Anda di halaman 1dari 11

AGAMA DAN PERILAKU EKONOMI: PENGARUH NILAI

DAN ETIKA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


EKONOMI
Achmad Hidayah Silmy, Ramadhan Agung Suriansya, Galuh Amelia Ragil Rahmanda, Ikrimah
Tsuraya, Nadia Revadiera Meiya Viaviola

Abstrak:

Pergumulan narasi tentang nilai dan etika keagamaan menjadi satu kajian yang
menarik di tengah perbincangan para pemikir dunia. Perbincangan tersebut bisa
kita jumpai dalam paparan tentang etika ekonomi. Artikel ini menyelidiki
pengaruh agama dalam perilaku ekonomi individu dan masyarakat, dengan fokus
pada pengaruh nilai dan etika agama dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Agama memiliki peran penting dalam membentuk sikap konsumsi individu,
kebiasaan menabung dan investasi, serta praktik bisnis yang bertanggung jawab.
Dalam konteks masyarakat modern, agama mempengaruhi cara individu
memandang konsumsi. Nilai dan norma agama mendorong individu untuk
memiliki sikap konsumsi yang beragam, mulai dari sederhana hingga
berkelanjutan. Agama menekankan pada penghindaran konsumerisme berlebihan
dan mengedepankan kehidupan yang sederhana dan berkelanjutan. Selain itu,
agama memainkan peran penting dalam kebiasaan menabung dan investasi
individu. Ajaran agama secara konsisten mendorong praktik menabung sebagai
persiapan masa depan dan pengelolaan keuangan yang bijaksana. Pada level
bisnis, agama dapat mempengaruhi perilaku ekonomi melalui etika bisnis. Etika
bisnis yang terinspirasi oleh nilai-nilai agama seperti kejujuran, keadilan, dan
tanggung jawab sosial dapat menciptakan praktik bisnis yang bertanggung jawab
dan berkelanjutan. Dalam kesimpulannya, artikel ini menegaskan bahwa agama
mempengaruhi perilaku ekonomi individu dan masyarakat melalui pengaruh nilai
dan etika. Memahami hubungan yang erat antara agama dan perilaku ekonomi
memungkinkan pembentukan kebijakan dan praktik ekonomi yang lebih inklusif
dan berkelanjutan.

Kata kunci: Agama, Perilaku ekonomi, Nilai dan etika

Pendahuluan
Agama adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ekonomi
individu, termasuk sikap konsumsi, kebiasaan menabung dan investasi. Agama
dapat memberikan nilai-nilai, norma-norma, dan etika yang menjadi pedoman
bagi individu dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Agama juga dapat
mempengaruhi preferensi, motivasi, dan ekspektasi individu terhadap kehidupan
di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, agama dapat menjadi variabel penting yang
perlu dipertimbangkan dalam menganalisis perilaku ekonomi individu dan agama
dapat mempengaruhi preferensi, motivasi, sikap, dan keputusan konsumen
terhadap berbagai produk atau jasa. Agama bukan sesuatu yang dapat dipahami
melalui definisi belaka. melainkan hanya dapat dipahami melalui deskripsi nyata
yang utuh. Untuk itu agama dapat diartikan sebagai gejala yang begitu sering
terdapat dimana-mana dan agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk
mengukur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri. Setiap agama memiliki
ajaran, norma, dan etika yang mengatur konsumsi bagi para pengikutnya.
Konsumsi dalam perspektif agama bukan semata-mata mengurangi atau
menghabiskan nilai guna suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan,
namun juga harus memperhatikan aspek moral, spiritual, dan sosial. Konsumen
yang beragama harus memilih produk atau jasa yang halal, baik, bermanfaat, dan
sesuai dengan kaidah-kaidah agama. Konsumen yang beragama juga harus
menghindari produk atau jasa yang haram, buruk, merugikan, dan bertentangan
dengan ajaran agama. Selain itu, konsumen yang beragama juga harus
menghindari sikap boros, berlebihan, dan menghambur-hamburkan harta dalam
berkonsumsi.1

