Anda di halaman 1dari 17

KEJAKSAAN NEGERI BANJARMASIN

TUGAS DAN WEWENANG KEJAKSAAN

“DALAM PELAKSANAAN PENGAWASAN


TERHADAP PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN DAERAH”

Selasa, 10 Mei 2022


KEJAKSAAN NEGERI
BANJARMASIN

APA ITU KEJAKSAAN?


APA ITU JAKSA?
APA ITU PENUNTUT
UMUM?
Sebelum menyelami lebih jauh tentang Tugas dan Wewenang
Kejaksaan, mari kita pahami terlebih dahulu tentang apa itu
Kejaksaan.

www.intelheba t.tech
KEJAKSAAN NEGERI
BANJARMASIN

Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2021


tentang Perubahan atas Undang-undang RI Nomor 16 Tahun
2004 tentang Kejaksaan RI disebutkan :

“Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut


Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang fungsinya
berkaitan dengan kekuasaan kehakiman yang melaksanakan
kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-Undang”

Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2021


tentang Perubahan atas Undang-undang RI Nomor 16 Tahun
2004 tentang Kejaksaan RI disebutkan :

“Jaksa adalah pegawai negeri sipil dengan jabatan fungsional


yang memiliki kekhususan dan melaksanakan tugas, fungsi, dan
kewenangannya berdasarkan Undang-Undang”
KEJAKSAAN NEGERI
BANJARMASIN
Dalam Pasal 1 angka 3 Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2021
tentang Perubahan atas Undang-undang RI Nomor 16 Tahun
2004 tentang Kejaksaan RI disebutkan :

“Penuntut Umum adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh


Undang-Undang ini untuk melakukan penuntutan dan
melaksanakan penetapan hakim serta wewenang lain
berdasarkan Undang-Undang”

Dalam Pasal 1 angka 4 Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2021


tentang Perubahan atas Undang-undang RI Nomor 16 Tahun
2004 tentang Kejaksaan RI disebutkan :

“Penuntutan adalah tindakan Penuntut Umum untuk


melimpahkan perkara ke Pengadilan Negeri yang berwenang
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam hukum acara
pidana dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh
hakim di sidang pengadilan”
Kejaksaan dalam menjalankan fungsinya yang berkaitan dengan
kekuasaan kehakiman dilaksanakan secara merdeka.
KEJAKSAAN NEGERI
Pelaksanaan fungsi yang berkaitan dengan kekuasaan kehakiman BANJARMASIN

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), diselenggarakan


oleh Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri, dan
Cabang Kejaksaan Negeri.

Kemudian berdasarkan Pasal 4 Undang-undang RI Nomor 11 Tahun


2021 tentang Perubahan atas Undang-undang RI Nomor 16 Tahun
2004 tentang Kejaksaan RI, kedudukan penyelenggara kekuasaan
kehakiman tersebut dijelaskan :

1) Kejaksaan Agung berkedudukan di ibu kota negara Republik


Indonesia dan daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan
negara Republik Indonesia.
2) Kejaksaan Tinggi berkedudukan di ibu kota provinsi dan daerah
hukumnya meliputi wilayah yang ditetapkan berdasarkan
Keputusan Presiden atas usul Jaksa Agung.
3) Kejaksaan Negeri berkedudukan di ibu kota kabupatenlkota dan
daerah hukumnya meliputi wilayah yang ditetapkan berdasarkan
Keputusan Presiden atas usul Jaksa Agung.
4) Cabang Kejaksaan Negeri berkedudukan di dalam yurisdiksi
Kejaksaan Negeri dan daerah hukumnya meliputi wilayah yang
ditetapkan oleh Jaksa Agung setelah mendapatkan pertimbangan
dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang aparatur negara.
KEJAKSAAN NEGERI
BANJARMASIN

TUGAS DAN
WEWENANG
KEJAKSAAN
DI BIDANG PIDANA
Pasal 30 ayat (1) Undang-undang RI Nomor 16 Tahun 2004 (BAB III :
TUGAS DAN WEWENANG)

www.intelheba t.tech
KEJAKSAAN NEGERI
BANJARMASIN

Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang :

a. melakukan penuntutan;
b. melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan
pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan
keputusan lepas bersyarat;
d. melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
berdasarkan undang-undang;
e. melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat
melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke
pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan
dengan penyidik.
KEJAKSAAN NEGERI
BANJARMASIN

