Anda di halaman 1dari 12

SALINAN I

BUPATI WONOGIRI
PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN BUPATI WONOGIRI

NOMOR 21 TAHUN 2021

TENTANG

PEDOMAN PENANGANANPERKARA HUKUM


DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI

DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WONOGIRI,
Menimbang a. bahwa dalam rangka mewujudkan
penanganan perkara hukum di lmgkungan Pemerin
Kabupaten Wonogiri, perlu pedoman
perkara;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan
dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peratur n
Bupati tentang Pedoman Penanganan Perkara Hukum
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Wonogiri;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 ten


Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten
Lingkungan Propinsi Djawa Tengah (Berita
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42);

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 ten


Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik lndones a
Tahun 1985 Nomor 73, Tambahan Lembaran Neg a
Republik Indonesia Nomor 3316) sebagaimana tel
-2-

diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Und


Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua A as
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 ten
Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indone ia
Tahun 2009 Nomor 3, Tambahan
Republik Indonesia Nomor 4958);

3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradil


Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah
1986 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Repub ik
Indonesia Nomor 3327) sebagaimana telah diub
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang No
49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Und
Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Um
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 9
Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Repub ik
Indonesia Nomor 5077);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradil


Tata Usaha Negara (Lembaran Negara Repub ·
Indonesia Tahun 1986 Nomor 77, Tambahan Lembar
Negara Republik Indonesia Nomor 3344) sebagaim
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Und
Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubah
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 19
tentang Peradilan Tata Usaha Negara (Lembaran Neg a
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 160, Tambah
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5079);

5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003


Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara
Indonesia Tahun 2003 Nomor 98, Tambahan Lembar
Negara Republik Indonesia Nomor 4316) sebagaim
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peratur
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tah
2013 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Und
Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konsti
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 3
Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republ k
-3-

Indonesia Nomor 5456);

6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008


Keterbukaan lnformasi Publik (Lembaran
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambah
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
7. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Repub ·
Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lemb
Negara.Republik Indonesia. Nomor 5076);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tenrarg
Pembentukan Peraturan Perundang-und~~
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Repub' ik

dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 ten g


Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2 1~
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undanr~
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Repu ·
Indonesia Nomor 6398);
9. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Apara ur
Sipil Negara (Lembaran Negara Republik lndone ia
Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Neg a.
Republik Indonesia Nomor 5494);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 ten g
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lemba n
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaim a
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Und
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta. la
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Repu lik
Indonesia Nomor 6573);
11. Peraturan Menteri Dalarn Negeri Nomor 12 Tahun 2
tentang Pedoman Penanganan Perkara Di Lingkungan
Kementerian Dalam Negeri Dan Pemerintah Dae~ah
-4-

(Serita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nmf or


214);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMfN


PENANGANAN PERKARA HUKUM DI LINGKUNG~N
PEMERINTAHKABUPATENWONOGIRI.

BAB I
KETENTUANUMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Bupatl ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Wonogiri.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupatl sebagai unsur
pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerin an
yang menjadi kewenangan Daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Wonogiri.
4. Organisasi Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat OPD ad ah
organisasi atau lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggungja ab
kepada Bupati dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di Daer~
5. Bagian Hukum adalah Bagian Hukum Sekretariat Daerah KabupJten
Wonogirl.
6. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah Calon fNS
dan PNS Pemerintah Daerah.
7. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya disin at
PPPK adalah Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat terte
yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu terte
dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
8. Perkara Hukum adalah masalah hukum yang dfsetesatkan melalul liti asi
dan/ atau non litigasi.
9. Litigasi adalah penyelesaian permasalahan hukum yang ditangani an
diselesaikan melalui lembaga peradilan.
10. Non Litigasi adalah penyelesaian permasalahan hukum yang ditan ani
dan diselesaikan di luar lembaga peradilan.
-5-

BAB II
PERKARAHUKUM

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 2
(1) Penanganan Perkara Hukum di lingkungan Pemerintah
dilaksanakan oleh Bagian Hukum.
(2) Bagian Hukum dalam menangani Perkara Hukum sebagaimana dim
pada ayat (1) berkoordinasi dengan Biro Hukum Sekretariat Da rah
Provinsi Jawa Tengah, OPD terkait, dan Biro Hukum Kementerian D am
Negeri.

Pasal 3
Perkara Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, meliputl:
a. Litigasi; dan
b. Non Litigasi.

Bagian Kedua
Litigasi

Pasal 4
Perkara Litigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, terdiri atas:
a. uji materiil Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati;
b. perkara perdata;
c. perkara pidana:
d. perkara tata usaha negara; dan
e. perkara di Sadan Peradilan lainnya.