1
Bambang Syamsul Arifin, psikologi agama, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2008),hlm. 143
Pembahasan
A. Agama mempengaruhi sikap konsumsi individu , kebiasaan menabung
dan investasi mandiri
Agama memiliki peran yang signifikan dalam membentuk sikap konsumsi
individu, kebiasaan menabung, dan investasi individu di Indonesia. Indonesia
adalah negara yang sangat beragam agama, dengan mayoritas penduduknya
menganut Islam, tetapi juga terdapat minoritas agama-agama lain seperti Kristen,
Hindu, Budha, dan lainnya. Ajaran agama masing-masing memiliki pengaruh kuat
pada nilai-nilai dan praktik keuangan individu. Misalnya, dalam Islam, terdapat
prinsip-prinsip keuangan yang jelas seperti larangan riba (bunga) dan dorongan
untuk memberikan zakat (sumbangan amal). Ini mendorong banyak Muslim di
Indonesia untuk berinvestasi dengan berhati-hati, menghindari produk-produk
keuangan yang mengandung riba, dan berkomitmen pada pengelolaan keuangan
yang adil dan etis sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. 2 Di sisi lain, individu
Kristen mungkin memiliki pandangan yang berbeda terkait keuangan dan
investasi, yang lebih mencerminkan nilai-nilai dan ajaran agama mereka.
Demikian juga dengan agama-agama lain, yang dapat memengaruhi cara individu
mengatur keuangan mereka sesuai dengan keyakinan mereka. Selain itu, agama
juga dapat mempengaruhi sikap konsumsi individu di Indonesia. Beberapa agama
mungkin mendorong individu untuk hidup sederhana dan berhemat, sedangkan
agama lain mungkin memungkinkan gaya hidup yang lebih mewah, asalkan
sesuai dengan prinsip-prinsip agama mereka. peran agama dalam pengaruh sikap
konsumsi, kebiasaan menabung, dan investasi individu di Indonesia juga bisa
dipengaruhi oleh budaya dan tradisi lokal. Di Indonesia, terdapat berbagai
kelompok etnis dan budaya yang memiliki kepercayaan dan praktik agama yang

2
Haris, M. A., & Alam, Q. (2017). Pengaruh religiusitas terhadap perilaku menabung dan
investasi pada masyarakat muslim. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 21(4), 498-508.
berbeda. Sebagai contoh, masyarakat adat di berbagai daerah memiliki sistem
kepercayaan yang khas, yang juga memengaruhi cara mereka berhubungan
dengan uang dan keuangan. faktor-faktor ekonomi dan sosial juga berperan dalam
cara agama mempengaruhi perilaku finansial individu di Indonesia. Tingkat
pendapatan, akses terhadap layanan keuangan, dan kesempatan investasi juga
dapat memainkan peran penting dalam bagaimana individu mengelola keuangan
mereka sesuai dengan nilai-nilai agama mereka. penting juga untuk memahami
bahwa pengaruh agama terhadap perilaku keuangan individu di Indonesia dapat
mengalami perubahan seiring waktu. Perkembangan individu dalam pemahaman
dan praktik agama mereka dapat memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan
uang dan keuangan sepanjang hidup mereka. Misalnya, seseorang mungkin mulai
lebih mendalam dalam menerapkan prinsip-prinsip agama mereka dalam
kehidupan finansial setelah beberapa pengalaman dan pemahaman yang lebih
dalam tentang ajaran agama mereka.

Era globalisasi dan informasi yang semakin mudah diakses, individu


Indonesia juga dapat terpapar pada berbagai agama dan budaya yang berbeda. Hal
ini bisa memunculkan pertanyaan tentang bagaimana individu dengan berbagai
keyakinan agama dapat berinteraksi dalam hal keuangan dan investasi, dan
bagaimana toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan agama dapat
dipromosikan dalam masyarakat yang semakin multikultural. Pendidikan
keuangan yang sensitif terhadap isu-isu agama dan budaya dapat membantu
individu di Indonesia untuk memahami dan mengintegrasikan prinsip-prinsip
agama mereka dengan lebih baik dalam pengelolaan keuangan mereka. Ini juga
bisa membantu mendorong dialog antarbudaya dan mengurangi konflik atau
ketegangan yang mungkin muncul karena perbedaan nilai-nilai agama. Beberapa
individu mungkin mencari produk keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip
agama mereka, seperti investasi berdasarkan syariah, sementara yang lain
mungkin memilih untuk berinvestasi secara konvensional. Dalam konteks ini,
pendidikan keuangan yang inklusif dan pendekatan yang menghargai keragaman
agama dan budaya dapat membantu individu Indonesia membuat keputusan
keuangan yang sesuai dengan nilai-nilai dan keyakinan mereka. Selain itu, dialog
antarbudaya yang positif dapat membantu mempromosikan pemahaman dan
toleransi di antara individu dengan latar belakang agama yang berbeda. Sikap
konsumsi, kebiasaan menabung, dan investasi individu dipengaruhi oleh sejumlah
faktor yang kompleks, baik secara internal maupun eksternal. Berikut adalah
beberapa faktor utama yang memengaruhi ketiga aspek ini:3

