Abstrak:
Pergumulan narasi tentang nilai dan etika keagamaan menjadi satu kajian yang
menarik di tengah perbincangan para pemikir dunia. Perbincangan tersebut bisa
kita jumpai dalam paparan tentang etika ekonomi. Artikel ini menyelidiki
pengaruh agama dalam perilaku ekonomi individu dan masyarakat, dengan fokus
pada pengaruh nilai dan etika agama dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Agama memiliki peran penting dalam membentuk sikap konsumsi individu,
kebiasaan menabung dan investasi, serta praktik bisnis yang bertanggung jawab.
Dalam konteks masyarakat modern, agama mempengaruhi cara individu
memandang konsumsi. Nilai dan norma agama mendorong individu untuk
memiliki sikap konsumsi yang beragam, mulai dari sederhana hingga
berkelanjutan. Agama menekankan pada penghindaran konsumerisme berlebihan
dan mengedepankan kehidupan yang sederhana dan berkelanjutan. Selain itu,
agama memainkan peran penting dalam kebiasaan menabung dan investasi
individu. Ajaran agama secara konsisten mendorong praktik menabung sebagai
persiapan masa depan dan pengelolaan keuangan yang bijaksana. Pada level
bisnis, agama dapat mempengaruhi perilaku ekonomi melalui etika bisnis. Etika
bisnis yang terinspirasi oleh nilai-nilai agama seperti kejujuran, keadilan, dan
tanggung jawab sosial dapat menciptakan praktik bisnis yang bertanggung jawab
dan berkelanjutan. Dalam kesimpulannya, artikel ini menegaskan bahwa agama
mempengaruhi perilaku ekonomi individu dan masyarakat melalui pengaruh nilai
dan etika. Memahami hubungan yang erat antara agama dan perilaku ekonomi
memungkinkan pembentukan kebijakan dan praktik ekonomi yang lebih inklusif
dan berkelanjutan.
Pendahuluan
Agama adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ekonomi
individu, termasuk sikap konsumsi, kebiasaan menabung dan investasi. Agama
dapat memberikan nilai-nilai, norma-norma, dan etika yang menjadi pedoman
bagi individu dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Agama juga dapat
mempengaruhi preferensi, motivasi, dan ekspektasi individu terhadap kehidupan
di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, agama dapat menjadi variabel penting yang
perlu dipertimbangkan dalam menganalisis perilaku ekonomi individu dan agama
dapat mempengaruhi preferensi, motivasi, sikap, dan keputusan konsumen
terhadap berbagai produk atau jasa. Agama bukan sesuatu yang dapat dipahami
melalui definisi belaka. melainkan hanya dapat dipahami melalui deskripsi nyata
yang utuh. Untuk itu agama dapat diartikan sebagai gejala yang begitu sering
terdapat dimana-mana dan agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk
mengukur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri. Setiap agama memiliki
ajaran, norma, dan etika yang mengatur konsumsi bagi para pengikutnya.
Konsumsi dalam perspektif agama bukan semata-mata mengurangi atau
menghabiskan nilai guna suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan,
namun juga harus memperhatikan aspek moral, spiritual, dan sosial. Konsumen
yang beragama harus memilih produk atau jasa yang halal, baik, bermanfaat, dan
sesuai dengan kaidah-kaidah agama. Konsumen yang beragama juga harus
menghindari produk atau jasa yang haram, buruk, merugikan, dan bertentangan
dengan ajaran agama. Selain itu, konsumen yang beragama juga harus
menghindari sikap boros, berlebihan, dan menghambur-hamburkan harta dalam
berkonsumsi.1
1
Bambang Syamsul Arifin, psikologi agama, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2008),hlm. 143
Pembahasan
A. Agama mempengaruhi sikap konsumsi individu , kebiasaan menabung
dan investasi mandiri
Agama memiliki peran yang signifikan dalam membentuk sikap konsumsi
individu, kebiasaan menabung, dan investasi individu di Indonesia. Indonesia
adalah negara yang sangat beragam agama, dengan mayoritas penduduknya
menganut Islam, tetapi juga terdapat minoritas agama-agama lain seperti Kristen,
Hindu, Budha, dan lainnya. Ajaran agama masing-masing memiliki pengaruh kuat
pada nilai-nilai dan praktik keuangan individu. Misalnya, dalam Islam, terdapat
prinsip-prinsip keuangan yang jelas seperti larangan riba (bunga) dan dorongan
untuk memberikan zakat (sumbangan amal). Ini mendorong banyak Muslim di
Indonesia untuk berinvestasi dengan berhati-hati, menghindari produk-produk
keuangan yang mengandung riba, dan berkomitmen pada pengelolaan keuangan
yang adil dan etis sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. 2 Di sisi lain, individu
Kristen mungkin memiliki pandangan yang berbeda terkait keuangan dan
investasi, yang lebih mencerminkan nilai-nilai dan ajaran agama mereka.
