116. Melaksanakan kegiatan verifikasi, klarifikasi dan menyusun Dokumen jawaban permintaan 0,04 PERTAMA/AHLI
rekomendasi dalam rangka menindaklanjuti surat usulan pindah bimbingan klien anak dari PERTAMA
dan dokumen permintaan pindah bimbingan klien anak Bapas lain untuk tindak pidana
dari Bapas lain untuk tindak pidana kategori 5 dan 6 kategori 5 dan 6
117. Menelaah surat permintaan pindah bimbingan dari klien Dokumen usulan pindah 0,03 MADYA/AHLI MADYA
Dewasa dan membuat dokumen usulan pindah bimbingan bimbingan ke Bapas lain untuk
ke Bapas lain untuk tindak pidana kategori 1 tindak pidana kategori 1
118. Menelaah surat permintaan pindah bimbingan dari klien Dokumen usulan pindah 0,02 MUDA/AHLI MUDA
dewasa dan membuat dokumen usulan pindah bimbingan bimbingan ke Bapas lain untuk
ke Bapas lain untuk tindak pidana kategori 2 tindak pidana kategori 2
119. Menelaah surat permintaan pindah bimbingan dari klien Dokumen usulan pindah 0,02 PERTAMA/AHLI
dewasa dan membuat dokumen usulan pindah bimbingan bimbingan ke Bapas lain untuk PERTAMA
ke Bapas lain untuk tindak pidana kategori 3 tindak pidana kategori 3
120. Melaksanakan Kegiatan Verifikasi, Klarifikasi dan Dokumen jawaban permintaan 0,12 MADYA/AHLI MADYA
menyusun Rekomendasi dalam rangka menindaklanjuti pindah bimbingan klien dewasa
surat usulan dan dokumen permintaan pindah bimbingan dari Bapas lain untuk tindak
klien dewasa dari Bapas lain untuk tindak pidana kategori pidana kategori 1
1
121. Melaksanakan kegiatan verifikasi, klarifikasi dan menyusun Dokumen jawaban permintaan 0,08 MUDA/AHLI MUDA
rekomendasi dalam rangka menindaklanjuti surat usulan pindah bimbingan klien dewasa
dan dokumen permintaan pindah bimbingan klien dewasa dari Bapas lain untuk tindak
dari Bapas lain untuk tindak pidana kategori 2 pidana kategori 2
122. Melaksanakan kegiatan verifikasi, klarifikasi dan menyusun Dokumen jawaban permintaan 0,04 PERTAMA/AHLI
rekomendasi dalam rangka menindaklanjuti surat usulan pindah bimbingan klien dewasa PERTAMA
dan dokumen permintaan pindah bimbingan klien dewasa dari Bapas lain untuk tindak
dari Bapas lain untuk tindak pidana kategori 3 pidana kategori 3
123. Menyusun Dokumen Pengakhiran bimbingan klien anak Dokumen pengakhiran 0,06 MADYA/AHLI MADYA
untuk tindak pidana kategori 1 bimbingan klien anak untuk
tindak pidana kategori 1
- 15 -
125. Menyusun dokumen pengakhiran bimbingan klien anak Dokumen pengakhiran 0,02 PERTAMA/AHLI
untuk tindak pidana kategori 3 bimbingan klien anak untuk PERTAMA
tindak pidana kategori 3
126. Menyusun dokumen pengakhiran bimbingan klien dewasa Dokumen pengakhiran 0,06 MADYA/AHLI MADYA
untuk tindak pidana kategori 1 bimbingan klien dewasa untuk
tindak pidana kategori 1
127. Menyusun dokumen pengakhiran bimbingan klien dewasa Dokumen pengakhiran 0,04 MUDA/AHLI MUDA
untuk tindak pidana kategori 2 bimbingan klien dewasa untuk
tindak pidana kategori 2
128. Menyusun dokumen pengakhiran bimbingan klien dewasa Dokumen pengakhiran bimbingan 0,02 PERTAMA/AHLI
untuk tindak pidana kategori 3 klien dewasa untuk tindak pidana PERTAMA
kategori 3
129. Melakukan pemetaan peluang kerja sama pihak ketiga Laporan hasil pemetaan peluang 0,01 PERTAMA/AHLI
dalam rangka membangun jejaring kerja kerja sama PERTAMA
130. Melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait dalam Laporan hasil koordinasi kerja 0,16 UTAMA/AHLI UTAMA
rangka membangun jejaring kerja sama tingkat nasional sama tingkat nasional
131. Melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait dalam Laporan hasil koordinasi kerja 0,12 MADYA/AHLI MADYA
rangka membangun jejaring kerja sama tingkat provinsi sama tingkat provinsi
132. Melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait dalam Laporan hasil koordinasi kerja 0,08 MUDA/AHLI MUDA
rangka membangun jejaring kerja sama tingkat kabupaten sama tingkat kabupaten/kota
/ kota
133. Menyusun dokumen kerjasama dengan pihak terkait dalam Dokumen kerja sama tingkat 0,24 UTAMA/AHLI UTAMA
rangka membangun jejaring kerja sama tingkat nasional nasional
134. Menyusun dokumen kerjasama dengan pihak terkait dalam Dokumen kerja sama tingkat 0,18 MADYA/AHLI MADYA
