Anda di halaman 1dari 3

Nama : Asri Maharani

NPM : 170410200017

Kelas :A

Mata Kuliah : Metode Penelitian Sosial Kualitatif

Dosen Pengampu : Dr. Novie Indrawati Sagita, S.IP, M.Si.

Penanaman Modal Minuman Keras : Legalkan atau Gagalkan?

Sedari dulu, nilai budaya ketimuran yang mengedepankan norma kesantunan, miras
dilabeli sebagai “barang haram untuk disentuh apalagi dicoba”. Namun seiring perkembangan
zaman dan batas antar negara yang semakin kabur, paham kebebasan dan “kekinian” mulai
masuk dari negara barat. Miras, tak lagi dikecam sekeras dulu. Akan tetapi, tetap punya stigma
buruk tersendiri di mata masyarakat mayoritas.

Sehingga, pengesahan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha
Penanaman Modal yang mana pada lampiran III Nomor 31 – 33 secara gamblang
memperbolehkan investasi Bidang Usaha industri
minuman keras di beberapa provinsi (Bali, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Papua)
tentunya mengundang polemik di publik. Hal
tersebut dinilai sebagai bentuk pragmatisme
ekonomi Indonesia, sebuah nilai kepraktisan yang
bersifat menguntungkan dalam jangka pendek
saja padahal mencederai nilai - nilai yang lebih
sakral seperti keagamaan dan kebudayaan yang
selama ini dijunjung tinggi oleh masyarakat
Indonesia. Yang membuat topik tersebut semakin
panas dan ramai diperbincangkan adalah cuitan seorang pegiat media sosial pendukung garis
keras Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa miras adalah budaya masyarakat Papua, Bali,
Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara.
Penolakan datang dari beragam kelompok masyarakat, namun yang paling kental
menolak adalah para pemuka agama dengan alasan hal tersebut terlampau jauh dari nilai
keagamaan. Sedangkan dari kaum pengamat dan pegiat politik, mengacu kepada nilai Pancasila
khususnya sila ke-1, beranggapan bahwa miras bukanlah suatu bidang penanaman investasi
yang vital. Sehingga, meskipun wilayah penjualannya bersifat khusus dan privat seperti yang
tertera pada Perpres Nomor 10 Tahun 2021 tersebut, tetap tidak ada keeksklusifan dan
keurgensian untuk melegalkan bisnis tersebut.

Akan tetapi selayaknya ada hitam ada putih, terdapat sejumlah pihak yang setuju
dengan usul pelegalan miras. Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menerangkan, aturan
soal miras dapat meningkatkan wisatawan asing untuk datang ke Indonesia. Mengambil kasus
dari Sababay Winery di Bali yang merupakan sebuah perusahaan penghasil wine lokal yang
menarik wisatawan mancanegara dalam jumlah yang lumayan besar. Beliau juga melanjutkan
bahwa nilai – nilai mengenai kearifan lokal juga masih diperhatikan dalam pengesahan miras
ini karena hanya wilayah tertentu saja yang akan dikembangkan investasi miras, yaitu Papua,
Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara.
DAFTAR PUSTAKA

Hakiki, Y. R. (2021, Maret 4). Setelah Presiden Cabut Perpres Investasi Miras. Diambil
kembali dari https://kumparan.com/yuniar-riza/setelah-presiden-cabut-perpres-
investasi-miras-1vHTxWaaqLF/4
Haryanto, A. (2021, Maret 2). Apa Itu Legalisasi Miras dan Apakah Sudah Legal di Indonesia?
Diambil kembali dari https://tirto.id/apa-itu-legalisasi-miras-dan-apakah-sudah-legal-
di-indonesia-gaKD
Online, R. W. (2021, Maret 1). Begini Penjelasan Pihak yang Setuju Miras Dilegalkan.
Diambil kembali dari https://www.wartaekonomi.co.id/read329936/begini-penjelasan-
pihak-yang-setuju-miras-dilegalkan

Anda mungkin juga menyukai