 Faktor Internal
1.) Penghasilan dan Kekayaan
2.) Pendidikan dan Kesadaran Keuangan
3.) Tujuan dan Nilai Pribadi
 Faktor eksternal
1.) Kondisi ekonomi
2.) Pengaruh keluarga dan teman
3.) Pengaruh media dan periklanan
4.) Perkembangan global

Agama memiliki dampak positif dan negative yang signifikan terhadap sikap
konsumsi, kebiasaan menabung, dan investasi individu dalam beberapa cara
berikut:

 Dampak positif
1.) Etika dan kepedulian social
2.) Penekanan pada kedisiplinan uang
3.) Investasi berdasarkan prinsip
4.) Penghargaan terhadap keamanan finansial
5.) Keseimbangan Antara Dunia Material dan Spiritual
 Dampak Negative
1.) Fundamentalisme Keuangan
2.) Ketidaksetaraan Gender
3.) Penipuan Keagamaan

3
Utama, S., & Ghozali, I. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Menabung dan
Investasi di Kalangan Mahasiswa Universitas Diponegoro. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 22(3),
485-493.
4.) Diskriminasi dalam Investasi
5.) Kurang Fleksibilitas

B. Pengaruh Agama dalam Praktik Bisnis


Pengaruh agama dalam berbisnis ialah bagaimana agama tersebut
memberikan ketegasan aturan atau arahan seseorang untuk memulai menjalankan
bisnis yang sesuai dengan ketentuan agamaa agar bisa menjadi kebermanfaataan
yang berlanjut dan menghidarkan dari kerugian dari berbisnis itu sendiri. Bukan
tidak mungkin apabila bisnis yang tidak dilandasi dengan ketentuan agama akan
menimbulkan dampak yang buruk dan hasil yang diberikan tidak bagus dan tidak
baik untuk semuanya. Sesungguhnya agama tidak melarang siapapun untuk
aktivitas berbisnis justru agama sangat mendukung siapapun yang menjalankan
berbisnis. Tujuan berbisnis sendiri yakni juga memenuhi kebutuhan hidup.
Dalam agama juga mengatur dari memeriksa apakah itu hasil barang yang di
produksi halal atau haram sebelum di pasarkan di semua orang. Begitu sangat
jelas nya pengaruh peran agama dalam berbisnis . Tidak bisa dibayangkan kalau
bisnis bisa lepas dari agama mungkin akan sangat tidak enak dijalankan aktivitas
berbisnis tersebut.
Kegiatan ekonomi dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bertujuan untuk
kehidupan di dunia maupun di akhirat merupakan suatu bentuk ibadah kepada
Allah SWT. Semua kegiatan dan apapun yang dilakukan di muka bumi
merupakan perwujudan ibadah kepada Allah SWT. Dalam Islam, tidak dibenarkan
manusia bersifat sekuler, yaitu memisahkan kegiatan ibadah dan kegiata duniawi.
Oleh karena itu, hukum Islam hidup di tengah-tengah masyarakat dan masyarakat
senantiasa mengalami perubahan maka hukum Islam perlu dan bahkan harus
mempertimbangkan perubahan (modernitas) yang terjadi di masyarakat tersebut.
Hal ini perlu dilakukan agar hukum Islam mampu mewujudkan kemaslahatan
dalam setiap aspek kehidupan manusia di segala tempat dan waktu.
Islam adalah agama yang sempurna. Islam mengatur semua hal, dari tata
cara beribadah kepada Allah SWT hingga urusan duniawi seperti bermuamalah,
yang semuanya diatur dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Salah satu bukti bahwa
Al- Qur’an dan As-Sunnah tersebut mempunyai daya jangkau dan daya atur yang
universal dapat dilihat dari segi teksnya yang selalu tepat untuk diimplikasikan
dalam kehidupan aktual. Misalnya, daya jangkau dan daya aturnya terhadap salah
satu bentuk muamalah yaitu kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi dalam
pandangan Islam merupakan tuntunan kehidupan.
Dalam Islam prinsip-prinsip etika bisnis meliputi:
- Kesatuan (unity)
Adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang
memadukan keseluruhan aspek aspek kehidupan muslim baik dalam bidang
ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta mementingkan
konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh. Dari konsep ini maka islam
menawarkan keterpaduan agama,ekonomi,dan sosial demi membentuk kesatuan.
Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal
maupun horisontal,membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam
sistem Islam.4
- Keseimbangan (keadilan)
Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis,Islam mengharuskan untuk berbuat
adil,tak terkecuali pada pihak yang tidak disukai.Hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam Surat Al-Maidah:8. Keseimbangan atau keadilan menggambarkan
dimensi horizontal ajaran Islam yang berhubungan dengan keseluruhan harmoni
pada alam semesta. Hukum dan tatanan yang kita lihat pada alam semesta
mencerminkan keseimbangan yang harmonis.5 Dengan demikian keseimbangan,
kebersamaan, kemoderatan merupakan prinsip etis mendasar yang harus
diterapkan dalam aktivitas maupun entitas
- Kehendak Bebas
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam,tetapi
kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka
lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk

4
Syed Nawab Naqvi. Ethict and Eco- nomics: An Islamic Syntesis, diterjemahkan oleh Husin
Anis: Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Islami, Bandung: Mizan, 1993. Hal. 50-51
5
Dikutip oleh Haris Hidayatullah pada http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=116595&val=5316/ . akses pada 10 November 2014.
aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.Sampai pada
tingakat tertentu, manusia dianugerahi kehendak bebas untuk memberi arahan dan
membimbing kehidupannya sendiri sebagai khalifah di muka bumi al-Baqarah,
2:30. Berdasarkan prinsip kehendak bebas ini, manusia mempunyai kebebasan
untuk membuat suatu perjanjian termasuk menepati janji atau mengingkarinya.
Tentu saja seorang muslim yang percaya kepada kehendak Allah akan
memuliakan semua janji yang dibuatnya.6
- Pertanggungjawaban
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal mustahil, lantaran tidak menuntut
tanggung jawab. Menurut Al-Ghozali, konsep adil meliputi hal bukan hanya
equilibrium tapi juga keadilan dan pemerataan. Untuk memenuhi tuntutan
keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertanggung jawabkan tindakannya.
Allah menekankan konsep tanggung jawab moral tindakan manusia, 7 Karena itu
menurut Sayyid Qutub prinsip pertanggungjawaban Islam adalah
pertanggungjawaban yang seimbang dalam segala bentuk dan ruang lingkupnya.
Antara jiwa dan raga, antara person dan keluarga,individu dan sosial antara suatu
masyarakat dengan masyarakat lainnya.8
- Kebenaran: Kebajikan dan Kejujuran
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari
kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran.

C. Implikasi Agama dalam Distribusi Kekayaan dan Kesenjangan Ekonomi


Agama menjadi " Motor" Dalam keterlibatan dalam distribusi kekayaan
dengan memenuhi kebutuhan dan memberikan solusi kesenjangan ekonomi.
Dibalik ituuu agama juga berperan memberikan implikasi nya yakni bisnis juga
tidak terlepas dari agama . Dengan adanya agama distribusi kekayaan menjadi rata
diterima dan untuk kesenjangan ekonomi mendapatkan imbas positif dari
implikasi tersebut. Kesenjangan ekonomi juga berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan yang diperlukan di balik kebutuhan seseorang yang berbeda. Maka
6
ibid
7
Lihat Q.S. al-Baqarah:123-124
8
Haris Hidayatullah, Op. Cit.
dengan ituu implikasi yang ditimbulkan adalah tidak adanya kerugian yang
didapat justru hasil yang meningkat akan menjadi bonus dari aktivitas bisnis
tersebut sendiri
Adapun prinsip utama dalam konsep distribusi menurut pandangan Islam ialah
peninggkatan dan pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat
ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan
tidak hanya beredar diantara golongan tertentu saja.