rangka membangun jejaring kerja sama tingkat provinsi provinsi
135. Menyusun dokumen kerjasama dengan pihak terkait dalam Dokumen kerja sama tingkat 0,12 MUDA/AHLI MUDA
rangka membangun jejaring kerja sama tingkat kabupaten kabupaten / kota
/ kota
136. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Laporan hasil monitoring dan 0,16 UTAMA/AHLI UTAMA
kerja sama tingkat nasional evaluasi pelaksanaan kerjasama
tingkat nasional
137. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Laporan hasil monitoring dan 0,12 MADYA/AHLI MADYA
kerja sama tingkat provinsi evaluasi pelaksanaan kerjasama
tingkat provinsi
- 16 -
139. Melakukan analisa, penilaian, verifikasi dan evaluasi Laporan analisa, penilaian, 0,12 UTAMA/AHLI UTAMA
pelaksanaan pembimbingan klien Untuk tindak kategori 1 verifikasi dan evaluasi
dan 2 pelaksanaan pembimbingan klien
untuk tindak pidana kategori 1
dan 2
140. Melakukan analisa, penilaian, verifikasi dan evaluasi Laporan analisa, penilaian, 0,09 MADYA/AHLI MADYA
pelaksanaan pembimbingan klien untuk tindak pidana verifikasi dan evaluasi
kategori 3 dan 4 pelaksanaan pembimbingan klien
untuk tindak pidana kategori 3
dan 4
141. Melakukan analisa, penilaian, verifikasi dan evaluasi Laporan analisa, penilaian, 0,06 MUDA/AHLI MUDA
pelaksanaan pembimbingan klien untuk tindak pidana verifikasi dan evaluasi
kategori 5 dan 6 pelaksanaan pembimbingan klien
untuk tindak pidana kategori 5
dan 6
142. Melakukan telaahan kebijakan (Permen /Kepmen Telaahan kebijakan (Permen 0,28 UTAMA/AHLI UTAMA
/Pedoman /SE /Juklak /Juknis dll) di bidang /Kepmen /Pedoman /SE /Juklak
pembimbingan /Juknis dll) di bidang
pembimbingan
143. Melaksanakan tugas sebagai ketua tim penyusun modul / Modul / bahan ajar bimbingan 0,40 UTAMA/AHLI UTAMA
bahan ajar bimbingan teknis di bidang pembimbingan teknis di bidang pembimbingan
144. Melaksanakan tugas sebagai anggota tim penyusun modul Modul / bahan ajar bidang 0,30 MADYA/AHLI MADYA
/ bahan ajar bimbingan teknis di bidang pembimbingan pembimbingan
145. Melaksanakan tugas sebagai ketua tim penyelenggaraan Laporan pelaksanaan tugas 0,40 UTAMA/AHLI UTAMA
bimbingan teknis di bidang pembimbingan sebagai ketua tim
penyelenggaraan bimbingan teknis
di bidang pembimbingan
146. Melaksanakan tugas sebagai anggota tim penyelenggaraan Laporan pelaksanaan tugas 0,30 MADYA/AHLI MADYA
bimbingan teknis di bidang pembimbingan sebagai anggota tim
penyelenggaraan bimbingan teknis
di bidang pembimbingan
D Pengawasan 147. Melakukan kegiatan pengawasan proses upaya diversi Laporan hasil pengawasan proses 0,07 MUDA/AHLI MUDA
dalam rangka terlaksananya diversi untuk tindak pidana upaya diversi dalam rangka
kategori 3 dan 4 terlaksananya diversi untuk
tindak pidana kategori 3 dan 4
148. Melakukan kegiatan pengawasan proses upaya diversi Laporan hasil pengawasan proses 0,02 PERTAMA/AHLI
dalam rangka terlaksananya diversi untuk tindak pidana upaya diversi dalam rangka PERTAMA
kategori 5 dan 6 terlaksananya diversi untuk
tindak pidana kategori 5 dan 6
- 17 -
150. Melakukan kegiatan pengawasan penetapan hasil diversi/ Laporan hasil pengawasan 0,06 MUDA/AHLI MUDA
putusan hakim terhadap anak untuk tindak pidana penetapan hasil diversi/ putusan
kategori 3 dan 4 hakim terhadap Anak untuk
tindak pidana kategori 3 dan 4
151. Melakukan kegiatan pengawasan penetapan hasil diversi/ Laporan hasil pengawasan 0,02 PERTAMA/AHLI
putusan hakim terhadap anak untuk tindak pidana penetapan hasil diversi/ putusan PERTAMA
kategori 5 dan 6 hakim terhadap anak untuk
tindak pidana kategori 5 dan 6
152. Melakukan kegiatan pengawasan putusan hakim terhadap Laporan hasil pengawasan 0,04 MUDA/AHLI MUDA
klien dewasa untuk tindak pidana kategori 2 putusan hakim terhadap klien
dewasa untuk tindak pidana
kategori 2
153. Melakukan kegiatan pengawasan putusan hakim terhadap Laporan hasil pengawasan 0,02 PERTAMA/AHLI
klien dewasa untuk tindak pidana kategori 3 putusan hakim terhadap klien PERTAMA
dewasa untuk tindak pidana
kategori 3
154. Melakukan kegiatan pengawasan pelaksanaan program Laporan hasil pengawasan 0,06 MADYA/AHLI MADYA
perawatan dan layanan tahanan anak berdasarkan hasil pelaksanaan program perawatan