TUGAS DAN WEWENANG


KEJAKSAAN
DI BIDANG PERDATA DAN
TATA USAHA NEGARA
Pasal 30 ayat (2) Undang-undang RI Nomor 16 Tahun 2004 (BAB III : TUGAS DAN
WEWENANG)

www.intelheba t.tech
KEJAKSAAN NEGERI
BANJARMASIN
Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan
kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar
pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah.

Dalam melaksanakan wewenang dan tugas Jaksa sebagaimana


disebutkan di atas, Jaksa bertindak untuk dan atas nama negara
serta bertanggung jawab menurut saluran hierarki.

Saluran hierarki yang dimaksud adalah, bahwa Jaksa Agung


sebagai pimpinan dan penanggung jawab tertinggi kejaksaan
yang memimpin, mengendalikan pelaksanaan tugas, dan
wewenang kejaksaan, dibantu oleh seorang Wakil Jaksa Agung
dan beberapa orang Jaksa Agung Muda.

Di antara Jaksa Agung muda sebagai pembantu pimpinan,


terdapat Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha
Negara di Kejaksaan, yang dipimpin oleh Jaksa Agung Muda
Perdata dan Tata Usaha Negara.
KEJAKSAAN NEGERI
BANJARMASIN

Adapun berdasarkan Pasal 1 Peraturan Jaksa Agung Nomor :


PER – 018 / A / JA / 07 / 2014 tentang Standar Operasional
Prosedur paa Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha
Negara disebutkan bahwa Jaksa Agung Muda Bidang Perdata
dan Tata Usaha Negara terdiri atas :

1. Sekretariat Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata


Usaha Negara;
2. Direktorat Perdata;
3. Direktorat Pemulihan dan Perlindungan Hak; dan
4. Direktorat Tata Usaha Negara; 
Kedudukan Jaksa Pengacara Negara Menurut Hukum
KEJAKSAAN NEGERI
Di dalam UU Kejaksaan tidak dapat ditemukan istilah Jaksa BANJARMASIN

Pengacara Negara (JPN). Istilah tersebut dapat ditemukan


di Pasal 34 UU RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidan Korupsi, yang menyatakan:

Dalam hal terdakwa meninggal dunia pada saat dilakukan


pemeriksaan di sidang pengadilan, sedangkan secara nyata telah
ada kerugian keuangan negara, maka penuntut umum segera
menyerahkan salinan berkas berita acara sidang tersebut
kepada Jaksa Pengacara Negara (JPN) atau diserahkan kepada
instansi yang dirugikan untuk dilakukan gugatan perdata terhadap
ahli warisnya.

Juga dapat ditemukan dalam Pasal 32 ayat (1) UU 31/1999 :

Dalam hal penyidik menemukan dan berpendapat bahwa satu


atau lebih unsur tindak pidana korupsi tidak terdapat cukup bukti,
sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara,
maka penyidik segera menyerahkan berkas perkara hasil
penyidikan tersebut kepada Jaksa Pengacara Negara untuk
dilakukan gugatan perdata atau diserahkan kepada instansi yang
dirugikan untuk mengajukan gugatan.
KEJAKSAAN NEGERI
BANJARMASIN

Posisi jaksa selaku ‘pengacara’ negara tak lantas membuat


seluruh jaksa bisa menjadi JPN. Sebutan itu ‘hanya kepada
jaksa-jaksa yang secara struktural dan fungsional melaksanakan
tugas-tugas perdata dan tata usaha negara’. Sebutan ‘pengacara’
dalam Jaksa Pengacara Negara tak bermakna pula bahwa JPN
tunduk pada dan diikat Undang-Undang Advokat.