Demikian juga dengan agama-agama lain, yang dapat memengaruhi cara individu
mengatur keuangan mereka sesuai dengan keyakinan mereka. Selain itu, agama
juga dapat mempengaruhi sikap konsumsi individu di Indonesia. Beberapa agama
mungkin mendorong individu untuk hidup sederhana dan berhemat, sedangkan
agama lain mungkin memungkinkan gaya hidup yang lebih mewah, asalkan
sesuai dengan prinsip-prinsip agama mereka. peran agama dalam pengaruh sikap
konsumsi, kebiasaan menabung, dan investasi individu di Indonesia juga bisa
dipengaruhi oleh budaya dan tradisi lokal. Di Indonesia, terdapat berbagai
kelompok etnis dan budaya yang memiliki kepercayaan dan praktik agama yang
2
Haris, M. A., & Alam, Q. (2017). Pengaruh religiusitas terhadap perilaku menabung dan
investasi pada masyarakat muslim. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 21(4), 498-508.
berbeda. Sebagai contoh, masyarakat adat di berbagai daerah memiliki sistem
kepercayaan yang khas, yang juga memengaruhi cara mereka berhubungan
dengan uang dan keuangan. faktor-faktor ekonomi dan sosial juga berperan dalam
cara agama mempengaruhi perilaku finansial individu di Indonesia. Tingkat
pendapatan, akses terhadap layanan keuangan, dan kesempatan investasi juga
dapat memainkan peran penting dalam bagaimana individu mengelola keuangan
mereka sesuai dengan nilai-nilai agama mereka. penting juga untuk memahami
bahwa pengaruh agama terhadap perilaku keuangan individu di Indonesia dapat
mengalami perubahan seiring waktu. Perkembangan individu dalam pemahaman
dan praktik agama mereka dapat memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan
uang dan keuangan sepanjang hidup mereka. Misalnya, seseorang mungkin mulai
lebih mendalam dalam menerapkan prinsip-prinsip agama mereka dalam
kehidupan finansial setelah beberapa pengalaman dan pemahaman yang lebih
dalam tentang ajaran agama mereka.
Faktor Internal
1.) Penghasilan dan Kekayaan
2.) Pendidikan dan Kesadaran Keuangan
3.) Tujuan dan Nilai Pribadi
Faktor eksternal
1.) Kondisi ekonomi
2.) Pengaruh keluarga dan teman
3.) Pengaruh media dan periklanan
4.) Perkembangan global
Agama memiliki dampak positif dan negative yang signifikan terhadap sikap
konsumsi, kebiasaan menabung, dan investasi individu dalam beberapa cara
berikut:
Dampak positif
1.) Etika dan kepedulian social
2.) Penekanan pada kedisiplinan uang
3.) Investasi berdasarkan prinsip
4.) Penghargaan terhadap keamanan finansial
5.) Keseimbangan Antara Dunia Material dan Spiritual
Dampak Negative
1.) Fundamentalisme Keuangan
2.) Ketidaksetaraan Gender
3.) Penipuan Keagamaan
3
Utama, S., & Ghozali, I. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Menabung dan
Investasi di Kalangan Mahasiswa Universitas Diponegoro. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 22(3),
485-493.
4.) Diskriminasi dalam Investasi
5.) Kurang Fleksibilitas
4
Syed Nawab Naqvi. Ethict and Eco- nomics: An Islamic Syntesis, diterjemahkan oleh Husin
Anis: Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Islami, Bandung: Mizan, 1993. Hal. 50-51
5
Dikutip oleh Haris Hidayatullah pada http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=116595&val=5316/ . akses pada 10 November 2014.
aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.Sampai pada
tingakat tertentu, manusia dianugerahi kehendak bebas untuk memberi arahan dan
membimbing kehidupannya sendiri sebagai khalifah di muka bumi al-Baqarah,
2:30. Berdasarkan prinsip kehendak bebas ini, manusia mempunyai kebebasan
untuk membuat suatu perjanjian termasuk menepati janji atau mengingkarinya.
Tentu saja seorang muslim yang percaya kepada kehendak Allah akan
memuliakan semua janji yang dibuatnya.6
- Pertanggungjawaban
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal mustahil, lantaran tidak menuntut
tanggung jawab. Menurut Al-Ghozali, konsep adil meliputi hal bukan hanya
equilibrium tapi juga keadilan dan pemerataan. Untuk memenuhi tuntutan
keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertanggung jawabkan tindakannya.
Allah menekankan konsep tanggung jawab moral tindakan manusia, 7 Karena itu
menurut Sayyid Qutub prinsip pertanggungjawaban Islam adalah
pertanggungjawaban yang seimbang dalam segala bentuk dan ruang lingkupnya.
Antara jiwa dan raga, antara person dan keluarga,individu dan sosial antara suatu
masyarakat dengan masyarakat lainnya.8
- Kebenaran: Kebajikan dan Kejujuran
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari
kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran.
Kesimpulan
Agama berperan sebagai sistem nilai dan motivasi yang mempengaruhi perilaku
individu dalam melakukan aktivitas ekonomi, seperti jual-beli, produksi, jasa,
zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf. Agama juga berfungsi sebagai sarana
pendidikan, penyelamat, pendamaian, sosial kontrol, pemupuk solidaritas,
transformatif, kreatif, sublimatif, dan sublimatif dalam kehidupan bermasyarakat.
Agama memiliki relevansi dengan ideologi ekonomi tertentu, seperti Islam dan
kapitalisme, yang memiliki pandangan berbeda tentang sifat perilaku dan lembaga
yang terlibat dalam aktivitas ekonomi. Agama mempengaruhi stratifikasi sosial
melalui implikasi dari perilaku religius yang berbasis lingkungan, seperti
pengeluaran zakat, infaq, shadaqah, membangun fasilitas sosial, kepedulian sosial,
dan etos kerja.
Daftar Rujukan