rekomendasi penelitian kemasyarakatan untuk tindak dan layanan tahanan Anak
pidana kategori 1 dan 2 berdasarkan hasil rekomendasi
penelitian kemasyarakatan untuk
tindak pidana kategori 1 dan 2
155. Melakukan kegiatan pengawasan pelaksanaan program Laporan hasil pengawasan 0,04 MUDA/AHLI MUDA
perawatan dan layanan tahanan anak berdasarkan hasil pelaksanaan program perawatan
rekomendasi penelitian kemasyarakatan untuk tindak dan layanan tahanan anak
pidana kategori 3 dan 4 berdasarkan hasil rekomendasi
penelitian kemasyarakatan untuk
tindak pidana kategori 3 dan 4
156. Melakukan kegiatan pengawasan pelaksanaan program Laporan hasil pengawasan 0,02 PERTAMA/AHLI
perawatan dan layanan tahanan Anak berdasarkan hasil pelaksanaan program perawatan PERTAMA
rekomendasi penelitian kemasyarakatan untuk tindak dan layanan tahanan Anak
pidana kategori 5 dan 6 berdasarkan hasil rekomendasi
penelitian kemasyarakatan untuk
tindak pidana kategori 5 dan 6
- 18 -
158. Melakukan kegiatan pengawasan pelaksanaan program Laporan hasil pengawasan 0,04 MUDA/AHLI MUDA
perawatan dan layanan tahanan dewasa berdasarkan hasil pelaksanaan program perawatan
rekomendasi penelitian kemasyarakatan untuk tindak dan layanan tahanan dewasa
pidana kategori 2 berdasarkan hasil rekomendasi
penelitian kemasyarakatan untuk
tindak pidana kategori 2
159. Melakukan kegiatan pengawasan pelaksanaan program Laporan hasil pengawasan 0,02 PERTAMA/AHLI
perawatan dan layanan tahanan dewasa berdasarkan hasil pelaksanaan program perawatan PERTAMA
rekomendasi penelitian kemasyarakatan untuk tindak dan layanan tahanan dewasa
pidana kategori 3 berdasarkan hasil rekomendasi
penelitian kemasyarakatan untuk
tindak pidana kategori 3
160. Melakukan kegiatan pengawasan program pembinaan anak Laporan hasil pengawasan 0,06 MADYA/AHLI MADYA
di LPKA berdasarkan hasil rekomendasi penelitian program pembinaan anak di LPKA
kemasyarakatan untuk tindak pidana kategori 1 dan 2 berdasarkan hasil rekomendasi
penelitian kemasyarakatan untuk
tindak pidana kategori 1 dan 2
161. Melakukan kegiatan pengawasan program pembinaan anak Laporan hasil pengawasan 0,04 MUDA/AHLI MUDA
di LPKA berdasarkan hasil rekomendasi penelitian program pembinaan anak di LPKA
kemasyarakatan untuk tindak pidana kategori 3 dan 4 berdasarkan hasil rekomendasi
penelitian kemasyarakatan untuk
tindak pidana kategori 3 dan 4
162. Melakukan kegiatan pengawasan program pembinaan anak Laporan hasil pengawasan 0,02 PERTAMA/AHLI
di LPKA berdasarkan hasil rekomendasi penelitian program pembinaan anak di LPKA PERTAMA
kemasyarakatan untuk tindak pidana kategori 5 dan 6 berdasarkan hasil rekomendasi
penelitian kemasyarakatan untuk
tindak pidana kategori 5 dan 6
163. Melakukan kegiatan pengawasan program pembinaan Laporan hasil pengawasan 0,05 MADYA/AHLI MADYA
narapidana dewasa di Lapas / Rutan berdasarkan hasil program pembinaan narapidana
rekomendasi penelitian kemasyarakatan untuk tindak dewasa di Lapas / Rutan
pidana kategori 1 berdasarkan hasil rekomendasi
penelitian kemasyarakatan untuk
tindak pidana kategori 1
- 19 -
165. Melakukan kegiatan pengawasan program pembinaan Laporan hasil pengawasan 0,02 PERTAMA/AHLI
narapidana dewasa di Lapas / Rutan berdasarkan hasil program pembinaan narapidana PERTAMA
rekomendasi penelitian kemasyarakatan untuk tindak dewasa di Lapas / Rutan
pidana kategori 3 berdasarkan hasil rekomendasi
penelitian kemasyarakatan untuk
tindak pidana kategori 3
166. Melakukan kegiatan pengawasan program pembimbingan Laporan hasil pengawasan 0,05 MADYA/AHLI MADYA
klien anak berdasarkan hasil rekomendasi penelitian program pembimbingan klien
kemasyarakatan untuk tindak pidana kategori 1 dan 2 anak berdasarkan hasil
rekomendasi penelitian
kemasyarakatan untuk tindak
pidana kategori 1 dan 2
167. Melakukan kegiatan pengawasan program pembimbingan Laporan hasil pengawasan 0,04 MUDA/AHLI MUDA
klien anak berdasarkan hasil rekomendasi penelitian program pembimbingan klien
kemasyarakatan untuk tindak pidana kategori 3 dan 4 anak berdasarkan hasil
rekomendasi penelitian
kemasyarakatan untuk tindak
pidana kategori 3 dan 4
168. Melakukan kegiatan pengawasan program pembimbingan Laporan hasil pengawasan 0,02 PERTAMA/AHLI