Pasal 5
( 1) Penanganan uji materiil Peraturan Daerah dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, ah
Agung.
(2) Penanganan perkara perdata sebagaimana dimaksud dalam Pa 4
huruf b, dilakukan di tingkat:
a. Pengadilan N egeri;
-6-

b. Pengadilan Tinggi; dan


c. Mahkamah Agung.
(3) Penanganan perkara pidana sebagaimana dimaksud dala.m Pasal 4 hu f c,
dilakukan di tingkat:
a. Pengadilan Negeri;
b. Pengadilan Tinggi; dan
c. Mahkamah Agung.
(4) Penanganan perkara tata usaha negara sebagaimana dimaksud d am
Pasal 4 huruf d, dilakukan di tingkat:
a. Pengadilan Tata Usaha Negara;
b. Pengadilan TinggiTata Usaha Negara; dan
c. Mahkamah Agung.
(5) Penanganan perkara di Badan Peradilan lainnya sebagaimana dima
dalam Pasal 4 huruf e, antara lain di Lembaga Peradilan Komisi Info asi
Publik, Ajudikasi, Arbitrase, KPPU, Pajak, Hubungan Industrial,
lembaga-lembaga yang memeriksa, mengadili, dan memutus Per ara
Hukum.

Paragraf Kesatu
Penanganan Uji Materiil Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati

Pasal 6
Bagian Hukum dalam penanganan uji permohonan hak uji materiil Perat ran
Daerah dan Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 aya (1),
antara lain melakukan kegiatan:
a. kajian/telaah dan pertimbangan hukum terhadap objek permohonan;
b. penyiapan surat kuasa; dan
c. penyiapan jawaban dan bukti.

Paragraf Kedua
Penanganan Perkara Perdata

Pasal 7
Perkara perdata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, merup an
perkara perdata yang dilakukan oleh:
a. Bupati dan/atau Wakil Bupati;
b. CPNS dart/ atau PNS di lingkungan Pemerintah Daerah; dan
-7-

c. PPPK.

Pasal 8
Bagian Hukum dalam penanganan perkara perdata sebagaimana dim1sud
dalam Pasal 5 ayat (2), melakukan:
a. telaah terhadap objek gugatan;
b. penyiapan surat kuasa, penyiapan jawaban, duplik, alat bukti dan s ksi,
kesimpulan, memori banding/kontra memori banding, on
kasasi/kontra memori kasasi, dan memori peninjauan kembali/ko
rnemori peninjauan kembali; I
c. menghadiri sidang di Pengadilan Negeri;
d. menyampaikan memori banding/kontra memori banding kepada Penga~ilan
Tinggi melalui Pengadilan Tingkat Pertama; dan •
e. menyampaikan memori kasasi/kontra memori kasasi, memori peninj an
kembali/kontra memori peninjauan kembali kepada Mahkamah A ng
melalui Pengadilan Tingkat Pertama.

Paragraf Ketiga
Penanganan Perkara Pidana

Pasal 9
Perkara pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, merupj an
perkara pidana yang dilakukan:
a. Bupati dan/ atau Wakil Bupati;
b. CPNS darr/atau PNS di lingkungan Pemerintah Daerah; dan
c. PPPK.

Pasal 10
( 1) Bagian Hukum dalam penanganan perkara pidana sebagaimana dirnakjsud
dalam Pasal 5 ayat (3), melakukan pendampingan dalam prfses
penyelidikan dan penyidikan.
(2) Pendampingan sebagaimana dlmaksud pada ayat (1), rnemberikan
pemahaman hukum antara lain: I
a. mengenai hak dan kewajiban saksi dalam setiap tahapan pemerikjn;
b. ketentuan hukum acara pidana; I
c. rnengenai materi delik pidana yang disangkakan; dan
d. hal-hal lain yang dianggap perlu terkait dengan perkara yang dihadaii.
-8-

Paragraf Keempat
Penanganan Perkara Tata Usaha Negara

Pasal 11
Perkara tata usaha negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 bun.if d,
berkaitan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 12
Bagian Hukum dalam penanganan perkara tata usaha negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4), melakukan:
a. kajian/telaah terhadap objek gugatan;
b. menghadiri sidang di Pengadilan Tata Usaha Negara;
c. menyiapkan dan menyampaikan surat kuasa, jawaban, duplik,
saksi, kesimpulan;
d. menyatakan dan mengajukan banding, menyampaikan
banding/ kontra memori banding; dan I

e. menyatakan dan mengajukan kasasi, menyampaikan memori kasasi/ko~tra


memori kasasi, memori peninjauan kembali/kontra memori peninj+an
kembali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Tingkat Pertama.

Paragraf Kelima
Penanganan Perkara Di Badan Peradilan Lainnya

Pasal 13
Bagian Hukum dalam penanganan perkara Badan Peradilan l~nya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5), melakukan:
a. kajian/telaah terhadap objek gugatan;
b. penyiapan dokumen dan data;
c. penyiapan surat kuasa; dan
d. sidang yang meliputi proses jawab jinawab dan pembuktian.