Selanjutnya, penyebutan JPN di Pasal 32 ayat (1) dan Pasal 34


UU 31/1999 menjadi salah satu dasar hukum tentang penyebutan
JPN dan dibenarkan oleh Pasal 40 UU Kejaksaan, yang berbunyi:

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, peraturan


perundang-undangan yang berkaitan dengan kejaksaan
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau
belum diganti berdasarkan Undang-Undang ini.
KEJAKSAAN NEGERI
BANJARMASIN

Penyebutan JPN juga dapat dilihat secara rinci dalam huruf


C Lampiran Perja 18/2014 yang menjelaskan mengenai 5 tugas
jaksa atau dalam hal ini JPN, yaitu :

1. Bantuan Hukum adalah tugas Jaksa Pengacara


Negara dalam perkara perdata maupun tata usaha
negara untuk mewakili lembaga negara, instansi pemerintah
di pusat/daerah, BUMN/BUMD berdasarkan Surat Kuasa
Khusus, baik sebagai penggugat maupun sebagai tergugat
yang dilakukan secara litigasi maupun non litigasi.
2. Pertimbangan Hukum adalah tugas Jaksa Pengacara
Negara untuk memberikan pendapat hukum (Legal
Opinion/LO) dan/atau pendampingan (Legal Assistance) di
bidang Perdata dan Tata Usaha Negara atas dasar
permintaan dari lembaga negara, instansi pemerintah di
pusat/daerah, BUMN/BUMD, yang pelaksanaannya
berdasarkan Surat Perintah JAM DATUN, KAJATI, KAJARI.
… KEJAKSAAN NEGERI
BANJARMASIN

3. Pelayanan Hukum adalah tugas Jaksa Pengacara Negara


untuk memberikan penjelasan tentang masalah hukum
perdata dan tata usaha negara kepada anggota masyarakat
yang meminta.
4. Penegakan Hukum adalah tugas Jaksa Pengacara Negara
untuk mengajukan gugatan atau permohonan kepada
pengadilan di bidang perdata sebagaimana ditetapkan oleh
peraturan perundang-undangan dalam rangka memelihara
ketertiban hukum, kepastian hukum dan melindungi
kepentingan negara dan pemerintah serta hak hak
keperdataan masyarakat, antara lain: pembatalan
perkawinan, pembubaran Perseroan Terbatas (PT) dan
pernyataan pailit.
5. Tindakan Hukum Lain adalah tugas Jaksa Pengacara
Negara untuk bertindak sebagai mediator atau fasilitator
dalam hal terjadi sengketa atau perselisihan antar lembaga
negara, instansi pemerintah di pusat/daerah, BUMN/BUMD di
bidang Perdata dan Tata Usaha Negara.
KEJAKSAAN NEGERI
BANJARMASIN

TUGAS DAN WEWENANG


KEJAKSAAN
DI BIDANG
INTELIJEN PENEGAKAN HUKUM /
KEAMANAN & KETERTIBAN UMUM
Pasal 30 ayat (3) Undang-undang RI Nomor 16 Tahun 2004
Pasal 30B Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2021
(BAB III : TUGAS DAN WEWENANG)

www.intelheba t.tech
KEJAKSAAN NEGERI
BANJARMASIN

Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, kejaksaan


turut menyelenggarakan kegiatan :

a. peningkatan kesadaran hukum masyarakat;


b. pengamanan kebijakan penegakan hukum;
c. pengawasan peredaran barang cetakan;
d. pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan
masyarakat dan negara;
e. pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
f. penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.
KEJAKSAAN NEGERI
BANJARMASIN

Dalam bidang intelijen penegakan hukum, Kejaksaan berwenang:

a. menyelenggarakan fungsi penyelidikan, pengamanan, dan


penggalangan untuk kepentingan penegakan hukum;
b. menciptakan kondisi yang mendukung dan mengamankan
pelaksanaan pembangunan;
c. melakukan kerja sarna intelijen penegakan hukum dengan
lembaga intelijen dan/atau penyelenggara intelijen negara
lainnya, di dalam maupun di luar negeri;
d. melaksanakan pencegahan korupsi, kolusi, nepotisme; dan
e. melaksanakan pengawasan multimedia.

Anda mungkin juga menyukai