klien anak berdasarkan hasil rekomendasi penelitian program pembimbingan klien PERTAMA
kemasyarakatan untuk tindak pidana kategori 5 dan 6 anak berdasarkan hasil
rekomendasi penelitian
kemasyarakatan untuk tindak
pidana kategori 5 dan 6
169. Melakukan kegiatan pengawasan program pembimbingan Laporan hasil pengawasan 0,05 MADYA/AHLI MADYA
klien dewasa berdasarkan hasil rekomendasi penelitian program pembimbingan klien
kemasyarakatan untuk tindak pidana kategori 1 dewasa berdasarkan hasil
rekomendasi Penelitian
kemasyarakatan untuk tindak
pidana kategori 1
170. Melakukan kegiatan pengawasan program pembimbingan Laporan hasil pengawasan 0,04 MUDA/AHLI MUDA
klien dewasa berdasarkan hasil rekomendasi penelitian program pembimbingan klien
kemasyarakatan untuk tindak pidana kategori 2 dewasa berdasarkan hasil
rekomendasi penelitian
kemasyarakatan untuk tindak
pidana kategori 2
- 20 -
173. Memeriksa dan memverifikasi surat dan dokumen Dokumen penerusan permintaan 0,06 MUDA/AHLI MUDA
permintaan izin ke luar negeri dari klien anak serta izin ke luar negeri dari klien anak
membuat dokumen penerusan permintaan izin ke luar serta membuat dokumen
negeri ke kantor wilayah untuk tindak pidana kategori 3 penerusan permintaan izin ke luar
dan 4 negeri ke kantor wilayah untuk
tindak pidana kategori 3 dan 4
174. Memeriksa dan memverifikasi surat dan dokumen Dokumen penerusan permintaan 0,03 PERTAMA/AHLI
permintaan izin ke luar negeri dari klien anak serta izin ke luar negeri dari klien anak PERTAMA
membuat dokumen penerusan permintaan izin ke luar serta membuat dokumen
negeri ke kantor wilayah untuk tindak pidana kategori 5 penerusan permintaan izin ke luar
dan 6 negeri ke kantor wilayah untuk
tindak pidana kategori 5 dan 6
175. Memeriksa dan memverifikasi surat dan dokumen Dokumen penerusan permintaan 0,09 MADYA/AHLI MADYA
permintaan izin ke luar negeri dari klien dewasa serta izin ke luar negeri dari klien
membuat dokumen penerusan permintaan izin ke luar dewasa serta membuat dokumen
negeri ke kantor wilayah untuk tindak pidana politik / penerusan permintaan izin ke luar
terhadap kepala negara / perdagangan manusia negeri ke kantor wilayah untuk
tindak pidana politik / terhadap
kepala negara / perdagangan
manusia
176. Memeriksa dan memverifikasi surat dan dokumen Dokumen penerusan permintaan 0,06 MUDA/AHLI MUDA
permintaan izin ke luar negeri dari Klien Dewasa serta izin ke luar negeri dari klien
membuat dokumen penerusan permintaan izin ke luar dewasa serta membuat dokumen
negeri ke kantor wilayah untuk tindak pidana kategori 2 penerusan permintaan izin ke luar
negeri ke kantor wilayah untuk
tindak pidana kategori 2
- 21 -
178. Melakukan kegiatan pengawasan pelaksanaan izin keluar Laporan hasil pengawasan izin 0,09 MADYA/AHLI MADYA
negeri klien anak untuk tindak pidana kategori 1 dan 2 keluar negeri klien anak untuk
tindak pidana kategori 1 dan 2
179. Melakukan kegiatan pengawasan program pembimbingan Laporan hasil pengawasan 0,06 MUDA/AHLI MUDA
klien anak yang mendapatkan izin keluar negeri/ kota program pembimbingan klien
berdasarkan hasil rekomendasi penelitian kemasyarakatan anak yang mendapatkan izin
untuk tindak pidana kategori 3 dan 4 keluar negeri/ kota berdasarkan
hasil rekomendasi penelitian
kemasyarakatan untuk tindak
pidana kategori 3 dan 4
180. Melakukan kegiatan pengawasan program pembimbingan Laporan hasil pengawasan 0,03 PERTAMA/AHLI
klien anak yang mendapatkan izin keluar negeri/ kota program pembimbingan klien PERTAMA
berdasarkan hasil rekomendasi penelitian kemasyarakatan anak yang mendapatkan Izin
untuk tindak pidana kategori 5 dan 6 keluar negeri/ kota berdasarkan
hasil rekomendasi penelitian
kemasyarakatan untuk tindak
pidana kategori 5 dan 6
181. Melakukan kegiatan pengawasan pelaksanaan izin keluar Laporan hasil pengawasan Izin 0,09 MADYA/AHLI MADYA
negeri klien dewasa untuk tindak pidana politik / terhadap keluar negeri klien dewasa untuk
kepala negara / perdagangan manusia tindak pidana politik / terhadap
kepala negara / perdagangan
manusia
182. Melakukan kegiatan pengawasan pelaksanaan izin keluar Laporan hasil pengawasan 0,06 MUDA/AHLI MUDA