Islam menyelesaikan kesenjangan dengan cara berperilaku adil khususnya


dalam ekonomi, adanya saling tolong-menolong antar sesama, dan meningkatkan
kesadaran tentang pentingnya zakat, wakaf, infaq dan sedekah yang kesemuanya
merupakan filantropi Islam. Dalam Islam,pasar dan perdagangan harus bebas dari
unsur kecurangan, spekulasi, monopoli, dan keuntungan yang melampuai batas.
Islam mengajarkan bahwa dalam usaha mencari nafkah untuk keperluan hidup,
kita tidak boleh melupakan kewajiban terhadap sesama manusia, khususnya
terhadap yang miskin dan lemah

Kesimpulan

Agama berperan sebagai sistem nilai dan motivasi yang mempengaruhi perilaku
individu dalam melakukan aktivitas ekonomi, seperti jual-beli, produksi, jasa,
zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf. Agama juga berfungsi sebagai sarana
pendidikan, penyelamat, pendamaian, sosial kontrol, pemupuk solidaritas,
transformatif, kreatif, sublimatif, dan sublimatif dalam kehidupan bermasyarakat.
Agama memiliki relevansi dengan ideologi ekonomi tertentu, seperti Islam dan
kapitalisme, yang memiliki pandangan berbeda tentang sifat perilaku dan lembaga
yang terlibat dalam aktivitas ekonomi. Agama mempengaruhi stratifikasi sosial
melalui implikasi dari perilaku religius yang berbasis lingkungan, seperti
pengeluaran zakat, infaq, shadaqah, membangun fasilitas sosial, kepedulian sosial,
dan etos kerja.
Daftar Rujukan

Menag: Kesenjangan Sosial Terjadi Karena Agama Dipisahkan dari Ekonomi


https://www.kemenag.go.id/nasional/menag-kesenjangan-sosial-terjadi-karena-
agama-dipisahkan-dari-ekonomi-ch0a84
M. Syahrul Syarifuddin , Amir Sahidin. “Filantropi Islam Menjawab Problem
Kesenjangan Ekonomi Umat”.
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/medag/article/download/
11506/5320#:~:text=Ketiga%2C%20Islam%20menyelesaikan
%20kesenjangan%20dengan,yang%20kesemuanya%20merupakan
%20filantropi%20Islam
Nunung Nurlaela. “Mekanisme Distribusi Harta Secara Ekonomis dan Non
Ekonomis dalam Sistem Ekonomi Islam”. (2017)
https://mail.jurnalhamfara.ac.id/index.php/attauzi/article/download/
105/47#:~:text=Adapun%20prinsip%20utama%20dalam
%20konsep,beredar%20diantara%20golongan%20tertentu%20saja
Azim Izzul Islami, S.H.I. “Prinsip Hukum Islam dan Etika Bisnis Islam dalam
Waralaba Berbasis Syariah”. (2018)
https://pa-sampit.go.id/prinsip-hukum-islam-dan-etika-bisnis-islam-dalam-
waralaba-berbasis-syariah/
Syed Nawab Naqvi. Ethict and Eco- nomics: An Islamic Syntesis, diterjemahkan
oleh Husin Anis: Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Islami,
Bandung: Mizan, 1993. Hal. 50-51
Utama, S., & Ghozali, I. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
Menabung dan Investasi di Kalangan Mahasiswa Universitas Diponegoro.
Jurnal Keuangan dan Perbankan, 22(3), 485-493.

Bambang Syamsul Arifin, psikologi agama, (Bandung: CV.Pustaka Setia,


2008),hlm. 143
Haris, M. A., & Alam, Q. (2017). Pengaruh religiusitas terhadap perilaku
menabung dan investasi pada masyarakat muslim. Jurnal Keuangan dan
Perbankan, 21(4), 498-508.

Anda mungkin juga menyukai