Bagian Ketiga
Non Litigasi

Pasal 14
Perkara Non Litigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, te diri
atas:
-9-

a. pengaduan hukum;
b. konsultasi hukum: dan
c. penanganan unjuk rasa

Pasal 15
(1) Pengaduan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 hu
merupakan masalah yang disampaikan oleh masyarakat untuk difasi
oleh Bagian Hukum.
(2) Konsultasi hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 hur b
merupakan permohonan masukan dan saran yang disampaikan leh
masyarakat untuk difasilitasi oleh Bagian Hukum.
(3) Penanganan unjuk rasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 hu
merupakan bentuk penjelasan Bagian Hukum kepada pengunjuk rasa.
(4) Penanganan Non Litigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) s
dengan ayat (3), dapat dilaksanakan secara sendiri atau bersama-s a
dengan Unit Kerja Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Provinsl J
Tengah dan OPD terkait.

Paragraf Kesatu
Penanganan Pengaduan Hukum

Pasal 16
Penanganan pengaduan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf a, meliputi:
a. mempelajari dan memberikan kajian pertimbangan hukum mengenai o jek
pengaduan hukum;
b. menyiapkan jawaban terkait pengaduan hukum;
c. mengirimkan surat berupa pemberitahuan atau teguran kepada OPD ter ait
yang berisi perintah untuk memfasilitasi atau menyelesaikan permasal an
dengan tembusannya kepada pihak-pihak yang bersangkuta.n.

Paragraf Kedua
Penanganan Konsultasi Hukum

Pasal 17
Penanganan konsultasi hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf b kepada Pemerintah Daerah, dilakukan oleh Bagian Hukum.
-10-

Pasal 18
Bagian Hukum dalam menangani konsultasi hukum sebagai.manadim ud
dalam Pasal 17 berkoordinasi dengan OPDterkait.

Paragraf Ketiga
Perianganan Unjuk Rasa

Pasal 19
Penanganan unjuk rasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf di
Pemerintah Daerah, dilakukan oleh OPD yang tugas dan fungsinya ter ait
dengan permasalahan hukum yang disampaikan oleh pengunjuk rasa an
dibantu oleh Bagian Hukum.

Pasal 20
Penanganan unjuk rasa di Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud d
Pasal 19, melipu ti:
a. menerima pengunjuk rasa dan mendengarkan aspirasi terkait tuntutan y g
diharapkan;
b. menerima perwakilan koordinator unjuk rasa untuk menyampailf8-n
tuntutan dengan melaksanakan pertemuan; I
c. memberitahukan kepada yang bersangkutan bahwa tuntutan harus
disampaikan secara tertulis kepada Bupati yang berisi sekurang-kuran~ya
mengenai uraian singkat pokok masalah hukum dengan melampirkan clli.ta
terkait; I,
d. melaksanakan kajian/telaah dan pertimbangan hukum mengenai tuntutan;
e. menyiapkan jawaban dalam penyelesaian tuntutan yang diharapkan.

BABIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 21
(1) Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan dalam pelaksan an
penanganan Perkara Hukum di lingkungan Pemerintah Daerah.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah.
-11-

(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk bimbi an
teknis, semiloka, penyuluhan, rapat koordtnasi dan penyebaran info;si
hukum dan peraturan perundang-undangan.
(4) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan d
bentuk advokasi, monitoring, pemantauan penanganan perkara an
pemantauan persidangan.

BAB IV
PELAPORAN

Pasal 22
(1) Pelaporan penanganan Perkara Hukum di lingkungan Pemerintah Da
disampaikan kepada Bupati.
(2) Pelaporan penanganan Perkara Hukum sebagaimana dimaksud p da
ayat ( 1) disampaikan pada setiap Bulan April, Bulan Agustus, dan B
Desember.

BABV
PENDANAAN

Pasal 23
Segala biaya yang timbul dalam pelaksanaan penanganan Perkara Huku di
lingkungan Pemerintah Daerah dibebankan pada:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan
b. Sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat.

BAB VI
KETENTUAN
LAIN-LAIN

Pasal 24
Selain Bagian Hukum, Jaksa Pengacara Negara dapat melakukan penang an
perkara perdata dan tata usaha negara.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
-12-

Agar setiap orang mengetahuinya, mernerintahkan pengundangan Perat ran


Bupati ini dengan penempatannya dalarn Berita Daerah Kabupaten Wono

Ditetapkan di Wonogiri
pada tanggal 9 April 2021
BUPATI WONOGIRI,
ttd.
JOKO SUTOPO

Diundangkan di wonogtri
pada tanggal 9 April 2021
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN WONOGIRI,
ttd.
HARYONO

BERITA DAERAH KABUPATENWONOGIRI TAHUN 2021 NOMOR 21

Salinan sesuai dengan aslinya


~~~~AB IAN HUKUM,

NTI S.H. M.Hum.


99903 2 007

Anda mungkin juga menyukai