negeri klien dewasa untuk tindak pidana kategori 2 pelaksanaan izin keluar negeri
klien dewasa untuk tindak
pidana kategori 2
183. Melakukan kegiatan pengawasan pelaksanaan izin keluar Laporan hasil pengawasan 0,03 PERTAMA/AHLI
negeri klien dewasa untuk tindak pidana kategori 3 pelaksanaan izin keluar negeri PERTAMA
klien dewasa untuk tindak
pidana kategori 3
184. Melakukan kegiatan pengusulan pencabutan PB / CMB / Dokumen usulan pencabutan PB 0,18 MADYA/AHLI MADYA
CB / asimilasi / CMK klien anak untuk tindak pidana / CMB / CB / asimilasi / CMK
kategori 1 dan 2 klien anak untuk tindak pidana
kategori 1 dan 2
- 22 -
186. Melakukan kegiatan pengusulan pencabutan PB / CMB / Dokumen usulan pencabutan PB 0,06 PERTAMA/AHLI
CB / asimilasi / CMK klien anak untuk tindak pidana / CMB / CB / asimilasi / CMK PERTAMA
kategori 5 dan 6 klien anak untuk tindak pidana
kategori 5 dan 6
187. Melakukan kegiatan pengusulan pencabutan PB / CMB / Dokumen usulan pencabutan PB 0,18 MADYA/AHLI MADYA
CB / asimilasi / CMK klien dewasa untuk tindak pidana / CMB / CB / asimilasi / CMK
politik / terhadap kepala negara / perdagangan manusia klien dewasa untuk tindak pidana
politik / terhadap kepala negara /
perdagangan manusia
188. Melakukan kegiatan pengusulan pencabutan PB / CMB / Dokumen usulan pencabutan PB 0,12 MUDA/AHLI MUDA
CB / asimilasi / CMK klien dewasa untuk tindak pidana / CMB / CB / asimilasi / CMK
kategori 2 klien dewasa untuk tindak pidana
kategori 2
189. Melakukan kegiatan pengusulan pencabutan PB / CMB / Dokumen usulan pencabutan PB 0,06 PERTAMA/AHLI
CB / asimilasi / CMK klien dewasa untuk tindak pidana / CMB / CB / asimilasi / CMK PERTAMA
kategori 3 klien dewasa untuk tindak pidana
kategori 3
190. Melakukan analisa, penilaian, verifikasi dan evaluasi Laporan analisa, penilaian, 0,24 UTAMA/AHLI UTAMA
pelaksanaan pengawasan klien untuk tindak pidana verifikasi dan evaluasi
kategori 1 dan 2 pelaksanaan pengawasan klien
untuk tindak pidana kategori 1
dan 2
191. Melakukan analisa, penilaian, verifikasi dan evaluasi Laporan analisa, penilaian, 0,11 MADYA/AHLI MADYA
pelaksanaan pengawasan klien untuk tindak pidana verifikasi dan evaluasi
kategori 3 dan 4 pelaksanaan pengawasan Klien
untuk tindak pidana kategori 3
dan 4
192. Melakukan analisa, penilaian, verifikasi dan evaluasi Laporan analisa, penilaian, 0,07 MUDA/AHLI MUDA
pelaksanaan pengawasan klien untuk tindak pidana verifikasi dan evaluasi
kategori 5 dan 6 pelaksanaan pengawasan Klien
untuk tindak pidana kategori 5
dan 6
193. Melakukan telaahan kebijakan (Permen /Kepmen Telaahan kebijakan (Permen 0,28 UTAMA/AHLI UTAMA
/Pedoman /SE /Juklak /Juknis dll)) di bidang pengawasan /Kepmen /Pedoman /SE /Juklak
/Juknis dll)) di bidang
pengawasan
194. Melaksanakan tugas sebagai ketua tim penyusun modul / Modul / bahan ajar bimbingan 0,40 UTAMA/AHLI UTAMA
bahan ajar bimbingan teknis di bidang pengawasan teknis di bidang pengawasan
- 23 -
196. Melaksanakan tugas sebagai ketua tim penyelenggaraan Laporan pelaksanaan tugas 0,40 UTAMA/AHLI UTAMA
bimbingan teknis di bidang pengawasan sebagai ketua tim
penyelenggaraan bimbingan teknis
di bidang pengawasan
197. Melaksanakan tugas sebagai anggota tim penyelenggaraan Laporan pelaksanaan tugas 0,30 MADYA/AHLI MADYA
bimbingan teknis di bidang pengawasan sebagai anggota tim
penyelenggaraan bimbingan teknis
di bidang pengawasan
E Sidang Tim Pengamat 198. Melaksanakan sidang tim pengamat pemasyarakatan dalam Laporan hasil sidang TPP Bapas 0,03 PERTAMA/AHLI
Pemasyarakatan rangka pembahasan litmas / pendampingan / PERTAMA
0,06 MUDA/AHLI MUDA
pembimbingan / pengawasan klien
0,09 MADYA/AHLI MADYA
199. Melaksanakan sidang tim pengamat pemasyarakatan dalam Laporan hasil sidang TPP di Lapas 0,03 PERTAMA/AHLI
rangka litmas / pembinaan narapidana / anak / LPKA / Rutan / LPAS PERTAMA
0,06 MUDA/AHLI MUDA
0,09 MADYA/AHLI MADYA
200. Melaksanakan sidang tim pengamat pemasyarakatan di Laporan hasil sidang TPP wilayah 0,06 MUDA/AHLI MUDA
kantor wilayah
0,09 MADYA/AHLI MADYA
201. Melaksanakan sidang tim pengamat pemasyarakatan di Laporan hasil sidang TPP pusat 0,16 UTAMA/AHLI UTAMA
direktorat jenderal pemasyarakatan
202. Melaksanakan kegiatan pemeriksaan dokumen usulan / Dokumen bahan sidang TPP 0,01 MUDA/AHLI MUDA
pencabutan asimilasi / PB / CMB / CB untuk bahan wilayah
pembahasan sidang tim pengamat pemasyarakatan di
kantor wilayah
203. Melaksanakan kegiatan pemeriksaan dokumen usulan / Dokumen bahan sidang TPP pusat 0,02 MUDA/AHLI MUDA
pencabutan asimilasi / PB untuk bahan pembahasan
sidang tim pengamat pemasyarakatan di direktorat jenderal
pemasyarakatan
III PENGEMBANGAN A Pembuatan karya tulis/karya 1. Membuat karya tulis/karya ilmiah hasil penelitian/
PROFESI ilmiah di bidang bimbingan pengkajian/survei/evaluasi di bidang bimbingan
kemasyarakatan kemasyarakatan yang dipublikasikan:
a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan Semua jenjang
secara nasional Buku 12,5
6. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan, gagasan, atau Naskah 2,5 Semua jenjang
ulasan ilmiah dalam pertemuan ilmiah nasional (tidak
harus memberikan rekomendasi tetapi harus ada
kesimpulan akhir)
MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,
ASMAN ABNUR
- 26 -
2 UNSUR PENUNJANG
JUMLAH 100 150 200 300 400 550 700 850 1050
MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,
ASMAN ABNUR
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN 2016
TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
2 UNSUR PENUNJANG
MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,
ASMAN ABNUR
LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN 2016
TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
2 UNSUR PENUNJANG
MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,
ASMAN ABNUR
LAMPIRAN V
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN 2016
TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,
ASMAN ABNUR
HUKUM ACARA
PIDANA
PENDIDIKAN KHUSUS PROFESI ADVOKAT (PKPA)
PERKUMPULAN PENGACARA MUDA INDONESIA
(PERMADIN)
Oleh :
EDI ROSANDI, S.Sos., S.H., M.Hum
PEMBAGIAN HUKUM PIDANA
Hukum pidana dibagi menjadi dua:
1. Hukum pidana materiil
2. Hukum pidana formil
Jaksa = jabatan
Penuntut umum = fungsi
WEWENANG PENUNTUT UMUM
• Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari
penyidik atau penyidik pembantu;
• Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada
penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat
(3) dan ayat (4) KUHAP, dengan member petunjuk dalam
penyempurnaan penyidikan dan penyidik;
• Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan
penahanan atau penahanan lanjutan, dan atau mengubah
status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;
• Membuat surat dakwaan;
• Melimpahkan perkara ke pengadilan;
• Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang hari
dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan,
baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang
pada sidang yang yang telah ditentukan;
• Melakukan penuntutan;
• Menutup perkara demi kepentingan umum (asas
oportunitas);
• Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung
jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-
undang ini;
• Melaksanakan penetapan hakim.
Jaksa atau penuntut umum di Indonesia tidak mempunyai
wewenang menyidik perkara, dari permulaan ataupun lanjutan.
Ini berarti jaksa atau penuntut umum di Indonesia tidak
pernah melakukan pemeriksaan terhadap tersangka ataupun
terdakwa
Penyidik dan Penyelidik
• Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus
oleh undang-undang untuk melaksanakan penyidikan (Pasal 1
butir 1)
• Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal
dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya (Pasal 1 butir 2)
• Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia
yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk
melakukan penyelidikan (Pasal 1 butir 4)
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN
Pejabat-pejabat peradilan
UU No. 2 Tahun 1986 jis UU No. 8
Tahun 2004, UU No. 49 Tahun 2009 ,al:
hakim, panitera dan wakil panitera,
panitera muda dan pengganti, jurusita,
jurusita muda dan sekretaris.
Lingkungan Peradilan
Dibedakan menjadi 2:
1. Peradilan Umum (General Jurisdiction):
peradilan bagi rakyat pada umumnya baik yang
menyangkut perkara perdata maupun perkara
pidana.
2. Peradilan Khusus (Limited Jurisdiction):
peradilan yang mengadili perkara atau golongan
rakyat tertentu khusus terbatas pada
golongan rakyat tertentu/perkara tertentu.
Bagaimana lingkungan Peradilan di
Indonesia?
Dasar Hukum:
UUD 1945 Pasal 24 ayat (2) jo UU No. 48 Tahun 2009 ten-
tang Kekuasaan Kehakiman
Dasar hukum:
1. UU No. 49 Tahun 2009.
2. UU No. 48 Tahun 2009
3. Keputusan Presiden No 21 tahun 2004
tentang Pengalihan Organisasi,
Administrasi, dan Finansial di
Lingkungan Peradilan Umum, Peradilan
TUN dan Peradilan Agama.
Pengadilan Khusus dalam
Lingkungan Peradilan Umum
1. Pengadilan Anak UU No. 3 Tahun 1997.
2. Pengadilan Niaga UU No. 37 Tahun 2004.
3. Pengadilan HAM UU No. 26 Tahun 2000.
4. Pengadilan TIndak Pidana Korupsi UU No .46
Tahun 2009
5. Pengadilan Hubungan Industrial UU N0. 2 Tahun
2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial.
6. Pengadilan Syar’iah Islam di Propinsi Aceh Darusalam
UU No. 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi
Nanggroe Aceh Darusalam jo UU No.11 tahun 2006
Tentang Pemerintahan NADS
Kekuasaan Badan Peradilan
1.Absolut/Mutlak/Atributif (pemba-
gian tugas/kekuasaan).
Kekuasaan badan peradilan dalam
memeriksa jenis perkara tertentu yang
secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh
badan peradilan lain baik dalam lingk
peradilan yang sama maupun dalam lingk
peradilan lain.
2. Kekuasaan Relatif/Nisbi/Distributif
MA MK
PN PA PM PTUN
PAnak, PNiaga,
PTPK, PHAM,
PSI, PHI
PSI PPAJAK
Pengecualaian terhadap asas ―actor
sequitur forum rei‖, al:
Diatur oleh:
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 1Tahuan 2002 tangal 26 April tahun
2002.
Pengertian:
suatu cara pengajuan gugatan, untuk diri-diri
mereka sendiri dan sekaligus mewakili
sekelompok orang yang jumlahnya banyak,
memiliki kesamaan fakta atau dasar hukum
antar wakil kelompok dengan dan anggota
kelompok dimaksud (Ps. 1 huruf a).
Siapakah yang dimaksud wakil
kelompok dalam gugatan
kelompok itu?
UU No.1 th 1974, Psl 31 (1): hak dan kedudukan istri seimbang dengan
suami. (2). Mampu melakukan perbuatan hk.
2. Sita Jaminan terhadap barang
bergerak milik T atau D
Biasa disebut Conservatoir beslag untuk
menjamin dapat dilaksanakannya putusan
pengadilan, mengghukum T untuk membayar
sejumlah uang kepada P dengan cara menjual
barang-barang milik T yang disita dan hasil
penjualannya untuk membayar piutang P.
Sifat: menekan tidak berakhir sampai penjualan
barang yang disita, karen D/T memenuhi
prestasinya sebelum putusan dilaksanakan.
Didasarkan atas perintah Ketua PN atas permintaan
K/P.
Jika dikabulkan dinyatakan syah dan berharga.
Barang-barang apa saja yang
dapat disita secara conservatoir?
1) Barang bergerak milik D
Dapat diletakkan sita rangkap.
2) Barang tidak bergerak milik D.
diumumkan oleh kepala desa.
Berita acara penyitaan didaftarkan pada KPT.
Dilakukan oleh Jurusita di tempat barang terletak
dan disaksikan oleh pamong desa.
3) Barang bergerak milik D yang ada pada pihak
ketiga atau orang lain.
Terjadi, jika D mempunyai piutang terhadap pihak
ketiga atas barang bergerak dan terhadap uang
berdasarkan akta otentik atau akta di bawah
Bagaiman caranya dan siapa yang harus
melakukan, menjalankan penyitaan, serta
apakah akibat hukum dari suatu penyitaan ?
Macam-macam Jawaban T:
a. menolak gugatan (membantah):
1) Tangkisan (eksepsi) (tdk ada sangkut paut dng perkara pokok)
2) Sangkalan/ bantahan ( berhub dengan pokok perkara).
b. membenarkan gugatan (pengakuan):
1) sebagian
2) seluruhnya
c. Referte
d. Permohonan
Ad. a.1. Jawaban dalam Eksepsi
1. Tangkisan bahwa syarat-syarat prosesuil gugatan tdk
benar (declinatoir dan disqualificatoir), atau eksepsi
berdasarkan ktt materiil (eks dilatoir dan eks peremtoir),
shg gugatan harus dinyatakan tdk dapat diterima.
a) Dasar-dasar eksepsi, al:
1) Gugatan diajukan kpd Pengadilan yang tidak
berwenang.
2) Gugatan salah alamat (T tidak ada hubungan
hukum)
3) P tidak berkualitas P (P tidak mempunyai
hubungan hukum).
4) T tidak lengkap.
5) P telah memberi penundaan pembayaran (eks
dilatoir)
Ad.a.2. Sangkalan/bantahan berhub langsung dng Pokok
Perkara
Merupakan bantahan thdp dalil-dalil/fundamentum petendi
yg diajukan P.
Misal: A (P) menuntut B (T) agar meninggalkan tanah yg
dikerjakan B dng dalih:
-tanah tsb adalah milik A sbg ahli waris bpnya (C) pemilik
tanah asal yg sudah meninggal dunia.
- Adanya petok D dan leter C yg masih atas nama C.
- A tdk pernah melihat atau mengetahui adanya transaksi
antara C dan B atas tanah tsb.
Dalam contoh tsb, B dpt membantah dalil A dng alasan:
-A diragukan sbg ahli waris, krn tdk ada fatwa waris.
- Petok D dan leter C bukan bukti pemilikan.
- B mempunyai akte jual beli.
Berdasarkan bantahan tsb B dpt meminta kpd hakim agar
gugatan ditolak
Permohonan
Sifat: insidental.
1. Putusan Sela:
a. preparatoir put persiapan mengenai jalannya pemeriksaan untuk
melancarkan sgl sesuatu guna mengadakan put akhir. Mis:menolak
pengunduran pemeran saksi.
b. Interloctoir put persiapan yang isinya memerintahkan pembuktian
yg mempengaruhi put akhhir. Mi: put mengenai pemeriksaan saksi dan
pemeriksaan setempat.
c. Incidentil put berhub dng insiden yg terkait penghentian prosedur
peradilan biasa yg belum berhubungan dng pokok perkara. Mis:
voeging, tussenkomst dan vrijwaring.
d. Provisionil put yg menjawab tuntutan provisi. Mis: dlm perkara
perceraian, seblm perkara diputus. Istri minta dibebaskan dari
kewajiban untuk tinggal bersama dng suaminya.
2. Putusan Akhir menurut sifatnya dibedakan:
a. Condemnatoir putusan yang bersifat menghukum phk
yang dikalahkan untuk memenuhi prestasi.
Terjadi berkaitan dgn perikatan yg bersumber pd
persetujuan dan UU.
Prestasinya berupa hukuman untuk membayar sejumlah
uang d mempunyai kekuatan eksekutorial.
b. Constitutif putusan yg meniadakan keadaan hk atau
menciptakan suatu keadaan hk yg baru. Mis: memutuskan
suatu ikatan perkawinan, membatalkan suatu perjanjian,
pengangkatan wali dll.
Dan tidak diperlukan kekuatan eksekutorial.
c. Declaratoir put yg menyatakan suatu keadaan sbg suatu
keadaan yg sah mnrt hk/mengesahkan sesuatu keadaan
hk semata . Misal: tentang penetapan ahli waris,
penetapan anak sah.
Tidak diperlukan kekuatan eksekutorial.
Kekuatan Putusan Hakim
1. Mengikat
2. Pembuktian
3. Eksekutorial
PEMBUKTIAN
1. Pengertian:
Membuktikan mempunyai arti yuridis
mencoba dng sarana-sarana menetapkan
secara pasti di persidangan apa yg telah
terjadi secara konkrit dgn jalan
mempertimbangkan atau memberi alasan-
alasan secara logis mengenai peristiwa-
peristiwa tertentu dianggap atau dinyatakan
sbg benar.
Pembuktian yuridis hanya berlaku thdp pr
phk tdk menuju pd kebenaran mutlak.
Kebenaran apakah yang dicari dalam
acara perdata?
Kebenaran formal cukup didukung oleh alat bukti minimal
yg ditentukan mnrt hukum atau UU. Bukan berarti dalam
hukum acara perdata tidak diperlukan keyakinan hakim. Ps
172 HIR dalam hal menimbang harga kesaksian itu
haruslah hakim memperhatikan benar, cocoknya segala
saksi, sesuainya penyaksian dng apa yg diketahui dari
sudut lain tentang perkara yg diperselisihkan dst.Umumnya
segala hal ikwal yg dapat berpengaruh shg saksi itu dpt
dipercaya atau tidak. Dng dmkn sekalipun jumlah saksi
sudah terlampau banyak tp ket mrk itu tdk meyakinkan
hakim,tidak berharga sama sekali sbg kesaksian. Namun
sekali kesaksian mnrt keyakinam hakim memenuhi syarat
untuk dapat dipercaya dan jumlahnya lebih dari satu orang
atau satu orang ditambah bukti lain yg sah, mk hakim
terikatlah pd pembuktian itu, dgn tdk perlu ditambah
perkataan ―Telah terbukti dan meyakinkan‖ cukuplah ―Telah
terbukti secara sah menurut hukum‖
Apakah tujuan dan kegunaan dari
pembuktian itu ?
1.Oral.
2.Dokumentasi.
3.Material.
1. Alat Bukti Surat
Diatur: Ps. 137-138 HIR/163-164 Rbg.
Macam-macam Surat:
1. Bukan akta
2. Akta:
a. Otentik:
1) A Pejabat (acte ambetelijk)
2) A Partai (acte party)
a. Di bawah tangan
Surat Bukan Akta